PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI DENGAN JARAK TETAP DAN JARAK BERTAHAP TERHADAP KEMAMPUAN LARI 40 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010

(1)

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI DENGAN JARAK TETAP DAN JARAK BERTAHAP TERHADAP KEMAMPUAN LARI 40 METER PADA

SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN 2010

SKRIPSI Oleh :

ERWIN NIM : X4608518

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI DENGAN JARAK TETAP DAN JARAK BERTAHAP TERHADAP KEMAMPUAN LARI 40 METER PADA

SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN 2010

Oleh : ERWIN NIM : X4608518

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

iii

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. H. Sunardi, M.Kes. NIP. 19581121 1999003 1 004

Pembimbing II

Drs. Budhi Satyawan, M.Pd. NIP. 19650909 199403 1 003


(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Hari : Senin

Tanggal : 10 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi

( Nama Terang ) ( Tanda Tangan )

Ketua : Drs. Agus Mukholid, M.Pd ……….

Sekretaris : Waluyo, S.Pd. M.Or ..………..…….. Anggota I : Drs. H. Sunardi, M.Kes. ………..

Anggota II : Drs. Budhi Satyawan, M.Pd. ...….………….

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001


(5)

commit to user

v

Erwin. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI DENGAN JARAK TETAP DAN JARAK BERTAHAP TERHADAP KEMAMPUAN LARI 40 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI GUMPANG 1 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember. 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). perbedaan pengaruh antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010. (2). Latihan lari yang lebih baik pengaruhnya antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010..

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Di dalam penelitian eksperimen ini menggunakan Two group pretest – posttest design. Pembagian kelompok ke dalam 2 kelompok dengan cara “pairing of subject”. Populasi dan sampel penelitian adalah kelas IV dan V di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun Ajaran 2010 yang berjumlah 28 orang.. Teknik analisis data menggunakan uji t.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan : (1). Ada perbedaan pengaruh latihan lari jarak tetap dan latihan lari jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 meter pada siswa putra kelas IV dan V SD negeri Gumpang 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun 2010, dengan nilai thitung yang diperoleh sebesar 2,0323, lebih besar dari ttabel sebesar 1,699. (2). Latihan lari jarak bertahap lebih baik pengaruhnya daripada latihan lari jarak tetap terhadap kemampuan lari 40 meter pada siswa putra kelas IV dan V SD negeri Gumpang 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun 2010, persentase peningkatan latihan jarak bertahap lebih baik daripada latihan jarak tetap, yaitu latihan jarak bertahap 7,2649 % dan latihan jarak tetap 2,7306 %.


(6)

commit to user

vi MOTTO

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain. ( H.R. Al Qodla’iy )

Janganlah ragu-ragau dalam berkorban untuk meraih cita-cita, karena cita-cita akan tercapai membutuhkan banyak pengorbanan. (Penulis)


(7)

commit to user

vii

Karya ini dipersembahkan

Kepada Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi do’a Rekan-rekan angkatan 06 JPOK UNS Almamater


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi untuk itu atas segala bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan 3. Drs. H.Sunardi, M.Kes. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi 4. Drs. H.Sunardi, M.Kes. sebagai Pembimbing I atas segala perhatian dan bimbingannya. 5. Drs. Budhi Satyawan, M.Pd. sebagai Pembimbing II atas segala kesabaran dan

bimbingannya.

6. Rekan JPOK “08” Penjaskesrek yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 7. Kepala Sekolah SD Negeri Gumpang sebagai tempat penelitian.

8. Siswa kelas IV dan V SD Negeri Gumpang sebagai sampel penelitian. 9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan tersebut mendapat imbalan dari Tuhan YME, harapan penulis, semoga skripsi bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan Olahraga di SD khususnya dan masyarakat pada umumnya.


(9)

commit to user

ix

Halaman JUDUL ………..………...………...

PENGAJUAN ………..…..……… PERSETUJUAN ………..…..……… PENGESAHAN ………...………. ABSTRAK………..………..………... MOTTO ………..………..……… PERSEMBAHAN ………..……….……….. KATA PENGANTAR ………..……….……… DAFTAR ISI ……….………….. DAFTAR TABEL……….. DAFTAR LAMPIRAN ………..……….……….. DAFTAR GAMBAR ... BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II LANDASAN TEORI ... A. Tinjauan Pustaka ...

1. Lari ... a. Pengertian Lari ... b. Tujuan Lari ... c. Nomor Lari Dalam Atletik ... d. Nomor Lari Cepat (Sprint) 40 m ... e. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lari ... f. Kecepatan Lari ...

I ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xiii 1 1 4 5 5 5 6 7 7 7 7 8 8 9 10 11


(10)

commit to user

x

g. Teknik Lari ... 2. Latihan Fisik ... a. Pengertian Latihan Fisik ... b. Prinsip – prinsip Dasar Latihan ... c. Penyusunan Program Latihan ... 3. Metode Latihan ... a. Latihan lari dengan jarak tetap ... b. Latihan lari dengan jarak bertahap ... B. Kerangka Pemikiran ... ... C. Perumusan Hipotesis ... ... BAB III METODE PENELITIAN ... ...

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... B. Populasi dan Sampel ... ... C. Rancangan Penelitian ... ... D. Teknik Pengumpulan Data ... ... E. Teknik Analisis Data ... ... BAB IV. HASIL PENELITIAN ……...………..

A. Deskripsi Data ………...………. B. Pengujian Prasyarat Analisis.…………..……… C. Pengujian Hipotesis ………...…….………. D. Pembahasan Hasil Penelitian ...…..……….. BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI,SARAN ………...

A. Simpulan ………....………..

B. Implikasi ………....………..

C. Saran ………....………

DAFTAR PUSTAKA ………. LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….. 12 16 16 17 18 19 20 23 27 29 30 30 30 30 32 32 36 36 37 39 40 42 42 42 43 44 45


(11)

commit to user

xi

Halaman Tabel 1. Deskripsi Data Hasil kemampuan lari 40 meter...………...

Tabel 2. Tabel Uji Reliabilitas .... ... Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas ………...….………. Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ………... Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data …...……. Tabel 6.Rangkuman Hasil T-Test kemampuan lari 40 meter pada

Taraf Signifikasi a = 0,05... 36 37 37 38 38


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Program Latihan Lari Jarak Tetap...……….………

Lampiran 2. Program Latihan Lari Jarak Bertahap... Lampiran 3. Uji Normalitas ... Lampiran 4. Uji Homogenitas ... Lampiran 5 Uji Perbedaan ...…...………... Lampiran 6 Dokumentasi ... ………... Lampiran 7 Perijinan Penelitian ...

45 47 50 52 54 61 64


(13)

commit to user

xiii

Halaman Gambar 1. Lari Bolak Balik dengan formasi berhadapan...

Gambar 2. Lari memasukkan simpai kepatok...……….…….…… Gambar 3. Lari berpasangan memasukkan simpai ke patok... Gambar 4. Lari mengitari simpai berputar sesuai formasi berbanjar... Gambar 5. Lari mengitari kotak sesuai formasi berbanjar... Gambar 4. Lari memasukkan simpai sesuai formasi berbanjar...

21 22 22 25 26 26


(14)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Atletik adalah cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan kegiatan alami manusia. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan alami manusia seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar, karena itu atletik merupakan induk dari beberapa cabang olahraga. Olahraga Atletik dapat dilakukan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan. Olahraga Atletik di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia.

Hal yang sangat penting bagi siswa di sekolah adalah penguasaan terhadap keterampilan gerak dasar. Keterampilan gerak dasar merupakan unsur utama yang harus diajarkan pada anak-anak di sekolah. Penguasaan gerak dasar sangat diutamakan dalam rangka pencapaian prestasi yang optimal. Dengan demikian agar siswa mempunyai kemampuan yang baik, maka mereka dituntut untuk dapat melakukan unsur gerak dari gerak dasar lari yang benar. Untuk meningkatkan prestasi dalam lari, penguasaan gerak dasar harus didahulukan dalam proses latihan. Gerak dasar yang ada dalam lari harus dilatihkan secara sistematis, berulang-ulang dan kontinyu guna mencapai tujuan hasil latihan yang optimal.

Penguasaan terhadap gerak dasar lari merupakan unsur pokok dalam lari khususnya lari jarak pendek. Tolok ukur keberhasilan dalam latihan lari adalah penguasaan gerak dasar lari yang dimiliki oleh para siswa. Siswa di SD pada umumnya belum memiliki keterampilan yang baik, sehingga unsur gerak ini harus mendapat prioritas dalam pembinaan. Berlari merupakan gerak yang mendasari kemampuan lari jarak pendek yang harus dimiliki oleh atlit pada umumnya terutama pada siswa di semua tingkat pendidikan. Upaya meningkatkan kemampuan berlari harus dilakukan melalui latihan dengan menerapkan metode yang baik dan tepat. Dalam nomor lari salah satu yang penting yaitu kecepatan, pada pelaksanaan latihan


(15)

gerak dasar berlari ternyata kemampuan lari dalam hal ini kecepatannya masih rendah. Masih rendahnya kemampuan lari siswa putra kelas IV dan V di SD Negeri Gumpang 1 tahun 2010 tersebut perlu ditelusuri faktor penyebabnya.

Nomor lari jarak pendek sangat dipengaruhi oleh kecepatan, explosive

power (daya ledak), stamina dan koordinasi yang maksimal untuk dapat

menghasilkan kecepatan yang maksimal. Agar pembinaan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu diketahui beberapa faktor yang ikut berpengaruh dan menentukan keberhasilan lari jarak pendek khususnya dalam lari jarak 40 m. Sisi menarik untuk melakukan penelitian pada SD Negeri Gumpang 1, dari hasil latihan yang telah diikuti kecepatan lari yang dicapai kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan, antara lain: (1) Teknik dasar lari masih rendah dan perlu ditingkatkan. Nomor lari 40 m yang dilakukan sering tidak sesuai dengan harapan, misalnya, gerakan tungkai yang dilakukan siswa kurang menghasilkan kecepatan maksimal, koordinasi gerakan lengan yang kurang benar, (2) Metode latihan yang diberikan belum sesuai, (3) Waktu latihan hanya dimanfaatkan untuk melatih bagian – bagian kondisi fisik tertentu saja, misalnya : teknik dasar saja, kecepatan saja, daya tahan saja, stamina saja atau koordinasi saja, (4) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam melakukan latihan, (5) Sarana prasarana, dan fasilitas yang terbatas belum dapat meningkatkan kemampuan lari 40 m.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan lari cepat harus dilakukan melalui latihan. Latihan harus direncanakan dengan baik, berkesinambungan, tersusun dan terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Yang dimaksud terencana dan berkesinambungan adalah terencana menurut jadwal, pola dan sistem tertentu dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang komplek. Pelaksanaan latihan dengan penambahan beban harus diperhatikan pada kemampuan individu agar dapat meningkatkan kemampuan individu secara optimal. Latihan dapat meningkatkan prestasi atlet apabila dalam pelaksanaannya memperhitungkan penambahan-penambahan kemampuan secara bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan individu dalam menanggapi rangsang yang diberikan.


(16)

commit to user

3

Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan yang konstan maka gerakan-gerakan yang semula dianggap sukar atau sulit dilakukan lama-kelamaan akan menjadi gerakan yang otomatis dan gerakan yang otomatis semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat saraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan. Dengan demikian maka hal ini akan mengurangi jumlah tenaga yang dikeluarkan, sebab gerakan-gerakan tambahan yang tidak diperlukan dapat diabaikan. Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam metode latihan yang ada, dalam penerapan metode latihan harus sesuai dan tepat agar dapat menghasilkan kemampuan yang optimal.

Berikut ini persentase hasil latihan lari 40 m pada SD Negeri Gumpang 1 yang menunjukkan kemampuan lari 40 m yang masih rendah :

NO Rentang Waktu Lari 40 m

Siswa Umur 10 – 12 Tahun Persentase Kriteria

1 < 6,3 Detik 10,71 % Baik Sekali

2 6,4 – 6,9 Detik 25 % Baik

3 7,0 – 7,7 Detik 32, 15 % Sedang

4 7,8 – 8,8 Detik 32, 15 % Kurang

5 > 8,9 Detik - Kurang Sekali

Tabel I. Persentase hasil latihan lari 40 m pada SD Negeri Gumpang 1

Dari aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dasar selama ini dalam meningkatkan beban latihan kurang begitu memperhatikan kondisi fisik dan psikis siswanya terkesan hanya menambah beban latihan saja, hal ini menjadikan siswa mengalami kejenuhan dalam aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan khususnya latihan lari. Pendekatan latihan dengan variasi latihan dan


(17)

jarak diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lari. Ada beberapa pendekatan dengan jarak tetap dan jarak meningkat secara bertahap yang sudah sering digunakan untuk memperbaiki gerak dasar lari, akan tetapi belum diketahui mana yang lebih baik antara pendekatan bermain dan latihan lari. Hal ini mendorong peneliti untuk membuat program latihan lari dengan jarak tetap dan jarak meningkat secara bertahap sehingga diharapkan dengan variasi ini siswa tidak mengalami kejenuhan dalam melakukan latihan lari.

Siswa putra kelas IV dan V Di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010 adalah obyek yang dijadikan sampel penelitian. Dari aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dasar yang banyak mangalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan berlari. Dalam setiap menyusun dan melakukan latihan harus memperhatikan faktor atau komponen dalam latihan, yaitu lamanya latihan, beban latihan, ulangan latihan dan masa istirahat. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut dengan judul : “Perbedaan Pengaruh Latihan Lari Dengan Jarak Tetap dan Bertahap Terhadap Kemampuan Lari 40 m Pada Siswa putra kelas IV dan V Di SD Negeri Gumpang 1 tahun 2010.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Hasil latihan lari siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo belum dapat dicapai secara optimal.

2. Belum diketahui bentuk – bentuk latihan lari yang sesuai dengan teknik yang benar untuk meningkatkan hasil latihan lari

3. Belum diketahui pengaruh Latihan Lari Dengan Jarak Tetap dan Jarak Bertahap dalam meningkatkan kecepatan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.


(18)

commit to user

5

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian, maka perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pengaruh metode latihan Lari Dengan Jarak Tetap terhadap kemampuan lari 40 m.

2. Pengaruh metode latihan Lari Dengan Jarak Bertahap terhadap kemampuan lari 40 m.

3. Kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010 ?

2. Latihan manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk :

1. Mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.

2. Mengetahui latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.


(19)

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain :

1. Bagi siswa dapat menambah pengetahuan dan motivasi dalam ilmu olahraga pada umumnya dan dapat mengetahui metode latihan lari 40 m serta pentingnya teknik lari dalam lari 40 m, dapat meningkatkan penguasaan teknik lari 40 m dan faktor-faktor yang mendukungnya, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi lari 40 m menjadi lebih baik.

2. Bagi guru dan pelatih dapat menjadikan metode latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap sebagai masukan dan pedoman, untuk memberikan pembelajaran dengan metode latihan yang efektif dan dapat meningkatkan kemampuan lari 40 m secara optimal.

3. Bagi lembaga dapat menambah pengetahuan dalam ilmu olahraga dan

mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut pada umumnya, studi ini dapat dijadikan masukan dan pedoman di dalam pembinaan siswa untuk mencapai prestasi yang optimal.


(20)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lari

a. Pengertian Lari

Lari merupakan rangkaian gerakan ke depan yang diawali dengan melangkahkan kaki secara bergantian. Gerakan-gerakan dalam lari tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh kecepatan lari yang maksimal. Seperti dikemukakan Soegito (1992 : 42) bahwa, “Lari adalah Suatu cara menggerakkan badan ke depan dengan melangkahkan kaki kanan dan kiri secara bergantian, tiap kali kaki bertolak selalu ada saat melayang”.

Teknik lari memiliki kedudukan yang penting pada saat belajar atau latihan lari. Oleh karena itu, pada saat belajar atau latihan lari harus diberikan teknik lari secara baik dan benar. Dalam melakukan belajar atau latihan lari diperlukan strategi belajar atau latihan yang sesuai. Dengan melalui belajar atau latihan yang sistematis, teratur dan kontinyu serta dengan strategi belajar atau latihan yang sesuai, maka penguasaan kemampuan lari akan dapat tercapai.

Pengajar harus memberikan belajar atau latihan dengan pendekatan yang baik agar dapat mengantarkan siswanya kepada penguasaan kemampuan lari secara optimal. Belajar atau latihan lari pada siswa SD, perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Kondisi fisik siswa SD belum matang sehingga program pembelajarannya memerlukan berbagai modifikasi agar hasilnya lebih optimal. Dalam penelitian ini modifikasi belajar atau latihan lari dilakukan pada aspek kondisi lingkungan yaitu berupa penataan ruang gerak. Modifikasi kondisi lingkungan meliputi, peralatan, penataan ruang gerak dan jumlah siswa yang terlibat. Belajar atau latihan lari untuk siswa SD perlu modifikasi, agar hasilnya optimal. Modifikasi yang diterapkan dalam pembelajaran lari pada penelitian ini adalah modifikasi lingkungan belajar siswa. Dalam penelitian ini dikaji dua macam metode latihan lari, yaitu : (1)


(21)

metode latihan lari dengan jarak tetap dan, (2) metode latihan lari dengan jarak bertahap.

b. Tujuan Lari

Tujuan lari adalah menggerakan badan ke depan akibat dari gaya dorongan ke belakang terhadap tanah, dengan melakukan gerak mengais (pawing movement). Lari bertujuan untuk menggerakan badan ke depan dengan melangkahkan kaki secara bergantian, dan selalu ada saat melayamg agar dapat membedakan antara berjalan dengan berlari. Gerak berlari dengan sikap tubuh yang condong ke depan dapat mengurangi tahanan angin.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh para pelari adalah selalu berlari dalam posisi duduk, kaki tidak diluruskan sepenuhnya, dan tubuh tidak condong ke depan . Gerakan khusus yang harus diperhatikan dalam lari adalah sebagai berikut: Badan condong ke depan 25-30 derajat, usahakan badan rileks. Kaki ditolakan kuat-kuat sampai lurus ke belakang, kemudian satu lutut ditarik ke depan diangkat tinggi setinggi panggul (rata pinggang), tungkai bawah mengayun ke depan untuk mencapai langkah lebar sesuai dengan panjang tungkai masing-masing pelari. Lengan bergantung di samping badan secara wajar, siku ditekuk 90 derajat, tangan menggenggam rileks. Gerakan atau ayunan lengan ke depan dan belakang, mengikuti gerakan tungkai. Tangan dan kaki bergerak berimbang, semakin cepat gerakan kaki maka makin cepat pula gerak tangan mengikutinya. Punggung lurus dengan kepala, pandangan lurus ke depan.

c. Nomor Lari Dalam Atletik

Beberapa nomor lari dalam atletik antaralain, yaitu :

1. lari jarak pendek/lari cepat (sprint). Nomor lari jarak pendek/lari cepat (sprint) yang banyak dikenal mansyarakat di antaranya : nomor lari yang menempuh jarak 100 m, 200 m, 400 m.

2. lari jarak sedang/menengah. Menempuh jarak 800 m – 1500 m 3. lari jarak jauh. Menempuh jarak 3.000 m, 5.000 m, 10.000 m


(22)

commit to user

9

4. lari marathon. Menempuh jarak 42,195 km 5. lari gawang

6. lari estafet/sambung. Menempuh jarak 4x100m dan 4x400 m 7. lari lintas alam (cross country)

d. Nomor Lari Cepat (Sprint) 40 Meter

Lari merupakan suatu gerakan maju dengan cepat untuk mencapai tujuan atau memasuki finish. Hal ini sesuai pendapat Soegito (1992: 8) bahwa, “Lari ialah gerak maju yang diusahakan agar dapat mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau dalam waktu singkat”. Salah satu nomor atletik adalah lari jarak pendek atau sprint, menurut Muhajir (2003 : 92) lari jarak pendek atau sprint adalah ”suatu perlombaan lari dimana pesertanya berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 40, 60, 80, 100, dan 200 m”. Sedangkan lari cepat atau sprint atau istilah lainnya lari jarak pendek merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start

sampai garis finish dengan waktu sesingkat mungkin. Hal senada dikemukakan Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 63) bahwa, “Lari jarak pendek (sprint) adalah suatu cara lari dimana si atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan yang maskimal mungkin”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, lari cepat 40 meter merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis

finish menempuh jarak 40 meter dengan waktu yang seingkat-singkat. Dalam lari

sprint pada siswa SD terdapat beberapa nomor yang sering dipergunakan untuk

mengukur kecepatan lari sprint pada siswa dan merupakan nomor lari bergengsi di tingkat SD. Dalam hal ini Nurhasan (2005: 6. 24) menyatakan, “untuk mengetahui kecepatan lari sprint pada siswa SD ada nomor yang selalu digunakan yaitu (1) jarak 30 m, (2) jarak 40 m, (3) jarak 40 m. Ketiga jarak atau nomor tersebut menjadi nomor utama atau sering di gunakan dalam mengukur kecepatan lari sprint pada siswa SD”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mengukur kecepatan lari sprint pada siswa SD terdiri tiga nomor yaitu jarak 30 meter, 40 meter dan 40 meter. Dari ketiga nomor lari sprint tersebut teknik larinya sama, terutama


(23)

pada lintasan lurus. Lari cepat jarak pendek atau sprint 40 m merupakan salah satu tes yang digunakan dalam tes kesegaran jasmani Indonesia untuk anak umur 10 – 12 tahun. Lari sprint 40 m bertujuan untuk mengukur unsur kondisi fisik yaitu kecepatan.

Lari 40 m menggunakan lintasan lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 40 m dan masih mempunyai lintasan lanjutan. Sebagai tanda awal lari menggunakan bendera start, waktunya dihitung dengan stopwatch. Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintasi garis finish. Lintasan lari 40 m di beri tanda serbuk kapur atau tali rafia sebagai pembatas lintasan. Lari dimulai dari sikap berdiri di belakang garis start, pelari pada aba-aba siap mengambil sikap berdiri bersiap untuk lari. Pada aba-aba Ya pelari lari secepat mungkin menuju garis

finish, menempuh jarak 40 m. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh

pelari untuk menempuh jarak 40 m, waktu dicatat dalam satuan detik satu angka dibelakang koma.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lari

Potensi atau pembawaan sejak lahir merupakan faktor yang dominan yang akan mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Salah satu faktor yang dominan dari pembawaan adalah tipe otot yang dimiliki. Pendapat yang dikemukakan Suharno HP. (1993 : 48) bahwa “faktor-faktor penentu kecepatan secara umum adalah : (1) Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna putih (pahsic) baik untuk gerak yang cepat, (2) Pengaturan nervous system, (3) Kekuatan otot, (4) Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot, (5) Kemauan dan disiplin individu atlet “.

Faktor bawaan khususnya fibril otot putih merupakan faktor yang menentukan kecepatan yang dimiliki seseorang. Semakin banyak fibril otot putih dimiliki, maka kecepatannya akan baik. Lebih lanjut, Suharno HP. (1993 : 48) menyatakan bahwa, ” faktor-faktor penentu khusus kecepatan lari meliputi : (1) Tergantung pada kekuatan otot yang bekerja, (2) Panjang tungkai atas, (3) Frekuensi gerak dan (4) Teknik lari yang sempurna”.


(24)

commit to user

11

f. Kecepatan Lari

1. Pengertian Kecepatan

Lari adalah suatu gerakan dengan kaki yang berpindah tempat untuk mencapai tujuan, gerak maju untuk mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau dalam waktu sesingkat-singkatnya. Gerakan lari pada dasarnya sama hanya tergantung pada nomor lari yang akan dipelajari.

Nomor lari adalah nomor yang menggunakan kecepatan sebagai komponen fisik yang utama. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti lari sprint, tinju, renang, beberapa cabang olahraga permainan dan lain sebagainya. Kecepatan tidak hanya menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan ditentukan frekuensi stimulus, kemauan, mobilitas syaraf, kecepatan kontraksi otot, tingkat otomatis gerak dan power otot. Berkaitan dengan kecepatan Andi Suhendro (1999 : 4.20) menyatakan bahwa, "kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya". Sedangkan menurut Mulyono B (2007 : 58)” Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerak dalam periode waktu yang singkat. Menurut Suharno HP (1993 : 47)” kecepatan adalah kemampuan atlet untuk melakukan gerakan yang sejenis secara berturut – turut dalam waktu singkat”.

Pada prinsipnya ketiga pendapat ahli tesebut mempunyai pengertian yang hampir sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kecepatan merupakan bentuk gerakan berulang-ulang untuk menempuh jarak tertentu yang di lakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mendapatkan kecepatan yang maksimal, maka harus didukung gerakan dari bagian tubuh yang mendukung gerakan lari (ayunan lengan) yang dilakukan secara baik dan benar.


(25)

2. Macam – macam Kecepatan

Kecepatan menjadi faktor penentu utama di dalam cabang olahraga seperti lari, dari pengertian kecepatan yang telah dijelaskan dapat diketahui terdapat macam – macam kecepatan diantaranya :

Kecepatan sprint adalah kemampuan – kemampuan atlet untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Faktor-faktor penentu khusus yang dapat mempengaruhi kecepatan sprint : tergantung pada kekuatan otot yang bekerja, panjang tungkai atas, frekuensi gerak, teknik lari yang sempurna.

Kecepatan reaksi adalah waktu antara rangsangan dan jawaban gerak pertama. Faktor-faktor penentu khusus yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi : tergantung pada iriabilitas susunan saraf, daya orientasi situasi yang dihadapi atlet, ketajaman panca indera dalam menerima rangsangan, kecepatan gerak dan daya ledak atlet.

Kecepatan bergerak adalah kemampuan atlet bergerak secepat mungkin dalam satu gerak yang ditandai waktu antara gerak permulaan dan gerak akhir. Faktor – faktor penentu khusus yang dapat mempengaruhi kecepatan bergerak : tergantung pada kekuatan otot, baik tidaknya power

(daya ledak), daya koordinasi gerakan-gerakan, kelincahan dan

keseimbangan, penguasaan teknik gerak yang sempurna.

Menurut beberapa macam kecepatan yang telah disebutkan maka dapat disimpulkan kecepatan yang sangat dominan digunakan dalam nomor lari jarak pendek adalah kecepatan sprint, karena pada kecepatan sprint

kemampuan atlet untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sangat diperlukan.

g. Teknik Lari

Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan baik apabila ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomekanika dan mental


(26)

commit to user

13

terpenuhi persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktik dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga. Dengan kata lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau pertandingan. Peningkatan prestasi lari cepat 40 meter menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik dalam lari cepat. Menurut Djumidar (2004 : 12.6) bahwa, “Tahapan gerakan lari jarak pendek itu dapat dibagi menjadi tiga tahap yang harus dipahami dan dikuasai yaitu mengenai: (1) gerakan start, (2) gerakan lari cepat dan, (3) gerakan melewati garis finish”.

Gerakan yang harus dipahami dan dikuasai dalam lari jarak pendek (sprint) ada tiga bagian yaitu gerakan start, gerakan lari dan gerakan memasuki finish.

Penguasaan gerakan lari cepat yang baik akan dapat mendukung pencapaian prestasi lari cepat secara optimal. Agar siswa dapat melakukan lari cepat dengan baik dan prestasi yang tinggi, maka gerakan lari cepat tersebut harus dipahami dan dikuasai.

Didalam lari sprint 40 meter terdapat 3 macam teknik yang harus dipahami dan dikuasai, hal ini sesuai dengsn pendapat aip Syarifuddin (1992: 41) bahwa,” Dalam lari jarak pendek ada tiga teknik yang harus dipahami dan dikuasai yaitu mengenai: (1) teknik start, (2) teknik lari, (3) teknik melewati garis finish”. Seperti dikemukakan oleh Tamsir Riyadi (1985: 23) bahwa,”Pada lari jarak pendek perlu memperhatikan 4 masalah yaitu: (1) starting position, (2) starting action, (3)

sprintingaction, (4) finishingaction”.

Penguasaan teknik lari cepat (sprint) yang baik akan dapat mendukung pencapaian prestasi lari sprint secara optimal. Agar siswa dapat melakukan lari cepat (sprint) dengan baik dan memperoleh prestasi yang optimal, maka teknik-teknik tersebut harus dipahami dan dikuasai. Untuk lebih jelasnya ketiga teknik lari sprint 40 meter tersebut akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:


(27)

(1) Teknik Start

Start atau disebut juga pertolakan merupakan kunci pertama yang harus dikuasai oleh seorang sprinter. Dalam melakukan start bila terjadi keterlambatan itu berarti kerugian besar bagi seorang sprinter. Dalam lari sprint 40 meter kemenangan diperoleh dengan selisih waktu yang sangat kecil, karena itu kemampuan melakukan start yang baik sangat diperlukan.

Dalam hal ini teknik start untuk lari sprint adalah start berdiri. Start berdiri yaitu start atau sikap awal lari dengan posisi berdiri. Dengan kaki kiri berada di depan dan kaki kanan berada di belakang. Start : saat pemberangkatan, tempat tolakan kaki pada start lari jarak pendek biasanya menggunakan start blok.

a). Aba-aba ”Bersedia”

Jika mendengar aba-aba bersedia pelari segera menempatkan diri di belakang garis start, Salah satu lutut diletakkan di tanah dengan jarak kurang lebih 1 jengkal dari start, Kaki lainnya diletakkan tepat di samping lutut yang menempel ke tanah dengan jarak kurang lebih satu kepal, badan membungkuk ke depan, kedua tangan terletak di tanah tepat di belakang garis start, keempat jari tangan rapat dan ibu jari terbuka (membentuk huruf V terbalik), kepala menunduk, pandangan ke bawah leher rileks (tidak tegang), konsentrasi pada aba-aba selanjutnya.

b). Aba-aba ”Siap”

Lutut yang terletak ditanah diangkat, pinggul diangkat setinggi bahu, berat badan dibawa dimuka, kepala tetap tunduk dan leher rileks, pandangan tetap ke bawah, konsentrasi pada aba-aba selanjutnya.

c). Aba-aba ”Ya”

Menolak dengan badan tetap rendah/condong ke depan, lengan diayunkan dengan kuat, langkah kaki pendek-pendek tetapi cepat agar badan tidak tersungkur.


(28)

commit to user

15

(2) Teknik Lari Cepat

Selain teknik start dalam lari cepat juga harus memperhatikan teknik lari yang benar. Waktu melakukan lari sprint, posisi badan hampir tegak lurus pada tanah dan condong ke depan ± 60 derajat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Rusli Lutan dkk. (1992: 137) Menyatakan,”Posisi badan lari cepat dipertahankan tetap menghadap ke depan dan agak condong ke depan. Sikap badan seperti ini memungkinkan titik berat badan selalu berada di depan”. Kecepatan lari juga akan bertambah bila didukung dengan gerak ayunan kedua lengan. Pada waktu berlari, ayunan kedua lengan harus rileks dan posisi kedua tangan mengepal serta ibu jari menyilang pada jari telunjuk.

Beberapa prinsip teknik lari cepat menurut Soegito (1992: 12) antara lain: 1) Lari pada ujung kaki. 2) Menumpu dengan kuat, agar mendapatkan dorongan kedepan dengan kuat pula. 3) Badan condong ke depan ± 60 derajat, sehingga titik berat badan selalu didepan. 4) Ayunan lengan kuat-kuat dan cepat, siku dilipat, tangan menggenggam lemas, agar gerakan langkah kaki juga cepat dan kuat. 5) Setelah ± 20 m dari garis start, langkah diperlebar tetapi condong badan harus tetap dipertahankan. Serta ayunan lengan dan gerakan langkah kaki juga dipertahankan kecepatan dan kekuatannya, bahkan kalu mungkin ditingkatkan.

Kecepatan yang maksimal juga harus dilakukan oleh seorang sprinter pada waktu melakukan start sampai jarak 40 meter atau finish. Jika sprinter telah mencapai kecepatan puncak, maka harus dipertahankan dengan sekuat tenaga bahkan ditingkatkan dengan cara memperlebar langkah dan diusahakan tidak mengurangi kecepatan, selain itu juga didukung dengan menggerakkan kedua lengan sesuai arah ayunan .

(3) Teknik Memasuki Garis Finish

Memasuki garis finish adalah fase akhir penentu menang atau kalahnya seorang sprinter. Teknik memasuki garis finish sangat penting untuk dipahami dan dikuasai oleh sprinter, sebab meski punya kekuatan dan kecepatan bila teknik memasuki garis finish dari sprinter tidak baik, bisa menyebabkan kekalahan. Seorang


(29)

sprinter bebas menentukan dengan cara ataupun teknik sendiri melewati garis finish yang dianggap paling efektif dan efisien.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Agus Mukholid (2004: 102) ” teknik melewati garis finish terbagi menjadi tiga cara, yaitu: Dengan cara terus secepat-cepatnya melewati garis finish dengan tidak mengubah posisi lari. Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada dicondongkan ke depan. Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada diputar sehingga salah satu bahu maju ke depan terlebih dahulu”.

2. Latihan Fisik a. Pengertian Latihan Fisik

Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang optimal. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999 : 4.1) bahwa, “ Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlit, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga”. Pentingnya peranan kondisi fisik untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga, maka harus dilatih dengan baik dan benar.

Latihan fisik pada umumnya memberikan beban fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan didalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan dengan latihan fisik Andi Suhendro (1999 : 3.5) bahwa, “ Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”.

Latihan fisik merupakan salah satu bagian latihan olahraga secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu


(30)

commit to user

17

komponen kondisi fisik tertentu sesuai tujuannya. Hal ini artinya, latihan fisik yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen fisik yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu.

b. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan

Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif dan teratur. Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Prinsip latihan pada dasarnya merupakan suatu pedoman dalam memberikan beban latihan, sehingga beban latihan dapat dilakukan dengan baik dan akan terjadi peningkatan. Pengembangan kondisi fisik dari hasil latihan tergantung pada tipe dan beban latihan yang diberikan dan tergantung dari kekhususan latihan. Berkaitan dengan prinsip-prinsip latihan dan prinsip dasar latihan oleh Sudjarwo (1995 : 21-23 ) dirinci sebagai berikut :

Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlit. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Prinsip dasar latihan adalah sebagai berikut :

a) Prinsip individual

b) Prinsip beban berlebih ( overload principle) c) Prinsip interval

d) Prinsip stress. (penekanan) e) Latihan sepanjang tahun

f) Prinsip makanan yang baik ( nutrition )

Sedangkan prinsip-prinsip latihan menurut Suharno HP.(1993 : 10-21) sebagai berikut:

a) Latihan setahun tanpa berselang. (Prinsip kontinyu dalam latihan) b) Kenaikan beban latihan secara teratur.

c) Prinsip individual d) Prinsip interval

e) Prinsip stress. (penekanan) f) Prinsip spesialisasi

Dari pendapat tersebut diatas terdapat beberapa persamaan antara kedua pendapat dan saling melengkapi. Dalam mencapai tujuan harus menganut prinsip latihan tertentu, secara umum ataupun menurut spesialisasi suatu cabang olahraga.


(31)

Dapat diambil kesimpulan dari kedua pendapat tersebut diatas bahwa latihan harus dilakukan secara bervariasi, latihan setahun tanpa berselang (Prinsip kontinyu dalam latihan), beban sesuai atau lebih dengan tumbuh kembang seseorang, prinsip aktif dan bersungguh-sungguh, prinsip modeling, prinsip interval, prinsip stress (penekanan), prinsip makanan yang baik ( nutrition ), kenaikan beban latihan secara teratur, prinsip individu, prinsip interval dan terspesialisasi. Prinsip latihan merupakan dasar yang harus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar akan lebih memperbesar kemungkinan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Penyusunan Program Latihan

Program latihan merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pelatihan olahraga prestasi. Berkaitan dengan program latihan Andi Suhendro (1999 : 5.13) menyatakan, “ Program latihan merupakan suatu petunjuk atau pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan dimasa mendatang yang telah ditetapkan”.

Pendapat tersebut menunjukkan, bahwa program latihan merupakan petunjuk atau pedoman dalam latihan yang disusun oleh pelatih dan harus dilaksanakan oleh atlet. Program latihan yang dibuat secara teratur dan terprogram dengan baik dalam jangka waktu yang tertentu akan membuat kemampuan meningkat.

Unsur-unsur pendukung untuk pencapaian prestasi maksimal meliputi unsur fisik, teknik, taktik, dan mental akan dapat meningkat secara maksimal dengan membutuhkan proses yang panjang. Dengan adanya program latihan yang teratur dengan baik, maka latihan akan terarah, sehingga tujuan yang ditetapkan akan dapat tercapai. Hai ini sesuai pendapat Sudjarwo (1995 : 81) “ Suatu hal yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan adalah menentukan terlebih dahulu tujuan latihan atau target yang hendak dicapai”.

Dalam pencapaian prestasi yang tinggi diperlukan usaha melalui latihan yang dituangkan dalam rencana program latihan tertulis sebagai pedoman arah kegiatan


(32)

commit to user

19

untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karenanya, pelatih dituntut untuk memiliki kemampuan membuat rencana program latihan yang cermat dan tepat. Program latihan mempunyai manfaat yang penting terhadap pelaksanaan dan tujuan latihan. Manfaat dari program latihan diantaranya sebagai pedoman yang teroragnisir, terhindar dari faktor kebetulan, waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien, dapat terhindar dari hambatan-hambatan, arah dan tujuan latihan menjadi lebih jelas serta sebagai kontrol latihan yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan prinsip-prinsip latihan menunjukkan, bahwa kecepatan lari dapat ditingkatkan dengan baik jika memiliki unsur-unsur penentu kecepatan yang baik. Jika unsur-unsur penentu kecepatan tersebut dalam kondisi baik, maka kecepatan lari dapat ditingkatkan secara maksimal. Di samping itu juga, dalam melatih kecepatan harus dilakukan dengan cara yang tepat. Lebih lanjut Suharno HP. (1993 : 49) menyatakan cara melatih kecepatan (sprint)dapat dilakukan dengan interval training

yaitu:

1) Volume beban latihan 5-10 kali giliran lari, tiap-tiap giliran atlet lari secepat-cepatnya dengan jarak 30-80 meter.

2) Intensitas lari 80%-100% dengan pedoman waktu dari pelatih. 3) Frekuensi dan tempo secepat-cepatnya.

4) Peningkatan beratnya latihan dapat mencari variasi perubahan ciri-ciri

loading sesuai dengan kehendak atlet dan pelatih.

Menerapkan cara latihan yang tepat sangat penting agar diperoleh hasil latihan yang maksimal. Cara-cara melatih kecepatan tersebut harus dipahami dan dikuasai dengan baik dan benar.

3. Metode Latihan

Salah satu tujuan dari latihan adalah pencapaian prestasi yang sebaik mungkin. Upaya mencapai prestasi olahraga banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi pencapaian prestasi dalam olahraga dan masalah pembinaan olahraga yang kompleks ialah penerapan metode latihan yang ilmiah.


(33)

Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan metode latihan. Metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang pembina atau pelatih berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan bagi atlit yang dilatih. Dalam hal ini seorang pelatih harus menerapkan metode latihan yang efektif. Efektivitas latihan merupakan jalan keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa atau atlet dan pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian keterampilan yang lebih baik dalam kerangka program pembinaan. Metode latihan yang digunakan pada pelaksanaan latihan adalah sebagai berikut :

a. Latihan lari dengan jarak tetap

Teknik pendekatan latihan dengan variasi lari jarak tetap adalah salah satu metode dalam proses latihan untuk meningkatkan kecepatan lari. Dalam lari cepat, penguasaan gerakan lari cepat merupakan dasar yang yang sangat penting agar dapat berlari dengan baik. Berlatih untuk meningkatkan penguasaan gerakan lari cepat dapat dilakukan dengan berbagai teknik latihan yaitu dengan drill, dengan alat, tanpa alat, atau game situation. Latihan dengan variasi jarak lari tetap merupakan variasi bentuk latihan yang diberikan dengan tidak merubah jarak tempuh berlari dan pemberian waktu istirahat di antara waktu latihan. Teknik pendekatan latihan dengan variasi jarak lari tetap dapat dilakukan dengan bentuk latihan yang diselingi dengan istirahat di antara waktu latihan. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pelatih maupun atlet. Waktu istirahat memberi kesempatan untuk atlit mengadakan pemulihan diantara pengulangan gerakan. Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan dan intensitas dapat ditambahkan setiap 2 minggu sekali agar atlit dapat beradaptasi terhadap beban latihan dan pemulihan tenaga kembali bagi atlit dalam proses latihan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995 : 1050 ) tetap adalah “ selalu ada (tinggal, berdiri, dsb) ditempatnya: tidak berubah ( keadaannya, jarak tempuhnya, kedudukannya,dsb) tidak berpindah-pindah, tidak beranjak, selalu demikian halnya, (tt keadaan, perbuatan, dsb) sudah pasti (tentu)”. Teknik pendekatan


(34)

commit to user

21

latihan dengan variasi jarak lari tetap dapat dilakukan dengan bentuk latihan yang dalam pelaksanaan proses latihan menggunakan pendekatan latihan dengan metode

drill, menambah intensitas dan tidak harus merubah jarak tempuh latihan, variasi

jarak lari tetap dapat diterapkan dalam berbagai variasi bentuk latihan. Pelaksanaan latihan lari jarak tetap :

1. Sikap permulaan

Pelari berdiri dibelakang garis start, kaki kiri didepan, pandangan ke depan, badan sedikit dicondongkan.

2. Gerakan

a. pada aba-aba ”SIAP” pelari mengambil sikap start berdiri, pelari siap untuk lari.

b. pada aba-aba “YA” pelari lari secepat mungkin menuju garis finish, dan menempuh jarak 40 m.

3. Sikap akhir

Pelari mencapai garis finish dengan menempuh jarak 40m, kecepatan lari diukur menggunakan stop watch yang dimulai dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish.

Beberapa contoh pelaksanaan lari jarak tetap dengan berbagai variasi dapat dilihat dalam gambar berikut :

Gambar 1. Lari bolak balik berpasangan dengan formasi berhadap – hadapan Djumidar (2004 : 5.10)


(35)

Gambar 2. Lari memasukkan simpai ke patok Djumidar (2004 : 5.12)

Gambar 3. Lari berpasangan memasukkan simpai ke patok Djumidar (2004 : 5.12)

Ditinjau dari pelaksanaan latihan lari 40 m dengan metode variasi jarak lari tetap dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain:

1) Dapat mengotomatisasikan gerak lari, karena setiap kali melakukan dengan jarak yang sebenarnya.

2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan (overtraining)

3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya dengan baik.


(36)

commit to user

23

Ditinjau dari pelaksanaan latihan lari 40 m dengan metode variasi jarak lari tetap juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan lari 40 m dengan metode variasi jarak lari tetap antara lain:

1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu gilirannya.

2) Siswa yang aktif adalah atlit yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.

3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat.

4) Bersifat monoton sehingga siswa merasa kurang tertantang dalam melakukannya. 5) Pola gerakan lari kurang maksimal.

6) Kondisi fisik siswa kurang diperhatikan, sehingga terjadi kelelahan pada siswa yang tidak diperhatikan kondisi fisiknya.

b. Latihan lari dengan jarak bertahap

Teknik pendekatan latihan dengan variasi lari jarak bertahap adalah salah satu metode dalam proses latihan untuk meningkatkan kecepatan lari. Dalam lari cepat, penguasaan gerakan lari cepat merupakan dasar yang yang sangat penting agar dapat berlari dengan baik. Berlatih untuk meningkatkan penguasaan gerakan lari cepat dapat dilakukan dengan berbagai teknik latihan yaitu dengan drill, dengan alat, tanpa alat, atau game situation. Teknik pendekatan latihan dengan jarak lari bertahap dilakukan dengan cara memperjauh jarak lari secara bertahap. Pada awal latihan dimulai dari jarak yang terdekat hingga jarak yang terjauh. Hal ini dimaksudkan agar atlit dengan menggunakan tenaga yang sedikit, dapat berlari dengan baik dan dapat menggunakan teknik yang efektif dan efisien. Setelah menunjukkan keberhasilan dari jarak yang dekat, latihan ditingkatkan dengan jarak yang lebih jauh yaitu secara bertahap mundur hingga pada jarak 40 meter.

Pendekatan latihan dengan jarak lari secara bertahap diperjauh diharapkan mampu memberikan adaptasi fisik dan mental terhadap siswa. Adaptasi fisik


(37)

berkaitan erat dengan fungsi fisiologis tubuh dalam unjuk kerja berlari meliputi penggunaan tenaga berlari dan menghasilkan kecepatan maksimal. Adaptasi mental pola latihan secara bertahap akan membiasakan diri siswa dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit, sehingga hambatan yang diterima siswa meningkat pula sesuai dengan tingkatan tahapan yang dihadapi. Selain hal itu keberhasilan dalam unjuk kerja akan menumbuhkan kepercayaan diri pada diri siswa, sehingga pada diri siswa akan tumbuh motivasi dan kemauan yang kuat.

Untuk mencapai tingkat keterampilan suatu cabang olahraga, maka dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Dengan pengulangan gerakan yang sebanyak-banyaknya akan diperoleh keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa melakukan pengulangan gerakan keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995 : 990) ” tahap adalah bagian dari perkembangan (pertumbuhan), bagian dari sesuatu yang ada awal dan akhirnya, bagian dari urutan (menegak atau menyamping) tingkat, jenjang”. Menurut Garry. A Carr (2003:18) ” setelah pemula mempelajari gerakan yang benar dan mendapatkan ritme yang diperlukan, kecepatan gerakan mereka dapat ditingkatkan. Jarak yang disarankan adalah meningkat dari 10 hingga 15 meter dengan 2 atau 3 kali pengulangan”. Menurut Garry. A Carr (2003:21, 22) ” Pemula berlari sejauh 25 hingga 30 meter, jarak yang diterima oleh pemula adalah 35 hingga 40 meter”. Seperti yang dikemukakan Suharno HP. (1993 : 8) bahwa, “ untuk mengotomatiskan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik, dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”. Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus atau sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara terus-menerus akan menguatkan respon.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, metode jarak lari bertahap pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan.


(38)

commit to user

25

Disamping itu juga, dengan latihan secara terus-menerus akan meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan pada waktu latihan dan akan merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Pelaksanan latihan lari dengan jarak bertahap :

1) Sikap permulaan

Pelari berdiri dibelakang garis start, kaki kiri didepan, pandangan ke depan, badan sedikit dicondongkan.

2) Gerakan

a. pada aba-aba ”SIAP” pelari mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari b. pada aba-aba “YA” pelari lari secepat mungkin dengan menempuh jarak

secara bertahap, dengan menempuh jarak 10m kemudian pelari kembali ke garis start, berikutnya dengan sikap yang sama dan dengan aba-aba yang sama pelari lari menempuh jarak 15 m, 20 m, 25 m, 30 m, 35 m, hingga siswa menempuh jarak 40 m.

3) Sikap akhir

Pelari menempuh jarak yang diukur kecepatannya menggunakan stop watch

sampai pelari mencapai garis finish.

Beberapa contoh pelaksanaan lari jarak bertahap dengan berbagai variasi dapat dilihat dalam gambar berikut :

Gambar 4. Lari mengitar simpai berputar sesuai formasi berbanjar Djumidar (2004 : 5.12)


(39)

Gambar 5. Lari mengitar kotak - kotak berputar sesuai formasi berbanjar Djumidar (2004 : 5.13)

Gambar 6. Lari memasukkan simpai berputar sesuai formasi berbanjar Djumidar (2004 : 5.13)

Berdasarkan pelaksanaan latihan lari dengan metode jarak lari bertahap dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pelaksanaan latihan lari 40 m dengan metode variasi jarak lari bertahap antara lain:

1) Pengusaan terhadap pola gerakan lari akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus dan bertahap akan dapat membentuk pola gerakan lari yang lebih cepat.

2) Dapat merangsang motivasi siswa untuk mencoba latihan lari 40 m.

3) Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung penampilannya


(40)

commit to user

27

4) Karena bervariasi siswa dapat tertantang untuk mencoba melakukan latihan secara berulang-ulang.

5) Dengan jarak bertahap Siswa akan selalu aktif dan tidak terlalu lama menunggu gilirannya.

6) Karena sering diulang-ulang siswa akan mengingat dan menguasai gerak yang baik dan benar.

7) Pola gerakan lari terbentuk dengan maksimal karena koreksi gerak dapat segera dilakukan.

Kelemahan latihan lari 40 m dengan metode variasi jarak lari bertahap antara lain:

1) Penguasaan gerak lari kurang dapat tercapai dengan baik, sebab gerakan yang dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan.

2) Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat.

3) Akan sering terjadi kesalahan teknik karena terlalu lelah. Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat menimbulkan cedera.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:

Kemampuan lari 40 meter siswa di SD Negeri Gumpang 1 dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: sumber daya manusia (pelatih/guru penjas, siswa/atlit, pembina/pengurus), sarana prasarana. Selain faktor- faktor tersebut, faktor eksternal (siswa) juga akan mempengaruhi kualitas individu, salah satunya adalah besarnya peranan metode latihan dengan berbagai variasi, dengan menggunakan metode latihan jarak tetap dan jarak bertahap diharapkan dapat berpengaruh terhadap kemampuan berolahraga atau cabang olahraga yang ditekuni dalam hal ini kemampuan lari 40 meter. Untuk mengetahui kemampuan lari 40 meter diperlukan


(41)

suatu tes, salah satu bentuk tes kemampuan lari 40 meter adalah dengan tes lari 40 meter.

Metode latihan jarak tetap dan jarak bertahap merupakan suatu metode untuk meningkatkan kemampuan lari 40 meter. Latihan lari menggunakan jarak tetap dan jarak bertahap merupakan bentuk latihan yang mengarah pada pengembangan gerakan lari yang baik dan efektif. Dari kedua metode yang digunakan bertujuan untuk merangsang siswa agar kemampuan lari 40 meter menjadi lebih cepat. Perbedaan metode dan cara pelaksanaan dari kedua latihan tersebut tentu akan menimbulkan respon yang berbeda.

Pengaruh modifikasi latihan jarak tetap terhadap kemampuan lari 40 meter, dapat menghasilkan kekuatan dan daya ledak otot kaki dalam berlari. Bagi siswa yang baru latihan metode ini cocok karena dapat mengotomatisasikan gerak lari, karena setiap kali melakukan dengan jarak yang sebenarnya. Namun seringkali metode ini membosankan bagi siswa, terutama yang sudah menguasai bahan. Rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu giliran akan mengalihkan perhatian siswa kepada hal – hal lain yang mengurangi hasil latihan yang diharapkan. Siswa yang aktif adalah atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran. Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan tehnik gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat.

Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan

(overtraining), kondisi atlit akan lebih siap untuk melakukan session latihan

berikutnya dengan baik. Selain itu latihan lari dengan jarak tetap menuntut guru untuk lebih kreatif melakukan model-model latihan sehingga hal ini akan sulit berjalan apabila guru kurang kreatif dalam proses latihannya.

Pengaruh modifikasi latihan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 meter, dapat menghasilkan kekuatan dan daya ledak otot kaki dalam berlari. Pendekatan latihan dengan jarak lari secara bertahap diperjauh diharapkan mampu memberikan adaptasi fisik dan mental terhadap siswa. Adaptasi fisik berkaitan erat


(42)

commit to user

29

dengan fungsi fisiologis tubuh dalam unjuk kerja berlari meliputi penggunaan tenaga berlari dan menghasilkan kecepatan maksimal. Adaptasi mental pola latihan secara bertahap akan membiasakan diri siswa dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit, sehingga hambatan yang diterima siswa meningkat pula sesuai dengan tingkatan tahapan yang dihadapi. Dalam latihan lari dengan jarak bertahap memungkinkan siswa dapat menguasai pola gerak lari akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus dan bertahap akan dapat membentuk pola gerakan lari yang lebih cepat. Dapat merangsang motivasi siswa untuk mencoba latihan lari 40 m karena jarak yang ditempuh siswa bervariasi dan tidak membosankan. Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung penampilannya dalam melakukan lari. Selain itu koreksi dan pembetulan terhadap gerakan yang salah akan lebih efektif dan mudah dilakukan.

Pada latihan jarak bertahap siswa dapat merasakan bahwa latihan ini dapat menghasilkan kecepatan yang maksimal. Pengusaan terhadap pola gerakan lari akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus dan bertahap akan dapat membentuk pola gerakan lari yang lebih baik. Dengan demikian, diduga latihan lari dengan jarak bertahap mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan lari 40 meter.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.

2. Latihan lari dengan jarak bertahap lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan lari 40 m siswa putra Kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.


(43)

commit to user

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010. Penelitian ini direncanakan pada bulan September 2010. Jadwal penelitian menyesuaikan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra kelas IV dan V di SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010 yang berjumlah 28 orang.

C. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan pada tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.

Dalam penelitian ini digunakan design atau rancangan penelitian dan treatment penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Design atau rancangan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan two groups pretest – posttest design. Rancangan penelitian pretest – posttest design dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Keterangan :

OP = Ordinal Pairing

KE 1 = Kelompok Eksperimen 1 X = Latihan lari 40 m jarak tetap KE 2 = Kelompok Eksperimen 2 Y = Latihan lari 40 m jarak bertahap

Untuk pembagian kelompok menggunakan ordinal pairing, yaitu setelah dilakukan tes awal, kemudian hasil tes awal dirangking setelah itu dipisahkan ke

Pretest OP

KE 2 Y

KE 1 X

KE 2 Y

Posttest Posttest


(44)

commit to user

dalam kelompok 1 dan kelompok 2 dengan cara ordinal pairing sehingga kedua kelompok mempunyai keterampilan yang setara atau seimbang. Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Dan seterusnya

2. Variabel

Sesuai dengan masalah yang diajukan, dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu :

1) Variabel Bebas

a) Latihan lari 40 m jarak tetap

Latihan dengan variasi jarak lari tetap merupakan variasi bentuk latihan yang diberikan dengan tidak merubah jarak tempuh berlari dan pemberian waktu istirahat di antara waktu latihan.

b) Latihan lari 40 m jarak bertahap

Latihan dengan variasi jarak lari bertahap merupakan variasi bentuk latihan yang diberikan dengan merubah jarak lari secara bertahap agar atlit menggunakan tenaga yang sedikit, dapat berlari dengan baik dan dapat menggunakan teknik yang efektif dan efisien.

2) Variabel Terikat

Kemampuan lari 40 m merupakan salah satu jarak lari yang diajarkan di sekolah dasar. Lari jarak pendek atau sprint adalah suatu perlombaan lari dimana pesertanya berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 40, 60, 80, 100, dan 200 m. Lari cepat jarak pendek atau sprint 40 m merupakan salah satu tes yang digunakan dalam tes kesegaran jasmani Indonesia untuk anak umur 10 – 12 tahun.

K2 2 3 6 K1

1 4 5


(45)

commit to user

bulan) . Frekuensi latihan dilaksanakan 3 kali seminggu. Intensitas latihan untuk kedua kelompok adalah sama.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah diajukan dalam judul penelitian, maka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dengan teknik tes dan pengukuran olahraga. Kecepatan Lari 40 meter diukur dengan tes Lari 40 meter dari DEPDIKNAS (1999 : 6). Petunjuk pelaksanaan masing-masing terlampir.

E. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh, teknik pengolahannya menggunakan teknik analisis data dengan rumus t-test dengan taraf signifikansi 5%. Sebelum menguji dengan t-test, terlebih dahulu dilakukan uji realibilita dan uji persyaratan analisis data dengan melakukan uji normalitas dan homogenitas. Dengan demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

1) Reliabilitas Tes

Untuk mengetahui validitas data menggunakan tes uji reliabelitas dengan ANOVA dari THOMAS dan Nelson (2001:351) sebagai berikut :

Keterangan :

R : Koefisien reliabilitas

MSA : Jumlah rata-rata dalam kelompok MSW : Jumlah rata-rata antara kelompok

MSA - MSW R=


(46)

2) Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data atau data berbeda dalam suatu kurve normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lillieforse dari Sudjana (2002:466) untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Adapun prosedur uji normalitas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan X1, X2, ...., Xn dijakdikan bilangan baku Z1, Z2, ...., Zn dengan menggunakan rumus :

Keterangan : X = Rata-rata

s = Simpangan Baku

2. Untuk bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian di hitung peluang F(Zi) = P(Z<Xi)

3. Selanjutnya di hitung proporsi Z1, Z2, …., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka :

4. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 5. Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.

Rumus Lo = F(Zi)-S(Zi) maksimum Kriteria :

Lo ≤ Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Lo > Ltab : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

Xi- X Zi =

S

Banyaknya Z1, Z2, …., Zn yang < Zi S(Zi) =


(47)

yang digunakan berasal dari kelompok yang sama atau setara. Untuk mencari atau menguji homogenitas data, digunakan rumus untuk mencari uji homogenitas (Sudjana, 1996:386) Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

db : vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar db : Vk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil SD2bs = Varians yang lebih besar

SD2kt = Varians yang lebih kecil

3) Uji Perbedaan

a). Mencari perbedaan kelompok

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecepatan lari 40 m dengan menggunakan rumus t-test dari Thomas dan Nelson (2001:137) sebagai berikut :

t =

(

1

)

2

N N

d Md

Keterangan :

t = Nilai Perbedaan Md = Mean Deviasi d2 = Derajat perbedaan N = Jumlah Sampel

SD2 bs Fdbvb : dbvk =


(48)

commit to user b). Mencari perbedaan antar kelompok

[ M1 - M2 ] t = Ö (s1 2 / n1)+ (s2 2 / n2 )

(Jerry R. Thomas dan Jack K. Nelson, 2001 : 121 )

Mengkonsultasikan hasil t-test dengan t-tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = N – 1. Jika thitung < ttabel = 5%, maka Ho


(49)

ditolak. Artinya tidak ada perbedaan pengaruh latihan lari dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap kecepatan lari 40 m pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.

Jika thitung > ttabel = 5%, maka Hi diterima. Artinya ada perbedaan pengaruh pembelajaran latihan lari dengan jarak tetapdan jarak bertahap terhadap kecepatan lari 40 m pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura, Kab Sukoharjo tahun 2010.

Adapun uji perbedaannya menggunakan derajat kebebasan N – 1 pada taraf signifikansi 5 %. Peningkatan prosentasi dari latihan yang telah dilakukan, dicari dengan cara sebagai berikut.


(50)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpres-tasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir kemampuan Lari 40 meter.

Deskripsi hasil analisis data kemampuan lari 40 meter yang dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil kemampuan lari 40 meter

Rata-Rata dan Simpangan Baku kemampuan lari Test Latihan jarak tetap Latihan jarak bertahap Tes Awal X1 = 7,59

SD X1 = 0,641401

X2 = 7,56 SD X2 = 0,593898

Tes Akhir

Y1 = 6,88666667 SD Y1 = 0,67939

Y2 = 6,544 SDY2 = 0,5782846

Gambar 3. Rata-Rata Hasil Kemampuan lari 40 meter

6 6 6 7 7 7 7 7 8

Rata-Rata

X1 X2

Y1


(51)

Keterangan:

X1 : Tes Awal Kelompok Latihan lari Jarak tetap X2 : Tes Awal Kelompok latihan lari jarak bertahap Y1 : Tes Akhir Kelompok latihan lari jarak tetap Y2 : Tes Akhir Kelompok Latihan lari jarak bertahap

B. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Reliabilitas

Sebelum digunakan sebagai tes dalam penelitian ini, Tes lari 40 meter dicari reliabilitasnya dengan uji reliabilitas Anava I jalur. Adapun hasil pengujian tersebut seperti dalam tabel berikut :

Tabel 2. Hasil uji reliabilitas

Tes Nilai Reliabilitas Kategori

Tes Awal Lari 0,81 Tinggi

Tes Akhir Lari 0,82 Tinggi

Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilita hasil tes tersebut menggunakan tabel korelasi koefisien dari Book Walter, yang dikutip Mulyono B ( 1992: 22), yaitu:

Tabel . 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas

Kategori Validita Reliabilita Obyektivita Tinggi sekali

Tinggi Cukup Kurang Tidak signifikan

0.80 – 1 0.70 – 0.79 0.50 – 0.69 0.30 – 0.49 0.00 – 0.29

0.90 – 1 0.80 – 0.89 0.60 – 0.79 0.40 – 0.59 0.00 – 0.39

0.95 – 1 0.85 – 0.94 0.70 – 0.84 0.50 – 0.69 0.00 – 0.49

Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.


(52)

commit to user

Sebelum dilakuakn analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas

Kelompok N M SD Lhitung Lt 5%

K1 14 7,59 0,6414 0,1265 0,210

K2 14 7,56 0,5993 0,1432 0,210

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung = 00,1265 dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,210. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung = 0,1432 dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,210. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dan kelompok 2. Uji homogenitas ini berfungsi sebagai persyaratan dalam pengujian sampel dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

Kelompok N SD2 Fhitung Ft 5%

K1 14 0,38201

1,16636 2,15

K2 14 0,32752

Dari uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung = 1,16636, sedangkan dengan db = 13 lawan 13, angka Ftabel5% = 2,15 yang ternyata bahwa nilai Fhitung <Ftabel5%


(53)

kelompok 2 terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut benar–benar karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang diperoleh.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk menguji apakah pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis dapat diterima atau ditolak.

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis t-test

dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil perhitungan t-test dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut :

Tabel 6 : Rangkuman Hasil T-Test Hasil kemampuan lari 40 meter pada Taraf Signifikasi a = 0,05.

Data db t hitung t tabel Keterangan Antar pre-test 26 0,1107 1,699 Non Signifikan

Pre & Post-test Gaya Komando 13 4,9735 2,151 Signifikan

Pre & Post-test Gaya Ekspolorasi 13 4,0729 2,151 Signifikan

Antar post-test 26 2,0323 1,699 Signifikan

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan pada data hasil tes akhir kelompok latihan jarak tetap dan jarak bertahap diperoleh:

1. Hasil penghitungan sebesar 2,0323 sedangkan angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel adalah 1.699. ternyata lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol, dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh kemampuan lari 40 meter dengan latihan jarak tetap dan jarak bertahap ditolak, berarti hipotesis pertama terbukti kebenarannya.

2. Nilai peningkatan kelompok latihan jarak bertahap lebih baik dibandingkan dengan kelompok latihan jarak tetap, dengan nilai peningkatan kelompok latihan jarak bertahap sebesar 7,2649 %, sedangkan kelompok latihan jarak


(1)

commit to user

Sebelum dilakuakn analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas

Kelompok N M SD Lhitung Lt 5%

K1 14 7,59 0,6414 0,1265 0,210

K2 14 7,56 0,5993 0,1432 0,210

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung =

00,1265 dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,210. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang

dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung = 0,1432 dimana nilai tersebut lebih

kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,210. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dan kelompok 2. Uji homogenitas ini berfungsi sebagai persyaratan dalam pengujian sampel dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

Kelompok N SD2 Fhitung Ft 5%

K1 14 0,38201

1,16636 2,15

K2 14 0,32752

Dari uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung = 1,16636, sedangkan dengan db

= 13 lawan 13, angka Ftabel5% = 2,15 yang ternyata bahwa nilai Fhitung <Ftabel5%


(2)

commit to user

yang homogen. Dengan demikian apabila nantinya antara kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut benar–benar karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang diperoleh.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk menguji apakah pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis dapat diterima atau ditolak.

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis t-test dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil perhitungan t-test dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut :

Tabel 6 : Rangkuman Hasil T-Test Hasil kemampuan lari 40 meter pada Taraf Signifikasi a = 0,05.

Data db t hitung t tabel Keterangan

Antar pre-test 26 0,1107 1,699 Non Signifikan

Pre & Post-test Gaya Komando 13 4,9735 2,151 Signifikan

Pre & Post-test Gaya Ekspolorasi 13 4,0729 2,151 Signifikan

Antar post-test 26 2,0323 1,699 Signifikan

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan pada data hasil tes akhir kelompok latihan jarak tetap dan jarak bertahap diperoleh:

1. Hasil penghitungan sebesar 2,0323 sedangkan angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel adalah 1.699. ternyata lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol, dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh kemampuan lari 40 meter dengan latihan jarak tetap dan jarak bertahap ditolak, berarti hipotesis pertama terbukti kebenarannya.

2. Nilai peningkatan kelompok latihan jarak bertahap lebih baik dibandingkan dengan kelompok latihan jarak tetap, dengan nilai peningkatan kelompok latihan jarak bertahap sebesar 7,2649 %, sedangkan kelompok latihan jarak tetap sebesar 2,7026 %. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan


(3)

commit to user

kelompok latihan jarak bertahap lebih baik pengaruhnya dibandingkan kelompok latihan jarak tetap terbukti kebenarannya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Analisis Tes Awal Kelompok Latihan jarak tetap dan Latihan jarak bertahap

Sebelum masing–masing kelompok mendapat perlakuan, diadakan perhitungan ststistik dengan menggunakan rumus t-tes. Adapun hasil penghitungan t-tes untuk tes awal kelompok dengan latihan jarak tetap dan latihan jarak bertahap adalah 0,1107 lebih kecil dari ttabel sebesar 1.699, yang

berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal hasil kemampuan lari 40 meter pada kedua kelompok penelitian.

2. Analisis Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok latihan jarak tetap

Setelah masing–masing kelompok mendapat perlakuan, selanjutnya untuk membuktikan perubahan diadakan perhitungan ststistik dengan menggu-nakan rumus t-tes. Adapun hasil penghitungan t-tes untuk tes awal dan tes akhir pada kelompok dengan latihan jarak tetap sebesar 4,9735 lebih besar dari ttabel sebesar 2,151, yang berarti tolak hipotesis nol. Maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir hasil kemampuan lari 40 meter. Secara Statistik peningkatan hasil kemampuan lari 40 meter dengan latihan jarak tetap sebesar 2,7026 %.

3. Analisi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok dengan Latihan Jarak Bertahap

Hasil penghitungan statistik untuk tes awal dan tes akhir kelompok latihan jarak bertahap sebesar 4,0729 lebih besar dari ttabel sebesar 2,151, yang

berarti menolak hipotesis nol. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir hasil kemampuan lari 40 meter. Peningkatan kemampuan lari 40 meter dengan latihan jarak bertahap sebesar 7,2649 %.


(4)

commit to user

4. Analisis Data Tes Akhir latihan jarak tetap dan latihan jarak bertahap Hasil tes akhir setelah diadakan perlakuan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui perbedaan efek dari perlakuan tersebut. Selanjutnya untuk perbedaan peningkatan kemampuan lari 40 meter anatara latihan jarak tetap dan latihan jarak bertahap, dapat diketahui dengan melakukan perhitungan statistik dengan menggunakan rumus t-tes. Adapun hasil penghitungan t-tes untuk tes akhir pada kelompok latihan jarak tetap dan latihan jarak bertahap sebesar 2,0323, lebih besar dari ttabel sebesar 1,699, yang berarti menolak hipotesis nol. Maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil kemampuan lari 40 meter pada kelompok dengan latihan jarak tetap dan latihan jarak bertahap. Hasil pengujian hipotesis pertama, menunjukkan bahwa hipotesis terbukti kebenarannya, hal ini berarti teori yang telah dikemukakan dapat dibuktikan melalui penelitian ini.


(5)

commit to user

42 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI,SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagi berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh latihan lari jarak tetap dan latihan lari jarak bertahap terhadap kemampuan lari 40 meter pada siswa putra kelas IV dan V SD negeri Gumpang 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun 2010, karena nilai thitung

yang diperoleh sebesar 2,0323 , lebih besar dari ttabel sebesar 1,699.

2. Latihan lari jarak bertahap lebih baik pengaruhnya daripada latihan jarak tetap terhadap kemampuan lari 40 meter pada siswa putra kelas IV dan V SD negeri Gumpang 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun 2010, karena rata-rata peningkatan secara matematika yaitu persentasenya peningkatan latihan lari jarak bertahap lebih baik dari pada latihan lari jarak tetap, yaitu latihan lari jarak bertahap 7,2649 % dan latihan lari jarak tetap 2,7306 %.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kemampuan lari 40 meter dengan latihan jarak tetap dan latihan jarak bertahap keduanya mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lari 40 meter.

Implikasi yang diberikan bahwa dalam meningkatkan kemampuan lari 40 meter, guru dapat menggunakan latihan jarak tetap dan latihan jarak bertahap, sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi guru untuk meningkatkan kemampuan lari 40 meter.


(6)

commit to user

C. Saran

Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan. Maka guru/pengajar, Khususnya di SD Negeri gumpang 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo, disarankan hal-hal sebagi berikut :

1. Dalam pembelajaran kemampuan lari 40 meter hendaknya guru/pengajar menggunakan latihan yang sesuai dan dapat digunakan untuk latihan lari secara maksimal.

2. Penggunaan latihan yang tepat ternyata sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan lari 40 meter, latihan jarak tetap dan latihan jarak bertahap ternyata sesuai dengan karakteristik siswa SD karena berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa.

3. Untuk meningkatkan kemampuan lari 40 meteer hendaknya guru/pengajar menggunakan latihan jarak bertahap, karena berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan latihan jarak bertahap mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan lari 40 meter.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Hasil Latihan Servis antara Metode Latihan Jarak Bertahap dan Jarak Tetap Terhadap Kemampuan Penempatan Servis pada Petenis Pemula Putra Klub Diklat Tenis Pandanaran Semarang Tahun 2011

0 6 85

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PASSING BAWAH DENGAN JARAK BERTAHAP DAN JARAK TETAP TERHADAP KEMAMPUAN PASSING BAWAH PADA LPSB HARIMAU BEKONANG SUKOHARJO USIA 14 16 TAHUN 2009

0 5 15

PENGARUH KOPI TERHADAP WAKTU TEMPUH LARI JARAK 1500 METER

0 3 37

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN LARI 40 METER DENGAN PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 JIMUS KEC. POLANHARJO, KAB. KLATEN TAHUN 2010

0 1 53

Perbedaan Hasil Latihan Servis Atas Topspin antara Jarak Bertahap dan Jarak Tetap Terhadap Hasil Latihan Servis Permainan Bolavoli pada Siswa Putra Eksrtakurikuler SMA N 1 Polokarto.

0 0 1

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS JARAK BERTAHAP DENGAN JARAK TETAP TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI BREBES 08 TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009.

0 0 68

(ABSTRAK) PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS JARAK BERTAHAP DENGAN JARAK TETAP TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI BREBES 08 TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009.

0 0 1

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH JARAK BERTAHAP DAN JARAK TETAP TERHADAP KETEPATAN SERVIS BAWAH BOLA VOLI MINI PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI PEMARON 01 BREBES TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009.

0 1 78

(ABSTRAK) PERBEDAAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH JARAK BERTAHAP DAN JARAK TETAP TERHADAP KETEPATAN SERVIS BAWAH BOLA VOLI MINI PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI PEMARON 01 BREBES TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009.

0 0 1

PERBEDAAN METODE BELAJAR LATIHAN LARI CEPAT DENGAN JARAK PROGRESIF DAN JARAK TETAP TERHADAP HASIL BELAJAR LARI 100 M PADA SISWA PUTRA KELAS X MIA SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 16