xxvi yang ditunjukkan dalam persentase. Dari hasil analisis data, diperoleh R²
sebesar 0,428 ini menunjukkan bahwa variabel shopping lifestyle, fashion involvement, pre-decision stage, dan post-decision stage dapat menjelaskan
variabel impulse buying sebesar 42,8. Sedangkan sisanya sebesar 57,2 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam model.
F. PEMBAHASAN
1. Shopping lifestyle tidak berpengaruh terhadap impulse buying
Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa shopping lifestyle tidak
berpengaruh terhadap impulse buying. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil uji t yaitu nilai t
hitung
sebesar -0,914 dan nilai signifikansi 0,363 pada taraf signifikansi 5 dimana 0,363 0,05. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ali Tirmizi, Kashif Ur Rehman dan M. Iqbal Saif 2009 yang juga diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat pengaruh antara variabel shopping lifestyle terhadap impulse buying. Fenomena ini dapat terjadi dikarenakan responden yang diteliti
sebagian besar adalah pelajarmahasiswa yaitu sebesar 70. Mereka tidak memiliki gaya hidup berbelanja yang tinggi, karena mereka belum
memiliki pendapatan sendiri sehingga cenderung merencanakan pembelanjaan terlebih dahulu dan kebanyakan menghindari impulse
buying. Dari hal tersebut, maka dalam penelitian ini shopping lifestyle tidak mempengaruhi impulse buying pada kaos Super T-Shirt.
xxvii
2. Fashion involvement tidak berpengaruh terhadap impulse buying
Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa fashion involvement tidak berpengaruh terhadap impulse buying. Hal ini ditunjukkan dengan
perolehan hasil uji t yaitu nilai t
hitung
sebesar 1,341 dan nilai signifikansi 0,183 pada taraf signifikansi 5 dimana 0,183 0,05. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ali Tirmizi, Kashif Ur Rehman dan M. Iqbal Saif 2009 yang juga diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat pengaruh antara variabel fashion involvement terhadap impulse buying. Jika seseorang memiliki keterlibatan atau ketertarikan akan
fashion yang tinggi, maka dia akan membeli produk pakaian bermerek yang berkualitas tinggi dan memiliki gaya atau model terbaru. Untuk
mendapatkan semua itu, biasanya mereka berbelanja di butik. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kaos Super T-Shirt
yang dirasa kurang berkualitas dan kurang memiliki ragam variasi model. Sehingga keterlibatan mode fashion involvement tidak mempengaruhi
impulse buying pada kaos Super T-Shirt.
3. Pre-decision stage berpengaruh signifikan terhadap impulse buying