aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa jenis arang aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang
disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan keterangan pada
kemasan produk tersebut. Ketaren, S .1986
2.2 GLYCERINE REFINING
Seksi 4 merupakan tahapan akhir pemrosesan gliserin-air. Pada seksi ini, seluruh pengotor yang masih ada di dalam gliserin-air yang terbawa dari tahap
sebelumnya direduksi sebanyak mungkin. Pengolahan awal dan evaporasi bertahap yang dilangsungkan di seksi 2 dan seksi 3 menghasilkan gliserin yang
masih memiliki konsentrasi air dan pengotor yang cukup tinggi yaitu sekitar 10 massa air dan 1 massa pengotor diperlukan pemurnian gliserin dari pengotor-
pengotor tersebut sehingga diperoleh gliserin dengan konsentrasi 99,5-massa. Proses pemurnian gliserin ini dilakukan dengan menggunakan dua buah kolom
distilasi. Gliserin keluaran dari seksi 3 masih mengandung sejumlah kecil fatty
acid, mono-, di-, dan trigliserida, serta berbagai pengotor yang lain. Minyak dan fatty acid merupakan komponen yang dapat tersabunkan. Senyawa sabun
merupakan senyawa yang mempunyai titik didih tinggi dan susah didistilasi yang akan terbuang bersama aliran Bottom distillate glycerin sebagai komponen berat.
Oleh karena itu, pemisahan pengotor terlebih dahulu dilakukan dengan menambahkan soda kaustik NaOH ke dalam larutan gliserin untuk mengubah
senyawa-senyawa pengotor tersebut menjadi garam natriumnya sabun. Reaksi
Universitas Sumatera Utara
1 merupakan reaksi penyabunan fatty acid dan reaksi 2 merupakan reaksi penyabunan trigliserida.
R-COOH + NaOH R-COONa + H
2
O C
3
H
5
COOR
3
+ 3 NaOH C
3
H
5
OH
3
+ 3R-COONa Sebelum gliserin diproses pada kolom distilasi, gliserin terlebih dahulu
dipanaskan di preheater dengan steam bertekanan rendah untuk mereduksi tekanan uap gliserin. Tekanan uap direduksi agar proses destilasi lebih hemat
energy karena umpan lebih mudah menguap. Pada seksi 4 terdapat 2 buah kolom distilasi bertipe packed column yang bekerja secara bersamaan untuk memurnikan
gliserin hingga 99,5 massa. Pada kedua buah kolom distilasi terdapat banyak side-stream yang dialirkan ke kolom distilasi lainnya dan juga tempat keluarnya
distilat gliserin. Pada reaksi ini digunakan steam bertekanan rendah sebagai live steam dan steam bertekanan menengah sebagai media pemanas. Produk Gliserin
yang terbentuk kemudian mengalami pemurnian lebih lanjut pada glycerine bleaching untuk
menyingkirkan berbagai pengotor ringan dan zat warna yang masih terkandung di dalam gliserin. Zat warna dan zat pengotor lainnya
dihilangkan dengan menggunakan proses adsorpsi karbon aktif. Diagram alir proses seksi 4 dapat dilihat pada gambar . terlampir
Selanjutnya akan dijabarkan mengenai deskripsi proses pada seksi 4. Gliserin dialirkan dari tangki 10T20 menuju ke pemanas 4E1 menggunakan pompa 4G1.
Pada 4E1 terjadi pemanasan awal gliserin dengan panas bertekanan rendah sebagai media pemanasnya. Gliserin keluaran dari 4E1 akan mengalami
perubahan temperatur dari 50°C menjadi 135°C. Larutan NaOH 50 dipompakan menggunakan 4G7 menuju aliran gliserin sebelum masuk ke 4E1. Komponen
Universitas Sumatera Utara
fatty acid dan lemak akan tersabunkan sepanjang aliran dari 4E1 menuju ke kolom distilasi 4D1. Pada 4D1, gliserin masuk melalui heating chamber pada bagian
bawah kolom 4D1. Heating chamber ini berlaku sebagai tempat masuk umpan sekaligus reboiler pada kolom distilasi ini. Penguapan gliserin terjadi dengan
pemanasan hingga mencapai titik didih gliserin dalam kondisi vakum. Kolom distilasi 4D1 memiliki pemanas ulang berupa ruang-ruang pemanasan
yang dialiri oleh panas bertekanan menengah dengan prinsip mammut system. Aliran khusus di dalam ruang-ruang pemanas mempunyai system aliran yang
berurutan . Masing-masing kolom distilasi pada seksi ini mempunyai 4 buah ruang pemanas.
Gliserin diuapkan pada kondisi vakum, yaitu dengan tekanan sekitar 10 mbar dan dipisahkan dari bahan residu senyawa sabun berberat molekul tinggi yang tidak
dapat teruapkan. Kolom distilasi 4D1 memiliki system sirkulasi di masing-masing ruang pemanas
dengan menggunakan panas bertekanan rendah yang kontak langsung live steam dengan material yang disirkulasikan. Uap gliserin pertama
melewati lapisan bahan packing packing structure pada bagian atas kolom 4D1. Temperatur kolom dijaga tetap pada 160-170°C dengan mengatur laju steam
medium sebagai pemanas . Beberapa senyawa yang tebentuk dari proses saponifikasi adalah garam-garaman
yang tidak dapat menguap saat dipanaskan di ruangan pemanas yang dikenal dengan bottom distllate glyserin pitch. Bottom distillate glyserin ini mengalir
menuju post distillation still 4D3 untuk menguapkan kembali gliserin yang terikut bersamanya dengan menggunakan panas bertekanan sedang. Uap gliserin
kemudian didinginkan menggunakan Water Cooling Tempered WCT pada 4E2
Universitas Sumatera Utara
dan ditampung pada 4F4. Bersamaan dengan distilat dari 4D1, gliserin dipompakan dari tangki 4F4 menggunakan 4G3 menuju 2 arah yaitu ke tangki
distilat II 10T22 dan ke 4D1 sebagai aliran refluks. Sebelum dialirkan kembali ke 4D1, distilat didinginkan menggunakan Indirect Cooling Water ICW.
Uap gliserin 90 kemudian terkondensasi dan distillat didinginkan mencapai sekitar temperatur 110°C yang ditempatkan dibagian atas 4D2. Uap gliserin
tersebut mengalami proses kesetimbangan pada packing material. Pompa 4G2 memompa destilat yang dingin melalui pendingin 4E3 dan kembali ke lapisan
packing. Uap gliserin yang tidak mengembun pada proses kondensasi di 4D2 lalu
diembunkan dalam bagian pengembun 4D4. Pada ruang terakhir dari chamber pemanas, diperoleh bahan yang tidak teruapkan. Bahan ini dikeluarkan setiap
selang waktu 8 jam pada 4D3 dan distilasi dengan penambahan live steam yang berfungsi sebagai penurunan tekanan parsial. Bahan yang tidak teruapkan dikenal
juga dengan sebutan bottom distillate glyserin pitch yang secara bertahap dikeluarkan dari kolom.
Pada bagian atas kolom distilasi terjadi proses pengembunan. Proses pengembunan ini terjadi pada bagian-bagian yang terdiri dari collector, distributor
dan packing structure. Pada bagian ini 10-15 uap gliserin terkondensasi setelah mengalami kontak dengan refluks yang dialirkan secara kontiniu pada
temperature 130°C, yang bertemperatur relative lebih dingin dibanding uap gliserin yang bergerak naik ke atas. Pada bagian ini terjadi kesetimbanagan antara
uap dan cairan.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian distilat yang telah diembunkan mencapai sekitar temperature 150°C dikumpulkan dibagian bawah packing 4D2 dan mengalir secara langsung ke 4D8
dan selanjutnya proses destilasi pada 4D8 dan 4D9 serupa pada 4D1 dan 4D2, 4D9 mengeluarkan destilat secara kontiniu dari proses ke 4F1. Sebagai fungsi
ketinggian level cairan di 4F1 sebagian glyserin dipompakan kembali ke kolom distillasi berfungsi sebagai refluks dan sebagian lainnya setelah melalui 4E5
dialirkan menuju bleacher. Sistem vakum terdiri dari 3 surface condenser yang dilengkapi dengan 5 buah
steam vacum booster. Steam vacum booster 4G15 dan 4G15-1berfungsi untuk mempertahankan kondisi vakum dalam kolom distilasi dan menghisap uap air
keluar kolom dengan tekanan operasi sekitar 90mbar. Uap air dan propelling steam diembunkan dalam surface condenser 4G15-2. Gas-gas yang tidak dapat
mengembun dari proses sebelumnya kemudian dihisap oleh exhauster 4G15-3 dan ditekan keluar pada tekanan atmosfir dalam 2 tahap. Booster ejector berfungsi
untuk pengosongan plant dari kondisi atmosfir. Hot well 4F3 digunakan untuk mengumpulkan kondensat dari live steam dan propelling steam yang terbentuk
dalam surface condenser. Kondensat tersebut mengalir secara langsung ke selokan air buangan.
Untuk memisahkan material organic non-gliserin dari gliserin, gliserin dialirkan ke bleacher yang menggunakan kolom bleaching berunggun diam dengan karbon
aktif dan fixed filter di dalamnya. Distilat didinginkan sampai temperature proses bleaching yaitu sekitar 80°C menuju bleacher 4D567. Bleacher adalah kolom
bleaching berunggun diam yang bekerja dirangkai secara seri.
Universitas Sumatera Utara
Karbon aktif diisikan pada bleacher dengan cara menyemprotkan air pada water jet booster dan dimasukkan ke dalam bleacher. Air membersihkan karbon aktif
segar. Pengeringan karbon aktif dilakukan menggunakan uap super-heated 4 bar, 200°C dan bleacher dengan carbon aktif baru siap untuk dipakai.
Proses selanjutnya pada bleacher adalah Proses Darin untuk pengosongan carbon aktif setelah pemakaian. Pengisian gliserin dihentikan, kemudian dilanjutkan
dengan pengosongan bleacher 4D5 dengan penekanan oleh udara untuk mengeluarkan sisa glyserin dan dibersihkan dengan air yang dialirkan pada bejana
tersebut sebagai proses sweeting of dan akhirnya carbon aktif dari bleacher dikosongkan E. Greenberg, 1992.
2.3 LEMAK