Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

sebagai dua sisi yang berbeda dari satu koin mata uang yang sama sehingga desentralisasi fiskal menuntut adanya devolusi, begitu pula sebaliknya. f. Desentralisasi fiskal juga menyangkut desentralisasi otoritas pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dalam rangka pelayanan pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat expenditure assignment . Word Bank 1988 mengungkapkan bahwa otoritas diperlukan agar pemerintah daerah mampu melakukan manajemen pengeluaran publik secara tepat, yang mempunyai ciri sebagai berikut : a secara memadai ia mampu mengendalikan keseluruhan pendapatan dan pengeluaran, dan b secara tepat mengalokasikan sumber-sumber publik ke dalam berbagai sektor dan program, serta c menjamin bahwa lembaga pemerintah beroperasi seefisien mungkin.

3. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

Menurut Nick Devas, Hubungan keuangan pusat dan daerah menyangkut pembagian. Hubungan ini menyangkut pembagian tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu antara tingkat-tingkat pemerintahan dan pembagian sumber penerimaan untuk menutup pengeluaran akibat kegiatan-kegiatan itu. Tujuan utama hubungan ini ialah mencapai perimbangan antara berbagai pembagian ini, bagaimana agar antara potensi dan sumber daya masing-masing daerah dapat sesuai Devas, Nick, 41:1989. Lebih lanjut beliau mengatakan, hubungan pusat-daerah menyangkut pembagian kekuasaan dalam pemerintahan. Hak mengambil keputusan mengenai anggaran pemerintah, cara memperoleh dan membelanjakannya, unsur yang sangat penting untuk menjalankan kekuasaan. Hubungan keuangan pusat-daerah mencerminkan tujuan politik yang mendasar sekali karena peranannya dalam menentukan bobot kekuasaan yang dijalankan pemerintah daerah dalam keseluruhan sistem pemerintahan. Hubungan ini harus serasi dengan peranan yang dimainkan oleh pemerintah daerah. Hubungan keuangan pusat dan daerah dilakukan sejalan dengan prinsip perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintahan dan pemerintah daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan bagian pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem keuangan negara dan dimaksudkan untuk mengatur sistem pendanaan atas kewenangan pemerintahan yang diserahkan, dilimpahkan, dan ditugasbantukan kepada daerah. Perimbangan keuangan dilaksanakan sejalan dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah. Pengaturan perimbangan keuangan tidak hanya mencakup aspek pendapatan daerah, tetapi juga mengatur aspek pengelolaan dan pertanggungjawabannya. Hubungan keuangan pusat dan daerah dalam rangka otonomi daerah dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan. Undang-UndangNomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,telah menetapkan dasar-dasar pendanaan pemerintahan daerah sebagai berikut. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh gubernur dalam rangka tugas pembantuan didanai APBN. Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi danatau penugasan dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah kepada pemerintah daerah diikuti dengan pemberian dana yang disesuaikan dengan besarnya beban kewenangan yang dilimpahkan danatau tugas pembantuan yang diberikan. Bagir Manan berpendapat bahwa kewenangan untuk mengenakan pungutan bukan sekedar sebagai sumber pendapatan, tetapi sekaligus melambangkan kebebasan untuk menentukan sendiri cara-cara mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah yang bersangkutan. Sumber pendapatan asli yang utama pada umumnya adalah pajak dan retribusi. Kedua sumber ini sangat tergantung kepada pusat. Sesuai dengan pembawaannya karakteristiknya, urusan keuangan dimanapun senantiasa dikategorikan sebagai urusan yang diatur dan diurus oleh pusat. Daerah hanya boleh mengatur dan mengurus sepanjang ada penyerahan dari Pusat yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, Bagir Manan, 1994:204-205. Lebih lanjut Bagir Manan, 1994:204-205 mengatakan, karena bersifat statutory, maka pada dasarnya ketergantungan daerah pada pusat di bidang keuangan akan selalu ada terlepas dari apakah sumber pendapatan asli daerah tersebut, cukup atau tidak cukup membelanjai diri sendiri. Kalaupun kemandirian itu ada, bukanlah kemandirian penuh. Kemandirian hanya terbatas pada kebebasan menentukan sendiri peruntukan dan cara menggunakan pendapatan asli daerah tersebut. Ini pun akan lebih dibatasi oleh mekanisme pengawasan preventif pengesahan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Tingkat ketergantungan akan menjadi lebih besar, apabila: a. Terdapat keengganan Pusat meskipun tidak semuanya untuk mengalihkan sumber pendapatan kepada daerah. b. Pusat berpendapat bahwa pajak daerah tertentu secara politis tidak menguntungkan, karena itu pusat mengadakan berbagai pembatasan dan sebagai pengganti kepada daerah diberikan grant . c. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat terbatas. Dapat dianalisa bahwa, penyelesaian hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah tidak terletak pada upaya melepaskan ketergantungan Daerah kepada pusat. Inti penyelesaian terletak pada upaya menciptakan sistem hubungan agar ketergantungan kepada Pusat tidak menyebabkan Daerah kehilangan keleluasan atau kebebasan mengatur sendiri urusan rumah tangganya.

4. Pendapatan Asli Daerah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

3 82 84

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Kinerja Eksekutif di Kota Medan

3 64 152

Hubungan Wakil dengan yang Diwakili (Studi Perbandingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Periode 1999-2004 dengan Periode 2004-2009)

1 45 101

Hak Recall Partai Politik Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Korelasinya Dengan Pelaksanaan Teori Kedaulatan Rakyat.

8 114 110

Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

1 39 143

Strategi peningkatan pendapatan asli daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Kepulauan Sula:

1 37 279

TINJAUAN PUSTAKA PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG NEGERI DI KABUPATEN MALUKU TENGAH.

0 2 13

TESIS FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA.

0 7 16

PENDAHULUAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA.

0 3 22

DAFTAR PUSTAKA A. Buku FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA.

0 5 4