Parameter Fisika Faktor Abiotik Lingkungan

4.2 Faktor Abiotik Lingkungan

Pengukuran faktor fisik kimia di Sungai Sembahe dari hasil penelitian dilapangan dapat dilihat pada Tabel 7. berikut ini: Tabel 7. Data Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan Sungai Sembahe Pada Setiap Stasiun Penelitian No Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 A Parameter Fisika 1 Suhu o C 23 24 24 2 Kecepatan Arus mdetik 1,4 1,2 1,1 3 Intensitas Cahaya Cd 467 486 512 4 Penetrasi Cahaya M 1,2 1,3 1,3 B Parameter Kimia 5 Oksigen Terlarut DO mgl 7,1 6,2 5,6 6 Kejenuhan Oksigen 84,72 75,15 67,87 7 Derajat Keasaman pH - 7,2 7,8 7,9 8 BOD mgl 0,9 1,1 1,5 9 Nitrat NO 3 mgl 2,3 1,9 1,7 Keterangan: Stasiun 1 : Daerah Kontrol Stasiun 2 : Daerah Pariwisata Stasiun 3 : Daerah Pengerukan Pasir

4.2.1 Parameter Fisika

Suhu pada setiap stasiun penelitian berkisar antara 23-24 C. Suhu terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 23 C dan suhu tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 3 yaitu 25 C. Tingginya suhu pada stasiun 2 dan stasiun 3 dapat disebabkan oleh aktivitas pariwisata dan pengerukan pasir serta sedikitnya vegetasi tumbuhan disekitar perairan sehingga cahaya matahari dapat dengan mudah mencapai badan air. Menurut Macan 1978, kisaran suhu ini masih dalam kisaran suhu perairan tawar di Indonesia yaitu 21,3-31,4 C. Menurut Effendi 2003, kisaran suhu optimal bagi kehidupan organisme diperairan tropis adalah 20-30 C. Kecepatan arus merupakan jarak yang ditempuh suatu badan air per satuan waktu. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan selama penelitian diperoleh kecepatan arus perairan Sungai Sembahe pada setiap stasiun berada pada kisaran 1,1-1,4 mdetik, terendah pada stasiun 3 dan tertinggi pada stasiun 1. Stasiun 1 mimiliki dasar perairan berpasir dan banyak batu besar sehingga Universitas Sumatera Utara mempengaruhi gerak cepat lambatnya air dan sungai yang tidak terlalu lebar. Menurut Odum 1996, Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh jenis topografi perairan, jenis batuan besar, kedalaman, dan lebar sungai. Menurut Jukri et.al., 2013, pola drainase yang berkelok-kelok juga serta lebar sungai dengan kedalaman yang rendah dapat mempengaruhi kecepatan arus pada suatu perairan tersebut. Menurut Samuel dan Adjie 2007 bahwa, pengelompokkan sungai berdasarkan kecepatan arusnya yaitu: arus yang sangat cepat 1 mdtk, arus yang cepat 0,5-1 mdtk, arus yang sedang 0,25-0,5 mdtk, arus yang lambat 0,1-0,25 mdtk, dan arus yang sangat lambat 0,1 mdtk. Dalam penelitian ini Sungai Sembahe termasuk dalam kategori sangat cepat. Intensitas cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi penyebaran ikan. Intensitas yang telah didapat selama penelitian pada setiap stasiun berkisar 467-512 x 200.000 candela. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan kanopi atau naungan di setiap stasiun. Menurut Barus 2004 bahwa, vegetasi yang ada disepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk kedalam air, karena tumbuh-tumbuhan tersebut juga mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari. Penetrasi cahaya memiliki peranan yang penting juga bagi kehidupan ikan. Penetrasi cahaya yang terukur di setiap stasiun berada pada kisaran antara 1,2 m - 1,3 m. Nilai penetrasi cahaya tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 3 sedangkan terendah pada stasiun 1. Menurut Odum 1996, kecerahan suatu perairan berkaitan dengan padatan tersuspensi, warna air dan penetrasi cahaya yang datang, sehingga dapat menurunkan intensitas cahaya yang tersedia bagi organisme peraian.

4.2.2 Parameter kimia