Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain: a.
Warna yang menarik b.
Bau yang harum menyenangkan c.
Tidak lengket d.
Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau e.
Tidak merusak atau menggangu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya. Pembagian kosmetik dekoratif:
a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye
shadow, dan lain-lain. b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang
lama baru luntur. Misalnya: kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan lain-lain Tranggono dan Latifah , 2007.
2.3 Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jagatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papilla dengan aliran darah yang banyak dibawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir
sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir
bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cendrung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat
padanya mudah berpenetrasi ke statum germinativum. Karena ketipisan lapisan jagat, lebih menonjolnya stratum germinativum, dan aliran darah lebih banyak
mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam
memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud
pembuatan sediaan itu Ditjen POM, 1985. Warna merah pada bibir disebabkan warna darah yang mengalir di dalam
pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan lapisan kulit paling luar, yaitu satratum
corneum lapisan tanduk. Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih mudah luka dan mengalami pendarahan. Disamping itu, karena
kulitnya yang tipis, saraf yang mengurus sensasi pada bibir menjadi lebih sensitif Wibowo, 2005.
Kosmetik rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak,
misalnya ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetik rias bibir, yaitu lipstik, krim bibir lip cream, pengkilap bibir lip gloss, penggaris bibir lip liner , dan lip
sealer Wasitaatmadja, 1997.
2.4 Lipstik
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi
antara 36-38
o
C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat
lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai biasanya berkisar antara 55-75
o
C Ditjen POM, 1985.
Dari segi kualitas, lipstik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut: 1. Tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan pada bibir
2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan 3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu
4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan perubahan wujud.
5. Tidak lengket 6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna Mitsui, 1997
2.4.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik
Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin , lemak dan zat warna Balsam, 1972.
1. Minyak
Minyak adalah salah satu komponen dalam basis lipstik yang berfungsi untuk melarutkan atau mendispersikan zat warna Wilkinson, 1982.
Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik
karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak merupakan salah satu
komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari
pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar benar merata.
2. Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50
o
C dan mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi
juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,
candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras
karena memiliki titik lebur yang tinggu yaitu 85
o
C. Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik.
3. Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
meningkatkan kekuatan lipstik dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik
adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa
digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain.
4. Zat warna
Zat warna dalam listik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi
dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut
tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur
dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan. Pigmen-pigmen yang diigunakan dalam lipstik dapat berupa
lake dari barium atau kalsium, akan tetapi lake dari stronsium juga sering digunakan karena menghasilkan warna yang tahan lama dan jernih. Untuk
menghasilkan warna yang agak pudar muda, pigmen putih seperti titanium dioksida dan zink oksida harus ditambahkan.
2.4.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik
Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain
dalam formula lipstik. Zat tambah yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum.
1. Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah
antioksidan yang paling sering digunakan Poucher, 2000. 2.
Pengawet Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben
Poucher, 2000. 3.
Parfum Parfum perlu ditambahkan dalam formula lipstik untuk menutupi bau dari
minyak dan lilin yang terdapat dalam basis dan bau lain yang tidak enak yang timbul setelah lipstik digunakan atau disimpan Wilkinson, 1982.
Parfum yang berasal dari minyak tumbuhan bunga adalah yang paling banyak digunakan Balsam, 1972.
2.5 Evaluasi Lipstik 2.5.1 Pemeriksaan titik lebur lipstik
Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode
drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan metode drop point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode melting
point adalah 60 ℃ atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah diatas
50 ℃ Balsam, 1972.
2.5.2 Pemeriksaan kekuatan lipstik
Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban
yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik
patah merupakan nilai breaking point Vishwakarma, dkk., 2011.
2.5.3 Uji oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan
perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik Keithler, 1956.
2.5.4 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter Rawlins, 2003.
2.5.5 Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan
pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 Vishwakarma, dkk., 2011.
2.6 Uji Tempel Patch test
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak Ditjen POM, 1985.
Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi
tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda reaksi kulit yang ditimbulkan yaitu hiperemia,
eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian bersifat lokal pada daerah kulit yang rusak saja Ditjen POM, 1985.
Panel uji tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia diantara 20-30 tahun, berbadan
sehat jasmani dan rohani dan menyatakan kesediaannya dijadikan panel uji tempel Ditjen POM, 1985.
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku dan bagian kulit di belakang telinga Ditjen POM, 1985.
Teknik uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas tertentu lokasi lekatan, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati
reaksi kulit yang terjadi. Reaksi kulit akibat iritan primer terjadi antara beberapa menit hingga satu jam setelah pelekatan Ditjen POM, 1985.
Prosedur uji tempel preventif adalah prosedur uji tempel yang dilakukan sebelum penggunaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka
terhadap sediaan ini atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam, daerah lokasi
lekatan di belakang telinga atau bahu. Pengamatannya reaksi kulit positif atau
negatif Ditjen POM, 1985. 2.7 Uji Kesukaan
Hedonic test Uji Kesukaan Hedonic test adalah metode uji yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian. Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali pengujian adalah 6
orang, sedangkan untuk panelis non standar adalah 30 orang. Menurut Badan Standar Nasional 2006 syarat-syarat panelis adalah sebagai berikut:
1. Tertarik terhadap uji organoleptik sensori dan mau berpatisipasi
2. Konsisten dalam mengambil keputusan
3. Berbadan sehat
Penilaian sampel yang diuji berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Jumlah tingkat kesukaan bervariasi. Penilaian dapat diubah dalam bentuk angka dan
selanjutnya dapat dianalisis secara statistik untuk penarikan kesimpulan Badan Standar Nasional, 2006.
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap
sediaan, dan uji kesukaan Hedonic test terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat- alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, oven, penangas air, pH meter Hanna, kaca objek, cawan penguap, pencetak
supositoria, pipet tetes, dan rool up lipstick.
3.1.2 Bahan
Bahan kimia yang digunakan antara lain: aquades, oleum ricini, minyak jagung oleum maydis, cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax,
lanolin, oleum rosae, dan nipagin, BHT Butil hidroksitoluen dan carmin.
3.2 Pembuatan Lipstik 3.2.1 Formula
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian dengan komposisi sebagai berikut Young, 1974:
R Cera alba 36,0
Lanolin 8,0
Vaselin alba 36,0
Setil alkohol 6,0
Oleum ricini 8,0