Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas

xix

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deretan waktu atau ruang seperti dalam data cross-sectional Gujarati, 2003. Tabel IV.8 Hasil Uji Autokorelasi Metode Durbin-Watson Sumber: Data primer yang diolah, 2010 Dari hasil tabel di atas diketahui bahwa nilai D-W test sebesar 1,548. Dikarenakan hasil hitung Durbin-Watson -2 1,548 +2 maka dapat diketahui bahwa dalam model regresi pada penelitian ini tidak ada masalah autokorelasi.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi Variabel D-W Kriteria Kesimpulan Shopping lifestyle, fashion involvement, pre-decision stage, post-decision stage 1,548 -2 D-W +2 Tidak ada masalah autokorelasi xx yang sempurna di antara variabel bebas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance atau Varians Inflation Factor VIF. Apabila tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF di atas 10, maka terjadi multikolinieritas. Hasil perhitungan uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel IV.9 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF Kesimpulan shopping lifestyle 0,833 1,201 tidak ada masalah multikolinieritas fashion involvement 0,992 1,008 tidak ada masalah multikolinieritas pre-decision stage 0,718 1,394 tidak ada masalah multikolinieritas post-decision stage 0,836 1,197 tidak ada masalah multikolinieritas Sumber: Data primer yang diolah, 2010 Hasil uji multikolinieritas pada tabel di atas diketahui bahwa hasil tolerance pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 sedangkan nilai Varians Inflation Factor VIF lebih kecil dari 10. Dari hasil uji yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah multikolinieritas, berarti antar variabel independen tidak saling berkorelasi sempurna.

4. Uji Heteroskedastisitas

Pengertian heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan Glejser test. Heteroskedastisitas menjadi penting xxi dalam penelitian ini karena heteroskedastisitas banyak terjadi pada data cross-sectional atau data yang diambil dari beberapa responden pada suatu waktu tertentu Nachrowi dan Usman, 2008. Jika nilai variasi semakin besar seiring dengan bertambahnya nilai variabel bebas dan variabel terikat, mengindikasi bahwa variasi data tidak konstan dan menyebabkan model tidak konsisten. Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan program statistik SPSS for windows dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel IV.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Nama Variabel t hitung Prob Keterangan Shopping lifestyle 0,374 0,709 Tidak ada Heteroskedastisitas Fashion involvement 0,910 0,365 Tidak ada Heteroskedastisitas Pre-decision stage -0,640 0,524 Tidak ada Heteroskedastisitas Post-decision stage -0,458 0,648 Tidak ada Heteroskedastisitas Sumber: Data primer yang diolah, 2010 Berdasarkan hasil uji Heteroskedisitas Glejser di atas, diketahui nilai t hitung pada masing-masing variabel dengan nilai probabilitas Asymp.Sig 0,05 sehingga tidak signifikan. Dengan demikian maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan untuk mengetahui distribusi data pada pengujian heteroskedastisitas, dapat dilihat pada gambar scatter plot berikut: xxii Regression Standardized Predicted Value 3 2 1 -1 -2 -3 R e g re s s io n S ta n d a rd iz e d R e s id u a l 2 1 -1 -2 -3 Scatterplot Dependent Variable: impBB Berdasarkan hasil uji heteroskedastitias pada gambar di atas diketahui bahwa sebaran data dalam penelitian tidak ada yang membentuk suatu pola tertentu, sehingga data dinyatakan tidak ada masalah heteroskedastisitas. Tidak adanya heteroskedastisitas diintepretasikan bahwa model telah konstan sehingga persamaan regresi dapat dipercaya.

E. PENGUJIAN HIPOTESIS