air dari sebagian besar materi, tetapi bias menyerap air dari permukaannya. Dengan demikian, jumlah penyerapan air tergantung pada kandungan resin komposit dan
kualitas ikatan antara resin dan bahan pengisi. Penyerapan air juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perlakuan suhu, penyinaran, polimerisasi, dan jenis
monomer dari resin komposit.
11,17,18
2.5 Sistem Curing
Untuk beberapa komposit light-cured, proses curing disesuaikan dengan permintaan. Polimerisasi dimulai ketika komposit pertama kali terpapar cahaya.
Pengerasan berlangsung dalam hitungan detik setelah sumber terpapar oleh cahaya dengan intensitas tinggi. Meskipun restorasi komposit tampak keras setelah terpapar
oleh cahaya, tetapi proses pengerasan berlanjut sampai 24 jam setelah penyinaran. Tidak semua karbon tidak jenuh berikatan ganda yang terdapat dalam komposit
bereaksi, beberapa penelitian melaporkan sekitar 25 tetap tidak bereaksi pada sebagian besar restorasi. Apabila permukaan dari restorasi tidak terlondungi dari
udara oleh matriks trasnparan maka polimerisasi terhambat, jumlah karbon tidak jenuh berikatan ganda yang tidak bereaksi dapat mencapai 75 dari lapisan
permukaan. Meskipun restorasi dapat diselesaikan dengan abrasive dan dapat berfungsi setelah 10 menit, sifat fisik yang optimal akan tidak tercapai sebelum 24
jam setelah reaksi dimulai
.18
2.6 Pengaruh Temperatur Terhadap Penyerapan Air Resin Komposit
Temperatur makanan atau minuman digunakan seseorang untuk mendapatkan aroma dari makanan atau minuman. Sebagai contoh, kopi dengan suhu panas lebih
dipilih oleh kebanyakan individu daripada kopi dengan suhu dingin. Begitu juga dengan es krim, akan mempunyai rasa yang optimal ketika dimakan dalam keadaan
dingin, tetapi apabila dimakan dalam keadaan panas maka rasanya sangat tidak enak. Temperatur juga dapat berdampak pada sensivitas gigi, beberapa orang akan
merasakan ngilu pada giginya saat minum atau makan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin. Salah satu yang mempengaruhi peyerapan air pada resin komposit
Universitas Sumatera Utara
adalah temperatur. Penelitian yang dilakukan oleh Ricardo Walter dkk 2009 menyatakan bahwa meskipun efeknya bervariasi oleh merek bahan, resin komposit
memiliki aliran yang lebih besar ketika dipanaskan. Rueggeber and De Goes 2005 juga menyatakan bahwa tingkat konversi resin komposit pada temperature ruangan
lebih rendah daripada di temperatur yang lebih tinggi. Banyak lagi penelitian yang menyatakan perlakuan panas dapat mempengaruhi penyerapan dan kelarutan resin
komposit. Perlakuan temperatur yang bervariasi pada resin komposit dapat menyebabkan perubahan struktural dalam resin komposit. Suhu perlakuan panas yang
mendekati suhu transisi gelas resin komposit dapat secara efektif menghomogenkan dan memodifikasi struktur rantai polimer dari komposit. Pada temperatur panas yang
tinggi juga dapat menimbulkan reaksi inisiasi. Bahkan, reaksi polimerisasi sendiri membuang panas karena sifat eksotermik dari reaksi.
9,19,20
Pada suhu rendah ketika bahan masih dalam keadaan kental, difusi kelompok reaktif merupakan faktor dominan dalam reaksi polimerisasi. Hal ini dapat
berlangsung untuk waktu yang relatif cukup lama, sehingga bahan akan mendapat struktur non-homogen. Sedangkan pada reaksi polimerisasi pada temperatur tinggi
produk reaksi akan mempunyai struktur yang homogen, sehingga bahan menjadi keras dan rapuh. Temperatur resin mempengaruhi proses polimerisasi dan secara
konsekuen merubah susunan polimer dari resin.
21
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kerangka Teori