Penyerapan Air Resin Komposit Nanofiller Setelah Perendaman di Dalam Aquadest dengan Temperatur Berbeda
Lampiran 1. Alur penelitian
Ring berdiameter 15mm x 1mm dialasi cellophane strip
Resin komposit nanofiller dimasukkan kedalam ring dan dipadatkan
Tutup dengan object glass dan diberi beban besi sebesar 1kg
Sampel disinar selama 20 detik dengan jarak 1 mm pada kelima titik penyinaran
Sampel dikeluarkan dari ring dan tepi sampel dihaluskan dengan kertas pasir
Sampel dibagi atas 3 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 10 buah sampel
Kelompok kedua dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu 37ºC selama 8 jam, kemudian sampel ditimbang (m2).
Kelompok ketiga dimasukkan ke dalam lemri
pendingin bersuhu 5ºC selama 8jam, kemudian sampel ditimbang (m2).
Sampel dimasukkan kedalam desikator bersuhu 37ºC selama 24 jam, setelah itu
dipindahkan ke desikator bersuhu 23ºC selama 1 jam,
kemudian ditimbang (m1).
Kelompok ketiga dimasukkan ke dalam
waterbath bersuhu 50ºC
selama 8jam, kemudian sampel ditimbang (m2).
Sampel dimasukkan kedalam desikator bersuhu 37ºC selama 24 jam, setelah itu
dipindahkan ke desikator bersuhu 23ºC selama 1 jam,
kemudian ditimbang (m3).
Sampel dimasukkan kedalam desikator bersuhu 37ºC selama 24 jam, setelah itu
dipindahkan ke desikator bersuhu 23ºC selama 1 jam,
kemudian ditimbang (m1).
Sampel dimasukkan kedalam desikator bersuhu 37ºC selama 24 jam, setelah itu
dipindahkan ke desikator bersuhu 23ºC selama 1 jam,
kemudian ditimbang (m1).
Sampel dimasukkan kedalam desikator bersuhu 37ºC selama 24 jam, setelah itu
dipindahkan ke desikator bersuhu 23ºC selama 1 jam,
kemudian ditimbang (m3). Sampel dimasukkan kedalam
desikator bersuhu 37ºC selama 24 jam, setelah itu
dipindahkan ke desikator bersuhu 23ºC selama 1 jam,
(2)
LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN
Sampel M1 M2 M3
A1 0.4408 0.4410 0.4421
A2 0.4748 0.4749 0.4755
A3 0.3655 0.3662 0.3709
A4 0.4303 0.4304 0.4306
A5 0.4691 0.4692 0.4693
A6 0.4368 0.4369 0.4372
A7 0.4448 0.4452 0.4454
A8 0.3734 0.3742 0.3744
A9 0.4548 0.4553 0.4565
A10 0.3821 0.3822 0.3843
Sampel M1 M2 M3
B1 0.4618 0.4828 0.4837
B2 0.4837 0.4838 0.4839
B3 0.4645 0.4786 0.4798
B4 0.4643 0.4772 0.4996
B5 0.4844 0.4847 0.4849
B6 0.3807 0.3825 0.3826
B7 0.4658 0.4659 0.4665
B8 0.4684 0.4690 0.4701
B9 0.5212 0.5218 0.5223
B10 0.4828 0.4833 0.4844
Sampel M1 M2 M3
C1 0.4572 0.4529 0.4531
C2 0.4105 0.4107 0.4108
C3 0.4650 0.4992 0.4996
C4 0.4656 0.4661 0.4663
C5 0.4107 0.4108 0.4116
C6 0.4243 0.4245 0.4248
C7 0.4823 0.4825 0.4844
C8 0.4827 0.4829 0.4837
C9 0.4491 0.4492 0.4497
(3)
Tests of Normality
Kelomp ok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total A .475 10 .000 .413 10 .055
B .245 10 .090 .764 10 .065
C .383 10 .000 .684 10 .081
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Descriptives Total
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
A 10 .000636931 .0017488340 .0005530299 -.000614109 .001887971 .0000051 .0056050 B 10 .000244585 .0003859301 .0001220418 .000031493 .000520663 .0000051 .0011414 C 10 .000028535 .0000268779 .0000084995 -.000009308 .000047762 .0000051 .0000968 Total 30 .000303350 .0010301539 .0001880795 -.000081315 .000688016 .0000051 .0056050
Test of Homogeneity of Variances Total
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.753 2 27 .056
ANOVA Total
(4)
Multiple Comparisons Total
LSD (I) Kelompo k
(J) Kelompo k
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound A B .0006083960 .0004624633 .199 -.000340500 .001557292
C .0003923460 .0004624633 .404 -.000556550 .001341242 B A -.0006083960 .0004624633 .199 -.001557292 .000340500 C -.0002160500 .0004624633 .644 -.001164946 .000732846 C A -.0003923460 .0004624633 .404 -.001341242 .000556550 B .0002160500 .0004624633 .644 -.000732846 .001164946
(5)
LAMPIRAN 4 Medan, 20 Oktober 2015 Kepada
Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Saya sebagai staf pengajar di Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara :
Nama : Maya Fitria, SKM., M.Kes NIP : 197610052009122003
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa dengan nama dibawah ini : Nama : Rizky Ayu Arrista
NIM : 110600118
Judul : Compressive Strength Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil 1% dengan Metode yang Berbeda
Benar telah melakukan konsultasi pengolahan data SPSS dibawah bimbingan saya. Demikian disampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih
(Maya Fitria, SKM., M.Kes) NIP: 197610052009122003
(6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Suntawati J, Soemartono SH, Suharsini M. Pengaruh durasi aplikasi asam fosfat 37% terhadap kekuatan geser restorasi resin komposit padaa email gigi tetap. Indonesian Journal of Dentistry 2008;15 (2):97-103.
2. Silva EMD, Goncalves L, Guimaraes JGA, Poskus LT, Fellows CE. The diffusion kinetics of a nanofilled and a midfilled resin composite immersed in distilled water, artificial saliva, and lactic acid. Clin Oral Invest 2011; 15: 393-401.
3. Hakimzadeh SMA, Al-shekhli AAR Sorption of nanofilled versus other conventional composites. Journal of international dental and medical research 2012; 5(2): 73-6.
4. Diaz-Arnold AM, Arnold MA, Williams VD. Measurement of water sorption by resin composite adhesives with near-infrared spectroscopy. J Dent Res 1992; 71(3): 438-42.
5. HatrickCD, Eakle WS, Bird WF. Dental material clinical application for dental assistants and dental hygienists. 2nd ed. San Fransisco: Elsevier; 2011: 51-5.
6. Putriyanti F, Herda E, Soufyan A. Pengaruh saliva buatan terhadap diametral tensile strength
micro fine hybrid resin composite yang direndam dalam minuman isotonic. Jurnal PDGI
2012; 61 (1): 43-7.
7. Sugiaman VK. Peningkatan ambang persepsi dan ambang identifikasi pengecapan akibat minuman dingin rasa manis. JKM 2010; 10(1): 56.
8. Firoozmand LM, de Araujo MM. Water sorption, hardness and scanning electron microscopy evaluation of dental composite resins submitted to high-risk decay model and intensive treatment with fluoride. Acta odontal 2011; 24(2): 141-9.
9. Walter R, Macedo GV, Oliveira GM, Swift EJ. Adhesive bond strengths using self- and light-cured composites. J Contemp Dent Pract. 2009; 10(6): 25-32.
10.Yiu CKY, King NM, Carrilhi MRO,dkk. Effect of resin hydrophilicity and temperature on water sorption of dental adhesive resins. Biomaterials 27 2006; 27: 1071.
11.Annusavice KJ. Philips science of dental materials 12th ed. Missouri: Saunders, 2013;275-91 12.Van Noort R. Introduction to Dental Material. 3rd ed. Philadelphia:Mosby Elsevier.
2008;33-41.
13.Powers JM. Wataha JC. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th ed. Missouri: Mosby Elsevier. 2008; 24-8.
(7)
14.Fontes AS, Mauro ED, Antonia LHD, dkk. Study of the influence of pigments in the polymerization and mechanical performance of commercial dental composite. Rev Odontal Bras Central 2012; 21: 468.s
15.Stewart M, Bagby M, Clinical aspect of dental materials theory, practice, and cases. 4th Ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Business 2013: 65-70.
16.SchimidT C, Ilie N. The mechanical stability of nano-hybrid composites with new methacrylate monomers for matrix compositions. Dental Material 28 2012: 152-159.
17.Gandaatmadja D, Mulyawati E, Halim HS, Widyastuti W. Pengaruh perbedaan jenis resin komposit dan konsentrasi bahan hidrogen peroksida pada perubahan kekasaran permukaan komposit setelah prosedur in office bleaching. J Ked Gi 2010; 1(3): 129-34
18.Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s restorative dental materials. 12th ed, Missouri: Mosby, 2006: 194-7.
19.Shalan LA, Yasin SAH. Water sorption of three types of composite resin, MDJ 2011; 8(3): 242-4.
20.Muniz GRL, Souza EM, Raposo CC, Santana IL. Influence of heat treatment on the sorption and solubility of direct composite resins. Indian J Dent Res 2013; 24(6): 708-9.
21.De Castro FLA, Campos BB, Bruno KF, Reges RV. Temperature and curing time affect composite sorption and solubility. Journal of applied oral science 2013; 21(2): 157-9.
22.International Organization For Standardization Organisation (ISO). Dentistry- resin based filling material-ISO 4049. 1988.
23.Jin MU, Kim SK. Effect of pre-heating on some physical properties of composit resin. J Kor Acad Conts Dent 2009; 34:35.
24.Yap A, Lee CM. Water Sorption and solubility of resin-modified polyalkenoate cements. J Oral Rehabil 1997;24:310-311.
(8)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Eksperimental Laboratorium.
3.2 Desain Penelitian
Post test only control group design.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian
3.3.1.1 Pembuatan Sampel
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3.3.1.2 Perendaman dan Penimbangan Sampel
Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Waktu Penelitian
Bulan Juli 2014 – Januari 2016.
3.4 Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel
Resin komposit tipe nanofiller dibuat berbentuk tablet dengan diameter 15 mm dan ketebalan 1 mm.3
(9)
(t-1) (r-1) ≥ 15
Gambar 1. Ukuran sampel penelitia
Gambar 1. Ukuran Sampel Penelitian
3.4.2 Besar Sampel
Jumlah sampel penelitian yang digunakan ditentukan berdasarkan rumus Frederer sebagai berikut22 :
Keterangan :
t : jumlah perlakuan r : jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara penyerapan air resin komposit nanofiller pada temperatur 50ºC, 37ºC, 5ºC sehingga t = 3. Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel (n) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :
(t-1) (r-1) ≥ 15 (3-1) (r-1) ≥ 15
r ≥ 8,5
Minimal besar sampel tiap perlakuan adalah 9 buah. Pada penelitian ini dibuat 10 buah sampel penelitian. Total sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 30 buah sampel.
15mm
(10)
3.4.3 Kriteria Sampel
1. Inklusi : sampel resin komposit mempunyai permukaan halus, rata, dan sesuai ukurannya
2. Eksklusi : sampel resin komposit yang mempunyai porositas dan terkontaminasi oleh debris.
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas
Temperatur media perendaman yaitu 50ºC, 37ºC, 5ºC
3.5.2 Variabel Terikat
Penyerapan air resin komposit nanofiller
3.5.3 Variabel Terkendali
1. Ukuran sampel resin komposit nanofiller yaitu 15mm dan tebal 1mm 2. Lama penyinaran yaitu 20 detik
3. Jenis sinar yaitu sinar halogen 4. Jarak penyinaran 1mm
5. Arah penyinaran tegak lurus 6. Media perendaman yaitu aquadest
7. Volume media perendaman yaitu 5ml / sampel 8. Waktu perendaman yaitu 8 jam
3.6 Defenisi Operasional
1. Resin komposit nanofiller adalah resin komposit dengan partikel bahan pengisinya mengkombinasikan silika nanofiller dengan ukuran partikel utama 20-75 nm dan zirconia/silica nanocluster dengan diameter 0,6-1,4 um.
(11)
2. Penyerapan air adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap air sehingga menyebabkan penggembungan bahan tersebut yang mengakibatkan terjadinya degradasi secara permanen. Penyerapan air dapat dikur dengan menimbang berat resin komposit (dalam satuan mikrogram) dengan menggunakan timbangan digital.
3. Pemberian temperatur pada media perendaman sampel yaitu 50ºC, 37ºC, dan 5ºC. Suhu ini merupakan suhu yang dapat diterima oleh jaringan rongga mulut.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat penelitian
1. Ring berdiameter 15x 1 mm.
Gambar 2. Ring
2. Inkubator (Memmert, Germany)
(12)
3. Light curing unit halogen (SMIC, China)
Gambar 4. Light curing unit
4. Glass microscope slide dengan tebal ± 1mm
Gambar 5. Microscope slide
5. Desikator (Pyrex Duran, USA)
(13)
6. Wadah sampel
Gambar 7. Wadah sampel
9. Waterbath (Memmert, Germany)
Gambar 8. Waterbath
7. Lemari pendingin (AUCMA, China)
(14)
8. Timbangan digital (Tanita KD-200, Japan)
Gambar 10. Timbangan digital
9. Beban besi 1 kg
Gambar 11. Beban Besi
3.7.2 Bahan penelitian
1. Resin komposit nanofiller, Filtek Z350 XT (3M ESPE, St.Paul, MN, USA)
(15)
Gambar 12. Resin Komposit Filtek Z350 XT Tabel 1. Komposisi Resin Komposit nanofiller
NO Bahan Merek Komposisi
1. Resin
Komposit
Nanofiller
Filtek Z350 XT (3M ESPE, St.Paul,
MN, USA)
Bis-GMA dan TEGDMA, Zirconia/silica filler dan zirconia/silica cluster filler (78,5 % wt atau 63,3 %vol )
2. Kertas pasir ukuran 2000 grid.
3. Aquadest
Gambar 13. Aquadest
4. Sillica gel
(16)
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Pembuatan Sampel penelitian
1. Ring berdiameter 15 x 1 mm diletakkan diatas cellophane strip pada bagian dasarnya.
2. Resin komposit nanofiller diambil menggunakan instrument plastis, diletakkan ke dalam ring dan dipadatkan.
3. Glass microsope slide yang sudah dialasi cellophane strip diletakkan di
atas resin komposit dan diratakan.
4. Diletakkan beban besi seberat 1kg selama 5 menit. 5. Beban besi diangkat.
6. Bagian atas disinari selama 20 detik pada bagian tengah dan keempat titik pada tepi sampel secara simetris dengan jarak penyinaran 1mm dan arah sinar tegak lurus terhadap sampel.
7. Sampel dikeluarkan dari ring
8. Tepi sampel yang berlebih dibuang dengan menggunakan kertas pasir berukuran 2000 grid
9. Dibuat sebanyak 30 sampel resin komposit nanofiller, dan dibagi menjadi 3 kelompok sampel, masing-masing kelompok terdiri dari 10 sampel
10. Besar volume sampel dihitung dengan rumus [μ.r2.t] 3.8.2 Perendaman dan Penimbangan Sampel
3.8.2.1 Perendaman sampel pada suhu 50ºC (A)22
1. Kelompok A dimasukkan kedalam desikator berisi sillica gel, kemudian desikator disimpan di dalam inkubator bersuhu 37ºC selama 24 jam. 2. Setelah 24 jam desikator dikeluarkan, kemudian desikator dipindahkan ke
kedalam inkubator bersuhu 23 ºC selama 1 jam.
3. Setelah 1 jam, sampel dikeluarkan dari desikator, dan ditimbang untuk mendapatkan berat (m1).
(17)
4. Setelah ditimbang, sampel dimasukkan ke dalam wadah berisi aquadest bersuhu 5ºC sebanyak 5 ml.
5. Sampel ditempatkan di dalam waterbath bersuhu 50ºC selama 8 jam. 6. Setelah 8 jam, sampel dikeluarkan dari lemari pendingin, dikeringkan
dengan tissue selama 1 menit dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat sampel (m2).
7. Setelah ditimbang, sampel dimasukkan kembali kedalam desikator yang berisi silica gel, kemudian desikator disimpan di dalam inkubator bersuhu 37ºC selama 24 jam.
8. Setelah 24 jam, desikator dikeluarkan kemudian dipindahkan ke dalam inkubator bersuhu 23ºC selama 1 jam
9. Setelah 1 jam, sampel dikeluarkan dari desikator, dan ditimbang untuk mendapatkan berat (m3).
10.Setelah itu dihitung penyerapan air dengan rumus [(m3-m2)/v]
3.8.2.2 Perendaman sampel pada suhu 37ºC (B)22
1. Kelompok B dimasukkan kedalam desikator berisi sillica gel, kemudian desikator disimpan di dalam inkubator bersuhu 37ºC selama 23 jam. 2. Setelah 23 jam desikator dikeluarkan, kemudian desikator dipindahkan
kedalam inkubator bersuhu 23 ºC selama 1 jam.
3. Setelah 1 jam, sampel dikeluarkan dari desikator, dan ditimbang untuk mendapatkan berat (m1).
4. Setelah ditimbang, sampel dimasukkan ke dalam wadah berisi aquadest sebanyak 5 ml.
5. Wadah ini ditempatkan di dalam inkubator bersuhu 37ºC selama 8 jam. 6. Setelah 8 jam, sampel dikeluarkan dari inkubator, dikerimgkan dengan
tissue selama 1 menit dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat sampel (m2).
(18)
7. Setelah ditimbang, sampel dimasukkan kembali ke dalam desikator berisi
silica gel, kemudian desikator disimpan di dalam inkubator bersuhu 37ºC
selama 23 jam.
8. Setelah 24 jam, desikator dikeluarkan, kemudian desikator dipindahkan ke dalam inkubator bersuhu 23ºC selama 1 jam
9. Setelah 1 jam, sampel dikeluarkan dari desikator, kemudian sampel ditimbang untuk mendapatkan (m3).
10.Setelah itu dihitung penyerapan air dengan rumus
3.8.2.3 Perendaman sampel pada suhu 5ºC (C)22
1. Kelompok C dimasukkan kedalam desikator berisi silica gel, kemudian desikator disimpan didalam inkubator bersuhu 37ºC selama 23 jam. 2. Setelah 23 jam, desikator dikeluarkan, kemudian desikator dipindahkan
kedalam inkubator bersuhu 23 ºC selama 1 jam.
3. Setelah 1 jam, sampel dikeluarkan dari desikator, dan ditimbang untuk mendapatkan berat (m1).
4. Setelah ditimbang, sampel dimasukkan ke dalam wadah berisi aquadest sebanyak 5 ml.
5. Wadah ini ditempatkan di dalam lemari pendingin bersuhu 5ºC selama 8 jam.
6. Setelah 8 jam, sampel dikeluarkan dari waterbath, dikeringkan dengan tissue selama 1 menit dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat sampel (m2).
7. Setelah ditimbang, sampel dimasukkan kembali ke dalam desikator berisi
sillica gel, kemudian desikator disimpan di dalam inkubator 37ºC selama
23 jam.
8. Setelah 23 jam, desikator dikeluarkan kemudian dipindahkan ke dalam inkubator bersuhu 23ºC selama 1 jam
9. Setelah 1 jam, sampel dikeluarkan dari desikator, kemudian sampel ditimbang untuk mendapatkan berat (m3).
(19)
10.Setelah itu dihitung penyerapan air dengan rumus [(m3-m2)/v]
3.9 Perhitungan Data Penyerapan Air.
Data dihitung nilai berat penyerapan airnya sebagai persentase berat dalam satuan microgram dengan menggunakan rumus berdasarkan ISO22
Keterangan :
m2 : berat sampel setelah perendaman pada temperatur 50ºC, 37ºC, 5ºC (mg).
m3 : berat sampel setelah sampel dimasukkan kedalam desikator 37ºC selama 23 jam dan desikator 23ºC selama 1 jam (mg)
V : volume berat sampel (mm3)
3.10 Analisa Data
Data diuji statistik dengan menggunakan : One way Anova.
1.Uji one way Anova untuk analisa data penyerapan air antara kelompok perendaman pada temperatur 50ºC, 37ºC, 5ºC pada resin komposit nanofiller
dengan tingkat kemaknaan (p≤0,05).
2.Uji post hoc LSD untuk melihat perbedaan antara kelompok perlakuan.
(20)
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 30 buah resin komposit nanofiller. Dari hasil penimbangan sampel kemudian dihitung nilai water
sorption dari masing–masing kelompok dengan rumus (m3-m2/v), dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil penyerapan air setelah perendaman pada suhu 50ºC,37ºC, dan 5ºC
Nilai Penyerapan Cairan (mg/mm3)
Sampel Kelompok A Kelompok B Kelompok C
1 0,005605 0,000046 0,000010
2 0,000306 0,000005 0,000005
3 0,000239 0,000061 0,000020
4 0,000010 0,000011 0,000010
5 0,000005 0,000010 0,000040
6 0,000015 0,000005 0,000015
7 0,000010 0,000030 0,000097
8 0,000010 0,000056 0,000041
9 0,000061 0,000035 0,000025
10 0,000107 0,000560 0,000020
Rerata ± Std. Deviasi
0,000637± 0,001749
0,000244± 0,000386
0,000028± 0,000027
(21)
Gambar 15. Grafik nilai rerata penyerapan air ketiga kelompok suhu perendaman.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai rerata dan standar deviasi penyerapan air pada kelompok A adalah 0.000637(mg/mm3) ± 0.001749(mg/m3), B adalah 0.000244(mg/mm3) ± 0.000386(mg/mm3), C adalah 0.000028(mg/mm3) ± 0.000027(mg/mm3). Hasil ini menunjukkan nilai rerata penyerapan air kelompok A (50ºC ) lebih besar apabila dibandingkan dengan kelompok lain.
4.2 Analisa Hasil Penelitian
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Kelompok Komolgorov-Sminrnov Shapiro-Wilk
A 0,000 0,055
B 0,000 0,081
C 0,090 0,065
Sebelum dilakukan uji One Way ANOVA data tersebut terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk. Dari uji Shapiro-Wilk terlihat bahwa p> 0.05
(22)
Setelah itu dilakukan uji homogenitas dan terlihat bahwa p>0.05 yang membuktikan bahwa data tersebut homogen, sehingga bias dilanjutkan untuk uji
ANOVA satu arah.
Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova
ANOVA
Total
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .000 2 .000 .890 .423
Within Groups .000 27 .000
Total .000 29
Dari hasil uji ANOVA satu arah terlihat bahwa p= 0,423 (p>0,05), hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima yang berarti tidak ada perbedaaan penyerapan air pada resin komposit nanofiller setelah perendaman pada suhu 5,37 dan 50.
Tabel.5 Uji Post Hoc LSD
Kelompok Rerata Signifikan
A B 0,0003923460 0,199
C 0,0006083960 0,404
B A 0,0003923460 0,199
C 0,0002160500 0,644
C A 0,0006083960 0,404
B 0,0002160500 0,644
Hasil uji Post Hoc LSD terlihat perbandingan antara kelompok A dan B adalah 0,0006083960, perbandingan kelompok A dan B adalah 0,0003923460, perbandingan kelompok C dan A adalah 0,0006083960, perbandingan kelompok B dan C adalah 0,0002160500, perbandingan kelompok B dan A 0,0003923460,
(23)
perbandingan kelompok C dan B 0,0002160500. Dari hasil Uji Post Hoc LSD menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok A, B, dan C (p>0,05).
(24)
BAB 5 PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai rata-rata penyerapan air resin komposit
nanofiller pada kelompok suhu 50ºC yaitu 0.000637, kelompok suhu 5ºC 0.000028,
dan kelompok suhu 37ºC 0.000244. Dari hasil uji statistik one way anova dapat dinyatakan bahwa nilai penyerapan air resin komposit pada ketiga kelompok suhu tersebut tidak terdapat perbedaan dengan nilai signifikasi 0,423 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa diterima yang berarti tidak ada perbedaan penyerapan air antara 3 kelompok suhu tersebut.
Penyerapan air oleh resin komposit adalah suatu proses difusi yang terkontrol, proses penyerapan air terjadi terutama di dalam matriks resin, air akan diserap oleh mariks polimer yang menyebabkan matriks komposit mengalami proses debonding dan degradasi hidrolitik. Hal ini akan mempengaruhi sifat mekanik dari suatu bahan komposit. Ketika resin terendam oleh air, beberapa komponen seperti monomer yang tidak bereaksi dan sejumlah filler, larut dan terlepas keluar dari komposit. Hal ini menyebabkan penurunan berat dan solubilitas dari bahan. Pelepasan komponen ini juga dapat mempengaruhi perubahan dimensi dari komposit, kinerja klinis, aspek estetika dari restorasi, dan biokompabilitas dari material.2
Penyerapan air dan kelarutan komposit terjadi dengan dua mekanisme, pertama proses penyerapan air yang dapat menambah berat material, kedua adalah proses melepasnya fillers atau monomer yang mempengaruhi penurunan berat dari material Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyerapan air pada resin komposit. Diantaranya adalah suhu, konsentrasi, tipe, ukuran, dan distribusi dari partikel filler dalam matriks resin.9
Dari penelitian ini terlihat dalam kelompok suhu panas yaitu 50ºC memiliki nilai penyerapan air yang paling besar daripada kelompok lain nya yaitu 5ºC, dan 37ºC. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ricardo Walter dkk (2009) yang menyatakan bahwa meskipun efeknya bervariasi pada merek bahan, resin komposit memiliki penyerapan air yang lebih besar ketika dipanaskan. Cynthia
(25)
K.Y dkk (2006) yang juga menyatakan bahwa baik penyerapan air dan kelarutan resin komposit meningkat seiring dengan meningkatnya suhu.9,10
Penelitian yang dilakukan oleh Myoung Uk Jin dan Sung Kyo Kim (2009) juga menyatakan bahwa perlakuan temperatur yang tinggi dapat mempengaruhi kekuatan, kekerasan dan tingkat konversi dari bahan komposit. Pada penelitian nya mereka menyatakan bahwa pada saat komposit diberikan perlakuan suhu yang tinggi maka mobilitas molekul air akan meningkat dan jaringan polimer dalam komposit akan mengalami peregangan sehingga terjadinya polimerisasi tambahan yang dapat menyebabkan molekul air akan semakin banyak terserap oleh komposit.23
Perlakuan suhu panas pada resin komposit dapat secara efektif menghomogenkan dan memodifikasi struktur rantai polimer dari komposit. Pada temperatur panas yang tinggi juga dapat menimbulkan reaksi inisiasi. Bahkan, reaksi polimerisasi sendiri membuang panas karena sifat eksotermik dari reaksi. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa perlakuan suhu panas dapat mempengaruhi penyerapan air dan kelarutan resin komposit.21 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa nilai penyerapan air pada suhu panas 50ºC yaitu 0,000637 mg/mm3 lebih besar dari nilai penyerapan air pada suhu ruangan atau suhu rongga mulut 37ºC yaitu 0,000244 mg/mm3.
Pengaruh temperatur terhadap penyerapan air dan kelarutan resin komposit mempunyai dampak yang cukup besar. Pada suhu rendah ketika bahan masih dalam keadaan kental, difusi kelompok reaktif merupakan faktor dominan dalam reaksi polimerisasi. Hal ini dapat berlangsung untuk waktu yang relatif cukup lama, sehingga bahan akan mendapat struktur non-homogen. Sedangkan pada reaksi polimerisasi pada temperatur tinggi produk reaksi akan mempunyai struktur yang homogen, sehingga bahan menjadi keras dan rapuh. Temperatur resin mempengaruhi proses polimerisasi dan secara konsekuen merubah susunan polimer dari bahan resin komposit.
(26)
dari bahan komposit itu sendiri. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, perubahan warna, dan kerusakan dari kontur marginal bahan komposit. Penyerapan air dan kelarutan berkontribusi pada kehilangan integritas marginal dari bahan komposit yang secara signifikan dapat menyebabkan kegagalan dalam restorasi.24
(27)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada perbedaan berat yang signifikan (p>0,05) pada resin komposit
nanofiller setelah perendaman pada suhu 50ºC, 37ºC, dan 5ºC.
2. Nilai rerata penyerapan air resin setelah perendaman pada suhu 50ºC menunjukkan nilai paling besar daripada suhu 37ºC, dan 5ºC.
6.2 Saran
Saran Penulis dalam penelitian ini adalah:
1.Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.
2. Diharapkan penelitian lanjutan dapat meneliti perubahan sifat-sifat fisis resin komposit laiinnya pada saat dilakukann perendaman dengan lama waktu yang berbeda dan perlakuan suhu yang berbeda.
3. Diharapkan ada penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk mengetahui lebih pasti penyebab terjadinya penyerapan air pada resin komposit.
(28)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan resin komposit telah menjadi hal penting di kedokteran gigi. Berhubungan dengan kegunaan dan keperluan estetik, resin komposit telah menjadi salah satu bahan restorasi estetik yang sangat terkenal di praktik kedokteran gigi. Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang dan memodifikasi warna dan kontur dari gigi, sehingga meningkatkan nilai estetika dari gigi.11
2.1 Resin Komposit
Bahan restorasi resin komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik daripada bahan itu sendiri. Perkembangan bahan restorasi resin komposit sendiri dimulai pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun1960, ketika Bowen berhasil menghasilkan pengembangan dari molekul bis-CMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matriks resin suatu komposit. Pengembangan sifat matriks dan ikatan bahan pengisi dengan matriks menghasilkan bahan restorasi yang jelas lebih unggul dibandingkan resin akrilik tanpa bahan pengisi (nirpasi). Sejak awal 1970-an, komposit secara nyata menggantikan resin tanpa bahan pengisi untuk restorasi gigi. Sistem komposit berbasis resin dan resin dimetakrilat telah digunakan untuk aplikasi kedokteran gigi lainnya seperti bahan penutup pit dan fisur, bahan bonding dentin, semen perekat untuk restorsi cekat, dan bahan veneer.11
2.2 Komposisi Resin Komposit
Bahan restorasi komposit modern mengandung sejumlah komponen. Kandungan utama adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua komponen bahan tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk
(29)
memberikan ikatan antar bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivator-inisiator diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambalan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultraviolet) dan mencegah polimerisasi dini ( bahan penghambat seperti hidroquinon). Resin komposit harus pula mengandung pigmen untuk memperoleh warna yang cocok dengan struktur gigi.11
2.2.1 Matriks Resin
Resin adalah komponen kimia aktif dari komposit yang awalnya adalah cairan yang kemudian diubah menjadi polimer kaku oleh reaksi adiksi radikal. Reaksi ini adalah kemampuan untuk mengkonversi suatu bahan dengan massa plastic menjadi bentuk padat dan kaku, yang memungkinkan bahan ini dipakai untuk restorasi gigi. Kebanyakan bahan komposit kedokteran gigi menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatic atau alipatik. Bisphenol-A glyadyl methacrylate (BIS-GMA), urethane dimethacrylate (UDMA), dan trietilen glikol dimetrakilat (TEGDMA) adalah dimetrakilat yang umum digunakan dalam komposit gigi. Monomer yang paling umum digunakan untuk resin anterior dan posterior adalah Bis-GMA, yang berasal dari reaksi antara bisphenol-A dan glycidylmethacrylate. Resin yang biasa disebut resin Bowen ini memiliki berat molekul yang lebih tinggi daripada methyl methacrylate.11,12
Bis-GMA adalah cairan yang sangat kental karena berat molekulnya yang tinggi, penambahan filler sekecil apapun akan menghasilkan komposit dengan kekakuan yang berlebih untuk penggunaan klinis. Untuk mengatasi masalah ini monomer dengan viskositas rendah yang dikenal sebagai viskositas pengendali ditambahkan. Diantaranya methyl methacrylate (MMA), ethylene glycol dimethacrylate (EDMA) dan triethylane glycol dimethacrylate (TEGDMA).12
Meskipun sifat mekanis resin Bis-GMA lebih unggul dibandingkan dengan resin akrilik, bahan tersebut tidak mengikat struktur gigi lebih efektif. Karena itu, pengerutan polimerisasi dan perubahan dimensi termal masih merupakan
(30)
2.2.2 Partikel Bahan Pengisi
Ditambahkannya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks akan meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Karena pentingnya bahan pengisi yang berikatan kuat, jelas terlihat bahwa penggunaan bahan pengisi tambahan sangatlah diperlukan, untuk keberhasilan suatu bahan komposit. Karena matriks resin dalam resin komposit jumlahnya sedikit, maka pengerutan polimerisasi menjadi berkurang dibandingkan dengan resin tanpa bahan pengisi. Penyerapan air dan koefisien ekspansi termal dari komposit juga lebih kecil dibandingkan dengan resin tanpa bahan pengisi. Sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan tarik, dan modulus elastisitas meningkat, begitu juga dengan ketahanan aus. Semua perbaikan ini terjadi dengan peningkatan volume fraksi bahan pengisi.11
Partikel pengisi umumnya dihasilkan dari penggilingan atau pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar dari 0,1-100 μm. Selain quartz bahan lain seperti lithium aluminum silicate, barium, strontium, zinc, dan ytterbium glass biasa digunakan sebagai bahan pengisi. Kebanyakan resin komposit juga mengandung beberapa silika koloid. Partikel pengisi anorganik umumnya membentuk 30-70%vol atau 50-85 % berat komposit. Untuk memastikan estetik dan translusensi dari restorasi resin komposit, indeks refraksi bahan pengisi harus serupa dengan resin. Untuk Bis-GMA dan TEGDMA indeks refraksi adalah sekitar 1,55 sampai 1,46, sementara campuran 2 komponen dengan proporsi yang sama per berat memberikan indeks refraksi sekitar 1,5. Kebanyakan kaca dan quartz yang digunakan sebagai bahan pengisi memiliki indeks refraksi sekitar 1,5 yang cukup untuk medapatkan transulensi yang baik.11,13
2.2.3 Bahan Coupling
Untuk membuat suatu resin komposit yang baik, diperlukan ikatan yang kuat antara bahan pengisi anorganik dengan matriks resin organik selama proses pengerasan. Hal ini memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam
(31)
meneruskan tekanan ke partikel pengisi yang lebih kaku, ikatan antara 2 fase komposit ini diperoleh dengan bahan coupling. Hal ini sangat penting, karena jika tidak ada ikatan yang baik akan menyebabkan mudah terjadinya fraktur pada resin komposit. Bahan coupling yang biasa dipakai adalah silane dan yang paling sering digunakan adalah ɣ- methacryloxypropyltriethoxysilane (ɣ-MPTS). Bahan ini bereaksi dengan permukaan partikel pengisi anorganik dengan matriks resin organic yang memungkinkan keduanya berikatan satu sama lain.11,13
2.2.4 Sistem Aktivator dan Inisiator
Monomer metil metrakilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi dengan mekanisme polimerisasi tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat berasal dari aktivasi kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau sinar). Karena penggunaan resin komposit biasanya menggunakan aktivasi sinar atau kimia.11
2.2.5 Sistem Inhibitor
Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin. Penghambat ini mempunyai potensi reaksi yang kuat dengan radikal bebas, apabila radikal bebas telah terbentuk, seperti dengan suatu pemaparan singkat terhadap sinar ketika bahan dikeluarkan dari kemasan, bahan penghambat bereaksi dengan radikal bebas, dan kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bila semua bahan penghambat telah dipakai, perpanjangan rantai akan terjadi. Bahan penghambat yang umum digunakan adalah
butylated hydroxytolene dengan konsentrasi 0,01 % berat.11
2.2.6 Bahan Pigmen
Resin komposit banyak disukai karena tingkat transulensi dan radiopaknya yang tinggi. Kebutuhan estetik membuat resin komposit harus mempunyai warna
(32)
dengan gigi. Bahan ini mengandung ferric oxide (F2 O3) dan ferric hydroxide (FeOOH).14
2.3 Klasifikasi Resin Komposit
Sejumlah klasifikasi telah digunakan untuk bahan komposit berbasis resin. Satu sistem klasifikasi didasarkan pada ukuran rata-rata pertikel bahan pengisi utama adalah terdiri dari resin komposit macrofiiler (tradisional), resin komposit microfiller, dan resin komposit hibrid.11
2.3.1 Resin Komposit Macrofiller
Resin komposit ini biasa disebut dengan komposit konvensional, atau komposit berbahan pengisi makro, disebut demikian karena ukuran partikel bahan pengisinya yang relatif besar. Bahan pengisi yang paling banyak digunakan untuk komposit ini adalah quartz giling. Besarnya sekitar 8-12 μm dan partikel terbesar sekitar 50 μm. Banyaknya bahan pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65% volume. Partikel pengisi yang terpapar, beberapa cukup besar dan dikelilingi oleh sejumlah besar matriks resin. Kekurangan utama dari komposit tradisional adalah permukaan kasar yang terjadi selama berlangsung keausan dari matriks resin lunak yang menyebabkan partikel pengisi yang lebih tahan aus terangkat. Penyelesaian restorasi dapat menghasilkan permukaan kasar, begitupun penyikatan gigi dan pengunyahan. Restorasi ini juga memiliki kecenderungan berubah warna, sebagian karena kecerendungan dari permukaan bertekstur kasar untuk mengikat warna.11
2.3.2 Resin Komposit Microfiller
Resin komposit jenis ini mulai diedarkan pada akhir tahun1970, ukuran partikel dari resin komposit microfiller (0,03-0,5 µm) lebih kecil bila dibandingkan dengan resin komposit macrofiller. Komposit ini mempunyai nilai estetis yang sangat baik karena mempunyai permukaan yang halus dan berkilau apabila dipoles, dan bentuk permukaan nya sangat mirip dengan enamel. Komposit ini juga mempunyai tingkat modulus elastisitas yang lebih rendah dan beradaptasi pada gigi lebih baik dari komposit lainnya, sehingga resin komposit ini banyak digunakan untuk restorasi
(33)
kelas V pada cemento-enamel junction. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa resin komposit mikrofil lebih banyak disukai untuk restorasi kelas V daripada jenis komposit lain. Tetapi komposit mikrofil mempunyai memiliki sifat fisik dan mekanis yang kurang dibandingkan dengan komposit macrofiller. Hal ini karena 50-70 % volume bahan restorasi terbuat dari resin, sehingga jumlah resin yang lebih banyak dibandingkan dengan bahan pengisi menyebabkan penyerapan air yang lebih tinggi dan ekspansi termal yang lebih tinggi. 11
2.3.3 Resin Komposit Hibrid
Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada komposit mikrofiller sementara mempertahankan sifat komposit partikel kecil tersebut. Kebanyakan bahan pengisi hybrid modern terdiri atas silika kolodial dan partikel kaca yang dihaluskan yang mengandung logam berat, yang mengisi kandungan bahan pengisi sebesar 70-80% berat. Partikel pengisinya berkisar antara 0,5-1 µm, tetapi dengan ukuran partikel yang bervariasi (0,1-3 µm). Resin komposit hibrid sangat popoler karena kekuatan dan ketahanan abrasi yang dapat digunakan untuk restorasi kelas I dan restorasi kelas II. Permukaannya yang cukup halus menjadikannya sebaik resin mikrofiller dalam hal estetika, sehingga tidak jarang digunakan untuk restorasi kelas III dan kelas V.12,15
2.3.4 Resin Komposit Nanofiller
Suatu bahan restorasi komposit yang memiliki sifat fisik sangat baik terutama hasil pemolesan maupun kekuatan telah dikembangkan yaitu komposit nanofiller. Komposit nanofiller merupakan bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh
visible-light yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun posterior.
Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik. Dikembangkan dengan konsep nanoteknologi, yang biasanya digunakan untuk membentuk suatu produk yang dimensi komponen kritisnya adalah sekitar 0,1 hingga 100 nanomer.
(34)
bias digunakan untuk gigi anterior maupun posterior, sandwich technique bersama dengan bahan resin glass ionomer, cusp buildup, core buildup, splinting, restorasi indirek gigi anterior maupun posterior termasuk inlay, onlay, dan veneer. 16
Komposisi bahan komposit ini terdiri dari sistem resin yang bersifat dapat mengurangi penyusutan, yaitu BIS-GMA, BIS-EMA, UDMA, dan sejumlah kecil TEGDMA. Sedangkan fillernya berisi kombinasi antara filler nanosilica 20 nm yang tidak berkelompok, dan nano cluster zirconia/siliva yang mudah berikatan membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari partikel zirconia/silica dengan ukuran 5-20 nm. Ukuran partikel satu cluster adalah berkisar antara 0,6-1,4 mikron. Muatan filler komposit ini adalah 78,5% berat. Ukuran suatu nanomer setara dengan 1/1,000,000,000 meter atau 1/1000 mikron. Imi adalah sekitar 10 kali garis tengah suatu atom hidrogen atau 1/80,000 tebal rambut manusia. Komposit nano yang dikembangkan dengan menggunakan teknik nanotechnology, memiliki hasil poles seperti pada komposit mikro tetapi memiliki kekuatan dan tingkat keausan seperti pada komposit hibrid.16
Terdapat perbedaan dalam hal ukuran partikel filler pada komposit hbrid dengan nano. Ukuran partikel filler yang relatif besar pada komposit hybrid membua filler loading komposit ini menjadi lebih tinggi sehingga meningkatkan kekuatan komposit ini. Komponen filler pada komposit nano berisi kombinasi yang unik antara nanopartikel individual dan nanocluster. Nanopartikel adalah partikel yang terpisah dan tidak berkelompok berukuran 20 nm. Nanocluster terdiri dari partikel-partikel dengan ukuran nano yang dengan mudah berikatan membentuk kelompok partikel. Kelompok partikel ini bertindak sebagai unit tunggal yang memungkinkan filler loading dan kekuatan yang tinggi pada komposit ini. Kombinasi nanopartikel dan nanocluster akan mengurangi jumlah ruang interstitial antar partikel filler sehingga dapat meningkatkan sifat fisis dan hasil poles yang lebih baik bila dibandingkan dengan komposit yang lain.16
(35)
2.3.5 Resin Komposit Nano Hibrid
Resin komposit nano-hibrid adalah resin komposit yang dikembangkan dari campuran resin komposit nanofiller dan mikrofiller, suatu terobosan yang membuat peningkatan cukup signifikan dalah hal kandungan bahan pengisi dan peningkatan yang cukup besar pada sifat fisik material. Kandungan matriks pada komposit ini sama seperti pada komposit lainnya yaitu BIS-GMA konvensional yang dikembangkan oleh Bowen, tetapi beberapa tipe monomer ditambakan pada resin komposit nano-hibrid seperti monomer dimer acid base dimethacrylate dan monomer special urethane (TGD-urethane). Ukuran partikel dari komposit ini rata-rata 1,005-0,01 µm.17
2.4 Sifat Resin Komposit
2.4.1 Sifat Mekanis Resin Komposit 2.4.1.1 Kekuatan Resin Komposit
Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan terdiri dari kekuatan kompresi (compressive strentgth), kekuatan tarik (tensile strength) dan modulus elastic. Setiap resin komposit memiliki kekuatan yang berbeda-beda, misalnya kekuatan kompresi dari komposit tradisional (250-300 Mpa) lebih rendah dari komposit hibrid (300-350 MPa). Komposit hibrid (70-90 MPa) juga mempunyai kekuatan tarik yang lebih baik dari komposit microfiller (30-50 MPa).11
2.4.1.2 Kekerasan Resin Komposit
Kekerasan dari komposit (22 – 80 kg/mm2) lebih rendah dari enamel (343 kg/mm2) dan amalgam (110 kg/mm2). Kekuatan dari komposit biasa lebih baik daripada komposit dengan komposit dengan partikel microfine karena kekerasan dan fraksi volume dari partikel pengisinya.11
(36)
2.4.2 Sifat Fisis Resin Komposit
Penyerapan air, solubilitas air, perubahan warna, working dan setting time, konduktivitas termal dan pengerutan saat polimerisasi merupakan sifat-sifat fisis dari resin komposit. Sifat fisis ini dapat mempengaruhi ketahanan jangka panjang dari restorasi resin komposit.
2.4.2.1 Pengerutan
Pengerutan polimerisasi volumetric bebas dipengaruhi langsung oleh oligomer dan bahan pengencer. Untuk komposit jenis mikrohibrid pengerutan hanya sekitar 0,6% - 1,4 %, dan 2% - 3% untuk komposit jenis mikrofill. Pengerutan ini menyebabkan tekanan polimerisasi sebesar 13 MPa diantara komposit dan struktur gigi. Tekanan ini dapat menggangu ikatan antara komposit dan gigi, sehingga menimbulkan celah kecil yang dapat menyebabkan masuknya air liur.18
2.4.2.2 Ekspansi Termis
Koefisien ekspansi panas dari resin komposit berkisar antara 25-38 x 10-6/ºC. untuk resin komposit microfiller adalah sebesar 55-68 x 0-6/ºC. ekspansi termis dari resin komposit biasa lebih besar daripada komposit dengan partikel mikro, karena konduktivitas yang lebih tinggi dari filler anorganik dibandingkan dengan matriks polimer.18
2.4.2.3 Kelarutan
Kelarutan air dari resin komposit bervariasi dari 0,25 – 2,5 mg/mm3. Intensitas dan durasi dari penyinaran yang tidak adekuat dapat menyebabkan polimerisasi tidak maksimal, terutama pada bagian permukaan dari restorasi. Polimerisasi yang tidak adekuat menyebabkan lebih tingginya penyerapan air dan kelarutan dari komposit, secara tidak langsung hal ini juga dapat mempengaruhi stabilitas warna dari restorasi.18
(37)
2.4.2.4 Stabilitas Warna
Translusensi dan stabilitas warna yang baik sangat penting untuk menjaga tingkat estetika dari komposit. Semakin bahan restorasi mendekati warna permukaan gigi maka semakin baik pula estetika yang dihasilkan. Perubahan warna yang membuat bahan menjadi tidak cocok dengan warna permukaan gigi menjadi alasan utama untuk mengganti restorasi. Perubahan warna dapat terjadi akibat reaksi oksidasi dan hasil dari pertukaran air dalam matriks polimer, serta interaksi dari polimer yang tidak bereaksi dengan inisiator dan akselerator dari komposit.18
2.4.2.5 Penyerapan Air dan Kelarutan
Penyerapan air oleh resin komposit adalah suatu proses difusi yang terkontrol, proses penyerapan terjadi terutama di dalam matriks resin, air diserap oleh matriks polimer yang dapat menyebabkan matriks filler mengalami proses debonding dan degradasi hidrolitik. Hal ini akan mempengaruhi sifat mekanis dari suatu komposit. Ketika resin terendam oleh air, beberapa komponen seperti monomer yang tidak bereaksi dan sejumlah filler, larut dan terlepas keluar dari komposit. Hal ini menyebabkan penurunan berat dan solubilitas dari bahan. Pelepasan komponen ini juga dapat mempengaruhi perubahan dimensi dari komposit, kinerja klinis, aspek estetika dari restorasi, dan biokompabilitas dari material. Penyerapan dan kelarutan komposit terjadi dengan dua mekanisme, pertama proses penyerapan air yang dapat menambah berat material, kedua adalah proses pelepasan filler atau monomer yang mempengaruhi penurunan berat dari material. Penyerapan air pada resin komposit berkisar antara 40-45 µg/mm2, penyerapan air oleh komposit hibrid ( 5-17 µg/mm2 ) lebih rendah daripada resin komposit tipe mikrofine (26-30 µg/mm2). Kualitas dan stabilitas dari silan bahan coupling sangat penting dalam meminimalkan kerusakan antara filler dengan polimer, dan jumlah penyerapan air. Serapan air juga dapat mengganggu stabilitas warna dan ketahanan aus dari komposit. Jika komposit dapat menyerapkan air maka hal ini juga memungkinkan terserapnya cairan lain dalam
(38)
air dari sebagian besar materi, tetapi bias menyerap air dari permukaannya. Dengan demikian, jumlah penyerapan air tergantung pada kandungan resin komposit dan kualitas ikatan antara resin dan bahan pengisi. Penyerapan air juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perlakuan suhu, penyinaran, polimerisasi, dan jenis monomer dari resin komposit. 11,17,18
2.5 Sistem Curing
Untuk beberapa komposit light-cured, proses curing disesuaikan dengan permintaan. Polimerisasi dimulai ketika komposit pertama kali terpapar cahaya. Pengerasan berlangsung dalam hitungan detik setelah sumber terpapar oleh cahaya dengan intensitas tinggi. Meskipun restorasi komposit tampak keras setelah terpapar oleh cahaya, tetapi proses pengerasan berlanjut sampai 24 jam setelah penyinaran. Tidak semua karbon tidak jenuh berikatan ganda yang terdapat dalam komposit bereaksi, beberapa penelitian melaporkan sekitar 25 % tetap tidak bereaksi pada sebagian besar restorasi. Apabila permukaan dari restorasi tidak terlondungi dari udara oleh matriks trasnparan maka polimerisasi terhambat, jumlah karbon tidak jenuh berikatan ganda yang tidak bereaksi dapat mencapai 75 % dari lapisan permukaan. Meskipun restorasi dapat diselesaikan dengan abrasive dan dapat berfungsi setelah 10 menit, sifat fisik yang optimal akan tidak tercapai sebelum 24 jam setelah reaksi dimulai.18
2.6 Pengaruh Temperatur Terhadap Penyerapan Air Resin Komposit
Temperatur makanan atau minuman digunakan seseorang untuk mendapatkan aroma dari makanan atau minuman. Sebagai contoh, kopi dengan suhu panas lebih dipilih oleh kebanyakan individu daripada kopi dengan suhu dingin. Begitu juga dengan es krim, akan mempunyai rasa yang optimal ketika dimakan dalam keadaan dingin, tetapi apabila dimakan dalam keadaan panas maka rasanya sangat tidak enak. Temperatur juga dapat berdampak pada sensivitas gigi, beberapa orang akan merasakan ngilu pada giginya saat minum atau makan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin. Salah satu yang mempengaruhi peyerapan air pada resin komposit
(39)
adalah temperatur. Penelitian yang dilakukan oleh Ricardo Walter dkk (2009) menyatakan bahwa meskipun efeknya bervariasi oleh merek bahan, resin komposit memiliki aliran yang lebih besar ketika dipanaskan. Rueggeber and De Goes (2005) juga menyatakan bahwa tingkat konversi resin komposit pada temperature ruangan lebih rendah daripada di temperatur yang lebih tinggi. Banyak lagi penelitian yang menyatakan perlakuan panas dapat mempengaruhi penyerapan dan kelarutan resin komposit. Perlakuan temperatur yang bervariasi pada resin komposit dapat menyebabkan perubahan struktural dalam resin komposit. Suhu perlakuan panas yang mendekati suhu transisi gelas resin komposit dapat secara efektif menghomogenkan dan memodifikasi struktur rantai polimer dari komposit. Pada temperatur panas yang tinggi juga dapat menimbulkan reaksi inisiasi. Bahkan, reaksi polimerisasi sendiri membuang panas karena sifat eksotermik dari reaksi.9,19,20
Pada suhu rendah ketika bahan masih dalam keadaan kental, difusi kelompok reaktif merupakan faktor dominan dalam reaksi polimerisasi. Hal ini dapat berlangsung untuk waktu yang relatif cukup lama, sehingga bahan akan mendapat struktur non-homogen. Sedangkan pada reaksi polimerisasi pada temperatur tinggi produk reaksi akan mempunyai struktur yang homogen, sehingga bahan menjadi keras dan rapuh. Temperatur resin mempengaruhi proses polimerisasi dan secara konsekuen merubah susunan polimer dari resin.21
(40)
2.8 Kerangka Teori
Nanofiller Hibrid
Microfiller
(0,04-0,4 UM)
Macrofiller
(8-12 UM)
Unfilled
Fisis
Mekanis
Penyerapan Air
Resin Komposit
Jenis
Ukuran Partikel Komposisi
Pengertian
Matriks Resin
Bahan Pengisi
Bahan Coupling
Sifat
Kekerasan Kekuatan Sistem Aktivator dan
Inisiator
Sistem Inhibitor
(41)
2.8 Kerangka Konsep
Resin Komposit Nanofiller
Penyerapan Air
Penambahan Berat Perendaman pada
air aquadest Temperatur 50°C, Perlakuan 37°C, 5°C
(42)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut telah dikembangkan sejak mulai peradaban umat manusia, yaitu dengan menambal gigi yang berlubang dan membuat mahkota pelindung. Hal ini dilakukan untuk melindungi dentin dari bakteri dan asam yang akan mengiritasi pulpa. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang banyak digunakan dewasa ini untuk menggantikan struktur gigi yang hilang serta memodifikasi warna dan kontur gigi sesuai dengan tujuan estetik. Salah satu sistem klasifikasi resin komposit adalah berdasarkan ukuran, bentuk dan distribusi bahan pengisinya, yaitu resin komposit
macrofiller, resin komposit microfiller, dan resin komposit hibrid. Selain itu juga
dikenal resin komposit mikrohibrid atau komposit universal. Sifat mekanis resin komposit tergantung dari persentase volume bahan pengisi. Bertambah beratnya bahan pengisi akan meningkatkan kekerasan, kekakuan, kekuatan, dan ketahanan terhadap retakan. Di samping persentase volume bahan pengisi, sifat mekanis komposit juga tergantung dari tipe dan kandungan bahan pengisi, efesiensi proses penggabungan bahan pengisi resin, serta derajat porositas.1
Saat ini dengan perkembangan dari nanoteknologi di bidang kedokteran gigi, ada klasifikasi baru dari resin komposit, yaitu nanokomposit yang merupakan resin komposit dengaan partikel bahan pengisi berukuran nano. Partikel bahan pengisi resin komposit ini menggabungkan antara 20 nm bahan silica nanofiller sebagai kandungan utama dan zirconia- silica dengan 0.6-1.4 um..3 Resin komposit nanofiller mempunyai partikel yang mirip dengan resin komposit tipe hybrid, sehingga dapat diindikasikan untuk restorasi gigi posterior dengan tekanan pengunyahan yang besar
Salah satu sifat fisik dari resin komposit adalah penyerapan air. Penyerapan air telah diidentifikasi sebagai faktor utama dalam terjadinya degradasi fisik maupun kimia dari bahan komposit, dan juga berhubungan dengan penurunan serta ketahanan
(43)
aus dari material.4 Air dapat melunakkan matriks dari resin, menyebabkan degradasi bertahap dari material resin sehingga menyebabkan terjadinya hidrolisis. Air juga dapat menyebabkan ekspansi seminggu setelah penempatan.5
Sejak diperkenalkan pada tahun 1960, resin komposit telah menjadi bahan restorasi yang banyak digunakan di bidang kedokteran gigi karena tingkat estetika dari bahan ini yang tinggi. Penempatan bahan ini pada rongga mulut menyebabkan bahan ini rentan terhadap perubahan temperatur di rongga mulut. Perubahan temperatur biasanya dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang masuk ke rongga mulut. Temperatur makanan atau minuman digunakan seseorang untuk mendapatkan aroma dari makanan atau minuman. Sebagai contoh, kopi dengan suhu panas lebih dipilih oleh kebanyakan individu daripada kopi dengan suhu dingin. Begitu juga dengan es krim, akan mempunyai rasa yang optimal ketika dimakan dalam keadaan dingin, tetapi apabila dimakan dalam keadaan panas maka rasanya sangat tidak enak. Temperatur juga dapat berdampak pada sensivitas gigi, beberapa orang akan merasakan ngilu pada giginya saat minum atau makan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin.1,6,7
Dalam usaha untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dari proses degradasi resin komposit, beberapa penelitian telah secara mendalam mempelajari penyerapan, kelarutan dan sifat mekanik dari berbagai resin komposit setelah perendaman dalam air, saliva buatan, maupun ethanol.2 Penelitian yang dilakukan oleh Firoozmand (2011) menyatakan bahwa ada perbedaan berarti dari penyerapan air resin komposit dihubungkan dengan ukuran, bentuk dan konsentrasi dari partikel bahan pengisi anorganik dalam resin komposit. Dari penelitiannya, resin komposit nanofiller menunjukkan nilai penyerapan air yang lebih tinggi daripada resin komposit mikrohibrid.8 Beberapa penelitian juga menyatakan temperatur mempengaruhi proses penyerapan air pada resin komposit. Walter R, dkk (2009) menyatakan bahwa resin komposit memiliki penyerapan air yang lebih besar apabila dipanaskan. Cynthia K.Y dkk (2006) juga menyatakan bahwa baik penyerapan air
(44)
Dari paparan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti penyerapan air pada resin komposit nanofiller pada temperatur perendaman yang berbeda. Temperatur yang digunakan adalah 5ºC untuk suhu dingin, 37ºC untuk suhu normal rongga mulut, dan 50ºC untuk temperatur panas. Temperatur yang disebutkan diatas adalah temperatur yang dapat diadaptasi oleh jaringan rongga mulut.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan berat resin komposit nanofiller setelah perendaman pada temperatur 5ºC, 37ºC, dan 50ºC.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan berat air resin komposit nanofiller setelah perendaman pada kelompok temperatur 5ºC, 37ºC, dan 50ºC.
1.4 Hipotesis Penelitian
Tidak ada perbedaan berat air resin komposit nanofiller setelah perendaman pada temperatur 5ºC, 37ºC, dan 50ºC
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini Ilmu Material Kedokteran Gigi mengenai pengaruh temperatur terhadap penyerapan air resin komposit.
2. Referensi tambahan dalam ilmu kedokteran gigi, serta sebagai data awal bagi peneliti selanjutnya untuk memperdalam mengenai penyerapan dan kelarutan resin komposit
(45)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi
Tahun 2016
Affan Ali Al-Harits
Penyerapan Air Resin Komposit Nanofiller Setelah Perendaman Di Dalam Aquadest Dengan Temperatur Berbeda
x + 39 Halaman
Penyerapan air telah diidentifikasi sebagai faktor utama dalam terjadinya degradasi fisik maupun kimia dari resin komposit, dan juga berhubungan dengan penurunan serta ketahanan aus dari material. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyerapain air adalah temperatur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan berat resin komposit nanofiller setelah perendaman pada temperatur 5ºC, 37ºC dan 50ºC. Sampel yang digunakan adalah resin komposit
nanofiller sebanyak 30 sampel berbentuk tablet dengan diameter 15 mm dan
ketebalan 1 mm . Sampel dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 50ºC (A), 37ºC (B), dan 5ºC. Sampel pada tiap kelompok dimasukkan ke dalam desikator 37ºC selama 23 jam kemudian dipindahkan ke desikator 23ºC selama 1 jam kemudian dihitung (m1). Setelah itu sampel direndam didalam aquadest pada suhu 50ºC, 37ºC dan 5ºC selama 8 jam lalu dihitung (m2). Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam desikator 37ºC selama 23 jam kemudian dipindahkan ke desikator 23ºC selama 1 jam lalu dihitung (m3). Penimbangan dilakukan sebelum dan setelah sampel dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan. Nilai penyerapan air dihitung dengan rumus [wsp = m3-m2/v (mg/mm3)]. Data dianalisa dengan Uji One Way Anova dan Uji Post Hoc LSD. Hasil penelitian diperoleh rerata penyerapan air untuk kelompok A 0,000637 mg/m3, B 0,000244 mg/mm3, dan C 0,000028 mg/mm3. Hasil uji One Way Anova tidak ada
(46)
Lsd tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) antar kelompok. Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan berat yang signifikan pada resin komposit nanofiller setelah perlakuan suhu 50ºC, 37ºC, dan 5ºC.
(47)
PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER
SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST
DENGAN TEMPERATUR BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memeproleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
AFFAN ALI AL-HARITS 110600145
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(48)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi
Tahun 2016
Affan Ali Al-Harits
Penyerapan Air Resin Komposit Nanofiller Setelah Perendaman Di Dalam Aquadest Dengan Temperatur Berbeda
x + 39 Halaman
Penyerapan air telah diidentifikasi sebagai faktor utama dalam terjadinya degradasi fisik maupun kimia dari resin komposit, dan juga berhubungan dengan penurunan serta ketahanan aus dari material. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyerapain air adalah temperatur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan berat resin komposit nanofiller setelah perendaman pada temperatur 5ºC, 37ºC dan 50ºC. Sampel yang digunakan adalah resin komposit
nanofiller sebanyak 30 sampel berbentuk tablet dengan diameter 15 mm dan
ketebalan 1 mm . Sampel dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 50ºC (A), 37ºC (B), dan 5ºC. Sampel pada tiap kelompok dimasukkan ke dalam desikator 37ºC selama 23 jam kemudian dipindahkan ke desikator 23ºC selama 1 jam kemudian dihitung (m1). Setelah itu sampel direndam didalam aquadest pada suhu 50ºC, 37ºC dan 5ºC selama 8 jam lalu dihitung (m2). Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam desikator 37ºC selama 23 jam kemudian dipindahkan ke desikator 23ºC selama 1 jam lalu dihitung (m3). Penimbangan dilakukan sebelum dan setelah sampel dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan. Nilai penyerapan air dihitung dengan rumus [wsp = m3-m2/v (mg/mm3)]. Data dianalisa dengan Uji One Way Anova dan Uji Post Hoc LSD. Hasil penelitian diperoleh rerata penyerapan air untuk kelompok A 0,000637 mg/m3, B 0,000244 mg/mm3, dan C 0,000028 mg/mm3. Hasil uji One Way Anova tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok dengan p=0,423 (p>0,05). Hasil uji post Hoc
(49)
Lsd tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) antar kelompok. Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan berat yang signifikan pada resin komposit nanofiller setelah perlakuan suhu 50ºC, 37ºC, dan 5ºC.
(50)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran gigi di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, atas kesediaannya menerima penulis untuk menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Rusfian, drg., M.Kes dan Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Staf pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
5. Aditya Rachmawati, drg. Selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah banyak membantu, membimbing dan memberi nasihat berharga selama penulis menjalani masa studi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Erly Sitompul, M.Si., Apt. selaku Kepala Bagian Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian skripsi ini.
7. Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu di dalam pengolahan dan analisis data yang dilakukan pada penelitian ini.
8. Rasa terima kasih yang tidak terhingga secara khusus penulis tujukan kepada kedua orangtua tercinta Ayah ( dr. Ainal Syah Putra, Sp.OG) dan Ibunda ( Erni Rizky,SE) yang telah memberi banyak dukungan baik moril maupun materil,
(51)
semangat dan motivasi yang tentunya sangat amat bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat mengecap pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan juga dapat menyelesaikan seluruh proses penelitian skripsi ini dengan baik.
9. Adik-Adik saya yakni Karimah Kinanti Putri dan Afifah Khatami Putri yang telah memberikan dukungan melalui doa, pengorbanan dan semangat kepada penulis.
10. Teman sejawat penuli yakni Ellin Faradina, Suci Sylvana, Cut Nirza Amanda, Aldrian Raharja, Muhammad Fathurrahman, Joule Siregar, Denny Andrian, Ayu Arrista, Metha Legina, Keyke Aldila Darya, Nico Siagian, Yosua Tobing, Rifqi Fahmi, K3 Family, dan semua mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Gigi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam Penulisan Skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi dikemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat
Medan 25 Januari 2016 Penulis,
( Affan Ali Al-Harits) NIM: 110600145
(52)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGUJI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Resin Komposit ... 4
2.2 Komposisi Resin Komposit ... 4
2.2.1 Matriks Resin ... 5
2.2.2 Partikel Bahan Pengisi ... 6
2.2.3 Bahan Coupling ... 6
2.2.4 Sistem Aktivator dan Inisiator ... 7
2.2.5 Sistem Inhibitor ... 7
2.2.6 Bahan Pigmen ... 7
2.3. Klasifikasi Resin Komposit... 8
2.3.1 Resin Komposit Macrofiller ... 8
(53)
2.3.3 Resin Komposit Hibrid ... 9
2.3.4 Resin Komposit Nanofiller ... 9
2.3.5 Resin Komposit Nano Hibrid ... 11
2.4. Sifat Resin Komposit ... 11
2.4.1. Sifat Mekanis Resin Komposit... 11
2.4.1.1 Kekuatan Resin Komposit ... 11
2.4.1.2 Kekerasan Resin Komposit ... 11
2.4.2. Sifat Fisis Resin Komposit ... 11
2.4.2.1 Pengerutan ... 12
2.4.2.2 Ekspansi Termis ... 12
2.4.2.3 Kelarutan ... 12
2.4.2.4 Stabilitas Warna ... 12
2.4.2.5 Penyerapan Air dan Kelarutan ... 13
2.5 Sistem Curing... 14
2.6 Pengaruh Temperatur Terhadap Penyerapan Air Resin Komposit 1
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 3.1 Jenis Penelitian ... 18
3.2 Desain Penelitian ... 18
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.3.1 Tempat Penelitian ... 18
3.3.1.1 Pembuatan dan Penimbangan Sampel ... 18
3.3.1.2 Perendaman Sampel ... 18
3.3.2 Waktu Penelitian ... 18
3.4 Sampel dan Besar Sampel ... 18
3.4.1 Sampel ... 18
3.4.2 Besar Sampel ... 19
3.4.3 Kriteria Sampel ... 20
3.5 Variabel Penelitian ... 20
3.5.1 Variabel Bebas ... 20
3.5.2 Variabel Terikat ... 20
3.5.3 Variabel Terkendali ... 20
3.6 Defenisi Operasional ... 20
3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 21
3.7.1 Alat Penelitian ... 21
3.7.2 Bahan Penelitian ... 25
3.8 Prosedur Penelitian ... 26
3.8.1 Pembuatan Sampel Penelitian ... 26
3.8.2 Perendaman dan Penimbangan Sampel ... 27
3.8.2.1 Perendaman sampel pada suhu 5°C ... 27
(54)
3.9 Analisa Data ... 29
BAB 4 HASIL PENELITIAN ...
4.1 Hasil Penelitian ... 30 4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 31 BAB 5 PEMBAHASAN ...
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...
6.1 Kesimpulan ... 37 6.2 Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN
(55)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Resin komposit nanofiller ... 25
2. Hasil perhitungan water sorption ... 31
3. Hasil Uji Normalitas ... 32
4. Hasil Uji One Way Anova ... 32
5. Hasil Uji Post Hoc LSD ... 25
(56)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ukuran sampel penelitian ... 19
2. Ring ... 21
3. Inkubator ... 21
4. Light curing unit ... 22
5. Microscope slide ... 22
6. Desikator ... 22
7. Wadah Sampel ... 23
8. Waterbath ... 23
9. Lemari Pendingin ... 23
10. Timbangan Digital ... 24
11. Beban Besi ... 24
12. Resin Komposit Filtek Z350 XT ... 24
13. Aquadest ... 25
14. Sillica Gel ... 25
15. Grafik bar nilai rerata penyerapan air ketiga kelompok suhu perendaman ... 25
(57)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skema Alur Penelitian 2. Data Hasil Penelitian 3. Data Hasil SPSS
4. Surat Pemberitahuan Pengolahan Data SPSS di FKM USU 5. Surat Izin Penelitan dari Fakultas Kedokteran Gigi USU 6. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Farmasi USU
(1)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGUJI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Resin Komposit ... 4
2.2 Komposisi Resin Komposit ... 4
2.2.1 Matriks Resin ... 5
2.2.2 Partikel Bahan Pengisi ... 6
2.2.3 Bahan Coupling ... 6
2.2.4 Sistem Aktivator dan Inisiator ... 7
2.2.5 Sistem Inhibitor ... 7
2.2.6 Bahan Pigmen ... 7
2.3. Klasifikasi Resin Komposit... 8
2.3.1 Resin Komposit Macrofiller ... 8
2.3.2 Resin Komposit Microfiller ... 8
(2)
2.3.3 Resin Komposit Hibrid ... 9
2.3.4 Resin Komposit Nanofiller ... 9
2.3.5 Resin Komposit Nano Hibrid ... 11
2.4. Sifat Resin Komposit ... 11
2.4.1. Sifat Mekanis Resin Komposit... 11
2.4.1.1 Kekuatan Resin Komposit ... 11
2.4.1.2 Kekerasan Resin Komposit ... 11
2.4.2. Sifat Fisis Resin Komposit ... 11
2.4.2.1 Pengerutan ... 12
2.4.2.2 Ekspansi Termis ... 12
2.4.2.3 Kelarutan ... 12
2.4.2.4 Stabilitas Warna ... 12
2.4.2.5 Penyerapan Air dan Kelarutan ... 13
2.5 Sistem Curing... 14
2.6 Pengaruh Temperatur Terhadap Penyerapan Air Resin Komposit 1
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 3.1 Jenis Penelitian ... 18
3.2 Desain Penelitian ... 18
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.3.1 Tempat Penelitian ... 18
3.3.1.1 Pembuatan dan Penimbangan Sampel ... 18
3.3.1.2 Perendaman Sampel ... 18
3.3.2 Waktu Penelitian ... 18
3.4 Sampel dan Besar Sampel ... 18
3.4.1 Sampel ... 18
3.4.2 Besar Sampel ... 19
3.4.3 Kriteria Sampel ... 20
3.5 Variabel Penelitian ... 20
3.5.1 Variabel Bebas ... 20
3.5.2 Variabel Terikat ... 20
3.5.3 Variabel Terkendali ... 20
3.6 Defenisi Operasional ... 20
3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 21
3.7.1 Alat Penelitian ... 21
3.7.2 Bahan Penelitian ... 25
3.8 Prosedur Penelitian ... 26
3.8.1 Pembuatan Sampel Penelitian ... 26
3.8.2 Perendaman dan Penimbangan Sampel ... 27
3.8.2.1 Perendaman sampel pada suhu 5°C ... 27
3.8.2.2 Perendaman sampel pada suhu 37°C ... 27
3.8.2.3 Perendaman sampel pada suhu 50°C ... 28
3.9 Perhitungan Data Penyerapan Air ... 29
(3)
3.9 Analisa Data ... 29
BAB 4 HASIL PENELITIAN ...
4.1 Hasil Penelitian ... 30 4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 31 BAB 5 PEMBAHASAN ...
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...
6.1 Kesimpulan ... 37 6.2 Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Resin komposit nanofiller ... 25
2. Hasil perhitungan water sorption ... 31
3. Hasil Uji Normalitas ... 32
4. Hasil Uji One Way Anova ... 32
5. Hasil Uji Post Hoc LSD ... 25
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ukuran sampel penelitian ... 19
2. Ring ... 21
3. Inkubator ... 21
4. Light curing unit ... 22
5. Microscope slide ... 22
6. Desikator ... 22
7. Wadah Sampel ... 23
8. Waterbath ... 23
9. Lemari Pendingin ... 23
10. Timbangan Digital ... 24
11. Beban Besi ... 24
12. Resin Komposit Filtek Z350 XT ... 24
13. Aquadest ... 25
14. Sillica Gel ... 25
15. Grafik bar nilai rerata penyerapan air ketiga kelompok suhu perendaman ... 25
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skema Alur Penelitian 2. Data Hasil Penelitian 3. Data Hasil SPSS
4. Surat Pemberitahuan Pengolahan Data SPSS di FKM USU 5. Surat Izin Penelitan dari Fakultas Kedokteran Gigi USU 6. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Farmasi USU