47 membangun laba kumulatif sehingga semakin besar kemungkinannya untuk
mengalami kegagalan usaha. Bila perusahaan merugi, total dan nilai laba ditahan pada perusahaan akan mengalami penurunan. Berikut ini adalah
nilai Retained Earnings to Total Assets Tahun 2012 – 2014.
Tabel 4.2 Retained Earnings to Total Assets Tahun 2012
– 2014
No Nama Perusahaan
Penerbangan 2012
2013 2014
1 Garuda Indoneisa
0,061492 0,056114
-0,11735 2
Indonesia Air Transport 0,342925
-0,24304 -0,23134
3 Air Asia
0,278949 0,209942
0,175149 4
Air Asia X 0,055845
0,00305 -0,17644
5 Tiger Airways
0,00216 0,002397
0,001519 6
Malaysia Airlines -0,22961
0,049582 -0,05188
7 Cebu Pacific
0,311454 0,268147
0,242614 8
Singapore Airlines 0,8793
0,79891 0,794657
9 Bangkok Airways
0,112205 -0,19107
-0,01117 10
Nok Air 0,210199
0,181579 0,010017
11 Thai airways
0,086794 0,026064
-0,04032
Dari hasil perhitungan laba ditahan terhadap total asset yang dimiliki masing-masing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan-
perusahaaan penerbangan tidak mampu menghasilkan laba ditahan seperti yang diharapkan. Ini dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun perusahaan
tidak mampu menghasilkan laba ditahan yang optimal.
4.1.3 X3 Earning Before Interest and Tax to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.
Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya
Universitas Sumatera Utara
48 kebangkrutan. Berikut ini adalah nilai Earning Before Interest and Tax to
Total Assets Tahun 2012 – 2014.
Tabel 4.3 Earning Before Interest and Tax to Total Assets Tahun 2012
– 2014
No Nama Perusahaan
Penerbangan 2012
2013 2014
1 Garuda Indoneisa
0,198591 0,009849
-0,49012 2
Indonesia Air Transport -0,18317
-0,09246 -0,07717
3 Air Asia
0,177118 0,034763
-0,00444 4
Air Asia X 0,051178
-0,17492 -0,49884
5 Tiger Airways
-0,34374 -0,13337
-1,06687 6
Malaysia Airlines -0,0951
-0,18759 -0,22153
7 Cebu Pacific
0,208051 0,005141
0,03812 8
Singapore Airlines 0,086523
0,066794 0,078873
9 Bangkok Airways
1,620743 0,31439
0,137532 10
Nok Air 0,761799
0,578528 0,552093
11 Thai airways
0,077088 -0,13894
-0,17976
Dari Hasil perhitungan EBIT To Total Asset yang dimiliki masing- masing perusahaan maka dapat terlihat bahwa rata-rataAsset produktif
perusahaan penerbangan belum mampu menghasilkan laba usaha seperti yang telah direncanakan kecuali pada perusahaan Bangkok Airways tahun
2012. Meskipun demikian kondisi ini tidak dapat bertahan lama karena pada tahun 2013 dan 2014 nilai tersebut turun drastis.
4.1.4 X4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri saham biasa. Nilai
pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku
Universitas Sumatera Utara
49 hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban
jangka panjang. Berikut ini akan diperlihatkan nialai Market Value of Equity to Book Value
of Total Liabilities tahun 2012-2014.
Tabel 4.4 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Tahun 2012
– 2014
No Nama Perusahaan
Penerbangan 2012
2013 2014
1 Garuda Indoneisa
0,457312668 0,277140557
0,069188674 2
Indonesia Air Transport 0,60173895
0,485627951 0,844755969
3 Air Asia
0,000153803 0,00013053
0,000712432 4
Air Asia X 0,016790231
0,000722702 0,000527448
5 Tiger Airways
0,000871141 0,000683823
0,001403589 6
Malaysia Airlines 0,373199958
0,303705408 0,047332955
7 Cebu Pacific
0,001159305 0,000978489
0,000833522 8
Singapore Airlines 1,170840317
1,13258465 1,364137288
9 Bangkok Airways
0,002964351 0,003232572
0,054434909 10 Nok Air
2,749464148 0,216984097
0,168918919 11 Thai airways
0,055902181 0,052351719
0,049240736
Dari hasil perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva yang dimiliki masing-masing perusahaan maka dapat terlihat bahwa asset
produktif perusahaan penerbangan belum mampu menghasilkan laba usaha seperti yang telah direncanakan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp.1000 aktiva,
belum dapat menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak lebih besar dari Rp. 1000.
4.1.5 X5 Sales to Total Assets