PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI KELA

(1)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI KELAS VIII

SEMESTER I SMP NEGERI 4 PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

TRI INDAH WIDYASTUTI S990809009

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI KELAS VIII

SEMESTER I SMP NEGERI 4 PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN

Disusun oleh:

TRI INDAH WIDYASTUTI S990809009

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Siswandari, M. Stats NIP. 19590201 198503 2 002

Pembimbing II Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd NIP. 19540203 198103 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana

Prof. Dr. Trisno Martono NIP. 10510331 197603 1 003


(3)

commit to user

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI KELAS VIII

SEMESTER I SMP NEGERI 4 PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN

Disusun oleh:

TRI INDAH WIDYASTUTI S990809009

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Trisno Martono

NIP. 10510331 197603 1 003

__________ __________

Sekretaris Prof. Dr. H. Sigit Santoso, M. Pd. NIP. 19500930 197603 1 004

__________ __________

Anggota Penguji Prof. Dr. Siswandari, M. Stats NIP. 19590201 198503 2 002 Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd NIP. 19540203 198103 1 002

__________ __________ __________ __________ Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Prof. Dr. Trisno Martono NIP. 10510331 197603 1 003

__________ __________

Direktur Program Pascasarjana

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570802 198503 1 004


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Tri Indah Widyastuti NIM : S990809009

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Rangka Meningkatkan Prestasi Siswa Untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi Kelas VIII Semester I SMP Negeri 4 Purwodadi

Kabupaten Grobogan adalah betul – betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan

karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 17 Januari 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v MOTTO

v “ Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula ) pada dirimu

sendiri, melainkan dia telah tertulis dalam kitab ( Lauh Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. ”

( QS.Al – Hadid ayat22 )

v “Dan, barangsiapa bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan mengadakan

baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan) Nya.”


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada : 1. Ayahanda (H. Rusdan Abdul

Ghofur) dan Ibunda (Hj. Musyarofah Almarhumah) Tercinta

2. Suami Tercinta (Hairur Rofik, SE, S.PdI)

3. Anak – anakku Tersayang (Zainal Arifin, Mochammad Aziz Ghoffar, Shafira Ni’matus Sholihah, Hikmatul Malikah, Moch Refi Nurzuama) 4. Kakakku (M Nur Aziza Basori) dan

Adikku (Rofiq Fahrurrozi, Ratna Rahmawati) Tersayang

5. Sahabatku (Ahmad, Agus, Wiyono, Ukik, Cahya, Muhsidi, Wina, Dini, Endang, Ifa, Efi, Muklis, Dewi) yang selalu tulus ikhlas memotivasi dan mengabdi kepada bangsa dan negara dan agama


(7)

commit to user

vii ABSTRAK

Tri Indah Widyastuti. S990809009. Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Rangka Meningkatkan Prestasi Siswa Untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi Kelas VIII Semester I SMP Negeri 4 Purwodadi Kabupaten Grobogan, Januari 2011, Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. Siswandari, M Stats, Pembimbing II : Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd. Tesis : Program Studi Pendidikan Ekonomi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) situasi pembelajaran yang interaktif khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, (2) pemahaman siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dan (3) peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Dilaksanakan dengan 3 siklus di SMP Negeri 4 Purwodadi Kabupaten Grobogan, dengan subyek penelitian siswa kelas VIII E Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 43 siswa dalam satu kelas yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL terbukti signifikan 93,02%, (1) meningkatkan prestasi belajar siswa dari skor 60% (siklus I) meningkat menjadi 86,05% (siklus II) serta meningkat lagi menjadi 93,02% (siklus III) dari jumlah 43 siswa (2) peningkatan aktifitas siswa serta (3) pemunculan ketrampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran.


(8)

commit to user

viii

ABSTRACT

Tri Indah Widyastuti. S990809009. Application of Cooperative Education Model type STAD based on Contextual Teaching and Learning to Enhance Students’ Skill for Social-Economy Subject in Semester I 8th Grade State Junior School 4 Purwodadi Grobogan, January 2011, Supervisor I: Prof. Dr. Siswandari, M Stats, Supervisor II: Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd. Thesis: Economy Magister Education Department Sebelas Maret University of Surakarta.

The objectives of this research to know: (1) The interactive educational situation especially for Social-Economy subject, (2) Students’ understanding in Social-Economy subject and (3) Students’ achievement in Social-Economy subject.

This research used classical action research method. It’s done by three cycles in State Junior School 4 Purwodadi Grobogan with 43 students of VIII E class in Academic Year 2010/2011 divided into 25 male students and 18 female students.

The research’s conclusion was that the application of cooperative Education Model type STAD Based on CTL was significantly proved as to 93,02 % (1) enhance students’ achievement from 60% (cycle 1) to 86,05% (cycle II) then upgraded to 93,02% (cycle III) from 43 students (2) improve students activity and (3) emerge of students’ cooperative skills in subject learning.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu ya Allah atas rahmat, nikmat dan ridho-Mu, tesis ini dapat terselesaikan Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan dorongan, bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat selesai. Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.Trisno Martono, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.

2. Prof.Dr.Siswandari, M. Stats, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk serta arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

3. Dr. Djoko Santosa TH, M. Pd, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

4. Dosen penguji yang dengan tulus memberikan saran dan perbaikan demi kualitas tesis ini.


(10)

commit to user

x

5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Karyawan Kantor Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah melayani administrasi dengan baik untuk keperluan penyusunan tesis.

7. Kepala SMP Negeri 4 Purwodadi beserta Stafnya yang telah berkenan memberi ijin untuk mengadakan penelitian .

8. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Ekonomi dan segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian sehingga terselesainya tesis ini. Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang diberikan mendapatkan limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari penyusunan tesis ini masih ada kekurangan, namun besar harapan penulis tegur sapa dan saran sangat penulis harapkan, sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin.

Surakarta, 2011 Penulis


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN ABSTRAK... vii

HALAMAN ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8


(12)

commit to user

xii

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 8

2. Student Teams Achievement Division (STAD) ... 8

3. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD ... 11

4. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 12

5. Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 17

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL ... 17

7. Prestasi Belajar ... 19

8. Motivasi Belajar ... 30

9. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi ... 33

B. Penelitian Yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir………. 34

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

1. Tempat Penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 37

B. Subyek Penelitian ... 38

C. Sumber Data ... 38

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 38

E. Analisis Data ... 40


(13)

commit to user

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Kondisi SMP Negeri 4 Purwodadi ... 50

B. Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi di SMP Negeri 4 Purwodadi ... 51

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Implikasi ... 86

C. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu Penelitian ... 37

Tabel 2. Kriteria motivasi ... 41

Tabel 3. Kriteria hasil belajar ... 42

Tabel 4. Siklus Pembelajaran ... 44

Tabel 5. Rencana Pembelajaran 1 ... 52

Tabel 6. Rencana Pembelajaran 2 ... 56

Tabel 7. Hasil angket pre test motivasi belajar siswa ... 109

Tabel 8. Hasil belajar pra tindakan pre test ... 110

Tabel 9. Prosentase hasil belajar pra tindakan pre test ... 111

Tabel 10. Hasil perbandingan pre test dan post test tindakan 1 (Siklus I) ... 112

Tabel 11. Hasil prosentase perbandingan pre test dan pos test tindakan 1 (Siklus I) ... 113

Tabel 12. Hasil penilaian tindakan II (Siklus II) ... 114

Tabel 13. Prosentase keberhasilan siswa tindakan II (Siklus II) ... 115

Tabel 14. Hasil pelaksanaan tindakan III (Siklus III) ... 116

Tabel 15. Hasil angket post test motivasi belajar siswa ... 117 Tabel 16. Data skor angket motivasi (respon siswa) pre test dan post test 118


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 36

Gambar 2. Tampak depan samping kiri SMP Negeri 4 Purwodadi ... 101

Gambar 3. Tampak depan samping kanan SMP Negeri 4 Purwodadi ... 101

Gambar 4. Ruang kelas SMP Negeri 4 Purwodadi ... 102

Gambar 5. Mushola SMP Negeri 4 Purwodadi ... 102

Gambar 6. Guru dan anak – anak sedang diskusi kelompok ... 103

Gambar 7. Anak-anak sedang mengerjakan tugas kelompok ... 103

Gambar 8. Anak-anak sedang mengerjakan tugas kelompok ... 104

Gambar 9. Anak-anak sedang mengerjakan tugas kelompok ... 104

Gambar 10. Pasar ... 105

Gambar 11. Transaksi jual beli (pasar) ... 105

Gambar 12. Memesan barang (kaos) di toko (boutique) lewat internet ... 106

Gambar 13. Swalayan ... 106

Gambar 14. Kegiatan di kantin sekolah ... 107

Gambar 15. Kegiatan di Kantin sekolah ... 107

Gambar 16. Kegiatan di koperasi sekolah ... 108


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Rencana dan prosedur Penelitian ... 92

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 98

3. Daftar Gambar ... 101

4. Daftar Tabel ... 109

5. Instrumen Untuk Mengukur Motivasi Belajar Siswa ... 120

6. Hasil Wawancara ... 124

7. Soal Pre test ... 126

8. Soal Post test ... 133

9. Guide Interview... 140

10. Kartu Konsultasi Tesis ... 141

11. Permohonan Ijin Penelitian ... 146


(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Oleh sebab itu, pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar siswa agar berani menghadapi berbagai problema tanpa rasa tertekan, mau, mampu dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi.

Sejalan dengan uraian di atas, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat, terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif dan keinginan untuk maju.

Guru mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung secara aktif.


(18)

commit to user

Salah satunya dengan memperhatikan model pembelajaran yang digunakan. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang biasanya menggunakan metode ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun kurang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang kelak dapat berguna dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh siswa adalah model pembelajaran kooperatif yaitu pambelajaran yang secara sengaja didesain untuk melatih siswa mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat tersebut dalam bentuk tulisan (Erman Suherman, 2003:259). Bahkan Muslimin Ibrahim dkk (2000:12) mengatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerja sama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman”.

Diskusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema siswa akan menjadi lebih kuat sehingga pengertian siswa tentang konsep yang mereka konstruksi sendiri menjadi kuat. Dalam pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antar siswa, dari sini siswa yang lemah atau kurang pandai akan dibantu siswa yang lebih pandai, sehingga akan memperkaya pengetahuan siswa yang diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.


(19)

commit to user

Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan pada siswa dengan kondisi latar belakang yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain. Hal-hal tersebut diperlukan siswa ketika siswa berada dalam masyarakat, dimana terdapat banyak perbedaan tetapi berusaha untuk hidup bersosialisasi dalam suatu lingkungan. Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa (Muslimin Ibrahim dkk, 2000:9).

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student

Teams Achievement Division) yang merupakan sebuah pendekatan yang baik bagi

guru baru untuk memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas (Pradyo Wijayanti, 2002:2). Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas.

Hal lain yang juga menjadi pertimbangan utama dalam pembelajaran adalah kurikulum pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pergantian kurikulumpun telah dilakukan berulangkali. Kurikulum yang sekarang diterapkan adalah Kurikulum Standar Isi atau dikenal dengan kurikulum 2006.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2006 adalah pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Model pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang


(20)

commit to user

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Agus Suprijono, 2010:79).

Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu siswa memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya (Agus Suprijono, 2010:80).

Dilihat dari komponen-komponen dalam CTL, tahap-tahap dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengarah dan mendukung terlaksananya ketujuh komponen CTL tersebut. STAD mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan sharing dengan teman sekelompoknya. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari bertanya, pemodelan dan berbagai sumber informasi yang lain. STAD ini juga sebagai salah satu cara membentuk masyarakat belajar.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul sebagai berikut:


(21)

commit to user

2. Adanya kesulitan siswa dalam memahami, menganalisis dan mempraktekan Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.

3. Masih rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi baru mencapai 50 % dari seluruh siswa yang mencapai batas tuntas minimal (KKM).

Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dipilih, karena dalam kehidupan siswa sehari-hari sering dijumpai kejadian yang berhubungan dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, misalnya transaksi penjualan, syarat terjadinya pasar, macam-macam pasar dan peranan pasar sehingga siswa dapat dengan mudah menemukan hal-hal yang terkait dengan pasar untuk mencari penyelesaian dari masalah-masalah tersebut, selain itu dikarenakan prestasi siswa untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi lebih rendah yaitu nilai terendah 45 sedangkan nilai tertinggi 87 dibandingkan dengan prestasi siswa untuk mata pelajaran yang lain seperti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi di SMP N 4 Purwodadi selama ini kurang memunculkan masalah kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, oleh sebab itu peneliti memandang perlu melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis contextual teaching and learning (CTL) dalam rangka meningkatkan prestasi siswa untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pelajaran ekonomi kelas VII semester I SMP Negeri 4 Purwodadi Kabupaten Grobogan.


(22)

commit to user B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial Ekonomi Kelas VIII Semester I SMP N 4 Purwodadi ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.

D.Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL.

b. Dapat dijadikan bahan penelitian dan kajian lebih lanjut tentang efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL.

2. Secara Praktis a. Bagi Guru

Untuk mengetahui model pembelajaran yang bervariasi khususnya model kooperatif tipe STAD berbasis CTL untuk memperbaiki dan meningkatkan suasana pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan


(23)

commit to user b. Bagi Siswa

Bermanfaat bagi siswa karena terjadi interaksi antar siswa serta dapat membangun kerja sama siswa dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi di sekolah dan mata pelajaran yang lain pada umumnya.


(24)

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman, 2003:260).

STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang siswa dan setiap siswa saling bekerja sama, berdiskusi dalam menyelesaikan tugas dan memahami bahan pelajaran yang diberikan.

2. Student Teams Achievement Division (STAD)

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah STAD. STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas (Pradyo Wijayanti, 2002:2).

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan yang beragam, kalau


(25)

commit to user

dimungkinkan berasal dari berbagai suku. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi.

Menurut Slavin (2005:143): “STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan individu, dan rekognisi tim”. Selanjutnya Slavin (2005:143) menjelaskan bahwa STAD dibagi menjadi beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai berikut :

a. Presentasi kelas

Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian ini mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran.

b. Tim

Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Guru mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama, memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan.


(26)

commit to user c. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Tujuannya untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai kelompok.

d. Skor Kemajuan Individu

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yanbg lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa selanjutnya akan mengumpulan poin untuk tim mereka berdasrakan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e. Rekognisi tim

Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:


(27)

commit to user

b. Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan

c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.

e. Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing.

f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan

g. Memberikan bimbingan pada kelompok.

h. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu. i. Jawaban dari kuis dikoreksi secara bersama-sama. j. Pemberian tugas kelompok.

3. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD.

Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain dengan menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.


(28)

commit to user

4. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Model pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.

Model pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam model pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

a. Kunci Dasar Model Pembelajaran Kontekstual

The Nortwest regional Education Laboratory USA mengidentifikasi adanya enam kunci dasar dari model pembelajaran kontekstual, yaitu. 1) Pembelajaran Bermakna

Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupan di masa mendatang.


(29)

commit to user 2) Penerapan Pengetahuan

Jika siswa telah memahami apa yang dipelajari, maka siswa dapat menerapkannya dalam tatanan kehidupan.

3) Berpikir Tingkat Tinggi

Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isi dan pemecahan suatu masalah.

4) Kurikulum yang Dikembangkan Berdasarkan kepada Standar Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional, dan perkembangan IPTEK dan dunia kerja.

5) Responsif terhadap Budaya

Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus diperhatikan: individu siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah, dan tatanan masyarakat.

6) Penilaian Autentik

Beberapa strategi penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa diantaranya: penilaian atas proyek dan kegiatan siswa, pengetahuan portofolio, rubrik, cek lis, dan panduan pengamatan disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif berperan serta dalam menilai pembelajaran mereka sendiri. (M. Asikin, 2002:16) b. Strategi Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Center for


(30)

commit to user

terdapat 5 strategi bagi guru dalam rangka penerapan model pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu sebagai berikut.

1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan

nyata.

2) Experiencing, belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),

penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).

3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam

konteks pemanfaatannya.

4) Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,

pemakaian bersama, dan sebagainya.

5) Transfering, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi

atau konteks baru. (M. Asikin, 2002:19) c. Komponen CTL

Tujuh komponen pelaksanaan model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut.

1) Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.


(31)

commit to user 2) Menemukan (Inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. 3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari ‘bertanya’.

Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang

berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing

antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.

5) Pemodelan (Modelling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.


(32)

commit to user 6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah di lakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assement menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus pada saat melakukan proses pembelajaran. (Sugiyanto, 2007:4-7)

d. Asesmen Autentik

Asesmen yang dilakukan menggunakan beragam sumber pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Asesmen autentik biasanya mengecek pengetahuan dan keterampilan siswa pada saat itu (aktual), keterampilan, dan disposisi yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melengkapi informasi mengenai kemampuan,


(33)

commit to user

disposisi, kesenangan, dan ketertarikan siswa dalam belajar ilmu pengetahuan sosial.

5. Contextual Teaching And Learning (CTL)

Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan suatu sistem pengajaran

yang didasarkan pada filosofi bahwa setiap siswa akan belajar jika mereka mengetahui makna dan kegunaan dari materi akademiknya, dan mengetahui makna kegiatan mereka di sekolah (M.Asikin, 2002:16).

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL

Pada model pembelajaran kooperatif Tipe STAD berbasis CTL, siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya, yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.

STAD dilaksanakan dengan menyertakan tujuh komponen CTL yang meliputi : konstruktivisme ( constructivism), menemukan (inquiry),

bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assesment)

seperti yang telah diungkapkan di depan.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL akan dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator.


(34)

commit to user

c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 4–5 siswa.

d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.

e. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan secara berkelompok.

f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan.

g. Memberikan bimbingan kepada kelompok.

h. Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan

mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama. j. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.

k. Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama. l. Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan. m. Guru memberikan umpan balik.

n. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara berkelompok.

o. Memberikan PR.

STAD berbasis CTL dalam penelitian ini merupakan pembelajaran kooperatif dengan mengangkat masalah - masalah keseharian siswa sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.


(35)

commit to user 7. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil usaha maksimal yang telah dicapai seseorang dalam mencapai tujuannya. Menurut Agus Suprijono (2010:5) “prestasi belajar diartikan sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan”.

Agus Suprijono (2010:5) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

Menurut Zainal Arifin (1990:2-3) ”prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha”. Pengertian prestasi belajar menurut W S Winkel (1996:76), yakni: Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai-nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu yang merupakan hasil usaha setelah diadakan evaluasi dalam proses belajar. Jadi untuk mengetahui hasil perubahan sebagai tujuan dari proses belajar tersebut


(36)

commit to user

perlu adanya kegiatan evaluasi. Hasil dari kegiatan evaluasi salah satunya akan memberikan gambaran mengenai prestasi belajar yang mencakup aspek

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan atau

kecakapan).

Pelaksanaan penilaiannya dilakukan terhadap hasil belajar seluruh mata pelajaran yang diikuti oleh peserta didik, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang diterimakan dalam bentuk buku laporan.

Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting untuk diselesaikan karena mempunyai beberapa fungsi utama. Menurut Zaenal Arifin (1990:3): a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keinginan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan peserta didik dalam suatu program.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsi bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitasnya dengan kebutuhan masyarakat dan peserta didik. Indikator ekstern dalam arti tinggi rendahnya prestasi belajar


(37)

commit to user

dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik dimasyarakat, dengan asumsi kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan peserta didik).

Prestasi merupakan hasil maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha belajar. Belajar adalah suatu proses yang dapat menimbulkan terjadinya suatu perubahan dalam diri seseorang. Keberhasilan atau kegagalan dalam belajar akan berdampak pula pada prestasi yang akan dicapai. Dalam kegiatan belajar tidak semua peserta didik mempunyai prestasi belajar yang sama. Ada peserta didik yang memiliki prestasi yang tinggi, prestasi sedang, ada juga yang mempunyai prestasi yang rendah. Tingkat tinggi rendahnya prestasi peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Hasil belajar atau prestasi belajar yang mampu diraih peserta didik tergantung pada banyak hal. Dalam mencapai prestasi belajar tidak selamanya tergantung pada kemampuan dasar atau intelegensinya, namun banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut.

Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai setelah melakukan kegiatan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya Ekonomi. Hasil belajar ini diukur dengan tes dan hasilnya berupa nilai yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka.

Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir


(38)

commit to user

yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Dalam hal ini guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan dan materi yang dikomunikasikan berisi peran berupa ilmu pengetahuan.

Guru harus menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi belajar yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran. Selain itu, guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi semua siswa. Suasana yang tidak menyenangkan biasanya mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Siswa merasa gelisah, tidak nyaman, dan tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah bagaimana pembelajaran tersebut dapat membekali anak untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan nyata sehingga belajar akan menjadi bermakna. Belajar akan lebih bermakna jika anak memahami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Dengan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat yang disebut dengan pendekatan kontekstual, diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa (Tim Depdiknas, 2003:1).


(39)

commit to user a. Pengertian Belajar

Definisi belajar ada beraneka ragam. Perbedaan ini dikarenakan latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut W.S. Winkel dalam Max Darsono (2000:4) ” belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”.

Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2001:22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu:

1) Keterampilan dan kebiasaan. 2) Pengetahuan dan pengertian, dan 3) Sikap dan cita-cita.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal berasal dari dalam individu yang belajar yang meliputi faktor fisik atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik misalnya keadaan badan lemah, sakit atau kurang fit dan sebagainya,


(40)

commit to user

sedang faktor mental psikologis meliputi kecerdasan atau intelegensi, minat, konsentrasi, ingatan, dorongan, rasa ingin tahu, dan sebagainya. 2) Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu yang belajar, meliputi faktor alam fisik, lingkungan, sarana fisik dan non fisik, pengajar serta strategi pembelajaran yang dipilih pengajar dalam menunjang proses belajar mengajar.

b. Pembelajaran

Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Behavioristik

Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

2) Kognitif

Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

3) Gestalt

Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna).


(41)

commit to user 4) Humanistik

Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Max Darsono, 2000:24)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

c. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda (Pradnyo Wijayanti, 2002:1). Pembelajaran ini menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Hal ini didukung pula oleh pendapat Kauchak dan Eggen dalam Nurhayati Abba, (2000:11) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bagian dari strategi mengajar yang digunakan siswa untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari sesuatu. Belajar kooperatif juga dinamakan “pembelajaran dengan teman sebaya”.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah atau menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama lainnya.


(42)

commit to user

Sedangkan jika siswa duduk bersama dalam kelompok dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk mengerjakan seluruh pekerjaan kelompok maka hal ini bukan merupakan pembelajaran kelompok.

Menurut Mohammad Asikin, (2002:7) ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Menurut Muslimin Ibrahim. dkk, (2000:7) model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting yaitu sebagai berikut.

d. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.


(43)

commit to user e. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.

f. Pengembangan keterampilan sosial

Model kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Unsur-unsur yang diperlukan agar model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik adalah sebagai berikut:

a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama.

d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama.


(44)

commit to user

g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Muslimin Ibrahim, dkk, 2000:6)

Tanggung jawab guru selama pembelajaran kooperatif berlangsung, diantaranya sebagai berikut:

a. Memonitor perilaku siswa.

b. Memberi bantuan jika diperlukan.

c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan hanya jika pertanyaan itu merupakan pertanyaan tim.

d. Menginterupsi proses untuk menguatkan keterampilan-keterampilan kooperatif atau untuk memberikan pengajaran langsung kepada semua siswa.

e. Memberikan ringkasan pelajaran.

f. Mengevaluasi proses kelompok dengan mendiskusikan tindakan-tindakan anggota tim sehari-hari.

g. Membantu para siswa belajar bertanggung jawab dalam pembelajaran secara individu. (Siti Maesuri, 2002:3)

Manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa menurut Linda Lundgren dalam Muslimin Ibrahim (2000:18), antara lain:

a. Lebih banyak meluangkan waktu pada tugas, b. Rasa percaya diri menjadi lebih tinggi,

c. Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan sosial,


(45)

commit to user e. Konflik antar pribadi berkurang,

f. Sikap apatis berkurang, g. Pemahaman lebih mendalam, h. Motivasi lebih besar,

i. Hasil belajar lebih baik, dll.

Sebelum model pembelajaran kooperatif dilaksanakan, sebaiknya siswa terlebih dahulu diperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan digunakan dalam belajar kelompok. Dorongan teman untuk mencapai prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor penting dari model pembelajaran kooperatif. Para siswa termotivasi belajar secara baik, siap dengan pekerjaannya dan menjadi penuh perhatian selama berlangsungnya proses belajar.

Menurut Linda L dalam Pratnyo Wijayanti, (2002:5), keterampilan kooperatif dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu:

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal

Keterampilan kooperatif tingkat awal antara lain, menggunakan kesepakatan, maksudnya adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok. Menghargai kontribusi yang berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan orang lain karena bisa jadi kritik yang diberikan ditunjukan terhadap ide, bukan individu. Mengambil giliran, yaitu setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas dan tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Setiap anggota berada dalam


(46)

commit to user

kelompok selama kegiatan berlangsung. Berada dalam tugas, mendorong partisipasi semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati perbedaan individu.

b. Keterampilan tingkat menengah

Keterampilan tingkat menengah antara lain, menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi ketegangan.

c. Keterampilan tingkat mahir

Keterampilan tingkat mahir antara lain, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

8. Motivasi Belajar

Motivasi adalah merupakan dorongan yang membuat siswa melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu (Sudirman A.M, 2006:20).

Maka seorang guru harus dapat memberi motivasi kepada siswanya untuk mendorong timbulnya motivasi. Salah satu fungsi yang melekat pada diri guru adalah guru sebagai motivator anak didik agar memiliki semangat dan kemauan belajar yang lebih tinggi. Sepanjang masa sekolah, faktor motivasi memegang peran yang sangat besar untuk menjaga kelangsungan belajar siswa dalam tingkatan kesungguhan belajar yang tinggi.


(47)

commit to user

Ada dua macam motivasi dapat timbul pada diri siswa, yaitu motivasi yang tumbuh dan kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh cita-cita, harapan pribadi yang bersangkutan (motivasi intrinstik), dan ada yang diakibatkan oleh pengaruh luar (motivasi ekstrinsik).

Tugas guru adalah mendorong murid untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu demi suksesnya tujuan belajar. Tindakan atau upaya guru untuk membangkitkan motivasi siswa perlu dipikirkan dan dipertimbangkan masak-masak agar usahanya dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sebab ada kalanya maksud yang baik, justru menghasilkan sebaliknya dalam arti siswa gagal.

Menurut Sudirman A.M, (2006:48) ada beberapa tindakan yang baik dan kurang tepat dalam motivasi siswa, antara lain:

a. Memberi angka

Jika guru konsisten dan adil serta terbuka dalam menilai siswa maka hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Tindakan guru yang kurang tepat dalam hal ini misalnya membedakan penilaian siswa karena faktor subyektif, ulangan atau tugas tidak konsisten dikoreksi dinilai, dan dikembalikan kepada siswa, dan bimbingan bagi siswa yang masih mengalami kegagalan.

b. Hadiah atau penghargaan

Hadiah dapat membangkitkan motivasi siswa bila setiap siswa mempunyai harapan untuk memperolehnya. Bagi siswa hadiah juga merusak sebab menyimpang pikiran anak dan tujuan belajar yang sesungguhnya. Oleh


(48)

commit to user

karena guru harus berhati-hati dalam memilih alternatif ini untuk membangkitkan motivasi siswa antara lain dengan pengakuan keberhasilan berupa pujian, senyuman, tugas pengayaan, perhatian dan penilaian yang adil pada setiap keberhasilan siswa.

c. Menumbuhkan rasa sukses

Di dunia ini tidak ada seorang pun yang tidak ingin sukses. Oleh karenanya sekecil apapun keberhasilan siswa perlu dihargai dan ditunjukkan keberhasilannya.

d. Kerjasama

Kerjasama dapat mendorong dan memupuk siswa untuk saling memotivasi belajar sepanjang dilakukan dengan tepat.

e. Membangun suasana kelas yang sejuk dan menyenangkan.

Faktor ini sangat besar peranannya dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Sikap guru sangat menentukan terciptanya suasana seperti ini atau sebaliknya.

f. Membangkitkan minat siswa.

Minat merupakan salah satu kunci utama untuk memperlancar dan mengairahkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Banyak siswa yang kurang senang belajar atau gagal belajar karena tidak ada minat. Mengapa tidak ada minat? Karena banyak faktor, antara lain tidak tahu tujuan dan manfaat belajar.


(49)

commit to user 9. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran di SMP yang terdiri dari dua kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup ekonomi, geografi, sedangkan pengetahuan sejarah meliputi perkembangan sejarah masa lalu hingga sekarang.(Zainal Aqib, 2009:102). Max Darsono (2000:24) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.

Ekonomi merupakan bahan kajian tentang upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dihadapkan pada sumber ekonomi yang terbatas. Ilmu ekonomi membahas segala jenis pokok bahasan. Namun pada intinya ditujukan untuk memahami bagaimana masyarakat mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka. Kata “ekonomi”

(economy) berasal dari kata dalam bahasa Yunani “oikos” dan “nomos” yang

merujuk kepada “pihak yang mengelola rumah tangga”. Sepintas lalu, pengertian aslinya tersebut terasa kurang jelas. Namun, sesungguhnya di antara makna istilah “rumah tangga” dan “ekonomi” terdapat begitu banyak kesamaan.

Berdasarkan definisi mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ekonomi diatas, dapat dirangkum bahwa pembelajaran ekonomi merupakan kegiatan belajar mengajar mengenai usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya serta berbagai masalah ekonomi lainnya dimana guru dan siswa saling berinteraksi secara langsung.


(50)

commit to user

B. Penelitian Yang Relevan

Dwi Atmojo Heri (2002), Penerapan model pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah di SMP Negeri 5 Wadaslintang Wonosobo.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran secara kelompok (Tim)

Junaidi (2005), telah melakukan penelitian penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Pangantar II. Penelitian ini menguji implementasi pembelajaran kooperatif pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo. Sebanyak 43 orang mahasiswa program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo diberi perlakuan pembelajaran kooperatif. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji independent t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan hasil post test mahasiswa yang mengimplementasikan pembelajaran kooperatif dengan yang tidak mengimplementasikan. Rata-rata nilai post test kelas yang mengimplementasikan pembelajaran kooperatif sebesar 15,48 sedangkan kelas konvensional sebesar 7,2. Ini berarti nilai dan kemampuan mahasiswa yang mengimplementasikan pembelajaran kooperatif lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak mengimplementasikan pembelajaran kooperatif.

C. Kerangka Berpikir

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian hasil belajar agar maksimal yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar siswa tersebut.


(51)

commit to user

Adapun faktor dari luar diantaranya: kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru atau tenaga pengajar. Ketepatan memilih model pembelajaran sangatlah penting dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan menyeluruh.

Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar hendaknya ditujukan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa mendatang dan dapat mencetak siswa yang berkualitas dengan memiliki keterampilan dan daya kreativitas yang tinggi sehingga akan dapat memenuhi tuntutan zaman yang akan datang serta mampu memecahkan dan mengatasi problema kehidupan di dalam dunia nyata.

Melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual

Teaching And Learning (CTL) siswa akan mengetahui makna belajar dan dapat

menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang biasanya menggunakan metode ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun hasilnya kurang optimal. Sehingga siswa kurang termotivasi untuk memunculkan ide-ide kreatifnya. Hal itu belum cukup untuk membekali siswa dalam menghadapi dunia nyata setelah dia lulus dari sekolah. Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.


(52)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Berdasar Kajian Teori dan Kerangka berpikir di atas diduga dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbasis CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.

D. Hipotesis Penelitian

Terdapat peningkatan prestasi belajar siswa jika guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.

KONDISI AWAL TINDAKAN TINDAKAN KONDISI AKHIR Peneliti :

Belum menerapkan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis contextual teaching and learning (CTL) Siswa penelitian prestasi meningkat SIKLUS 1 Peneliti : Menerapkan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis contextual teaching and learning (CTL) Siswa penelitian: prestasi meningkat SIKLUS 2 Peneliti : Menerapkan kembali Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis contextual teaching and learning (CTL)

Siswa penelitian:

prestasi meningkat SIKLUS 3

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbasis contextual teaching and learning (CTL) Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa


(53)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 4 Purwodadi. Berdasarkan pengalaman peneliti pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMP tersebut diperoleh masalah dalam proses belajar mengajar menggunakan sistem pembelajaran yang bersifat ceramah, sehingga peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri tersebut.

2. Waktu Penelitian.

Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian ini mulai bulan Juni 2010 sampai Desember 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian.

Tabel 1. Waktu Penelitian

Jenis Kegiatan

Bulan (2010)

6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan Penelitian a. Penyusunan Proposal b. Perijinan

2. Pelaksanaan Penelitian a. Pengumpulan Data b. Analisis Data 3. Penyusunan Laporan


(54)

commit to user B. Subyek Penelitian

Subyek Penelitian dalam hal ini sebagai populasi adalah siswa kelas VIII E Tahun Pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 43 siswa dalam satu kelasnya, 25 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

C. Sumber Data

Sumber data berasal dari subyek peneliti, yaitu kepala sekolah, prestasi belajar siswa, rekan guru yang terangkum dalam nilai ulangan harian pada materi pasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan dan jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini maka tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipatif artinya peneliti ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Observasi partisipatif dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dan hasil penelitian tentang bagaimana metode pendampingan, materi pembelajaran, fasilitas dan media serta sistem evaluasi yang diperlukan dalam pengembangan peningkatan hasil belajar.

Pengumpulan data dilakukan dengan maksud untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat, dimana teknik-teknik yang digunakan memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Menurut Arikunto (2008: 136), teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data.


(55)

commit to user

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, tes, dokumentasi, angket dan observasi.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, karena pewawancara membawa pedoman dan pengembangannya dilakukan saat wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL.

Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test dan post test dengan bentuk soal obyektif.

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan hasil-hasil karya siswa selama pembelajaran, yaitu berupa hasil LKS, hasil tugas, hasil pre test, hasil post test. Yang melakukan dokumentasi adalah siswa sendiri dengan bimbingan dan guru.

Teknik angket digunakan untuk meraih data respon siswa terhadap penggunaan assesmen autentik dalam pembelajaran IPS Ekonomi. Dalam hal ini digunakan skala sikap untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu.

Skala sikap yang dipakai adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pemyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif (mendukung) maupun negatif (menolak) dinilai oleh siswa dengan sangat sering (SS), sering (S), kadang - kadang (KK), kurang (K), dan tidak pernah (TP). Skor yang digunakan untuk masing-masing pernyataan adalah 5untuk sangat sering, 4 untuk sering, 3 untuk kadang-kadang, 2 untuk kurang dan 1 untuk tidak pernah.


(56)

commit to user

Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati motivasi siswa di kelas ketika siswa mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. Data observasi yang diperoleh saat proses belajar mengajar dapat digunakan sebagai data penunjang.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berupa data kualitatif, oleh karenanya teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif. Berdasar karakteristik data dalam penelitian ini maka hasil analisa dideskripsikan dalam tindakan mengenai: (1) Meningkatkan motivasi belajar menggunakan penilaian autentik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, (2) Meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dengan penilaian autentik. Pelaksanaan analisis data dilakukan selama pengumpulan data, artinya selama penelitian melakukan tindakan selama itu pula peneliti mengumpulkan data dan selama itu pula data diproses, disajikan, dianalisis kemudian dideskripsikan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menentukan motivasi belajar dalam pembelajaran Ilmu Pngetahuan sosial Ekonomi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, digunakan rumus :

100% x N

N -N

η

1 1 21 =


(57)

commit to user Keterangan :

η : motivasi belajar N1 : skor rata-rata pre-test N21 : skor rata-rata post-test

Tabel 2. Kriteria motivasi

Presentase Kategori motivasi 75 < η < 100

50 < η < 75 25 < η < 50

η < 25

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi

Rendah

(Depdiknas, 2003 : 78) Kreteria keberhasilan meningkatkan motivasi belajar adalah:

a. Jika ada peningkatan rata- rata secara signifikan skor motivasi belajar dan rata-rata skor awal dibanding dengan skor akhir.

b. Jika ada 75 % jumlah siswa yang skornya meningkat.

Selain dengan menggunakan kriteria motivasi, maka untuk mengetahui motivasi siswa mengenai penilaian autentik pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL juga digunakan angket agar lebih relevan hasilnya.

2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar yaitu dengan mengadakan penilaian pada dasarnya penilaian adalah suatu proses menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam konteks situasi tertentu (Nana Sudjana 2001:119).


(58)

commit to user

Pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan membutuhkan adanya upaya penilaian,sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65 dari penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria hasil belajar

Presentase Kategori hasil belajar 66 < η < 100

65 η < 25

Terlampaui Tuntas Belum Tuntas

(Depdiknas, 2003:78) Kreteria keberhasilan hasil belajar adalah :

a) Jika ada peningkatan rata secara signifikan skor hasil belajar dan rata-rata skor awal dibanding dengan skor akhir.

b) Jika ada 65 % jumlah siswa yang skor hasil belajarnya tuntas.

Hasil belajar dipandang sebagai salah satu indikator pendidikan bagi mutu pendidikan dan perlu disadari bahwa hasil belajar adalah bagian dan hasil pendidikan.

Tujuan penilaian secara rinci adalah (Nana Sudjana, 2001: 15) :

a) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya dalam mata pelajaran yang ditempuh. b) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu melaksanakan perbaikan

dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.


(59)

commit to user

Penilaian terhadap peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi siswa SMP N 4 Purwodadi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah dengan mendeskripsikan perubahan hasil skor pre test dan skor post test pada perlakuan pertama, perlakuan kedua dan perlakuan berikutnya.

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh tentang keadaan prestasi belajar siswa. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa, dan banyaknya jumlah materi yang sudah disampaikan.

Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan untuk mendapat informasi. Teknik penilaian yang digunakan adalah melalui tes sebagai berikut:

a) Tes tertulis adalah tes soal-soal yang hams dijawab siswa dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis ini yaitu Tes obyektif. b) Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan

informasi tentang siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung.

c) Wawancara adalah untuk mengungkapkan atau mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kurang jelas informasinya. Wawancara ini juga dapat pula digunkan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami siswa tanpa ada maksud untuk menilai.


(60)

commit to user F. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 3 siklus, yang dijabarkan dalam tindakan sebagai berikut :

Tabel 4. Siklus Pembelajaran SIKLUS 1 Perencanaan

Tindakan

Merencanakan Pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif STAD berbasis CTL yang terdiri dari lima komponen utama yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim. Melakukan Kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat sesuai skenario pembelajaran, yaitu :

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator. b. Memberikan informasi/menyampaikan materi

yang akan diberikan.

c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 4–5 siswa.

d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.

e. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan


(61)

commit to user Pengamatan

secara berkelompok.

f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan. g. Memberikan bimbingan kepada kelompok. h. Meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya.

i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama.

j. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu. k. Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama. l. Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan. m. Guru memberikan umpan balik.

n. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara berkelompok. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara berkelompok.

Guru mendeskripsikan materi pengertian pasar, syarat terjadinya pasar, transaksi jual beli, macam pasar dan peranan pasar dengan metode ceramah dan


(62)

commit to user

Refleksi Melakukan Observasi proses kerja siswa dan melalui hasil kerja Siswa yang terlukis dalam Daftar nilai siswa setelah dilakukan evaluasi di akhir materi sesuai RPP yang disampaikan.

Mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan oleh siswa berdasar hasil test dan pengamatan. Setelah itu menyusun rencana perbaikan berdasar kelemahan-kelemahan yang terjadi untuk siklus yang kedua. Berdasarkan pengamatan hasil nilai evaluasi, dilakukan tindakan lanjutan.

SIKLUS 2 Perencanaan

Tindakan

Mengidentifikasi permasalahan pada siklus pertama dengan membuat Rencana Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif STAD berbasis CTL yang terdiri dari lima komponen utama yaitu :

presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim.

Melaksananan Pembelajaran sesuai skenario pembelajaran, yaitu :

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator. b. Memberikan informasi/menyampaikan materi


(63)

commit to user

c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 4–5 siswa.

d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.

e. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan secara berkelompok.

f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan. g. Memberikan bimbingan kepada kelompok. h. Meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya.

i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama.

j. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu. k. Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama. l. Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan. m. Guru memberikan umpan balik.


(64)

commit to user Pengamatan

Refleksi

n. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara berkelompok

Guru mengamati jalannya proses pembelajaran, khususnya aktivitas siswa dan menilai hasil diskusi yang dikerjakan oleh siswa.

Mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan oleh siswa berdasar hasil pengamatan. Setelah itu

menyusun rencana perbaikan berdasar kelemahan-kelemahan yang terjadi untuk siklus yang ketiga.

SIKLUS 3 Perencanaan

Tindakan

Pengamatan

Refleksi

a. Mengidentifikasi permasalahan pada siklus kedua. b. Menyiapkan materi pembelajaran

c. Merencanakan skenario pembelajaran Melaksananan Pembelajaran sesuai skenario pembelajaran seperti pada siklus kedua pada materi berikutnya.

Guru mengamati jalannya proses pembelajaran, khususnya aktivitas siswa dan menilai hasil diskusi yang dikerjakan oleh siswa.

a. Mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan oleh siswa berdasar hasil pengamatan.


(65)

commit to user

b. Menganalisa hasil tes siswa dengan analisa deskripsi komparatif pada siklus 1, 2 dan 3. c. Mengambil kesimpulan dari hasil analisa tersebut.


(1)

commit to user

Sedangkan dari tingkat keberhasilan peningkatan motivasi ada yang naik menonjol dan turun menonjol disini peneliti mencoba mewancarainya hasilnya pada lampiran.

Meskipun hasil pada setiap tindakan terlihat dalam rubrik penilaian, tetapi hal itu dianggap belum mewakili kemampuan siswa secara individu karena pada saat tindakan siswa bisa berinteraksi dengan temannya.

Pada saat tes akhir tindakan guru memberikan soal yang harus dikerjakan secara individu oleh siswa. Soal yang diberikan oleh guru adalah pre test dan post test yang tujuannya adalah untuk mendiskripsikan pemahaman siswa.

Siswa kemudian mengerjakan tugas dengan tenang dalam waktu 2 x 40 menit. Hasil pre test dan post test pascatindakan merupakan gambaran perkembangan siswa dari pratindakan hingga kegiatan pascatindakan. Dari hasil penelitian, tampak bahwa hasil test pascatindakan sesuai dengan hasil pada siklus ketiga.

4. Pembahasan

Sub bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada sub bab hasil. Pembahasan difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Pada tahap pratindakan hasil pre test yang diperoleh rata-rata kemampuan siswa 49.07%, atau dapat dikatakan kurang dari standar perolehan skor minimal siswa 75%. Kebanyakan siswa hanya mampu melaksanakan 2 indikator pada semua aspek penilaiannya.


(2)

Dari 43 siswa subyek penelitian, 5 siswa (11.63 %) memperoleh skor 30: 13 siswa (30.23%) memperoleh skor 40, 7 siswa (16.26%) memperoleh skor 50; 17 siswa (39.53%) memperoleh skor 60, serta 1 siswa (2.33%) memperoleh skor 70.

Pada tindakan I, metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode tanya jawab sederhana dengan bantuan media gambar sederhana. Pada tindakan II kemampuan siswa lebih meningkatan daripada tindakan I, yaitu dari 43 jumlah keseluruhan siswa terdapat 37 siswa yang telah memperoleh skor minimal 65 (yang berarti 86.05%, atau lebih dari 50% untuk dinyatakan berhasil). Dengan rincian: (1) skor total 55 ada 3 siswa (6.98%): (2) skor total 65 ada 6 siswa (11.62%); (3) skor total 70 ada 21 siswa (48,84%); dan (4) skor total 75 ada 13 siswa (30,23%), total skor 85 ada 1 siswa (2,33%), sehingga tindakan I perlu perbaikan pada tindakan II. Pada tindakan I masalah yang perlu diperbaiki masih pada aspek :

a. Guru hanya menerangkan apa itu pasar dan karakteristiknya.

b. Guru tanpa memanfaatkan metode pembelajaran koorperatif tipe STAD

berbasis CTL.

c. Pada saat proses pembelajaran, guru tidak membiasakan siswa aktif

bertanya, tetapi hany aktif mendengarkan.

Pada tes tindakan II, model pembelajaran diganti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, gambar pada tindakan I diceritakan kembali pada gambar tindakan II dengan lebih


(3)

commit to user

memperoleh skor minimal 65. Tindakan II sebenarnya sudah dapat dinyatakan berhasil. Tetapi permasalahannya siswa masih kurang mampu membedakan pasar abstrak dan pasar konkrit, sehingga perlu dilanjutkan dengan tindakan III untuk memperbaiki tindakan II.

Tindakan III model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Hasil yang diperoleh pada tindakan III adalah 93.02% siswa memperoleh skor minimal 65.

a. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbasis CTL pada siklus I ternyata dapat meningkatkan prestasi siswa.

b. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbasis CTL pada siklus II, ternyata lebih meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini terbukti dari hasil pre test dan post test lebih meningkat.

c. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbasis CTL pada siklus III, ternyata lebih meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi berdasarkan aspek pengertian pasar, fungsi pasar, syarat terjadinya pasar, peranan pasar, jenis pasar dan karakteristiknya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dapat meningkatkan prestasi dan kemampuan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.


(4)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Indikator dari peningkatan ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor 60% (siklus I) meningkat menjadi 86,05% (siklus II) serta meningkat lagi menjadi 93,02% (siklus III) dari jumlah 43 siswa.

B. Implikasi

Kesimpulan di atas menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi sebaiknya mempertimbangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL untuk diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Agar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi memperoleh hasil yang baik, guru harus dapat memberi motivasi, merancang materi pembelajaran secara terprogram sesuai dengan kondisi siswa, sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lancar, memilih model pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan situasi sekolah, sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran secara mandiri.


(5)

commit to user

C. Saran -saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dapat dilakukan oleh guru dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator.

2. Memberikan informasi/menyampaikan materi yang akan diberikan.

3. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari

4–5 siswa.

4. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.

5. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada

masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan secara berkelompok.

6. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai

selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan.

7. Memberikan bimbingan kepada kelompok.

8. Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

9. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan

mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama.

10.Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.

11.Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama.


(6)

13.Guru memberikan umpan balik.

14.Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Peranan Model Ctl (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Pkn ( Di Mis Irsyadul Khair)

0 22 179

PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KOOPERATIF Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kooperatif Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi

0 2 17

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Ekonomi Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Kelas VIII SMP Muh

0 1 15

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Ekonomi Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Kelas VIII

0 1 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI.

0 0 14

Penerapan Model Kooperatif Tipe Stad Dal

0 0 7

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

0 1 2

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe stad

0 0 19

Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

0 0 7