Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya Erman Suherman, 2003:260. STAD Student Teams Achievement Division adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang siswa dan setiap siswa saling bekerja sama, berdiskusi dalam menyelesaikan tugas dan memahami bahan pelajaran yang diberikan. 2. Student Teams Achievement Division STAD Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah STAD. STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas Pradyo Wijayanti, 2002:2. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan yang beragam, kalau 8 commit to user 9 dimungkinkan berasal dari berbagai suku. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi. Menurut Slavin 2005:143: “STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, timkelompok, kuis, skor perkembangan individu, dan rekognisi tim”. Selanjutnya Slavin 2005:143 menjelaskan bahwa STAD dibagi menjadi beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai berikut : a. Presentasi kelas Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian ini mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. b. Tim Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Guru mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama, memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan. commit to user 10 c. Kuis Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Tujuannya untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai kelompok. d. Skor Kemajuan Individu Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yanbg lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa selanjutnya akan mengumpulan poin untuk tim mereka berdasrakan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. e. Rekognisi tim Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: a. Menyampaikan tujuan pembelajaran. commit to user 11 b. Memberikan informasimenyajikan materi yang akan diberikan c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok. e. Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing. f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan- keterampilan kooperatif yang dikembangkan g. Memberikan bimbingan pada kelompok. h. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu. i. Jawaban dari kuis dikoreksi secara bersama-sama. j. Pemberian tugas kelompok. 3. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD. Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain dengan menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. commit to user 12 4. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning CTL Model pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya. Model pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam model pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. a. Kunci Dasar Model Pembelajaran Kontekstual The Nortwest regional Education Laboratory USA mengidentifikasi adanya enam kunci dasar dari model pembelajaran kontekstual, yaitu. 1 Pembelajaran Bermakna Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupan di masa mendatang. commit to user 13 2 Penerapan Pengetahuan Jika siswa telah memahami apa yang dipelajari, maka siswa dapat menerapkannya dalam tatanan kehidupan. 3 Berpikir Tingkat Tinggi Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isi dan pemecahan suatu masalah. 4 Kurikulum yang Dikembangkan Berdasarkan kepada Standar Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional, dan perkembangan IPTEK dan dunia kerja. 5 Responsif terhadap Budaya Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus diperhatikan: individu siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah, dan tatanan masyarakat. 6 Penilaian Autentik Beberapa strategi penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa diantaranya: penilaian atas proyek dan kegiatan siswa, pengetahuan portofolio, rubrik, cek lis, dan panduan pengamatan disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif berperan serta dalam menilai pembelajaran mereka sendiri. M. Asikin, 2002:16 b. Strategi Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Center for Occupational Research and Development CORD mengemukakan bahwa commit to user 14 terdapat 5 strategi bagi guru dalam rangka penerapan model pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu sebagai berikut. 1 Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. 2 Experiencing, belajar ditekankan kepada penggalian eksplorasi, penemuan discovery, dan penciptaan invention. 3 Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam konteks pemanfaatannya. 4 Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan sebagainya. 5 Transfering, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi atau konteks baru. M. Asikin, 2002:19 c. Komponen CTL Tujuh komponen pelaksanaan model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut. 1 Konstruktivisme constructivism Konstruktivisme constructivism merupakan landasan berpikir filosofi pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas sempit dan tidak sekonyong-konyong. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. commit to user 15 2 Menemukan Inquiry Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. 3 Bertanya Questioning Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 4 Masyarakat Belajar Learning Community Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. 5 Pemodelan Modelling Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL guru bukan satu- satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. commit to user 16 6 Refleksi Reflection Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah di lakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7 Penilaian yang Sebenarnya Authentic Assesment Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari learning how to learn, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assement menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus pada saat melakukan proses pembelajaran. Sugiyanto, 2007:4-7 d. Asesmen Autentik Asesmen yang dilakukan menggunakan beragam sumber pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Asesmen autentik biasanya mengecek pengetahuan dan keterampilan siswa pada saat itu aktual, keterampilan, dan disposisi yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melengkapi informasi mengenai kemampuan, commit to user 17 disposisi, kesenangan, dan ketertarikan siswa dalam belajar ilmu pengetahuan sosial. 5. Contextual Teaching And Learning CTL Contextual Teaching And Learning CTL merupakan suatu sistem pengajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa setiap siswa akan belajar jika mereka mengetahui makna dan kegunaan dari materi akademiknya, dan mengetahui makna kegiatan mereka di sekolah M.Asikin, 2002:16. 6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL Pada model pembelajaran kooperatif Tipe STAD berbasis CTL, siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya, yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya. STAD dilaksanakan dengan menyertakan tujuh komponen CTL yang meliputi : konstruktivisme constructivism, menemukan inquiry, bertanya questioning, masyarakat belajar learning community, pemodelan modeling, refleksi reflection, dan penilaian autentik authentic assesment seperti yang telah diungkapkan di depan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL akan dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: a. Menyampaikan tujuan pembelajaranindikator. b. Memberikan informasimenyampaikan materi yang akan diberikan. commit to user 18 c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 4–5 siswa. d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok. e. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan secara berkelompok. f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan- keterampilan kooperatif yang dikembangkan. g. Memberikan bimbingan kepada kelompok. h. Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama. j. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu. k. Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama. l. Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan. m. Guru memberikan umpan balik. n. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara berkelompok. o. Memberikan PR. STAD berbasis CTL dalam penelitian ini merupakan pembelajaran kooperatif dengan mengangkat masalah - masalah keseharian siswa sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. commit to user 19 7. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil usaha maksimal yang telah dicapai seseorang dalam mencapai tujuannya. Menurut Agus Suprijono 2010:5 “prestasi belajar diartikan sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan”. Agus Suprijono 2010:5 berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Menurut Zainal Arifin 1990:2-3 ”prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha”. Pengertian prestasi belajar menurut W S Winkel 1996:76, yakni: Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai-nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu yang merupakan hasil usaha setelah diadakan evaluasi dalam proses belajar. Jadi untuk mengetahui hasil perubahan sebagai tujuan dari proses belajar tersebut commit to user 20 perlu adanya kegiatan evaluasi. Hasil dari kegiatan evaluasi salah satunya akan memberikan gambaran mengenai prestasi belajar yang mencakup aspek kognitif pengetahuan, afektif sikap dan psikomotorik keterampilan atau kecakapan. Pelaksanaan penilaiannya dilakukan terhadap hasil belajar seluruh mata pelajaran yang diikuti oleh peserta didik, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang diterimakan dalam bentuk buku laporan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting untuk diselesaikan karena mempunyai beberapa fungsi utama. Menurut Zaenal Arifin 1990:3: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keinginan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan peserta didik dalam suatu program. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsi bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitasnya dengan kebutuhan masyarakat dan peserta didik. Indikator ekstern dalam arti tinggi rendahnya prestasi belajar commit to user 21 dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik dimasyarakat, dengan asumsi kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap kecerdasan peserta didik. Prestasi merupakan hasil maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha belajar. Belajar adalah suatu proses yang dapat menimbulkan terjadinya suatu perubahan dalam diri seseorang. Keberhasilan atau kegagalan dalam belajar akan berdampak pula pada prestasi yang akan dicapai. Dalam kegiatan belajar tidak semua peserta didik mempunyai prestasi belajar yang sama. Ada peserta didik yang memiliki prestasi yang tinggi, prestasi sedang, ada juga yang mempunyai prestasi yang rendah. Tingkat tinggi rendahnya prestasi peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hasil belajar atau prestasi belajar yang mampu diraih peserta didik tergantung pada banyak hal. Dalam mencapai prestasi belajar tidak selamanya tergantung pada kemampuan dasar atau intelegensinya, namun banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai setelah melakukan kegiatan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya Ekonomi. Hasil belajar ini diukur dengan tes dan hasilnya berupa nilai yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka. Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir commit to user 22 yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Dalam hal ini guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan dan materi yang dikomunikasikan berisi peran berupa ilmu pengetahuan. Guru harus menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi belajar yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran. Selain itu, guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi semua siswa. Suasana yang tidak menyenangkan biasanya mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Siswa merasa gelisah, tidak nyaman, dan tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah bagaimana pembelajaran tersebut dapat membekali anak untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan nyata sehingga belajar akan menjadi bermakna. Belajar akan lebih bermakna jika anak memahami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Dengan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat yang disebut dengan pendekatan kontekstual, diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa Tim Depdiknas, 2003:1. commit to user 23 a. Pengertian Belajar Definisi belajar ada beraneka ragam. Perbedaan ini dikarenakan latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut W.S. Winkel dalam Max Darsono 2000:4 ” belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan- pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”. Howard Kingsley dalam Nana Sudjana 2001:22 membagi tiga macam hasil belajar yaitu: 1 Keterampilan dan kebiasaan. 2 Pengetahuan dan pengertian, dan 3 Sikap dan cita-cita. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1 Faktor Internal Faktor internal berasal dari dalam individu yang belajar yang meliputi faktor fisik atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik misalnya keadaan badan lemah, sakit atau kurang fit dan sebagainya, commit to user 24 sedang faktor mental psikologis meliputi kecerdasan atau intelegensi, minat, konsentrasi, ingatan, dorongan, rasa ingin tahu, dan sebagainya. 2 Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu yang belajar, meliputi faktor alam fisik, lingkungan, sarana fisik dan non fisik, pengajar serta strategi pembelajaran yang dipilih pengajar dalam menunjang proses belajar mengajar. b. Pembelajaran Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut. 1 Behavioristik Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan stimulus. 2 Kognitif Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. 3 Gestalt Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya mengaturnya menjadi suatu gestalt pola bermakna. commit to user 25 4 Humanistik Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Max Darsono, 2000:24 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal. c. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda Pradnyo Wijayanti, 2002:1. Pembelajaran ini menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Hal ini didukung pula oleh pendapat Kauchak dan Eggen dalam Nurhayati Abba, 2000:11 yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bagian dari strategi mengajar yang digunakan siswa untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari sesuatu. Belajar kooperatif juga dinamakan “pembelajaran dengan teman sebaya”. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah atau menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama lainnya. commit to user 26 Sedangkan jika siswa duduk bersama dalam kelompok dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk mengerjakan seluruh pekerjaan kelompok maka hal ini bukan merupakan pembelajaran kelompok. Menurut Mohammad Asikin, 2002:7 ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1 Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. 2 Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3 Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. 4 Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Menurut Muslimin Ibrahim. dkk, 2000:7 model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting yaitu sebagai berikut. d. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit. commit to user 27 e. Penerimaan terhadap perbedaan individu Efek penting yang kedua ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. f. Pengembangan keterampilan sosial Model kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Unsur-unsur yang diperlukan agar model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik adalah sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup sepenanggungan bersama”. b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama. d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. commit to user 28 g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Muslimin Ibrahim, dkk, 2000:6 Tanggung jawab guru selama pembelajaran kooperatif berlangsung, diantaranya sebagai berikut: a. Memonitor perilaku siswa. b. Memberi bantuan jika diperlukan. c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan hanya jika pertanyaan itu merupakan pertanyaan tim. d. Menginterupsi proses untuk menguatkan keterampilan-keterampilan kooperatif atau untuk memberikan pengajaran langsung kepada semua siswa. e. Memberikan ringkasan pelajaran. f. Mengevaluasi proses kelompok dengan mendiskusikan tindakan-tindakan anggota tim sehari-hari. g. Membantu para siswa belajar bertanggung jawab dalam pembelajaran secara individu. Siti Maesuri, 2002:3 Manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa menurut Linda Lundgren dalam Muslimin Ibrahim 2000:18, antara lain: a. Lebih banyak meluangkan waktu pada tugas, b. Rasa percaya diri menjadi lebih tinggi, c. Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan sosial, d. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, commit to user 29 e. Konflik antar pribadi berkurang, f. Sikap apatis berkurang, g. Pemahaman lebih mendalam, h. Motivasi lebih besar, i. Hasil belajar lebih baik, dll. Sebelum model pembelajaran kooperatif dilaksanakan, sebaiknya siswa terlebih dahulu diperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan digunakan dalam belajar kelompok. Dorongan teman untuk mencapai prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor penting dari model pembelajaran kooperatif. Para siswa termotivasi belajar secara baik, siap dengan pekerjaannya dan menjadi penuh perhatian selama berlangsungnya proses belajar. Menurut Linda L dalam Pratnyo Wijayanti, 2002:5, keterampilan kooperatif dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu: a. Keterampilan kooperatif tingkat awal Keterampilan kooperatif tingkat awal antara lain, menggunakan kesepakatan, maksudnya adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok. Menghargai kontribusi yang berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan orang lain karena bisa jadi kritik yang diberikan ditunjukan terhadap ide, bukan individu. Mengambil giliran, yaitu setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas dan tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Setiap anggota berada dalam commit to user 30 kelompok selama kegiatan berlangsung. Berada dalam tugas, mendorong partisipasi semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati perbedaan individu. b. Keterampilan tingkat menengah Keterampilan tingkat menengah antara lain, menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi ketegangan. c. Keterampilan tingkat mahir Keterampilan tingkat mahir antara lain, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi. 8. Motivasi Belajar Motivasi adalah merupakan dorongan yang membuat siswa melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu Sudirman A.M, 2006:20. Maka seorang guru harus dapat memberi motivasi kepada siswanya untuk mendorong timbulnya motivasi. Salah satu fungsi yang melekat pada diri guru adalah guru sebagai motivator anak didik agar memiliki semangat dan kemauan belajar yang lebih tinggi. Sepanjang masa sekolah, faktor motivasi memegang peran yang sangat besar untuk menjaga kelangsungan belajar siswa dalam tingkatan kesungguhan belajar yang tinggi. commit to user 31 Ada dua macam motivasi dapat timbul pada diri siswa, yaitu motivasi yang tumbuh dan kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh cita-cita, harapan pribadi yang bersangkutan motivasi intrinstik, dan ada yang diakibatkan oleh pengaruh luar motivasi ekstrinsik. Tugas guru adalah mendorong murid untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu demi suksesnya tujuan belajar. Tindakan atau upaya guru untuk membangkitkan motivasi siswa perlu dipikirkan dan dipertimbangkan masak-masak agar usahanya dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sebab ada kalanya maksud yang baik, justru menghasilkan sebaliknya dalam arti siswa gagal. Menurut Sudirman A.M, 2006:48 ada beberapa tindakan yang baik dan kurang tepat dalam motivasi siswa, antara lain: a. Memberi angka Jika guru konsisten dan adil serta terbuka dalam menilai siswa maka hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Tindakan guru yang kurang tepat dalam hal ini misalnya membedakan penilaian siswa karena faktor subyektif, ulangan atau tugas tidak konsisten dikoreksi dinilai, dan dikembalikan kepada siswa, dan bimbingan bagi siswa yang masih mengalami kegagalan. b. Hadiah atau penghargaan Hadiah dapat membangkitkan motivasi siswa bila setiap siswa mempunyai harapan untuk memperolehnya. Bagi siswa hadiah juga merusak sebab menyimpang pikiran anak dan tujuan belajar yang sesungguhnya. Oleh commit to user 32 karena guru harus berhati-hati dalam memilih alternatif ini untuk membangkitkan motivasi siswa antara lain dengan pengakuan keberhasilan berupa pujian, senyuman, tugas pengayaan, perhatian dan penilaian yang adil pada setiap keberhasilan siswa. c. Menumbuhkan rasa sukses Di dunia ini tidak ada seorang pun yang tidak ingin sukses. Oleh karenanya sekecil apapun keberhasilan siswa perlu dihargai dan ditunjukkan keberhasilannya. d. Kerjasama Kerjasama dapat mendorong dan memupuk siswa untuk saling memotivasi belajar sepanjang dilakukan dengan tepat. e. Membangun suasana kelas yang sejuk dan menyenangkan. Faktor ini sangat besar peranannya dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Sikap guru sangat menentukan terciptanya suasana seperti ini atau sebaliknya. f. Membangkitkan minat siswa. Minat merupakan salah satu kunci utama untuk memperlancar dan mengairahkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Banyak siswa yang kurang senang belajar atau gagal belajar karena tidak ada minat. Mengapa tidak ada minat? Karena banyak faktor, antara lain tidak tahu tujuan dan manfaat belajar. commit to user 33 9. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran di SMP yang terdiri dari dua kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup ekonomi, geografi, sedangkan pengetahuan sejarah meliputi perkembangan sejarah masa lalu hingga sekarang.Zainal Aqib, 2009:102. Max Darsono 2000:24 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Ekonomi merupakan bahan kajian tentang upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dihadapkan pada sumber ekonomi yang terbatas. Ilmu ekonomi membahas segala jenis pokok bahasan. Namun pada intinya ditujukan untuk memahami bagaimana masyarakat mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka. Kata “ekonomi” economy berasal dari kata dalam bahasa Yunani “oikos” dan “nomos” yang merujuk kepada “pihak yang mengelola rumah tangga”. Sepintas lalu, pengertian aslinya tersebut terasa kurang jelas. Namun, sesungguhnya di antara makna istilah “rumah tangga” dan “ekonomi” terdapat begitu banyak kesamaan. Berdasarkan definisi mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ekonomi diatas, dapat dirangkum bahwa pembelajaran ekonomi merupakan kegiatan belajar mengajar mengenai usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya serta berbagai masalah ekonomi lainnya dimana guru dan siswa saling berinteraksi secara langsung. commit to user 34

B. Penelitian Yang Relevan

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Peranan Model Ctl (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Pkn ( Di Mis Irsyadul Khair)

0 22 179

PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KOOPERATIF Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kooperatif Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi

0 2 17

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Ekonomi Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Kelas VIII SMP Muh

0 1 15

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Ekonomi Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Kelas VIII

0 1 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI.

0 0 14

Penerapan Model Kooperatif Tipe Stad Dal

0 0 7

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

0 1 2

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe stad

0 0 19

Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

0 0 7