commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik adalah cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan kegiatan alami manusia. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan alami manusia
seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar, karena itu atletik merupakan induk dari beberapa cabang olahraga. Olahraga Atletik dapat dilakukan mulai dari anak-
anak hingga orang dewasa dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan. Olahraga Atletik di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini
merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Hal yang sangat penting bagi siswa di sekolah adalah penguasaan terhadap keterampilan gerak dasar. Keterampilan gerak dasar merupakan unsur utama yang
harus diajarkan pada anak-anak di sekolah. Penguasaan gerak dasar sangat diutamakan dalam rangka pencapaian prestasi yang optimal. Dengan demikian agar
siswa mempunyai kemampuan yang baik, maka mereka dituntut untuk dapat melakukan unsur gerak dari gerak dasar lari yang benar. Untuk meningkatkan
prestasi dalam lari, penguasaan gerak dasar harus didahulukan dalam proses latihan. Gerak dasar yang ada dalam lari harus dilatihkan secara sistematis, berulang-ulang
dan kontinyu guna mencapai tujuan hasil latihan yang optimal. Penguasaan terhadap gerak dasar lari merupakan unsur pokok dalam lari
khususnya lari jarak pendek. Tolok ukur keberhasilan dalam latihan lari adalah penguasaan gerak dasar lari yang dimiliki oleh para siswa. Siswa di SD pada
umumnya belum memiliki keterampilan yang baik, sehingga unsur gerak ini harus mendapat prioritas dalam pembinaan. Berlari merupakan gerak yang mendasari
kemampuan lari jarak pendek yang harus dimiliki oleh atlit pada umumnya terutama pada siswa di semua tingkat pendidikan. Upaya meningkatkan kemampuan berlari
harus dilakukan melalui latihan dengan menerapkan metode yang baik dan tepat. Dalam nomor lari salah satu yang penting yaitu kecepatan, pada pelaksanaan latihan
1
commit to user
2
gerak dasar berlari ternyata kemampuan lari dalam hal ini kecepatannya masih rendah. Masih rendahnya kemampuan lari siswa putra kelas IV dan V di SD Negeri
Gumpang 1 tahun 2010 tersebut perlu ditelusuri faktor penyebabnya. Nomor lari jarak pendek sangat dipengaruhi oleh kecepatan, explosive
power daya ledak, stamina dan koordinasi yang maksimal untuk dapat menghasilkan kecepatan yang maksimal. Agar pembinaan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan, maka perlu diketahui beberapa faktor yang ikut berpengaruh dan menentukan keberhasilan lari jarak pendek khususnya dalam lari jarak 40 m. Sisi
menarik untuk melakukan penelitian pada SD Negeri Gumpang 1, dari hasil latihan yang telah diikuti kecepatan lari yang dicapai kurang maksimal. Hal ini disebabkan
oleh beberapa permasalahan, antara lain: 1 Teknik dasar lari masih rendah dan perlu ditingkatkan. Nomor lari 40 m yang dilakukan sering tidak sesuai dengan harapan,
misalnya, gerakan tungkai yang dilakukan siswa kurang menghasilkan kecepatan maksimal, koordinasi gerakan lengan yang kurang benar, 2 Metode latihan yang
diberikan belum sesuai, 3 Waktu latihan hanya dimanfaatkan untuk melatih bagian – bagian kondisi fisik tertentu saja, misalnya : teknik dasar saja, kecepatan saja, daya
tahan saja, stamina saja atau koordinasi saja, 4 Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam melakukan latihan, 5 Sarana prasarana, dan fasilitas yang terbatas belum
dapat meningkatkan kemampuan lari 40 m. Untuk dapat meningkatkan kemampuan lari cepat harus dilakukan melalui
latihan. Latihan harus direncanakan dengan baik, berkesinambungan, tersusun dan terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Yang dimaksud terencana dan
berkesinambungan adalah terencana menurut jadwal, pola dan sistem tertentu dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang komplek. Pelaksanaan
latihan dengan penambahan beban harus diperhatikan pada kemampuan individu agar dapat meningkatkan kemampuan individu secara optimal. Latihan dapat
meningkatkan prestasi atlet apabila dalam pelaksanaannya memperhitungkan penambahan-penambahan kemampuan secara bertahap yang disesuaikan dengan
kemampuan individu dalam menanggapi rangsang yang diberikan.
commit to user
3
Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan yang konstan maka gerakan-gerakan yang semula dianggap sukar atau sulit dilakukan
lama-kelamaan akan menjadi gerakan yang otomatis dan gerakan yang otomatis semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat saraf daripada sebelum
melakukan latihan-latihan. Dengan demikian maka hal ini akan mengurangi jumlah tenaga yang dikeluarkan, sebab gerakan-gerakan tambahan yang tidak diperlukan
dapat diabaikan. Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan terhadap metode latihan
yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam metode latihan yang ada, dalam
penerapan metode latihan harus sesuai dan tepat agar dapat menghasilkan kemampuan yang optimal.
Berikut ini persentase hasil latihan lari 40 m pada SD Negeri Gumpang 1 yang menunjukkan kemampuan lari 40 m yang masih rendah :
NO Rentang Waktu Lari 40 m
Siswa Umur 10 – 12 Tahun Persentase
Kriteria 1
6,3 Detik 10,71
Baik Sekali 2
6,4 – 6,9 Detik 25
Baik 3
7,0 – 7,7 Detik 32, 15
Sedang 4
7,8 – 8,8 Detik 32, 15
Kurang 5
8,9 Detik -
Kurang Sekali Tabel I. Persentase hasil latihan lari 40 m pada SD Negeri Gumpang 1
Dari aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dasar selama ini dalam meningkatkan beban latihan kurang begitu memperhatikan kondisi
fisik dan psikis siswanya terkesan hanya menambah beban latihan saja, hal ini menjadikan siswa mengalami kejenuhan dalam aktivitas pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan khususnya latihan lari. Pendekatan latihan dengan variasi latihan dan
commit to user
4
jarak diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lari. Ada beberapa pendekatan dengan jarak tetap dan jarak meningkat secara bertahap
yang sudah sering digunakan untuk memperbaiki gerak dasar lari, akan tetapi belum diketahui mana yang lebih baik antara pendekatan bermain dan latihan lari. Hal ini
mendorong peneliti untuk membuat program latihan lari dengan jarak tetap dan jarak meningkat secara bertahap sehingga diharapkan dengan variasi ini siswa tidak
mengalami kejenuhan dalam melakukan latihan lari. Siswa putra kelas IV dan V Di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab
Sukoharjo tahun 2010 adalah obyek yang dijadikan sampel penelitian. Dari aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dasar yang banyak mangalami
kesulitan dalam meningkatkan kemampuan berlari. Dalam setiap menyusun dan melakukan latihan harus memperhatikan faktor atau komponen dalam latihan, yaitu
lamanya latihan, beban latihan, ulangan latihan dan masa istirahat. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah
tersebut dengan judul : “Perbedaan Pengaruh Latihan Lari Dengan Jarak Tetap dan Bertahap Terhadap Kemampuan Lari 40 m Pada Siswa putra kelas IV dan V Di SD
Negeri Gumpang 1 tahun 2010.”
B. Identifikasi Masalah