mempengaruhi gerak cepat lambatnya air dan sungai yang tidak terlalu lebar. Menurut Odum 1996, Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh jenis topografi
perairan, jenis batuan besar, kedalaman, dan lebar sungai. Menurut Jukri et.al., 2013, pola drainase yang berkelok-kelok juga serta lebar sungai dengan
kedalaman yang rendah dapat mempengaruhi kecepatan arus pada suatu perairan tersebut.
Menurut Samuel dan Adjie 2007 bahwa, pengelompokkan sungai berdasarkan kecepatan arusnya yaitu: arus yang sangat cepat 1 mdtk, arus
yang cepat 0,5-1 mdtk, arus yang sedang 0,25-0,5 mdtk, arus yang lambat 0,1-0,25 mdtk, dan arus yang sangat lambat 0,1 mdtk. Dalam penelitian ini
Sungai Sembahe termasuk dalam kategori sangat cepat. Intensitas cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang juga
mempengaruhi penyebaran ikan. Intensitas yang telah didapat selama penelitian pada setiap stasiun berkisar 467-512 x 200.000 candela. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya perbedaan kanopi atau naungan di setiap stasiun. Menurut Barus 2004 bahwa, vegetasi yang ada disepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi
intensitas cahaya yang masuk kedalam air, karena tumbuh-tumbuhan tersebut juga mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari.
Penetrasi cahaya memiliki peranan yang penting juga bagi kehidupan ikan. Penetrasi cahaya yang terukur di setiap stasiun berada pada kisaran antara 1,2 m -
1,3 m. Nilai penetrasi cahaya tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 3 sedangkan terendah pada stasiun 1. Menurut Odum 1996, kecerahan suatu
perairan berkaitan dengan padatan tersuspensi, warna air dan penetrasi cahaya yang datang, sehingga dapat menurunkan intensitas cahaya yang tersedia bagi
organisme peraian.
4.2.2 Parameter kimia
Berdasarkan Tabel 7. oksigen terlarut DO yang terukur pada setiap stasiun berkisar 5,6-7,1 mgl. Nilai ini masih dianggap ideal untuk pertumbuhan ikan.
Menurut Effendie 1997, nilai DO yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mgl.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat potensi kemampuan penyerapan oksigen yang sebenarnya dari masing-masing stasiun penelitian, maka telah dilakukan perhitungan kejenuhan
oksigen dengan cara membandingkan hasil pengukuran DO dengan nilai DO sebenarnya yang dapat larut dalam air pada temperatur lapangan yang diukur.
Nilai kejenuhan oksigen pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 67,87 – 84,72. Menurut Ginting 2002 bahwa, defisit oksigen terlarut dapat
ditimbulkan oleh beberapa hal seperti laju fotosintesis yang tidak optimal, gerakan air yang lambat sehingga menyebabkan absorbsi oksigen dari udara ke dalam air
tidak berlangsung dengan baik, dan adanya bahan-bahan organik yang harus dioksidasi oleh mikroorganisma sehingga menurunkan kadar oksigen terlarut
dalam air. Nilai pH air pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 7,2-7,9. Nilai pH
tertinggi terdapat pada staiun 3 dan terendah pada stasiun 1. Menurut Siagian 2009, adanya perbedaan nilai pH pada suatu perairan disebabkan oleh
penambahan atau pengurangan CO
2
melalui proses fotosintesis yang akan menyebabkan perubahan pH didalam perairan.
Nilai BOD Biological Oxygen Demand merupakan salah satu indikator pencemaran perairan. Nilai BOD pada setiap stasiun berada pada kisaran 0,9-1,5
mgL. Nilai BOD tertinggi terdapat pada stasiun stasiun 3 dan terendah terdapat pada stasiun 1. Menurut Kristanto 2002, BOD menunjukkan jumlah terlarur
oksigen yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi,
yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terkarut di dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah
tinggi. Mikroorganisme akan mengoksidasi amoniumamoniak menjadi nitrit dan
akhirnya menjadi nitrat. Nilai nitrat yang telah diukur pada masing-masing stasiun penelitian berkisar antara 1,7-2,3 mgl. Nilai terendah pada stasiun 3 dan nilai
tertinggi pada stasiun 1. Menurut Wardoyo 1985 dalam Hardianto et al. 2012, zat hara sangat diperlukan oleh fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak,
diantaranya adalah nitrogen dalam bentuk nitrit, serta perannya dalam proses sintesa protein hewan dan tumbuhan. Berdasarkan kandungan nitrat kesuburan
Universitas Sumatera Utara
perairan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu kurang subur 0,0-0,1 mgl, sedang 0,1-5,0 mgl, dan subur 5,0-50,0 mgl. Oleh sebab itu, perairan Sungai Sembahe
termasuk dalam kategori sedang.
4.3 Analisis Korelasi Pearson