2. Kriteria Eksklusi
a. Sedang mengalami akut retensi urine
b. Sedang mengalami akut atau kronik prostatitis
c. Riwayat operasi yang berhubungan dengan BPH dan tindakan
yang berhubungan dengan prostat biopsi, dsb. kurang dari 3 bulan
d. Kateterisasi kurang dari 5 hari
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh dari rekam medik mengenai tinggi badan dan berat badan, serta hasil
laboratorium pada rekam medik mengenai kadar serum PSA.
4.5. Metode Analisis Data
Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian diolah dengan menggunakan program Statistic Package for Social
Science SPSS. Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisa yaitu :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel untuk memperoleh gambaran distribusi dari masing-masing variabel yang
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. b.
Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk memperoleh hubungan antara
satu variable bebas dengan satu variabel tergantung. Metode yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh IMT dengan Kadar Serum Prostate Specific Antigen PSA pada Pasien Poliklinik
Urologi RSUP H. Adam Malik,” dilakukan dengan cara mengobservasi data rekam medik pasien Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik. Hasil penelitian
dapat disajikan berikut ini.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan, Kelurahan Kemenangan,
Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No.335MenkesSK.VII1990 dan menjadi rumah
sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya sehingga cukup representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi.
5.1.2. Karakteristik Responden
Pada rentang periode penelitian akhir Juli - awal Nopember 2014, didapatkan 125 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria
eksklusi dari 238 pasien laki-laki dengan gejala LUTS Poliklinik RSUP H. Adam Malik. Dimana sampel penelitian didominasi oleh suku batak dan 1
merupakan suku melayu. Kebanyakan sampel penelitian berasal dari luar kota Medan yang mendapat rujukan ke RSUP H. Adam Malik. Karakteristik sampel
penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia, jenis indeks massa tubuh, dan kadar serum PSA. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi sampel berdasarkan usia
Usia Frekuensi n
Presentase 50
7 5.6
50-59 20
16.0 60-69
52 41.6
69 46
36.8 Jumlah
125 100
Dari tabel 5.1 diatas, sampel didominasi rentang usia 60-69 tahun sebanyak 52 orang 41,6, dikuti oleh usia 69 tahun, 50-59 tahun, dan 50 tahun
dengan jumlah 46 orang 36,8, 20 orang 16,0, dan 7 orang 5,6. Usia rata-rata sampel yaitu 66,2 tahun, dengan usia tertua adalah 85 tahun dan termuda
40 tahun modus= 69 tahun.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi sampel berdasarkan IMT
IMT Frekuensi n
Presentase Kurus
16 12.8
Normal 72
57.6 Berat Badan Lebih
11 8.8
Obese 26
20.8 Jumlah
125 100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, sampel didominasi oleh kelompok IMT normal sebanyak 72 orang 57,6 dan peling sedikit kelompok IMT berat badan
berlebih sebanyak 11 orang 8,8. Nilai IMT rata-rata sampel 23,22827 BB berlebih dan nilai IMT yang paling banyak 23,438 BB berlebih, dengan nilai
IMT tertinggi 32,18 dan nilai IMT terendah 13,223 modus= 23,438.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi sampel berdasarkan kadar serum PSA
Kadar Serum PSA ngml Frekuensi n
Presentase ≤ 4
62 49.6
4 63
50.4 Jumlah
125 100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kadar serum PSA, sampel didominasi oleh kadar serum PSA 4 ngml sebanyak 63 orang 50,4 dan dikuti kadar serum PSA
≤ 4 ngml
sebanyak 62 orang 49,6. Kadar serum PSA rata-rata sampel yaitu 11,9880 ngml, dengan kadar serum PSA tertinggi 100 ngml dan kadar serum PSA
terendah 0,2 ngml modus= 4,10 ngml.
5.1.3. Hasil Analisis Data
Analisis data diawali dengan melakukan uji normalitas data untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat
dilanjutkan ke analisis berikutnya yang sesuai. Setelah dilakukan uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov didapatkan bahwa data nilai IMT
berdistribusi normal p= 0,200, sedangkan data nilai kadar serum PSA tidak berdistribusi normal p= 0,001.
Analisis berikutnya yang dilakukan adalah uji hipotesis parametrik dengan uji korelasi Sperman, dikarenakan salah satu variabel tidak berdistribusi normal.
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel numerik, yaitu hubungan antara nilai IMT terhadap kadar serum PSA pasien Poliklinik
RSUP H. Adam Malik. Berdasarkan uji korelasi Spearman didapatkan bahwa terdapat hubungan antara nilai IMT dengan kadar serum PSA p= 0,001 dengan
keeratan korelasi lemah r = -0,368. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai IMT berkorelasi lemah dan terbalik terhadap kadar serum PSA, dimana setiap
peningkatan nilai IMT maka kadar serum PSA mengalami penurunan, dan sebaliknya.
Uji korelasi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji regresi linier untuk mengetahui pengaruh nilai IMT terhadap kadar serum PSA. Berdasarkan uji
regresi linier didapatkan nilai p 0,05 p= 0,001 dan Ho ditolak, maka ada pengaruh antara nilai IMT terhadap kadar serum PSA. Dengan nilai konstanta B =
59,478 dan nilai konstanta IMT = -2,044, maka didapat persamaan Y = 59,478 + -2,044X + e, yaitu jika nilai IMT mengalami peningkatan 1 angka maka kadar
serum PSA akan mengalami penurunan sebesar 2,044. Nilai koefisien determinan R square yang didapat sebesar 0,124, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
Universitas Sumatera Utara
IMT mempengaruhi 12,4 kadar serum PSA dan 87,6 nya dipengaruhi oleh faktor lain.
Grafik 5.1 Pengaruh nilai IMT terhadap kadar serum PSA Pada grafik 5.1 diatas, tampak hubungan linier antara IMT dengan kadar
serum PSA. Garis linier terbentuk dari kiri atas ke kanan bawah menunjukkan adanya hubungan yang negatif, dimana peningkatan salah satu variabel diikuti
dengan penurunan variabel yang lain. Grafik ini menunjukkan pengaruh IMT terhadap kadar serum PSA dengan persamaan dai uji regresi liner: Kadar serum
PSA = 59,478 – 2,044nilai IMT + e. 5.2. Pembahasan
Telah diketahui sejak lama bahwa pola obesitas pada pria, yakni penimbunan lemak pada abdomen, merupakan faktor resiko terjadinya
pembesaran prostat baik jinak maupun ganas. Hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan kadar esterogen yang menyebabkan peningkatan sensititasi prostat
terhadap androgen dan menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat, yang akhirnya menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Universitas Sumatera Utara
Selama rentang 15 minggu penelitian, peneliti mendapatkan 238 data rekam medik pasien dengan gejala LUTS yang berkunjung ke Poliklinik Urologi RSUP
H. Adam Malik. Namun hanya 125 data rekam medik pasien yang memiliki data mengenai berat badan, tinggi badan, dan kadar serum PSA.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pasien yang mengalami gejala LUTS didominasi kategori IMT normal mean= 23,22827; modus= 23,438. Hasil
ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh B. Ganesh et al. 2011 yang menyatakan bahwa kejadian sindrom metabolik dan faktor resiko kanker
prostat lebih tinggi pada pria dengan IMT ≥27
kgm
2
RR= 3,0; CI= 1,2-7,3 dibandingkan dengan IMT normal RR= 1,8; CI= 0,7-4,7. Perbedaan ini dapat
terjadi karena sampel yang peneliti dapatkan datang ke rumah sakit terkait setelah menjalani perawatan di daerah maupun pelayanan di kesehatan primer.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa nilai IMT berkorelasi negatif terhadap nilai kadar serum PSA menurut korelasi Spearman
p= 0,001; r= -0,368. Dengan rata-rata kadar serum PSA untuk IMT kurus mean IMT= 17,209; mean PSA= 33,459 ngml; n= 16 dan IMT normal mean IMT=
22,299; mean PSA= 10,172 ngml; n= 72 berada diatas level cut off 10 ngml, sedangkan untuk IMT berat badan lebih mean IMT= 25,976; mean PSA= 8,664
ngml; n= 11 dan IMT obese mean IMT= 28,343; mean PSA= 5,212 ngml; n= 26 lebih rendah dari 10 ngml. Dimana nilai ambang PSA 10 ngml memiliki
spesifisitas lebih tinggi terhadap kanker prostat Joseph E.,1991 dan Erlangga N., 2007.
Penurunan kadar serum PSA seiring dengan peningkatan nilai IMT pasien dengan gejala LUTS sesuai dengan hasil penelitian Rundle et al. 2011, Ohwaki
et al. 2010, Grubb et al. 2009, dan Calp et al. 2009 yang menggunakan sampel laki-laki dengan gejala asimptomatik, Banez et al. 2007 dengan sampel
positif menderita kanker prostat, serta Peter Ka-Fung Chiu et al. 2011 dengan sampel ethnis China yang mengalami gejala LUTS.
Hasil penelitian Peter Ka-Fung Chiu et al. 2011, menggunakan uji korelasi Spearman, menunjukkan adanya korelasi negatif antara IMT dengan kadar serum
PSA p= 0,03; r= -0,05; n= 1612. Dengan rata-rata kadar serum PSA untuk IMT
Universitas Sumatera Utara
normal mean PSA= 4,84 ngml, n= 609 dan IMT berat badan lebih mean PSA= 4,54ngml, n= 731 berada diatas level cut off biasa 4 ngml, namun untuk IMT
obese mean PSA= 3,95 ngml, n= 272 lebih rendah dari 4 ngml. Hasil penelitian Banez et al. 2007, menggunakan analisa Cohort,
menunjukkan adanya hubungan antara IMT dengan kadar serum PSA. IMT yang lebih tinggi dikaitkan dengan konsentrasi serum PSA praoperasi yang lebih
rendah pada SEARCH Cohort p= 0.001, Duke Cohort p= 0,001, dan Hopkins Cohort p= 0,02. Dimana pria dengan IMT
≥35 memiliki kadar serum PSA 11 - 21 lebih rendah dan volume plasma 21-23 lebih tinggi dibanding pria
dengan IMT normal. Namun massa PSA tidak mengalami perubahan yang signifikan seiring peningkatan IMT pada SEARCH Cohort p= 0,76 dan Duke
Cohort p= 0,5. Sehingga Banez et al. 2007 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan massa PSA, namun terdapat hubungan antara IMT
dengan kadar serum PSA yang dikarenakan peningkatan plasma volume menyebabkan penurunan konsentrasi PSA.
Obesitas dikaitkan dengan hemodilusi dan beberapa perubahan hormonal tubuh, terutama penurunan kadar testosteron dan peningkatan kadar esterogen.
Hemodilusi terkait obesitas hanya mempengaruhi penanda tumor yang tidak diatur secara sistemik, salah satunya PSA, sedangkan hormon dan serum protein
dikontrol secara sistemik oleh tubuh. Teori ini lah yang sangat sering dikaitkan dengan perubahan kadar serum PSA berdasarkan IMT. Ketika PSA berlebihan
dialirkan ke serum pada tingkat yang stabil dan terjadi peningkatan volume distribusi plasma, maka akan terjadi penurunan konsentrasi PSA menyebabkan
penurunan kadar serum PSA. Dari hasil analisis data menggunakan uji regresi linier, peneliti mendapatkan
nilai IMT hanya mempengaruhi 12,4 kadar serum PSA p= 0,001; konstanta B= 59,478; konstanta IMT= -2,044; R square= 0,124 dengan persamaan Y = 59.478
+ -2.044X + e. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya nilai IMT yang mempengaruhi kadar serum PSA, tapi juga terdapat faktor lain yang berperan
mempengaruhi kadar serum PSA.
Universitas Sumatera Utara
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar serum PSA, dimana angka normal kadar PSA dalam darah meningkat sesuai dengan
penambahan umur “age related PSA” Joseph E, 1991 dan Brawer MK, 1999. Selain itu metabolisme kolesterol dan penurunan bioavaibilitas kolesterol dengan
penggunaan statin dapat menginduksi apoptosis sel prostat, dan menyebabkan perubahan kadar serum prostat M. H. Hager et al., 2006; L Zhuang et al., 2005;
dan K. Pelton, 2012. Disamping itu, beberapa penelitian juga menyatakan bahwa penggunaan insulin Heiko Muller et al., 2009, penggunaan 5-
α-reductase inhibitors dan antiandrogen Chiang et al., 2013, serta riwayat trauma dan
penyakit pada prostat dan saluran kemih dapat mempengaruhi kadar serum PSA. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, bukan
pengukuran langsung tinggi badan dan berat badan pada hari yang sama pengambilan sampel darah PSA. Beberapa pengukuran juga tidak dilakukan pada
kunjungan pertama dengan keluhan LUTS. Hal ini mungkin mempengaruhi hasil penelitian yang berkorelasi lemah. Hal lain yang mungkin mempengaruhi
penelitian ini adalah jumlah sampel yang terlalu sedikit dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Usia rata-rata pasien Poliklinik RSUP H. Adam Malik dengan gejala
LUTS 66,2 tahun dan rentang usia yang paling banyak berkunjung 60-69 tahun 41,6, terutama usia 69 tahun
2. Nilai IMT rata-rata pasien Poliklinik RSUP H. Adam Malik dengan gejala
LUTS adalah 23,22827 BB berlebih dan IMT yang paling banyak 23,438 BB berlebih, meskipun jenis IMT pasien yang berkunjung didominasi
dengan IMT normal 57,6 3.
Kadar serum PSA rata-rata pasien Poliklinik RSUP H. Adam Malik dengan gejala LUTS adalah 11,9880 ngml dan kadar serum PSA yang
paling banyak 4,10 ngml, serta kadar serum PSA pasien yang berkunjung didominasi dengan kadar serum PSA 4 ngml 50,4
4. Nilai IMT berkorelasi lemah dan terbalik terhadap kadar serum PSA,
dimana setiap peningkatan nilai IMT maka kadar serum PSA mengalami penurunan, dan sebaliknya. Menggunakan persamaan regresi linier Y =
59,478 + -2,044X + e, dengan X= nilai IMT dan Y= kadar serum PSA, jika nilai IMT mengalami peningkatan 1 angka maka kadar serum PSA
akan mengalami penurunan sebesar 2,044. Dan nilai IMT mempengaruhi 12,4 kadar serum PSA dan 87,6 nya dipengaruhi oleh faktor lain.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Saran