Teknik Analisis Data Strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam

62 Masjid Jogokariyan diresmikan pada tanggal 20 Agustus 1967 dengan bangunan satu lantai seluas 9 x 9 m. Hingga kini bangunan ini telah berkembang pesat menjadi 3 lantai dengan luas bangunan 15 x 21 m serta daya tampung mencapai 1200 jama’ah 56 .

2. Visi dan Misi Masjid Jogokariyan

Adapun visi dan misi Masjid Jogokariyan sebagai langkah dalam menjalankan amanatnya adalah sebagai berikut: a. Visi “Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir batin yang diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di masjid ”. b. Misi 1 Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat 2 Memakmurkan kegiatan ubudiyah di masjid 3 Menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jama’ah 4 Menjadikan masjid tempat merujuk berbagai persoalan masyarakat 5 Menjadikan masjid sebagai pesantren dan kampus masyarakat 56 Persentasi Masjid Jogokariyan, Dari Masjid Membangun Umat. Yogyakarta. 63

3. Susunan Pengurus dan Struktur Organisasi Masjid Jogokariyan

Adapun struktur organisasi Masjid Jogokariyan adalah sebagai berikut: Susunan Pengurus Takmir Masjid Jogokariyan Periode 2015-2019 Dewan Syuro Ketua : H. Muhammad Jazir, Asp Anggota : Drs. H. Jufri Arsyad : H. M. Chamid : H. M. Supriyanto, ST. Ketua Umum : H. Muhammad Fanni Rahman, SIP. Ketua Bidang 1 : Salim A. Fillah Ketua Bidang 2 : H. Wahyu Wijayanto, S.Ag. Ketua Bidang 3 : Syubban Rizalinoor, S.Ag. Sekretaris : HM. Rizqi Rahim, ST.M.Eng. : DR. Andre Indrawan, M.Hum. Bendahara : Wahyu Tejo Raharjo, SE. : Amiruddin Hamzah Bidang 1 Biro Pembinaan HAMAS Himpunan Anak-Anak Masjid Jogokariyan Pengurus : Rizkibaldi : Yushna Septian : Inna Rachmawati : M.Syafiq Hamzah 64 : Muhammad Falakhul Insan : Reni Biro Pembinaan RMJ Remaja Masjid Jogokariyan Pengurus : Muhammad Hasan Habib : Nur Santi Riyadh : Novita Dewi : Muhammad Rosyidi,ST. Biro Perpustakaan : M. Ikhlas : Isti : Liza : Jaja Biro Komite Aksi untuk Umat KAUM dan Relawan Masjid Pengurus : Nur Rahmat S : Pak Rais : Ahmeda Aulia : Rahmat Aryfin Biro Pendidikan dan Pengkajian Islam Pengurus : drh.H.Rudiatin : Mujib : Eko Budi Prasetyo : Nuruddin Biro Humas, Media dan Teknologi Informasi Pengurus : Krishna Yuniar R : Agus Triyatno : Anugrah Yoga : Supradiyana : Hendry Irianto 65 : Rio Nurtantyana : Iswahyudi : Bagas Wibisono : Dwi Sulasono Biro Perekonomian Masjid Pengurus : Cahyo Indarto : Cancer Tri Yulianto : Sugiarto RW 11 : Agus Suprianton : Wawan RW 10 : Hari GudegMandeg Biro Klinik : Ana Adina Patriani : dr. H. Soepangat : Budi Munarti : Endah atantiasari : Nining : Dina : Istighfari Ayuningtiyas Bidang 2 Biro Pembinaan Ibadah Haji Pengurus : Subandi Suyuti,BcHk : H.M.Ikhsan : H.Dedi Suwaryo : Ibu.Hj.Joko Waskito Biro Pembinaan Imam dan Muazin Pengurus : HM. Wildan Ahmad,M.Ag 66 : H.Busani : Dhani TR Biro Ibadah Jumat : Nursaid : Mujib Amin : Bp. Jendro Wardoyo Biro Pembangunan : Ridwan Shodiq, ST. : H. Ali Rosadi : Tunggul Tejo Isworo Biro Perawatan Jenazah Pengurus : Muhammad Rosyidi,ST. : Anjang Nur Rohman : Amiruddin Hamzah : Bambang Suryanto RW 9 : Jupari : Joko Waskito : Ibu Sujiman : Ibu Wasto : Ibu Sudarminah Sunarto : Ibu Sujono : Ibu Hj.Supadmi : Ibu Hj.Juwariyah Suroto Biro Peringatan Hari Besar Islam PHBI Pengurus : Muhammad Fibran : Aditya kuskarismantoro Biro Kuliah Subuh dan Pembinaan jamaah Pengurus : HM. Syabani : H. Suharjono 67 : Abdullah Kahfi : Furqoni : drh.Agus Abadianto : Bambang Wisnugroho : Ibu Siti Zamharoch : Ibu Sri Rahayu : Ibu Ummu Hanik : Ibu Dra.Alice,M.Hum : Ibu Anis ASP : Ibu.Hj.Ismujadi Biro Kerumahtanggaan Pengurus : Sudiwahyono : Riyadi Agustono : Boy Supriyadi : Joko Sarwono : Ibu Djufri Arsyad : Ibu Tok Sutarno : Ibu Wildan Ahmad : Biro Ziswaf : Ismail Toha Putra,SH. : Ridwan Shodiq, ST. : Eko Hidayatul Fikri Bidang 3 Biro Ummida Ummi Muda Pengurus : Ibu Dini Istiana, S.Psi. : Ibu Indra Welly 68 Biro Kurma Keluarga Alumni Remaja Masjid Pengurus : Anjang Nur Rohman : M. Syaiful Basya,SE. : Bambang Priambodo : Wahyu Bintoro : Eryo Sasongko Biro Kebudayaan dan Olahraga Pengurus : DR.Andre Indrawan : Drs.H.Tedhy Sutadi : Rusdi Harminto : Adhi Maryanto : Taufiq Nur Setiawan : Eko HP : M. Rais Rusyadi : Sugiarto RT44 Biro IKS Ikatan Keluarga Sakinah Pengurus : Harmaji Suwarno : Ibu Siti Kusniatun : Ibu Sri Kadarwati : Ibu Siti Harjono : Suwarto Biro Donor Darah : Mujiraharjo : Bagas : Zamzawi Ruslan,SE : Ali Riyanto : M.Diwan Sigit 69 Biro Dokumentasi dan Kearsipan Pengurus : M.Agus, SE. : Anugrah Yoga : Nadia Nurussalamah : Firda : Lutfi JKT Biro Keamanan : Wahyu Widayat : Bustami Istianto : Joko Purnomo : Agung SA : Mariman : M.Galang Wibisono Ega Biro Pelatihan dan Pengembangan Masjid Pengurus : Syubban Rizalinoor, S.Ag : Gustami : Suharyanto, SE. : Haidar M. Tilmitsani 70 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pengurus Takmir Masjid Jogokariyan Periode 2015-2019 Dewan Syuro 71

4. Kelembagaan dan Unit Di Lingkungan Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan memiliki beberapa lembaga dan beberapa unit usaha lainnya untuk pelayanan secara optimal terhadap masyarakat dan jama’ah sekitaran Masjid Jogokariyan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Baitul Maal Masjid Jogokariyan

Baitul Maal merupakan lembaga yang dibentuk dan dibawahi oleh biro bendahara dan perekonomian Masjid Jogokariyan sebagai wadah dalam menampung sumber dana lazis yang terkumpul dari para donatur. Pengelolaan terfokus pada kebutuhan sosial dilakukan di lembaga ini. Lembaga inilah yang nantinya menjadi strategi masjid dalam menciptakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Baitul Maal ini bertugas sebagai lembaga amil zakat yang di mana aktivitasnya adalah menghimpun dan menyalurkan zakat infaq dan shadaqah. Penyalurannya telah ditentukan berdasarkan data yang diperoleh melalui sensus yang dilakukan setiap setahun sekali di kampung Jogokariyan. 72

b. Klinik Kesehatan Masjid Jogokariyan

Klinik kesehatan ini sebenarnya merupakan fasilitas yang disediakan oleh Masjid Jogokariyan dalam melayani kesehatan umat. Pelayanan kesehatan ini dilakukan oleh tenaga ahli dan profesional. Program yang diberikan juga disalurkan dalam bentuk cuma-cuma. Dengan adanya lembaga ini diharapkan mampu meringankan beban masyarakat khususnya dalam masalah kesehatan. Perhatian masjid yang sangat memperhatikan secara seksama kesehatan para jama’ah demi terwujudnya kelancaran dalam beribadah. Program-program yang diberikan secara cuma- cuma merupakan hasil dari pengelolaan keuangan masjid yang sedemikian rupa sehingga program ini terbentuk dan berjalan dengan sangat baik sehingga memberikan konstribusi yang begitu besar bagi masyarakat sekitar.

c. Penginapan Masjid Jogokariyan

Penginapan masjid Jogokariyan dianggap sebagai salah satu unit usaha dalam rangka menggerakkan Masjid Mandiri. Masjid Mandiri ini dilakukan sebagai strategi yang menjadikan masjid kokoh dalam persoalan keuangan. Dengan adanya penginapan ini, hasil dari pengelolaan berikut mampu menutupi segala kebutuhan yang ada di Masjid Jogokariyan sehingga pengelolaan dan 73 penyaluran dana zakat infaq dan shadaqah lebih optimal diberikan kepada masyarakat serta dana infaq dan shadaqah yang telah disalurkan oleh masyarakat disalurkan kembali dalam bentuk pelayanan penuh terhadap para masyarakat dan jama’ah yang hendak melaksanakan ibadah di Masjid jogokariyan.

d. Wedding Organizer dan Pariwisata

Usaha ini sebagai fasilitas bagi para pelancong yang mengadakan studi banding di Masjid Jogokariyan. Dengan adanya fasilitas ini menjadi nilai tambah bagi para peserta studi banding sehingga menjadi ketertarikan tersendiri pula dalam menarik minat bagi mereka yang hendak mendalami manajemen Masjid Jogokariyan dari berbagai daerah. Adapun wedding organizer diciptakan dalam bentuk pelayanan bagi masyarakat serta bantuan bagi warga sekitar yang hendak melaksanakan pernikahan. Dengan adanya ini meringankan beban bagi masyarakat yang hendak melaksanakan niat suci untuk menyatukan dua insan yang berbeda. Fasilitas ini sebagai bentuk partisipasi Masjid Jogokariyan dalam rangka membentuk Keluarga sakinah mawaddah warrahmah. 74

5. Fasilitas Masjid Jogokariyan

Adapun fasilitas di Masjid Jogokariyan selayaknya masjid- masjid pada umumnya. Fasilitas yang disediakan oleh Masjid Jogokariyan sebagai tempat peribadatan bagi umat muslim adalah sebagai berikut: a. Ruang Ibadah Utama b. Serambi Masjid c. Aula Pertemuan d. Kamar Singgah bagi para musyafir e. Toilet f. Lapangan parkir g. Kantor h. Dan faslitas lainnya 75

B. Masjid Syuhada

1. Profil Singkat dan Sejarah Masjid Syuhada

Masjid Syuhada merupakan masjid tertua yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Masjid ini berlokasikan di Jl. I Dewa Nyoman Oka 13 Kotabaru Yogyakarta sehingga letaknya yang sangat strategis memudahkan warga Yogyakarta mengunjungi tempat peribadatan tersebut. Masjid Syuhada didirikan dengan alasan yang bersifat khusus, yaitu sebagai Masjid Jami’ untuk memenuhi kebutuhan umat Islam untuk beribadah kepada Allah SWT 57 . Namun pada umunya, Masjid Syuhada didirikan sebagai monumen yang hidup dan bermanfaat untuk memperingati para syuhada pahlawan yang gugur syahid dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa serta mempertahankan kebenaran dan keadilan 58 . Berdirinya Masjid Syuhada sangat erat hubungannya dengan nilai historisitas di mana pada masa Penjajahan Belanda daerah Kotabaru merupakan medan pertempuran sebagai aksi perlawanan terhadap rezim penjajahan Belanda, sehingga di daerah itulah banyak sekali para pahlawan yang gugur. 57 Yasma Syuhada. Profil Masjid Syuhada Yogyakarta. Yayasan Masjid Syuhada : Yogyakarta, 2015. 58 Ibid. 76 Sebelum terjadinya peperangan, suasana Kotabaru merupakan bagian kota yang modern, bersih, sehat, namun sama sekali tidak terdapat tempat peribadatan bagi umat Islam. Hal ini dikarenakan daerah Kotabaru dihuni oleh orang-orang kulit putih yang sebagian besarnya adalah para pembesar penjajah Belanda, namun sebagian terdapat orang- orang Indonesia kelas atas kaya dan berpendidikan tinggi. Maka tidak heran pada saat ini kita melihat dua gereja tertua dan terbeasar di Yogyakarta berdiri di sekitar Masjid Syuhada Hunian Kristen Batak Protestan dan St. Ignatius yang menjadi bukti masa sepeninggalan penjajah Belanda. Pada zaman penjajahan Jepang di tahun 1942 warga kulit putih dan Belanda dipindahkan dari Kotabaru sehingga Kotabaru dihuni oleh orang-orang Jepang dan orang-orang Indonesia yang sebagian besarnya beragama Islam. Saat itu baru muncul kebutuhan suatu tempat ibadah bagi umat Islam. Keinginan untuk mendirikan tempat peribadatan bagi umat Islam makin terasa ketika masa Kemerdekaan RI di tahun 1945 yang pada saat itu Kotabaru dihuni oleh anggota-anggota tentara pemuda dan pelajar yang beragama Islam. Diakhir tahun 1949 saat Ibu Kota RI di Yogyakarta, berlangsung perundingan antara delegasi Indonesia dan Belanda di Grevenhage Belanda. Muncul bayangan pemikiran akan kembalinya Ibu Kota RI dari Yogyakarta ke kota metropolis Jakarta. Maka timbul keinginan adanya suatu peninggalan, tanda mata dan peringatan untuk 77 Yogyakarta, Ibu Kota perjuangan dan peringatan perjuangan kemerdekaaan Bangsa Indonesia. Bangunan peringatan yang sesuai dengan kesucian perjuangan bangsa Indonesia bukanlah patung ataupun tugu barang mati, melainkan sebuah Masjid Jami’ yang setiap saat tersirat nuansa kehidupan Umat Islam. Pada tanggal 14 Oktober 1949, didirikanlah sebuah panitia yang nantinya akan membangun mesjid bersejarah ini, yaitu Panitia Pendirian Masjid Peringatan Syuhada yang disingkat menjadi Panitia Masjid Syuhada. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1950, ditetapkannya arah garis kiblat di Masjid Syuhada yang dilakukan oleh KH. Badawi. Setelah menetapkan arah kiblat untuk Masjid Syuhada, maka dimulailah pembangunan Masjid Syuhada yang diawali dengan acara Peletakan Batu Pertama pada tanggal 23 September 1950 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Mentri Pertahanan RI sekaligus menjabat sebagai Kepala Daerah DIY pada saat itu. Akhirnya pada tanggal 25 Mei 1952, Berdirilah Yayasan Asrama dan Masjid YASMA yang nantinya sebagai pengemban amanat untuk mengelola Masjid Syuhada tersebut. Dengan terbentuknya YASMA, maka pada tanggal 20 September 1952 menjadi momen Peresmian Masjid Syuhada. Ibadah Shalat Jum’at pertama yang dilakukan di Masjid Syuhada diimami oleh Muhammad Natsir sekaligus sebagai khatib s halat Jum’at pada hari itu. Setelah itu pula Wakil 78 Presiden RI Drs. H.M. Hatta yang baru kembali dari menunaikan ibadah Haji di Makkah memberikan ceramahnya di ruang aulakuliah. Masjid Syuhada menerima sumbangan 24 helai permadani buatan Karachi Pakistan dari rakyat dan pemerintah Pakistan. Maka dengan selesainya pembangunan Masjid Syuhada, untuk mengelola dan penanggungjawab pemakmuran masjid selanjutnya Panitia Masjid Syuhada yang dibentuk pada 14 Oktober 1949 berganti nama menjadi Yayasan Asrama dan Masjid Syuhada YASMA SYUHADA berdasarkan akta notaris R.M. Wiranto tanggal 1 Agustus 1952 No. 2 yang kemudian pada tahun 2011 berganti nama menjadi Yayasan Masjid Syuhada Yogyakarta berdasarkan Keputusan Kemenkumham No. AHU- 4052.AH.01.04.Tahun 2011. Jabatan Ketua Umum selalu diberikan kepada pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai waqif tanah di mana Masjid Syuhada didirikan. Saat ini 2013-2018 jabatan Ketua Umum diamanatkan kepada H. Kanjeng Raden Tumenggung Djatiningrat H. Tirun Marwito, SH. Selain nilai historisitas akan berdirinya Masjid Syuhada, masjid ini juga berkiprah pada pergerakan dakwah dan pendidikan, maka tidak heran untuk sekarang ini banyak kita jumpai di sekitar Masjid Syuhada banyak sekali berdiri lembaga-lembaga pendidikan yang berhasil dibangun oleh Yayasan Masjid Syuhada. Berawal dari 79 kesuksesan akan pengelolaan Taman Kanak-Kanak menjadi desakan para jama’ah dan orang tua murid sehingga berdirilah lembaga pendidikan yang lainnya hingga ke tingkat perguruan tinggi. Dengan banyaknya kegiatan di Masjid Syuhada, masjid ini pernah menjadi pusat peradaban bagi umat Islam sekitaran Yogyakarta ketika itu, maka dengan alasan tersebut Yayasan Masjid Syuhada perlu membangun lembaga amil zakat di Masjid Syuhada yang kini dikenal dengan sebutan LAZIS Masjid Syuhada. Lalu seiring berjalannya waktu dengan banyaknya lembaga-lembaga yang berdiri di sekitar Masjid Syuhada maka yayasan sekali lagi menerapkan sistem keuangan yang tersentralistik dan terkontrol sehingga dengan alasan inilah berdirinya BMT Masjid Syuhada. Dengan berdirinya LAZIS dan BMT Masjid Syuhada ini membuktikan bahwa Masjid Syuhada tidak lagi hanya berkiprah dalam dunia pendidikan dan dakwah, namun telah memperluas jangkauannya untuk berkecimpung dalam hal ekonomi dan kesejahteraan umat Islam untuk membangun umat yang sejahtera. 80

2. Visi dan Misi Masjid Syuhada

Adapun visi dan misi yang dimiliki Masjid Syuhada adalah sebagai berikut: a. Visi “Mengembangkan masjid Syuhada sebagai salah satu masjid yang memiliki keunggulan di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan serta menjadi model rujukan penyelenggaraan fungsi dan peranan masjid modern”. b. Misi 1 Meningkatkan kemakmuran masjid secara optimal dengan berbagai kegiatan sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. 2 Mengembangkan lembaga pendidikan, dakwah dan kaderisasi, dan sosial-ekonomi secara profesional untuk memenuhi harapan masyarakat.

3. Susunan Pengurus dan Struktur Organisasi Masjid Syuhada

Untuk mencapai tujuan Masjid Agung Syuhada Yogyakarta sesuai dengan visi dan misinya, maka Masjid Agung Syuhada membentuk susunan kepengurusan yayasan periode 2013 - 2018. Adapun bentuk susunan kepengurusan di Masjid Syuhada adalah sebagai berikut : 81 PEMBINA Ketua : Drs. H. Barmawi Mukri, SH, M.Ag Sekretaris : Dr. Ir. H. Harsoyo,M.Sc. Anggota : Prof. Drs. H. Zaini Dahlan, MA Prof. Drs. H. Asmuni Abdurrahman Prof. Dr. H. Ahmad Mursyidi, M.Sc., Apt. Prof. H. M. Suyanto, M.Pd., Ph.D Prof. Dr. H. Mulyadi, M.Sc., Apt. H. Jawahir Thontowi, SH., Ph.D Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., MA H. E. Zainal Abidin, SH., MS., MPA Drs. H. Masyhuri H N Drs. H. Hasan Basri Drs. H. Ahmad Mufti Drs. H. Sudijono PENGAWAS Ketua : Drs. H. Muqodim, MBA.Ak. Anggota : Drs. H. Didi Wahyu Sudirman, MM Ir. H. Harsoyo M., Dipl.HS PENGURUS Ketua Umum : KRT. H. Jatiningrat, SH Wakil Ketua Umum : Ir. H. Muhammad Hanief, MT Sekretaris : Suyanto, S.Ag., M.SI., M.Pd. 82 Wakil Sekretaris : Ahmad Busyro Sanjaya, S.E.I, S.Pd.I Bendahara : Drs. H. Sunardi Syahuri Wakil Bendahara : Drs. H. Muhammad Bachroni, SU Ketua I Pendidikan : Dr. Ir. H. Hary Sulistyo Anggota : Dr. H. Mukminan Dra. Hj. Suwarni A. Rahayu Solikhin, SH., SE. KetuaII Pen. Usaha : Imam Nurhidayat Anggota : Drs. Yana Karyana, M.Si Edi Sunarto, SE Ketua III Sarana : Atis Budiman, ST Anggota : Ali Arwani, ST. Ketua IV Ketakmiran : H. Nasiruddin, M.Hum. Angggota : Muhamad Sahidin, S.Ag., M.Si Zainul Arifin, S.Ag., M.S.I Ketua V Asrama Kaderisasi: A. M. Dawam Nur, S.H.I Anggota : Drs. Kusworo, M.Hum. Azis, S.Ag., M.A Muhamad Ansori, S.Th.I., MM Ketua VI Litbang : Muhammad Mas’udi, M.Ag. Anggota : Drs. H. Fu’ad Zein, MA Imam Rosyidi, S.Ag. 83 Gambar 3.2 Struktur Organisasi Yayasan Masjid Syuhada Yasma Syuhada Yogyakarta Periode 2013-2018

4. Kelembagaan dan Unit di Lingkungan Masjid Syuhada

a. Lembaga Pendidikan Formal

1 Taman Kanak-Kanak Masjid Syuhada TKMS Saat dilahirkan bernama Sekolah Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada. Berdiri pada tanggal 1 Agustus 1960 dan terdaftar di Depdikbud dengan nama Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada pada tanggal 16 Agustus 1961. Dasar pemikiran 84 yang melatarbelakangi pendiriannya adalah: keinginan untuk menanamkan ilmu pada anak-anak, laksana mengukir di atas batu, tak lekang karena panas dan tak luntur karena hujan. Hal ini sebagai realisasi dari peran serta YASMA Yayasan Masjid dan Asrama Syuhada dalam melaksanakan amanah UUD 1945, khususnya berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa. Ide pendirian oleh mahasiswa UGM yang tinggal di asrama YASMA yang bernama Badjoeri Ali. Dan berdasarkan musyawarah antara Badjoeri Ali, Soedarpo, Ibu Hj. Siti Safiah BapakIbu Kadarisman, pada tahun 1960 di Masjid Syuhada dibentuklah Sekolah Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada. Kepengurusan ini dibentuk di kediaman BapakIbu Kadarisman Jl. I Dewa Nyoman Oka No.11 dengan susunan sebagai berikut: Penasehat : Ibu Hj. Siti Safiah merangkap sekretaris Bendahara merangkap :Ibu Kadarisman pengurus harian Pembantu Umum :Bapak Kadarisman, Bapak Badjoeri Ali Bapak Soewondo Pada saat ini, jumlah kelas, siswa dan pegawai sebagai berikut: 85 a Jumlah kelas ada 14 kelas, dengan rincian : 1 Kelompok Bermain : 4 kelas 2 Kelompok A : 5 kelas 3 Kelompok B : 5 kelas b Jumlah siswai 212 orang, dengan rincian : 1 Kelompok Bermain : 48 anak 2 Kelompok A : 70 anak 3 Kelompok B : 94 anak c Jumlah pegawai 35 orang, dengan rincian : 1 Kepala Sekolah : 1 orang 2 Guru Tetap Yayasan : 16 orang 3 Guru PNS : 4 orang 4 Pegawai Tetap Yayasan : 3 orang 5 Calon guru Tetap : 3 orang 6 Guru Tidak Tetap : 6 orang 7 Pegawai Tidak Tetap : 2 orang Hingga saat ini TK Masjid Syuhada sudah melakukan 3 kali pergantian Kepala Sekolah yaitu : Hj. Siti Qomarijah, Muqoddimah, A.Ma.Pd dan Umi Kulsum, S.Ag., S.Pd.AUD. TK Masjid Syuhada memiliki visi: “Menjadi lembaga pendidikan anak usia dini yang berkualitas menyiapkan generasi penerus berpribadi akhlaqul karimah ” 86 Dan memiliki misi: “Mendidik anak usia dini berdasarkan nilai-nilai dasar Islam, sehingga melahirkan lulusan yang: beriman bertaqwa spiritual quation, cerdas emosional emotional quation, cerdas sosial social quation dan cerdas intelektual intelectual quation yang akan membawa kejayaan Islam, bangsa dan negara. 2 Sekolah Dasar Masjid Syuhada SDMS Sukses mengelola TK Masjid Syuhada, mulai tahun pelajaran 1994-1995, PDMS Sekarang menjadi bidang Pendidikan Masjid Syuhada atas dukungan dan desakan para orang tua wali murid yang berada di TK, akhirnya mendirikan jenjang Sekolah Dasar SD yang dikenal dengan nama SD Masjid Syuhada SDMS. SDMS berdiri pada tanggal 17 Juli 1994 dengan izin pendirian dari Gubenur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 50IZKPTS1995 tertanggal, 25 Juli 1995. Sebagai kelanjutan dari pendidikan di jenjang TK, keberadaan SDMS menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Program utama di jenjang SD adalah memberikan bekal dalam pembentukan sikap dasar yang Islami dalam bentuk penanaman aqidah-akhlaq yang meliputi: 87 a pengetahuan dasar tentang iman, Islam dan ihsan; pengetahuan dasar tentang akhlaq yang terpuji dan tercela b Kecintaan pada Allah SWT dan Rasul-Nya c Kebanggaan terhadap Islam, semangat memperjuangkannya dan termotivasi untuk memakmurkan masjid . Selain pembentukan sikap dasar yang berkait dengan penanaman aqidah-akhlaq, pendidikan di jenjang SD juga menitikberatkan pada pembiasaan berbudaya Islam seperti gemar beribadah, gemar shalat di masjid, gemar belajar, disiplin, kreatif, mandiri, hidup bersih dan sehat, serta adab-adab Islam. Secara akademis pendidikan di jenjang SD mengarahkan kepada para peserta didik untuk memiliki kemampuan akademis penguasaan ilmu, mampu berbahasa asing Inggris dan Arab tingkat dasar, dan dapat melanjutkan ke SMP yang diidolakan. Adapun bidang keterampilan ditekankan pada kemampuan dapat membaca, menulis dan berhitung dengan cepat dan tepat, memiliki keterampilan belajar, pengarsipan dan kerajinan tangan, serta memiliki keterampilan hidup. 88 Atas berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, alhamdulillah SDMS telah mampu menunjukan hasil yang sangat membanggakan. Hal ini dapat dibuktikan dengan prestasi akademik yang telah dicapai SDMS dan semakin tingginya animo masyarakat untuk berkompetisi memasukan anaknya agar dapat ikut belajar di SDMS. Terbukti dari tahun pertama siswa hanya 12 anak, sekarang jumlah siswa menjadi 671 anak dengan 24 rombel. Visi SDMS adalah “Terciptanya generasi Islami, unggul dalam prestasi, berlandaskan imtaq dan iptek serta berwawasan lingkungan .” Sedangkan misi SDMS itu sendiri adalah sebagai berikut: a Menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam, menuju siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. b Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan intensif untuk mencapai tingkat ketuntasan dan daya serap yang tinggi sehingga; c peserta didik dapat masuk SMP sesuai pilihannya. 89 d Menumbuh kembangkan rasa disiplin, cinta seni, budaya, terampil, sehingga mampu berkarya dan berkreasi e Melaksanakan bimbingan pelayanan bakat guna membantu peserta didik untuk mengenali potensi dirinya dengan memberikan wadah dalam kegiatan ekstrakulikuler. f Melaksanakan budaya budi pekerti guna membentuk perilaku siswa yang berkarakter Indonesia. g Melaksanakan pembelajaran bahasa guna menyiapkan peserta mampu berkomunikasi dengan baik. h Melaksanakan aktifitas kecintaan terhadap alam sekitar melalui budaya bersih, cinta tanaman dan budaya hidup sehat. 3 Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu SMP-ITMS SMP IT Masjid Syuhada Yogyakarta berdiri pada tanggal 25 Maret 2004 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor 188853 tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Masjid Syuhada Yogyakarta bertujuan untuk menyelenggarakan 90 pendidikan Islam terpadu yang merupakan lembaga pendidikan formal di lingkungan Yayasan Masjid Syuhada Yogyakarta yang menyelenggarakan proses pendidikan 3 tahun, sesuai dengan kurikulum nasional yang dipadukan dengan nilai – nilai keislaman. SMP IT Masjid Syuhada Yogyakarta adalah pendidikan formal di lingkungan Masjid Agung Syuhada menyiapkan peserta didik untuk masuk ke jenjang pendidikan menengah. SMP IT Masjid Syuhada merupakan Sekolah Islam Terpadu yang mengambil sistem full day. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan mulai pukul 07.00 – 14.30 WIB. KBM dilaksanakan selama 6 enam hari dari hari senin – sabtu, kecuali hari Ahad dan hari libur nasional maupun hari besar agama. SMP IT Masjid Syuhada mengikuti kurikulum nasional Depdiknas dilengkapi dengan kurikulum agama Fiqih, Aqidah Ahlaq, Quran Hadist, Tarikh dan Bahasa Arab dan muatan lokal Bahasa Jawa, dan Keterampilan. SMP IT Masjid Syuhada juga secara rutin melaksanakan pembiasaan – pembiasaan, baik yang diikuti oleh peserta didik maupun guru dan karyawan. Peserta didik SMP IT Masjid Syuhada mempunyai latar belakang dan kondisi ekonomi yang beragam. Sehingga diupayakan untuk adanya subsidi silang antara siswa 91 yang mampu kepada siswa yang kurang mampu, selain beasiswa yang selalu diusahakan oleh sekolah dan komite sekolah. Visi SMP IT MS adalah: ”Menciptakan lulusan yang unggul, cerdas, kreatif, dan berakhlakul karimah ” Misi SMP IT Masjid Syuhada Yogyakarta adalah: a Melaksanakan penghayatan dan pengamalan agama serta pembiasaan nilai-nilai akhlak mulia akhlakul karimah dan budi pekerti luhur. b Mengembangkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara serta pelestarian budaya setempat. c Melaksanakan pengembangan kurikulum dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bagi siswa d Melaksanakan proses pembelajaran dan bimbingan yang optimal dalam upaya peningkatan ilmu dan prestasi siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya. e Menerapkan inovasi model-model pembelajaran bagi anak berprestasi, bermasalah dan kelompok anak lainnya untuk tercapainya ketuntasan belajar bagi siswa 92 f Meningkatkan sarana prasarana pendidikan, media dan sumber bahan pembelajaran dalam upaya peningkatan standar pelayanan minimal g Meningkatkan kompetensi tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan h Menciptakan suasana lingkungan belajar yang kondusif i Menjalin kerja sama vertikal dan horizontal untuk mengembangkan potensi sekolah j Meningkatan prestasi, kreasi dan apresiasi dalam bidang kegiatan non akademik. k Melaksanakan pengembangan kreatifitas keterampilan kerumahtanggaan dan kerajinan tangan bagi siswa 4 Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada STAIMS Latar belakang berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada STAIMS diawali dengan nama lembaga yang diberi nama Universitas Rakyat Pendidikan Tinggi Masjid Syuhada UNRA PTMS pada tahun 1961, yang saat itu adalah masa jayanya Partai Komunis Indonesia PKI. Pada awalnya pendidikan berlangsung melalui kuliah-kuliah subuh yang berlangsung di Masjid Syuhada Yogyakarta. 93 Setelah berjalan beberapa waktu, pelaksanaan pendidikan meningkat menjadi semi formal. Tanggapan masyarakat cukup tinggi, terbukti dengan tidak tertampungnya peserta di ruang kuliah di Masjid Syuhada, sehingga mereka berada diluar ruang kampus Masjid Syuhada. Bagi pengelola kondisi tersebut merupakan kebanggaan sekaligus tantangan. Selanjutnya para pengelola mengajukan peningkatan status ke Departemen Agama. Saat itu kepemimpinan dijabat oleh Prof. Taib Thahir Abd. Muin alm. Nama yang dipakai dalam usulan ini adalah FID Institut Dakwah Masjid Syuhada IDMS. Saat ini jumlah mahasiswa adalah 115 orang yang terbagi dalam dua program studi, yaitu Pendidikan Agama Islam Tarbiyah dan Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah. Visi Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada STAIMS adalah: “Menjadi lembaga Pendidikan Tinggi yang mampu membentuk manusia beriman, berilmu dan beramal yang berakhlak mulia, melaksanakan amal makruf nahi munkar, memberi pelayanan pada masyarakat dan pembaharu serta mandiri” 94 Sedangkan misinya adalah: a Mengembangkan dakwah, pendidikan dan penelitian bidang agama Islam. b Mewujudkan mubaligh dan guru Pendidikan Agama Islam yang berakhlakul karimah dan berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. c Melakukan diversifikasi program mubaligh dan guru Pendidikan Agama Islam. d Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

b. Lembaga Non Formal

1 Pendidikan Kader Masjid Syuhada PKMS Salah satu lembaga non formal yang masih eksis di lingkungan YASMA Syuhada adalah Pendidikan Kader Masjid Syuhada yang disingkat PKMS. Lembaga non formal tertua ini berdiri pada tanggal 2 November 1954. Sehingga usianya sudah lebih dari setengah abad. Awal mula didirikannya lembaga ini adalah untuk mencetak generasi-generasi muda Islam yang berwawasan global, cakap dalam kepribadian dan unggul dalam kompetisi, serta bertekad mencetak kader-kader muslim yang profesional, mampu menjadi agen-agen perubahan di masyarakat. 95 Visi Pendidikan Kader Masjid Syuhada adalah: a Meningkatkan mutu dan penyebaran syiar Islam b Meningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang dalam rangka terciptanya masyarakat madani c Memfasilitasi terciptanya jaringan pemberdayaan Masjid Misi Pendidikan Kader Masjid Syuhada adalah: a Mempersiapkan kader-kader muslim yang kuat akidahnya b Mendidik kader profesional menjadi motivator dan inovator kegiatan keislaman dimanapun mereka berada c Mempersiapkan kader dakwah yang cinta kepada masyarakat, terutama kaum dhuafa d Meningkatkan kepedulian – kepedulian kader terhadap kondisi lingkungan yang merusak terhadap citra islam Susunan Pengurus: Direktur : Ahmad Husein Batubara Direktur Eksekutif : Bagus Akbar Saputra Sekretaris : Thoirul Firdaus Bendahara : Hariyanti Rukmana 96 Bidang Diklat : Anisa Asyifa Bidang Kaderisasi : Julaiha Hasyim Nikmatul Azizah Bidang Humas Dan Media : Taruno Kegiatan: a Kursus Bahasa Arab b Seminar 4 pilar kerjasama dengan MPR RI c Pelatihan kepenulisan d Kunjungan alumni e Kader Speaking Forum 2 Corps Dakwah Masjid Syuhada CDMS Corps Dakwah Masjid Syuhada adalah bidang di non formal yang diharapkan menjadi ujung tombak dalam amal dakwah masjid syuhada. Didirikan tahun 1957, ide awal dibentuknya PKMS sebagai penjaringan kader nusantara, sedangkan CDMS sebagai penjaring kader lokal Yogyakarta dan sekitarnya. Sebenarnya selain CDMS dan PKMS, masjid syuhada memiliki banyak lembaga yang mengurusi bidang spesifik. Fungsi antara PKMS dan CDMS hampir sama, perbedaannya hanya dalam pengelolaan kader inputnya saja. Oleh karena itu terkadang program output dikeduanya sering sama. 97 Masa puncak performasi amal dakwah CDMS pada tahun 1998. Walaupun Indonesia sedang dilanda krisis multidimensional, amal dakwah CDMS mengalami puncak- puncaknya. Sehingga pada masa itu CDMS dikenal luas dikalangan masyarakat Yogyakarta bahkan di Nusantara. Faktor syiar yang paling kuat adalah karena keberhasilan alumnus- alumnus Masjid Syuhada yang masih meneruskan ruh amal dakwah ditempat lain. Pondasi kesuksesan yang dibangun selama 40 tahun, bukan karena kesuksesan dalam sehari. Pasca Reformasi pada tahun 2000 banyak organisasi dakwah kampus, maupun dakwah kampung yang muncul dan berkembang. Bidang dalam CDMS sendiri bertambah, salah satunya Smart pada tahun 1999. Mengurus bidang dakwah ke sekolah-sekolah dan remaja. Pasca Reformasi ini kemungkinan masih terbawa eiforia kesuksesan dalam kelembagaan CDMS 1998, sehingga tidak merasakan bahwa kedepan kelembagaan CDMS membutuhkan formula kaderisasi yang baru. Jika dahulu kegiatan dakwah terpusat di Masjid Syuhada karena gerak dakwah dibatasi. Setelah Reformasi, organisasi dakwah berkembang pesat karena kebebasan membangun organisasi dakwah. Sehingga basis pengkaderan CDMS semakin sedikit dari tahun ke tahun karena suplai kader mengisi kantong-kantong lembaga dakwah di kampung dan 98 kampus. Satu-satunya yang bisa diandalkan adalah kader dari lembaga internal CDMS seperti Smart, dan suplai kader dari Asrama Putra-putri Masjid Syuhada. Setelah tahun 2004, sampai tahun 2007 Yasma merespon menurunnya dakwah di CDMS. Namun hal itu tercover karena dakwah Smart Syuhada yang sedang naik daun. Kegiatan CDMS bidang lain memang menurun, karena tinggal kajian rutin yang tinggal Jum’at pagi dan Ahad pagi. Program unggulan CDMS sendiri seperti Dauroh Mubalighin tergantikan oleh SIE Studi Islam Efektif, karena merespon trend masing- masing kelembagaan yang lainnya lebih bebas dalam mengkader mubaligh di masyarakat. Setelah tahun 2007, sampai hari ini 2013 CDMS mengalami status quo. Intinya adalah perlunya kaderisasi yang baik sesuai dengan zamannya. Kemajuan teknologi imformasi, dan perkembangan masyarakat memerlukan revolusi dalam program dakwah yang sesuai dengan obyek dakwah. Smart Syuhada yang merupakan bidang di bawah CDMS yang lebih dinamis sesuai zamannya lebih bertahan dari pada lembaga induknya. Bahkan memiliki komunitas yang banyak. Dalam tahun 2007 sampai dengan 2012 CDMS memiliki bidang baru yaitu SAT Syuhada Adventure Team, 99 dan melahirkan 1 group Nasyid Suara Syuhada. Suara Syuhada pada akhirnya memilih mandiri walaupun bersengketa dalam penamaan Syuhada-nya. Sangat terasa di suksesi 2012 CDMS, Muscopda. CDMS mulai membangun langkah. Warisan status quo kepengurusan sebelumnya baru diperbaiki satu persatu. Ada i ’tikad baik untuk melahirkan CDMS menjadi amal dakwah yang produktif dan dinamis. berdiri sejak 1957, CDMS adalah bidang yang diharapkan menjadi ujung tombak syiar Islam dari Masjid Syuhada kepada masyarakat luas. Visi Corps Dakwah Masjid Syuhada adalah: “Menjadi lembaga teladan dan profesional dalam pembinaan, pemberdayaan, dan pelayanan umat dengan menjunjung tinggi nilai- nilai Islam dalam setiap aktivitasnya”. Misi Corps Dakwah Masjid Syuhada adalah: a Meningkatkan dan mengembangkan dakwah Islamiyah untuk menumbuhkan masyarakat yang memiliki komitmen keislaman tinggi; b Menjadikan masjid sebagai tempat dan pusat pembinaan umat; 100 c Membangun kerjasama dengan berbagai lembaga dakwah dalam rangka untuk memperkokoh jaringan dakwah dan persatuan umat; d Membangun kerjasama dengan berbagai instansi maupun perorangan untuk mengembangkan dakwah secara lebih masif dan produktif; e Membangun opini keislaman di masyarakat sehingga tertanam fikrah Islam yang lurus dan benar; f Membangun sistem pembinaan dan kaderisasi yang beralur dan terarah; g Melakukan usaha-usaha mandiri dalam rangka untuk menopang aktivitas lembaga. Susunan Pengurus: Direktur : Henki Desri Mulyadi Sekretaris : Abdur Rahman Bendahara : Nurul Aini Agustina Coordinator Kajian : Muhammad Aziiz Coordinator Pelajar : Andreano Mattona Coordinator Pubdekdok : Lutfi Nur Falaq Staff Kajian : Wiwin Triastuti Staff Kajian : Julaiha Hasyim Staff Pelajar : Aulia Rizkiana Ulfah Staff Pelajar : Yeni Fatimah Staff Pelajar : Andika Reksa 101 Kegiatan : a Pengajian Ahad Pagi b Fiqih Tematik c Tafsir Fi Dzilalil Qur’an d Tafsir Ibnu Katsir e Kajian Pelajar f Kajian Bisnis g Kajian Majeeder 3 Lembaga Pendidikan Al-Qur’an Masjid Syuhada LPQMS Sebelum nama LPQMS, lembaga ini terlebih dahulu bernama Kursus Qira’atu-l-Qur’an Masjid Syuhada KQMS yang didirikan pada tanggal 15 Agustus 1953. Sejak didirikan dan diresmikannya Masjid Syuhada pada tahun 1952, kegiatan pengajian belajar Al- Qur’an diselenggarakan setiap malam J um’at yang dipelopori oleh Prof. Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Mukhtar Yahya, Prof. Syafi’I Abdul Karim, dan KH. Anwar Musaddad. Setelah kegiatan ini berjalan lancar, Masjid Syuhada menyelenggarakan Musabaqoh Tilawatil Qur’an MTQ yang pertama kali untuk tingkat Propinsi DIY. Setelah selesai penyelenggaraan MTQ, para dewan hakim dan panitia bermusyawarah untuk membentuk lembaga yang khusus untuk 102 mengajarkan Al- Qur’an, maka hasilnya dibentuklah Kursus Qiraatul Qur’an Masjid Syuhada KQMS. Visi LPQMS adalah “Unggul dan terkemuka secara nasional dalam pendidikan, pengajaran, dan pengkajian Al- Qur’an Misi LPQMS adalah “Memberi pelayanan kepada masyarakat dalam meningkatkan kemampuan belajar untuk membaca, memahami dan mengamalkan Al- Qur’an” Susunan Pengurus: Direktur : Fikri Arief Husaen Sekretaris : Muhammad Raikhan Alwi Bendahara : Nikmatul ‘Azizah Bidang Pendidikan Dan Pelatihan DIKLAT Kepala Bidang : Diko Jatun Staff : Muhammad Yahya Sukri Bidang Sponsorship Dan Humas SP-HUM Marketing Officer MO : Ahmad Nur Saddam Staff : Suwandi, ST. Bidang Pengembangan Usaha PU Kepala Bidang : A. Nur Muttaqin, S. Pd. I 103 Staff : Nanik Nur Setyaningsih Kegiatan: a Program Reguler 1 Kelas Pemula Dasar 2 Kelas Tajwid 1 2 3 Kelas Murottal 4 Kelas Tilawah dasar dan lanjutan b Program Privat Bimbingan kursus individu atau kelompok c Program Ekstra 1 Qira’ah Takhassus 2 Pendidikan dan Pelatihan Imam dan Muadzin, Guru TPA 3 Program Maghrib Mengaji Kerjasama on air MQFM 4 Pendidikan Anak-Anak Masjid Syuhada PAMS Lembaga ini bernama Pendidikan Anak-anak Masjid Syuhada yang disingkat dengan nama PAMS. Status PAMS adalah sebagai lembaga semi otonom di bawah naungan Yayasan Masjid dan Asrama YASMA Masjid Syuhada Yogyakarta. PAMS berkedudukan di kompleks Masjid Syuhada 104 Jalan I Dewa Nyoman Oka no. 13 Kotabaru Yogyakarta. PAMS didirikan pada tanggal 20 Oktober 1953 di Yogyakarta. Visi PAMS adalah menjadi lembaga pengembangan pendidikan bagi anak-anak yang menekankan pada penanaman dasar-dasar keislaman. Misi PAMS adalah: a Melaksanakan kegiatan dakwah melalui pendidikan, pelatihan, dan pembinaan lembaga dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. b Menjalin kerja sama untuk pengembangan dengan lembaga-lembaga lain. Susunan Pengurus: Direktur : Dwi Cahya Fauzan Sekretaris : Alfiana Chofifah Bendahara : Dewi Puspita sari Chichi ‘A.D.Z Bidang Pendidikan : Sardiyanto Siti nur R Bidang Pengkaderan : Nanang Farchan S Yahya Jamil Bidang Event Organization: Dera Kuswara Andi 105 Kegiatan: a Bimbingan Iqro’ di sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta b Pertemuan rutin bulanan pengurus dan asatidz c Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kalicode

c. Majelis Taklim dan Pengajian Rutin

1 KPA Al Hijrah Masjid Syuhada Sekitar 30 tahunan tepatnya bulan oktober 1985 yang lalu diawali para ibu-ibu yang mengantarkan dan menunggui anaknya yang bersekolah di TK Masjid Syuhada, pada saat menunggui itu maka berinisiatiflah untuk diadakan kegiatan yang bermula lokasinya di bawah pohon di areal taman Masjid Syuhada di mana ibu-ibu tersebut membuat kelompok yang pada saat itu ada ibu Amin Rais, ibu Bambang Hartadi, ibu Emmy Suadi Hamid , ibu Farchatul Maryanto dan banyak ibu- ibu yang lain. Kegiatan diisi dengan kajian dan juga pelatihan. Menginjak semakin banyaknya para ibu-ibu tersebut mengikuti kajian maka berpindahlah tempat ke dalam perpustakaan Masjid Syuhada, dan semakin besar juga sekolah di Masjid Syuhada dengan berkembangnya TK ke SD maka peminat pengajian juga semakin banyak hingga ke ruangan 106 mushola putri, dengan tempat kajian berpindah-pindah tersebut maka tadinya pengajian yang bernama pengajian bawah pohon berganti menjadi pengajian Al Hijrah KPA Al Hijrah Masjid Syuhada, dan sampai saat ini jamaahnya sudah banyak maka kami memindahkannya di ruang Utama Masjid Syuhada dengan kegiatan pengajian setiap hari Rabu, dan jamaahnya bukan hanya dari Syuhada atau wali murid yang bersekolah di Syuhada TK, SD, SMP atau pernah bersekolah di Syuhada wali murid alumni tetapi juga dari luar atau umum. Kegiatan-kegiatan: a Pengajian b Pemberian santunan c Renovasi dan Penempatan Dai Mukim d Kegiatan Outbound e Kegiatan Pra Ramadhan 1436 H f Kegiatan Ramadhan 1436 H g Syawwalan h Kegiatan Idul Qurban Struktur Panitia Program Kerja KPA Al Hijrah Masjid Syuhada Yogyakarta tahun 2015 Dewan pembina : Ibu Farchatul K.M Ibu Emy Suandi H 107 Ibu Wahyu Ibu Umi Kulsum Ketua Panitia : Ibu Mutia Hayati Wakil ketua : Ibu Eko Sayektiningsih Sekretaris 1 : Ibu Agustina Hans Sekrestaris II : Bpk. Risris Hari N Bendahara I : Ibu Deny Firdawati Bendahara II : Ibu Widyawati Devisi-devisi Acara dan Humas : Ibu lilik Anggoro Ibu dyah Ismayadi Ibu Nur emma Penghimpun dana : Ibu Thia Ibu iemma Ibu niken N Dakwah : Ibu ninik Ibu Jaya Ibu erna Konsumsi : Ibu Sari Ibu Wiwik Ibu Maryati Perkap DekDokAk : Bpk.Suryadi Bpk Hengki 108 2 Majelis Taklim Khusnul Khotimah Masjid Syuhada Yogyakarta Visi Taklim Khusnul Khotimah Masjid Syuhada Yogyakarta adalah: Forum pengajian untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dalam rangka menuju kehidupan yang Islami dan Qur’ani Misi Taklim Khusnul Khotimah Masjid Syuhada Yogyakarta adalah: Mencari ilmu untuk menuju kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat selagi masih ada umur, kesempatan dan kesehatan Dasar : a Kesamaan tujuan dan kebersamaan dalam bekerja serta beajar. b Iman dan taqwa adalah landasan dalam bekerja. c Dengan ilmu hidup kita indah dan senang, dengan beragama yang baik hidup kita tenang dan nyaman. Sasaran : a Bapak ibu seiman yang ingin mengaji bersama tanpa membedakan asal usul daerah, organisasi, usia, jabatan dll. b Kaum Muslimin dan muslimat yang merasa belum sempurna kehidupan keagamaannya. 109 c BapakIbu yang ingin menyempurnakan kualitas kehidupan keagamaannya. d Siapapun yang ingin melaksanakan belajar sepanjang hayat selagi hayat masih dikandung badan. Kampus kegiatan: Masjid Syuhada Yogyakarta Ustad : Bapak Prof. Zaini Dahlan Bapak Rusli Lubis, SAg Sifat : Sosial keagamaan dari kita untuk kita 3 Pengajian Putri Yogyakarta Masjid Syuhada PPYMS Pengajian Putri Yogyakarta Masjid Syuhada didirikan oleh ibu Badilah pada tanggal 7 Juli 1958. Visi kelompok pengajian ini adal ah “Belajar agama Islam secara kafah”. Kelompok pengajian yang rata-rata dari kalangan ibu- ibu sepuh yang sebagian berasal dari keluarga para pahlawan di Yogyakarta ini mengadakan kegiatan rutin setiap hari Kamis dan Jumat pukul 10.00 – 11.30 WIB di Masjid Agung Syuhada. Susunan Pengurusnya adalah: Pembina : Dra. Uswatun Dra. Yunah Dra. Munawaroh Ketua : Sar Sri Giyanti 110 Sekertaris : Nanik Setyaningsih Bendahara : Winarningsih Puji Rahayu Bag. Umum : Badawi 4 Silaturahmi Jamaah Dhuha Masjid Syuhada SAJADA Visi lembaga ini adalah: “Menjadi Lembaga yang bisa mencetak sumberdaya manusia Islami secara kaffah, seimbang dalam menggapai kehidupan dunia akhi rat” Sedangkan misinya: a Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap kehidupan lingkungan dan sosial b Memberi layanan dan membantu meningkatkan kehidupan anggota menuju keseimbangan dunia akhirat yang meliputi: Agama, Ekonomi, serta Sosial dan Pendidikan Susunan Pengurus Pelindung : Dr. Gun Nugroho Samawi Hery Zudianto Penasehat : Mahroji Khudori Muhammad Ansori Ketua Umum : Yudi Prihantana Sekretaris Umum : Annas Yanuar MT 111 Bendahara Umum : Gunawan Priyono Ka. Bid. Pengembangan : Tutus Alun AS Ekonomi Ka. Bid. Kajian : Komarudin Yusuf Ka. Bid. Pengembangan : KRMT Budiartha Organisasi dan Hukum Ka. Bid. Sosial dan : Ray Setiawan Pendidikan

d. Remaja Masjid

SDM Sumber Daya Manusia pelaksana teknis untuk memakmurkan Masjid Agung Syuhada penggerak lembaga unit non formal berasal dari warga Asrama Putra dan Putri YASMA Syuhada dan sebagian aktivis di luar warga asrama. Warga asrama merupakan remaja pemuda dan pemudi yang mondok di asrama dan tidak dipungut biaya tempat tinggal, tetapi sebagai konsekuensinya bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan-kegiatan lembaga non formal. Umumnya mereka berasal dari luar propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk menjadi warga asrama harus melalui seleksi yang ketat. Seleksi tersebut meliputi kemampuan publik speaking ceramah, khutbah dan lain sebagainya dan adzan, khusus untuk warga asrama putra. Sedangkan presentasi makalah, membaca Al- Qur’an dan wawancara menjadi seleksi yang mutlak bagi semua 112 warga asrama putra dan putri. Penerimaan warga asrama dilakukan apabila terjadi kekosongan kapasitas tempat. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa remaja atau pemuda masjid yang tinggal di asrama memiliki tanggung jawab besar dalam memakmurkan kegiatan masjid melalui lembaga- lembaga non formal di bawah naungan Yayasan Masjid Syuhada. Untuk pembinaan dapat dilakukan oleh bapak asrama bagi warga asrama Yasma putri atau langsung dari yayasan dan alumni asrama. Bentuk pembinaan tersebut diantaranya: 1 Pengajian al-Qur’an beserta tafsirnya 2 Upgrading warga asrama 3 Pengajian alumni sebagai bentuk kaderisasi, dan 4 Diklat-diklat sesuai dengan kebutuhan warga asrama, seperti diklatsar pendidikan dan pelatihan dasar kepemimpinan. 5 Silaturrahmi ke rumah-rumah alumni yang sewaktu-waktu dilakukan oleh warga asrama dan lembaga non formal. 113

e. Bidang Sosial dan Usaha Masjid

1 Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Masjid Syuhada LAZIS-MS Secara garis besar, lingkup kegiatan Masjid Syuhada dibawah kendali YASMA adalah di bidang pendidikan dan dakwah. Untuk bidang pendidikan, ada yang bersifat formal, dan ada yang non formal. Adapun di bidang dakwah, pola pergerakannya menggunakan pendekatan ekonomi, budaya, dan pemberdayaan sosial. Untuk menjalankan misi dan pola pengelolaan pergerakannya, di lingkungan Masjid Syuhada telah didirikan lembaga-lembaga penunjang formal dan non formal yang berada dalam naungan Yayasan Masjid dan Asrama YASMA Syuhada. Untuk kegiatan-kegiatan yang tak terwadahi oleh lembaga-lembaga tersebut, dibentuklah kepanitiaan ad hoc langsung di bawah kordinasi Yayasan, seperti Kepanitiaan Ramadhan dan Kepanitiaan Qurban. Sudah bertahun-tahun lamanya, semenjak belum populernya lembaga amil zakat, banyak umat Islam baik dari Yogyakarta maupun dari luar daerah yang menitipkan zakatnya ke Masjid Syuhada. Pada tahun-tahun itu, titipan zakat dari masyarakat dilayani oleh panitia penerimaan zakat sebagai salah satu divisi dalam kepanitiaan ramadhan. Karena hanya ditangani 114 oleh kepanitiaan ad hoc, maka pelayanan dan pengelolaan zakat tidak dapat berkesinambungan. Kebutuhan akan hadirnya lembaga amil zakat makin hari kian terasa, terlebih supaya program pemberdayaan zakat dapat berkesinambungan. Pada tahun 2005, Muhamad Ansori yang merupakan alumnus Asrama YASMA dan mantan Direktur PKMS tahun 2000-2003, berinisiatif mengajukan proposal pendirian Lembaga Amil Zakat di lingkungan Masjid Syuhada yang dipresentasikan pada rapat pengurus harian YASMA. Gayung pun bersambut, usulan tersebut disetujui oleh forum rapat YASMA. Kebetulan pada saat itu YASMA punya program membeli rumah keluarga Ibu Zainal yang posisinya berhadapan persis dengan Masjid Syuhada. Maka pada hari senin, 04 Oktober 2004, keluarlah SK YASMA tentang pembentukan lembaga amil zakat di lingkungan Masjid Syuhada, yang dinamai LAZIS Masjid Syuhada, dan sebagai inisiator, Muhammad Ansori ditugaskan membidani pendirian lembaga tersebut, sekaligus menjabat sebagai direktur yang pertama. Visi LAZIS Masjid Syuhada adalah: “Menjadi Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shadaqah yang amanah, profesional, akuntabel Kebanggaan umat”. 115 Sedangkan misinya adalah: a Mengoptimalkan kualitas pengelolaan zis yang amanah dan profesional. b Mengoptimalkan pendistribusian dan pemberdayaan zis yang kreatif, inovatif dan produktif. c Mengoptimalkan pelayanan terhadap donatur Muzakki, mushaddiq, muwaqif Susunan Kepengurusan: Susunan Kepengurusan LAZIS Masjid Syuhada tahun 2014- 2018; Dewan Pelindung : Yayasan Masjid Syuhada YASMA Dewan Pembina : Drs. H. Sunardi Syahuri Pengawas Syariah LAZIS Ir. H. Muhammad Hanief, MT Masjid Syuhada Muhammad Anshori, S.Th.I, MM. Manajemen LAZIS MS Direktur : Dudu Ridwanulhaq, S.Th.I, MSI. Keuangan : Diah Ririn, S.Sos.I. Administrasi TU : Supriadi, S.Fil.I Penghimpunan : Roni Romansyah, S.E.I Pendistribusian : Syamsudin, SH Pendayagunaan 116 Kegiatan-kegiatan: LAZIS Masjid Syuhada mempunyai lingkup kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penghimpunan dana dilakukan pada wilayah yang telah ditentukan sebagai basis operasional LAZIS Masjid Syuhada, akan tetapi sangat dimungkinkan untuk menghimpun dana dari muzakki di luar wilayah tersebut, selama para muzakki merasa lebih amanah dengan menyerahkan dana zakatnya kepada LAZIS MS. Juga terbuka peluang untuk menghimpun dana zakat dari lembaga donor atau perusahaan. Penyaluran dana dilakukan hanya pada mustahiq dhuafa’ yang berdomisili di wilayah operasional LAZIS MS. Hanya dalam kondisi khusus dan pada kasus-kasus tertentu, LAZIS MS dapat menyalurkan bantuannya di luar wilayah operasionalnya, atau apabila kemiskinan di wilayah operasional LAZIS MS sudah tertanggulangi dengan baik, lembaga dapat menyalurkan bantuannya ke luar wilayah operasionalnya. 2 Koperasi Berbasis Masjid Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal wat Tamwil KSPPS-BMT Masjid Syuhada Sebagai salah satu pusat pengembangan perekonomian umat, Masjid Agung Syuhada memiliki koperasi 117 keuangan yang berbentuk Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal wat Tamwil KSPPS-BMT yang keanggotaannya terbuka bagi siapa saja. KSPPS-BMT Masjid Syuhada sudah beroperasi mulai tanggal 02 Juli 2010 dan baru diresmikan pada tanggal 23 Oktober 2010, memiliki susunan pengurus sebagai berikut: Pengurus Ketua : Imam Nurhidayat Sekretaris : Kusworo, M.Hum Bendahara : Solikhin, SH,SE. Pengawas Ketua : Edi Sunarto, SE. Anggota : Drs.H.Yana Karyana, M.Si. Muhamad Ansori, MM. Dewan Pengawas Syariah : Ketua : H.Sunardi Syahuri Anggota : M. Masudi,M.Ag Daftar Pengelola Manajer : Wira Hastuti,MSI. Accounting : Nur Fatomah, A.Md. Marketting : Muhammad Zaenal Muttaqien Teller : Bayu Shapurno, SPd.I 118 Visi KSPPS-BMT Masjid Syuhada adalah: a Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah LKMS yang kredibel,unggul dan terpercaya b Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah LKMS yang bermanfaat bagi masyarakat. c Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah LKMS yang terdepan dalam pelayanan d Menjadi partner utama investasi mikro dan pengusaha mikro. Sedangkan misi KSPPS-BMT Masjid Syuhada adalah: a Menyediakan jasa layanan keuangan dengan prinsip syariah. b Memberikan layanan investasi kecil yang aman dan menarik serta menguntungkan. c Mengurangi ketergantungan pengusaha kecil dan pedagang tradisional terhadap rentenir Kegiatan KSPPS-BMT Masjid Syuhada sepanjang tahun 2015, meliputi: a Rapat Anggota Tahunan pada tanggal 14 Maret 2015 b Penyerahan SK Gubernur DIY kepada KSPPS BMT Syuhada oleh DISPERINDAGKOP DIY pada Jum’at 22 Mei 2015. 119 c Buka puasa bersama keluarga BMT Syuhada Minggu 12 Juli 2015 di Resto Hotel UC. d Diklat Pengelolaan Akad Syariah 18-22 Mei di Kelapa Gading Resto e Bintek Peningkatan RAT 2 Juli 2015 di RM .Ny Suharti Gedong Kuning f Bintek Peningkatan Kuantitas Angota 9 Juli 2015 di RM. Ny.Suharti Gedong Kuning g Bintek Manajemen Lembaga Koperasi 29 Juli 2015 RM. Ny.Suharti Gedong Kuning h Diklat Pengawas Koperasi 24-27 Agustus2015 di Gazebo Purawisata i Diklat Pengurus Koperasi 10- 13 Agustus di Gazebo Purawisata j Support penerimaan pendaftaran Siswa Baru TK SD SMP 4 April sd Juli 2015 k Support penerimaan daftar ulang SD Masjid Syuhada 22- 27 Juni 2015. 3 Lembaga Pengembangan Usaha a Syuhada Catering SC Syuhada Catering didirikan pada hari Senin tanggal 15 Juni 2015, setelah hasil rapat Pengurus Yayasan 120 Masjid Syuhada Yogyakarta atas usulan lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan yayasan. Pada awal pendiriannya, Syuhada Catering melayani buka puasa dan sahur bulan suci Ramadhan 1436 H kemudian dilanjutkan dengan penyediaan snack dan makan siang untuk para murid TK, SD, dan SMP IT Masjid Syuhada. Kedepannya Syuhada Catering bercita-cita akan menjadi perusahaan catering yang dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan kuliner yang ada di Yogyakarta. Visi Syuhada Catering adalah: “Kepuasan pelanggan melalui produktifitas dan pencapaian kesejahteraan karyawan”. Dan misinya adalah: “Meningkatkan profesionalisme, produktifitas dan efisiensi dalam mencapai kepuasan pelanggan, melalui ketepatan waktu, pelayanan prima, dan penyediaan makanan yang berkualitas, sehat dan bercita rasa. Susunan Pengurus: ManagerKoki : Riyanto Administrasikeuangan : Muhammad Taufiq HRDKepegawaian : Indah Kuniawati Pramusaji : Riyadi 121 Yudi Prasetyo Asep Wibowo Suratimah Temu Ningsih Olifia Umi Dwi Dayanti Yatimah Nur Rohmah Suratimah Kegiatan: 1 Menyediakan menu ifthor buka puasa dan sahur di Masjid Agung Syuhada. 2 Menyedakan konsumsi syawalan yayasan prasmanan 3 Menyediakan konsumsi kepanitiaan dan rapat- rapat yayasan. 4 Menyediakan snack dan makan sianga para murid dan pegawai di TK, SD, SMP IT Masjid Syuhada. 5 Menyediakan layanan menu aqiqah dan konsumsi walimatu ‘ursy. 122 4 Media Konsultasi Umat Untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi jamaah masjid, Yayasan Masjid Syuhada membentuk Lembaga Pembinaan Keluarga Sakinah dan Bantuan Hukum Masjid Syuhada LPKSBH-MS. Hanya saja beberapa bentuk layanan saat ini dibuka secara insidental sesuai kebutuhan jamaah dengan melayani para konsultan apabila ada jamaah yang membutuhkannya. Sedangkan untuk konsultasi keluarga sakinah masih tetap berjalan saat ini dengan waktu pelayanan setiap hari Selasa pukul 08.00 – 11.00 WIB dengan konsultan Bapak H. Hasan Basri, S.Psi. yang merupakan ulama sekaligus pensiunan dosen. Konsultasi dan pendidikan agama Islam juga diberikan bagi para mu’allaf yang baru masuk Islam dengan delapan kali 8x pertemuan, sebelum sertifikat peng-Islam-an diterbitkan. Konsultasi ini diampu oleh Bapak Tohabuddi,S.Sos.I yang sekaligus berperan sebagai salah satu imam sholat fardhu di Masjid Agung Syuhada. 5 Training Perawatan Jenazah Masjid Agung Syuhada hingga saat ini belum melayani pemlusaran jenazah. Akan tetapi pelayanan yang 123 bersifat edukatif berupa Training Perawatan Jenazah, secara berkesinambungan diadakan. Untuk training tersebut, Masjid Agung Syuhada bekerja sama dengan Yayasan Bunga Selasih Yogyakarta dan Rumah Sakit PDHI Persatuan Djamaah Haji Indonesia melalui Panitia Ramadhan dan Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Masjid Syuhada LAZISMS.

f. Penerangan, Dokumentasi dan Publikasi

1 Majalah DindingPapan Pengumuman Masjid Papan pengumuman di Masjid Agung Syuhada disediakan untuk mengumumkan laporan keuangan yayasan, lembaga amil zakat, penerimaan siswasantri di lembaga- lembaga formal maupun non formal, dan barang temuan di lingkungan masjid serta publikasi kegiatan dari lembaga- lembaga yang ada di Masjid Agung Syuhada atau dari luar masjid. Ukuran papan pengumuman tersebut berukuran 1x4 meter yang dilapisi kaca dengan bahan rangka yang tidak mudah berkarat. Prosedur pemasangannya harus melalui bagian kerumahtanggaan yayasan dengan tujuan agar tidak ada publikasi-publikasi atau pengumuman yang tidak bertanggung jawab dan kontroversial mengandung kontens bersifat terorisme dan lain-lain. 124 2 Bulletin Dakwah Bulletin dakwah di Masjid Syuhada sudah cukup lama tidak diterbitkan. Namun sekarang telah diganti dengan sosial media sosmed seperti facebook dan website resmi Masjid Agung Syuhada. Fb: Masjid Syuhada dan www.masjidsyuhada.org. 3 Publikasi Kegiatan Masjid Publikasi kegiatan Masjid Agung Syuhada melalui beberapa media, seperti; a Media cetak dalam bentuk press realese. b Baliho di depan masjid. c Spanduk rentang d Pamflet e Leaflet f Ronteks g Adlips di radio-radio h Sosial media seperti facebook, i Media internet iklan seperti OLX, dan j Website. 125 4 Dokumentasi Kegiatan Masjid Dokumentasi kegiatan di Masjid Agung Syuhada berupa: a Laporan pertanggungjawaban pengurus lembaga dan kepanitiaan b Foto-foto kegiatan c Video rekaman dan suara dalam bentuk MP3

5. Fasilitas Masjid Syuhada

a. Sertifikat Arah Kiblat Pembangunan Masjid Agung Syuhada dimulai pertama- tama dengan menetapkan arah kiblat bangunan masjid di lokasi. Pengukuran arah kiblat ini dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1950 oleh K.H. Badawi. Dan menurut penuturan para sesepuh Pengurus Yayasan Masjid Agung Syuhada pernah dilakukan pengukuran kembali penentuan arah kiblat yang melibatkan petugas dari Departemen Agama Kementrian Agama dan telah dinyatakan sudah tepat. Akan tetapi penulis belum menemukan alasan mengapa sertifikat tersebut tidak diterbitkan. Sehingga untuk mempertegas kembali tentang arah kiblat tersebut, pada hari Kamis tanggal 3 September 2015, atas 126 permintaan Pengurus Yayasan Masjid Agung Syuhada dilakukan pengukuran ulang, dan alhamdulillah hasilnya masih tepat. Hingga profil Masjid Agung Syuhada ini disusun, Sertifikat Arah Kiblat Masjid Agung Syuhada masih dalam proses penerbitan dari Kementrian Agama Kota Yogyakarta. b. Ruang Utama Sholat Masjid Agung Syuhada memiliki dua ruang utama shalat. Ruang utama tingkat atas yang dapat menampung jumlah jamaah hingga 800 jamaah dan ruang utama bawah yang lebih dikenal dengan “Musholla Putri” yang menampung jamaah hingga 600 jamaah. Meski demikian, adanya serambi masjid yang berada di sisi utara, timur dan selatan Masjid Agung Syuhada dapat menjadi area sholat bagi jamaah yang dapat menampung hingga total 1.500 jamaah. Adanya keterbatasan area ibadah sholat tersebut, menuntut takmir masjid untuk menjadikan halaman Masjid Agung Syuhada sebagai tambahan area sholat terutama pada waktu sholat Jumat dan sholat tarawih. 127 c. Tempat Wudhu Area tempat wudhu di Masjid Agung Syuhada terbagi menjadi dua bagian, yakni tempat wudhu jamaah putra dan tempat wudhu jamaah putri. Tempat wudhu jamaah putra terdiri dari 25 kran yang menyebar di tangga-tangga masjid dan 3 kran yang berada di area kamar mandi dan toilet khusus jamaah putra. Untuk tempat wudu bagi jamaah putri ditempatkan di dalam area kamar mandi putri yang terdiri dari 8 kran air. d. Kamar Mandi dan Toilet Kamar mandi dan toilet jamaah putra dan jamaah putri di Masjid Agung Syuhada tidak terlalu banyak. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya luas area yang dimiliki. e. Perlengkapan Shalat Perlengkapan shalat di Masjid Agung Syuhada terdiri dari penyedian sarung bagi jamaah putra dan mukena bagi jamaah putri f. Sound Sytem dan Multimedia g. Ruang Sekretariat Ruang sekretariat yang berada di dalam Masjid Agung Syuhada, yaitu: 128 1 Kantor Yayasan Masjid Syuhada Yogyakarta 2 Ruang Sekretariat Bersama Lembaga Pendidikan al- Qur’an Masjid Syuhada LPQMS dan Corps Dakwah Masjid Syuhada CDMS 3 Ruang Sekretariat Bersama Pendidikan Kader Masjid Syuhada PKMS dan Pendidikan Anak-anak Masjid Syuhada PAMS 4 Ruang bagian administrasi dan keuangan Taman Kanak- kanak Masjid Syuhada TKMS h. Ruang Tunggu Imam dan Khatib Untuk imam dan khatib yang bertugas di Masjid Agung Syuhada, disediakan ruang tunggu yang bersebelahan dengan ruang rapat yayasan. Di dalam ruang tunggu tersebut disediakan sofa dan meja sebagai ruang transit sementara. Selain itu, juga disediakan ruang istirahat bagi imam yang bertugas untuk sholat fardhu. Ruang tunggu yang sekaligus berfungsi sebagai ruang transit pembicara kegiatan, persiapan akad nikah dan walimatul ‘ursy juga tersedia bersampingan dengan ruang pertemuan aula serbaguna di lowerground Masid Agung Syuhada. 129 i. Ruang PertemuanAula Serbaguna Ruang pertemuan aula biasanya digunakan untuk seminar, kuliah umum, pelatihan dan workshop juga tersedia di Masjid Agung Syuhada. Ruang tersebut berkapasitas 200 kursi dan dilengkapi dengan studio pengaturan sound system. Penggunaan ruang pertemuan tersebut dikelola oleh bagian kerumahtanggaan yayasan dengan penerapan biaya penggunaan tempat bagi pengguna luar dan tanpa dipungut biaya bagi lembaga-lembaga di bawah naungan Yayasan Masjid Agung Syuhada. Penerapan biaya penggunaan tersebut sebagai pengganti biaya operasional dan perawatan ruang aula. j. Tempat Penitipan Barang-barang, Sepatu dan Sandal Tempat penitipan barang-barang, sepatu dan sandal di Masjid Agung Syuhada belum terfungsikan dengan baik. Umumnya jamaah meletakkan sepatu dan sandalnya di halaman tangga masjid. Penggunaan yang benar-benar efektif hanya ketika pelaksanaan peribadatan sholat jumat atau ketika ada kegiatan di ruang utama masjid atau di musholla putri. Kapasitas tempat penyimpanan sepatu dan sandal di Masjid Syuhada dapat menampung hingga 520 sepatusandal. 130 k. Perpustakaan Masjid Perpustakaan Masjid Agung Syuhada berdiri bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung Syuhada. Perpustakaan tersebut sebelumnya memiliki koleksi buku agama hingga 1.800 judul buku, buku umum dan popular sebanyak 1.200 judul, dan majalah sebanyak 611 majalah. Namun, pada pertengahan tahun 2014 bermaksud mengkrucutkan pelayanan perpustakaan pada disiplin ilmu tafsir dan Al- Qur’an, hadits dan ulumul hadits serta ilmu-ilmu fiqih, akhirnya koleksi buku-buku yang ada disortir lalu diwakafkan ke kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada STAIMS, para mahasiswa yang KKN Kuliah Kerja Nyata dan jamaah yang membutuhkan. Akhirnya koleksi buku perpustakaan Masjid Agung Syuhada tinggal memiliki beberapa koleksi judul buku saja. Jumlah pengunjung perhari di Perpustakaan Masjid Agung Syuhada rata-rata berkisar 5-10 orang pustakawan perhari, dan pengunjung yang sekedar membaca sekita 25-30 orang perhari. Selain itu, Perpustakaan Masjid Agung Syuhada juga berlangganan media cetak nasional seperti HU. Republika dan HU. Kompas, media cetak lokak SKH. Kedaulatan Rakyat, serta pernah beberapa tahun Harian Jogja Harjo. 131 l. Tempat Parkir Area parkir di Masjid Agung Syuhada sangat tergantung dengan jalan-jalan yang ada di sekitar masjid. Kendaraan roda empat, umumnya terparkir di depan Masjid Agung Syuhada yaitu di Jl. I Dewa Nyoman Oka, di samping timur SD Masjid Syuhada Jl. Perahu, barat Masjid Agung Syuhada Jl. Ahmad Jazuli dan Jl. Sunaryo depan Asrama YASMA Putra dan Asrama Mahasiswa Aceh, Merapi II. Parkir kendaraan roda dua diatur di halaman sebelah barat depan Aula Masjid berkapasitas 300 kendaraan roda dua serta di pinggir jalan I Dewa Nyoman Oka pada jam-jam sekolah berkapasitas 200 kendaraan roda dua, dan diparkir di halaman utara dan timur masjid ketika di luar jam sekolah mencapai 500 kendaraan bermotor. Hal tersebut untuk memberi akses bermain yang lebih luas bagi murid TK dan SD Masjid Syuhada. Dan khusus pada hari Jumat, Masjid Agung Syuhada menutup akses jalan I Dewa Nyoman Oka depan masjid untuk sepenuhnya digunakan sebagai area parkir kerndaraan roda dua. m. Taman Taman Masjid Agung Syuhada terletak di sebelah utara masjid. Awalnya akses taman tersebut dibuka untuk umum. Akan tetapi dalam masa dasawarsa ini, taman tersebut hanya 132 diperuntukkan bagi area bermain anak-anak yang sekolah di lembaga pendidikan yang berada di bawah Yayasan Masjid Syuhada. Kebijakan tersebut dikeluarkan karena pada malam hari area taman tersebut dipergunakan untuk tempat tidur gepeng gelandangan dan pengemis, --penj. dan area muda-mudi berpacaran. Akan tetapi pada siang hari dapat dimasuki oleh siapa pun yang bermaksud melepas lelah dan bercengkrama keluarga. Luas taman Masjid Agung Syuhada sekitar lebih kurang 400 m2. BAB IV ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN MASJID DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

A. Manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada

Manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada sangatlah komplek dan teratur dalam memanajemen kepengurusan masjid, sehingga tidak wajar kedua masjid tersebut mendapat perhatian besar dan antusias baik dari para warga, jama’ah dan masyarakat luas. Hal inilah yang memungkinkan kedua masjid tersebut mampu membawa semangat masjid semasa zaman Rasulullah SAW yang pada saat itu masjid dijadikan sebagai pusat peradaban umat Islam. Masjid ala Rasulullah SAW memfungsikan keberadaannya dalam segala hal seperti dakwah, pendidikan dan ekonomi. Masjid merupakan kunci dalam membangun umat Islam yang maju dan sejahtera dalam berbagai hal. Maka selayaknya masjid dijadikan sebagai pusat pembangunan umat Islam. Masjid yang baik didukung dengan manajemen yang baik pula sehingga mampu memfungsikan bagunan tersebut sebagai pusat peradaban. Dalam hal ini Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada memiliki manajemen yang sangat baik untuk seukuran tempat peribadatan khususnya rumah ibadah umat Islam, adapun bentuk manajemen itu adalah sebagai berikut; 134

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Masjid Jogokariyan

Dalam pengelolaan masjid sangat dibutuhkan kepengurusan agar masjid dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya khususnya dalam kehidupan masyarakat muslim. Banyak masjid yang kita jumpai di manapun memiliki takmir yang bersedia mempersiapkan dan memelihara masjid agar berfungsi dengan benar. Dengan adanya takmir maka akan berpengaruh terhadap antusias warga dalam beraktivitas di masjid. Kunci kesuksesan akan kepengurusan dalam pengelolaan Masjid Jogokariyan adalah masyarakat itu sendiri. Kepengurusan takmir tidak hanya dipikul oleh segelintir warga saja atau beberapa diantara tokoh warga. Masjid Jogokariyan lebih cendrung mengikut sertakan keterlibatan banyak warga dalam kepengurusan tersebut bahkan mulai dari yang paling kecil hingga dewasa dan orang tua. kepengurusan takmir tersebut di kelompokan menjadi beberapa himpunan sesuai dengan tingkat jenjang usia yang secara keseluruhan merupakan bagian dari takmir Masjid Jogokariyan, di antaranya adalah sebagai berikut : 1 Himpunan Anak-Anak Masjid HAMAS, terdiri dari anak-anak TK, SD sampai SMP kelas dua. 135 2 Pengurus Himpunan Anak-Anak Masjid HAMAS, terdiri dari anak-anak SMP kelas dua sampai dengan SMA kelas dua. 3 Remaja Masjid, terdiri dari anak-anak SMA kelas dua sampai mahasiswa dan ramaja-remaja yang belum menikah. 4 Keluarga Alumni Remaja Masjid KURMA, terdiri dari warga laki-laki atau bapak-bapak yang sudah menikah yang dulunya menjabat sebagai remaja masjid. 5 Ibu-Ibu Muda UMIDA, terdiri dari istri-istri dan para ibu-ibu. Kelima himpunan inilah yang nantinya menjadi promotor dalam menggerakan dan mengembangkan fungsi masjid. Dengan melibatkan semua warga sekitaran Masjid Jogokariyan mampu mempengaruhi tingkat aktivitas yang ada di Masjid Jogokariyan yang terbukti banyaknya dan padatnya kegiatan di masjid hingga saat ini. Yang menjadi keunggulan dalam manajemen sumber daya manusia di Masjid Jogokariyan ini adalah dengan melibatkan anak- anak usia dini. Sedari kecil mereka sudah dianggap sebagai bagian dari Masjid Jogokariyan dengan bentukan himpunan dan juga serta merta menanamkan dalam diri mereka pembiasaan dalam beraktivitas di masjid baik dari segi ibadah maupun sosial. 136 Dengan pengenalan masjid terhadap anak-anak di usia dini sangat membantu mereka dalam membentuk kepribadian diri akan masjid dan memperbanyak waktu untuk lebih beraktivitas di sekitar masjid yang nantinya akan menjadi pendidikan tersendiri pula bagi anak-anak tersebut. Hal ini juga bertujuan sebagai langkah awal dalam penciptaan generasi berikutnya, karena tidak hanya sekedar pembiasaan atau pembentukan serta pendidikan pribadi saja, hal yang paling utama bagi Masjid Jogokariyan adalah menciptakan generasi kaderisasi yang nantinya akan menggantikan pejuang- pejuang masjid di Masjid Jogokariyan, sebagaimana yang dipaparkan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku Bendahara Masjid Jogokariyan adalah sebagai berikut : Ya kaderisasi itu kan intinya dan itu sejak dulu memang jadi prioritas. Jadi kaderisasi itu kan di sini ada tahapan atau jenjangnya, itu dari Himpunan Anak-anak Masjid itu anak- anak TK SD, Tk sampai SD sampai SMP kelas dua kita itu HAMAS, kemudian sampai kelas dua sampai kelas dua SMA itu pengurus HAMAS, itu di kelompokan sendiri, kemudian dua SMA sampai kuliah itu Remaja Masjid, sampai sebelum nikah itu Remaja Masjid, setelah itu ada KURMA, Keluarga Alumni Remaja Masjid, yang ibu-ibu namanya UMIDA, terus semua gabungan itu namanya Takmir. 59 Dengan memprioritaskan kaderisasi maka tidak heran kompetensi warga sekitar lingkungan Masjid Jogokariyan hampir seimbang dengan masjid-masjid besar lainnya yang juga memiliki manajemen yang begitu komplek. Kaderisasi berfungsi 59 Hasil Wawancara dengan Bendahara Masjid Jogokariyan, 8 Mei 2016 137 mempersiapkan bibit unggul sumber daya manusia yang kompeten sehigga nantinya mereka dapat menggantikan posisi yang lama dan mampu menciptakan iklim baru. Dalam mendapatkan sumber daya manusia yang baik, Masjid Jogokariyan tidak mengandalkan sumber eksternal, bahkan hal ini dikatakan tidak sama sekali. Masjid Jogokariyan justru sangat mengutamakan masyarakat pribumi khususnya masyarakat kampung Jogokariyan itu sendiri. Hal ini dilakukan dengan cara memanfaatkan bibit-bibit lokal kemudian dididik, ditanamkan nilai- nilai keislaman, mengajarkan kepada mereka arti penting sebuah masjid bagi masyarakat muslim dan lain sebagainya. Bertujuan demi terbangunnya jiwa muda yang memiliki rasa kepribadian seorang muslim yang kuat, Masjid Jogokariyan juga ikut melibatkan jiwa-jiwa muda untuk berpartisipasi di Masjid Jogokariyan dengan membentuk sebuah himpunan anak-anak masjid yang disebut HAMAS yang dibawahi pengurus HAMAS yang juga sebelumnya berasal dari anggota himpunan itu sendiri. Setelah melewati tingkat ataupun jenjang usia tertentu, keterlibatan mereka lebih ditingkatkan dalam sebuah himpunan Remaja Masjid Jokokariyan. Disini semua pergerakan lebih ditingkatkan terutama dalam membuat atau menyusun program-program kegiatan masjid. 138 Dalam melewati tahapan jenjang tersebut mereka tidak diadakan pelatihan secara khusus, namun mereka diajarkan dan dididik secara otodidak atau training secara langsung melalui tanggungjawab yang dibebankan kepada mereka dan dapat dinilai dalam hasil penyelesaiannya. Di dalam wawancaranya Pak Wahyutejo Raharjo selaku Bendahara Masjid Jogokariyan juga menjelaskan bagaimanatentang kaderisasi : Kita tidak pelatihan secara khusus kaderisasi itu, tetapi masing-masing tingkatan tadi HAMAS itu mereka sendiri punya kegiatan, Remaja Masjid juga punya kegiatan dan mereka juga ada training-trainin gitu, itu kan sudah otomatis. Kalau training KURMA malah justru ndak ada, tetapi untuk Remaja Masjid dan HAMAS itu ada, itu bagian dari kaderisasi untuk menyiapkan kepengurusan di akan datang. 60 Di Masjid Jogokariyan sendiri lebih mengutamakan rasa kekeluargaan sehingga adapun masyarakat dalam beraktivitas di masjid baik anak-anak maupun orang tua dan semuanya tidak memiliki rasa segan maupun enggan untuk terlibat di dalam masjid bahkan mereka memiliki rasa memiliki dan berusaha memelihara masjid agar bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri.

b. Masjid Syuhada

Beda halnya dengan Masjid Jogokariyan, Masjid Syuhada memiliki cara tersendiri dalam memanajemen sumber daya manusia yang nantinya mereka hasilkan ataupun mereka kembangkan. Dalam 60 Ibid. 139 hal ini Masjid Syuhada memanfaatkan generasi muda yang sedang menimba ilmu di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak lain dan tidak bukan adalah para mahasiswa yg datang dari berbagai daerah. Masjid Syuhada memiliki sebuah Asrama Yasma Putra dan Yasma Putri yang dihuni oleh mahasiswa-mahasiswa pilihan yang pada dasarnya berkeinginan untuk mengabdi di Masjid Syuhada dan ingin ikut terlibat secara langsung dalam menggerakan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan Masjid Syuhada. Mereka diseleksi sedemikian rupa dalam sebuah penerimaan peserta asrama yang ingin berpartisipasi di Masjid Syuhada. Setelah semua mahasiswa terpilih maka mereka semua resmi untuk menghuni Asrama Yasma Putra dan Yasma Putri serta menjadi aktivis atau promotor aktivitas di Masjid Syuhada. Dalam sebuah wawancara Pak Busro sebagai Direktur Eksekutif Yasma Masjid Syuhada menjelaskan mengenai YASMA Masjid Syuhada : YASMA itu singkatan dari Yayasan Masjid Syuhada, nah Asrama itu sendiri semuanya berasal dari para aktivis atau mahasiswa yang kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta ini kemudian mereka tinggal di asrama sebagai suport system bagi lembaga-lembaga non formal yang ada di lingkungan Masjid Syuhada ini. Dulu YASMA sendiri singkatannya adalah Yayasan Asrama dan Masjid Syuhada, jadi Yayasan Asrama dan Masjid Syuhada dari komunitas inilah yang di mana menggerakan awal Masjid Syuhada ini terbentuk baik secara bangunan dan kegiatan-kegiatan dakwahnya begitu, kemudian ujung-ujungnya berubah jadi Yayasan Masjid 140 Syuhada supaya apa? supaya bisa mengcover semua aktivis yang ada di lingkungan Masjid Syuhada ini. 61 Setelah semua mahasiswa itu terpilih kemudian diadakannya transisi visi misi dari para alumni Asrama Yasma Putra dan Yasma Putri yang terdahulu agar semua harapan-harapan yang belum tercapai dapat terlaksana di kemudian hari. Dalam pelaksaan transisi ini Pak Busro sebagai Direktur Eksekutif Yasma Masjid Syuhada menjelaskan mengenai transisi kepengurusan : Kemudian kalau untuk para aktivis yang ada di sini kita lebih cendrung dengan adanya sosialisasi antar generasi, jadi kita ibaratnya itu lari estafet begitu ya kita melemparkan estafet dari generasi sebelumnya ke generasi sesudahnya, jadi jangan sampai terjadi keterputusan sumber daya manusia ini yang perlu makanya kita di Masjid Syuhada ini yang betul-betul kita tekankan adalah peran para alumni, alumni ini memberikan semacam masukan tentang kegiatan seperti apa dan bagaimana untuk kegiatan kekinian begitu kan tanpa harus memaksa kegiatan yang dulu-dulunya telah pernah mereka laksanakan. 62 Selain itu juga diadakannya pelatihan serta penanaman mental terhadap para mahasiswa yang menjadi penghuni Asrama Yasma Putra dan Yasma Putri. Mereka diajarkan dan dididik sedemikian rupa agar menjadi jiwa-jiwa muda yang rela berkorban dalam beribadah dengan ikhlas sehingga dapat menjadi jiwa-jiwa yang merasa bertanggung jawab akan diri sendiri dan orang lain. Pak Busro selaku Direktur Yasma Masjid Syuhada menegaskan bahwa penanaman nilai dan mental sangatlah penting bagi kader : 61 Hasil Wawancara dengan Direktur Eksekutif Yasma Syuhada, 18 Maret 2016 62 Ibid. 141 Kita mungkin lebih cendrung pada penanaman ya penanaman mental, jadi kita sadarkan bahwa mereka yang aktif di Masjid Syuhada ini ya mereka berkiprah tidak hanya semata-mata sebagai aktivis atau mencari kesibukan semata, tapi bahwa perlu kita tanamkan kepada mereka bahwa kita di sini juga beribadah, karena yang menjadi base atau basis pergerakan kita ini adalah masjid, kita tahu sendiri bahwa masjid ini adalah tempat ibadah bagi umat Islam begitu kan, setidaknya orang yang dekat dengan masjid insyaallah lebih dekat dengan Allah, ini yang kita tanamkan begitu sehingga mereka paham bahwa ya kita di Syuhada ini harus seperti apa dan bagaimana, jadi itu yang kita apa namanya tanamkan kepada para karyawan bahwa kita di lingkungan yayasan dan para aktivis yang ada di lingkungan Masjid Syuhada. Pendidikan kader yang seperti ini juga merupakan rencana jangka panjang dalam mendapatkan sumber daya manusia di kemudian hari agar dapat melajutkan estafet kepemimpinan Yayasan Masjid Syuhada untuk seterusnya. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu penghuni Asrama Yasma Putra yang di mana sebelumnya merupakan mahasiswa pilihan yang menghuni Asrama Yasma Putra dan kini telah menjabat di salah satu bagian di Yasma Masjid Syuhada. Dalam pengakuannya Pak Busro sebagai Direktur Eksekutif Yasma Masjid Syuhada mengatakan : Salah satunya saya, jadi saya dulu tinggal di asrama Yasma Putra, jadi tinggal di asrama Yasma Putra aktif di organisasi- organisasi non formal kemudian berkeluarga kemudian akhirnya berkarir pun juga di sini akhirnya diminta oleh yayasan untuk di sini, ada beberapa bidang di yayasan ini yang alhamdulillah bersumber dari alumni kita di asrama, mungkin jene ngan kenal dengan pak Mas’udi, pak Mas’udi beliau adalah kader kita di Masjid Syuhada ini juga alumni asrama begitu kemudian beliau sekarang alhamdulillah menjadi salah satu anggota di Masjlis Tarjih Muhammadiyah dan dosen di UMY dan beliau sekarang sebagai ketua bidang LITBANG penelitian dan pengembangan serta kerjasama yang ada di yayasan di Masjid Syuhada ini, jadi ini kader- 142 kader kita, jadi kalau seandainya tadi bentuknya seperti apa ya bentuknya seperti ini yang kita lakukan bahwa mereka yang pernah tinggal di asrama menjadi alumni ya kita tarik menjadi yayasan supaya menjadi bagian dari yayasan ini sehingga dari mereka lah apa namanya ilmu pengetahuan itu selalu tersampaikan begitu tidak terputus secara sejarah kayak gitu. 63 Dengan memanfaatkan alumni atau kader-kader yang sebelumnya menjadi penghuni di Asrama Yasma Putra dan Yasma Putri, akan mempermudah yayasan dalam mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten dan sesuai dengan visi misi yang dulu pernah mereka jalankan ketika berorganisasi di lembaga-lembaga baik non formal maupun formal yang ada di sekitar lingkungan Masjid Syuhada. Namun berbeda halnya dengan unit-unit lainnya, sebaliknya dalam mendapatkan sumber daya manusia yang baik dan terpercaya mereka melakukan penerimaan anggota karyawan seperti pada perusahaan lain pada umumnya yang nantinya akan mengisi posisi-posisi tertentu. Dalam hal ini Yayasan Masjid Syuhada lebih mengutamakan para profesional yang memang sejalan dengan jurusan masing-masing seperti misalnya satpam, guru dan pegawai lainnya. Dalam penjelasanya mengenai perekrutan karyawan Direktur Eksekutif Yasma Masjid Syuhada Bapak Busro Sanjaya mengakatan : 63 Ibid. 143 Kalau kita untuk pegawai yang sifatnya profesional ya mereka yang bekerja di sini kita tentu untuk perekrutan tetap kita laksanakan seperti umumnya di tempat-tempat lain jadi kita membuat perekrutan secara terbuka kemudian kita melakukan seleksi terhadap mereka setelah mereka sudah masuk kita adakan pembinaan-pembinaan semacam pengembangan baca Al- Qur’annya kemudian pengembangan motivasi mereka supaya tetap bekerja di sini. 64 Seperti penjelasan beliau di atas para karyawan ataupun pegawai yang telah diterima menjadi bagian dari Masjid Syuhada tidak hanya masuk begitu saja. Karena mereka merupakan bagian dari masjid maka sudah selayaknya mereka juga menyesuaikan dengan lokasi di mana mereka bekerja. Maka yayasan memberikan pembinaan-pembinaan semacam pengembangan baca Al- Qur’annya kemudian beberapa motivasi juga diberikan agar menjaga loyalitas para pegawai untuk tetap bekerja di Masjid Syuhada.

2. Manajemen Keuangan

a. Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan merupakan masjid kampung yang promotornya tidak lain adalah warga sekitaran Masjid Jogokariyan itu sendiri. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwasanya Masjid Jogokariyan bersifat kekeluargaan maka manajemen yang digunakan juga semi formal. Di dalam kepengurusan takmir Masjid Jogokariyan sendiri terbagi menjadi beberapa biro-biro yang sengaja dipisah sesuai dengan fungsi yang dijalankan, yang menjabat di biro- 64 Ibid. 144 biro ini tidak lain adalah bagian dari berbagai himpunan di Masjid Jogokariyan yang sebelumnya sudah dijelaskan. Dengan terbaginya takmir Masjid Jogokariyan yang menjadi beberapa biro maka tentu akan menjadi sebuah pertanyaan besar bagaimana bentuk manajemen yang digunakan khususnya dalam hal keuangan. Pada umumnya di berbagai perusahaan ataupun organisasi lainnya, manajemen keuangan yang sering digunakan adalah sentralisasi atau terpusat, sehingga semua sumber dana yang masuk dari beberapa bagian kemudian disatukan dalam sebuah kebendaharaan dan kemudian disalurkan kembali dalam bentuk anggaran. Hal ini diupayakan agar segalanya dapat terkoordinir dengan sangat baik. Namun beda halnya di dalam kepengurusan takmir Masjid Jogokariyan, mereka menggunakan sistem desentralisasi dalam memanajemen keuangan di Masjid Jogokariyan. Hal ini digunakan demi memudahkan biro-biro lainnya untuk membentuk program- program ataupun kegiatan, artinya dalam pengelolaan ini ditujukan demi terciptanya kemudahan regulasi agar tidak mengekang dan menyulitkan biro-biro untuk bergerak. Dalam wawancaranya Bapak Wahyutjo Raharjo selaku bendahara masjid menegaskan : Dalam pengelolaan keuangan kita tidak memakai pola bottom up atau top down, artinya duit yang dari biro-biro itu misalnya ada pemasukan kemudian dimasukan ke atas ke bendahara, kemudian dari bendahara terus dibagi-bagi 145 distribu si itu tidak. Kita ‘polane’ ..... ya zig-zag jadinya yang terjadi, karena itu untuk agar kecepatan pelayanan itu bisa kita realisasikan, karena ada saat tertentu memang kadang birokrasi itu menghambat pelayanan itu bisa kita pahami kan ya, kita tidak ingin itu terhambat yang penting informasi i tu tersampaikan kepada jama’ah. 65 Intinya kita sangat lues dalam pengelolaan dananya itu, tidak linear tidak kaku. Yang penting sekali lagi kecepatan untuk memberikan layanan. 66 Keberadaan Masjid Jogokariyan tentu berguna memberikan manfaat yang begitu besar dan luas bagi para jama’ah dan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan. Tentu yang menjadi prioritas utama bagi takmir Masjid Jogokariyan adalah pelayanan terhadap para jama’ah dan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan. Karena ini merupakan masjid milik perkampungan tentu tujuannya semata- mata hanya kepada jama’ah dan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan. Maka dalam keuangan juga begitu, demi kelancaran dalam menjalankan perencanaan maka jika sesuatu itu dibutuhkan mendesak maka dilakukan. Hal inilah yang menjadi alasan bagi Masjid Jogokariyan dalam menerapkan sistem keuangan yang tidak tersentralistik. Sebagaimana yang d ungakpkan oleh Bapak Wahyutejo selaku bendahara masjid : A rtinya pelayanan ke jama’ah itu menjadi prioritas, meskipun di perencanaan itu belum masuk tetapi kalau itu harus segara direspon ya kita respon. 67 65 Hasil Wawancara dengan Bendahara Masjid Jogokariyan, 8 Mei 2016 66 Ibid. 67 Ibid. 146 Berbicara sumber dana di sebuah masjid tentunya dalam beberapa teori kita mengenal adanya infaq, zakat dan shadaqah. Begitu juga di Masjid Jogokariyan, sumber dana yang dihasilkan bersumber dari infaq, shadaqah, zakat dan wakaf. Masjid Jogokariyan sendiri lebih mengutamakan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap masyarakat akan berinfaq dan shadaqah, belum lagi dengan adanya jama’ah mandiri yang jika masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan secara perorangan membayar Rp. 1.500,- maka hal itu sudah dianggap cukup untuk menutupi seluruh kebutuhan yang ada di Masjid. Bendahara masjid Bapak Wahyutejo Raharjo mengungkapkan : K alau potensi keuangan sebetulnya partisipasi dari jama’ah itu yang kita utamakan, kesadaran jama’ah dalam berinfak bershadakah itu kan yang lebih utama bukan model pendapatan tetap itu tidak untuk ke jama’ah ya, artinya ada donatur tetap tiap bulan itu kita tidak memakai pola itu, tapi kesadaran berinfak bershadaqah itu yang lebih utama. Istilahnya itu untuk jamaah mandiri. 68 Adapun untuk Gera kan Jama’ah Mandiri itu sendiri merupakan gerakan kesadaran masyarakat untuk berinfaq dalam berpartisipasi terhadap masjid yang telah terhitung berdasarkan pengeluaran dan kapasitas jama’ah di Masjid Jogokariyan. Adapun perencanaan Gerakan Jama’ah Mandiri tersebut adalah sebagai berikut: 68 Ibid. 147 1 Hitung seluruh pengeluaran selama setahun 2 Pengeluaran setahun tersebut dibagi perbulan dan perpekan 3 Menghitung kapasitas masjid di mana kemampuan masjid dalam menampung para jama’ah. 4 Bagi pengeluaran perpekan dengan kapsitas masjid. Maka dari perencanaan tersebut dihasilkanlah Gerakan Jama’ah Mandiri di mana para jama’ah yang bersedia berinfaq dengan perhitungan tersebut berarti mereka termasuk jama’ah mandiri yang juga ikut serta dalam pengelolaan dan pengembangan di Masjid Jogokariyan. Tujuan dengan diadakannya Gerakan Jama’ah Mandiri tersebut agar menumbuh kembangkan kesadaran bagi masyarakat dan jama’ah Masjid Jogokariyan untuk ikut andil dalam pengelolaan masjid demi terwujudnya masjid yang nyaman, sejahtera dan berkemajuan. Hal ini pula dijelaskan di dalam wawancarannya bagaimana penjelasan dari Gerakan Infaq Mandiri oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid : Jadi itu gerakan yang kita bangun memberikan kesadaran kepada jama’ah berinfaq bershadaqah, itu caranya memang kita hitung, nantikan akan ketemu biaya perjama’ah, karena pendapatan konvensional di manapun itu kan tetap dari jum’at itu, dan dari situ kan akan ketemu berapa perorangnya, Rp. 1.500,- kan gitu kalau dari tabel itu, ketika orang berinfaq seribu lima ratus rupiah orang akan merasa saya sudah jama’ah mandiri, ketika saya shalat itu saya sudah membayar wudhu sendiri listrik sendiri khatib sendiri biaya kebersihan juga sendiri, tapi kalau masih di bawah seribu lima ratus saya berinfaq berarti saya shalat di masjid itu 148 masih di subsidi orang lain kan gitu, nah itu akhirnya akan memberi kesadaran kepada jama’ah, oh ternyata kalau kemarin itu saya infaqnya cuma seribu itu berarti saya tidak mandiri, saya shalat itu masih disubsidi orang lain, nah itu akhirnya kesadarannya meningkat, maka pendapatan juga meningkat, tapi kalau saya sering shalat di sini itu sering aktivitas di sini, tapi saya enggak pernah masukin infaq, itu berarti ibadah saya itu ya disubsidi orang lain di mesjid ini, ini kesadaran ini yang terbangun di sini, entah infaqnya dimasukin lewat jum’atan atau apa otomatis saya harus infaq paling tidak perbulan sekian. 69 Gerakan Jama’ah Mandiri yang merupakan wujud kesadaran masyarakat dan jama’ah Masjid Jogokariyan dalam pengelolaan masjid dengan bersedia dan ikhlas tanpa paksaan dengan hanya cukup membayar Rp. 1.500,- dihasilkan berdasarkan perhitungan berikut: Dari rumusan di atas kita ambil contoh untuk pengeluaran pertahun periode 200-2003 pada tabel di bawah ini: 69 Ibid. Pengeluaran Pertahun Perpekan Kapasitas Masjid 149 Tabel 4.1 Jumlah Pengeluaran Masjid Jogokariyan Perbulan dan Pertahun Sumber : Jumlah Pengeluaran Masjid Tahun 2000-2003 70 . Maka setelah kita dapatkan jumlah pengeluaran untuk kebutuhan masjid selama setahun dari tebel di atas maka kita bagi perpekan kemudian dibagi sejumlah kapasitas Masjid Jogokariyan: Rp. 43.200.000,- 12 4 = Rp. 900.000,- Rp. 900.000,- 600 = Rp. 1.500,- Dari hasil di atas kita dapatkan jumlah infak Gerakan Jama’ah Mandiri di mana apabila perjamaah bersedia dengan keiklasan hati bersedia atas kesadaran diri untuk membelanjakan hartanya sejumlah Rp. 1.500,-pe rjama’ahperpekan maka jama’ah tersebut dianggap sebagai jama’ah yang mandiri, sedangkan apabila kurang dari itu maka jama’ah yang melakukan ibadah di Masjid Jogokariyan masih di subsidi oleh jama’ah lain baik dari segi listrik air dan lain sebagainya. 70 Jasir ASP, Muhammad. Menuju Jamaah Mandiri. Persentasi Masjid Jogokariyan, Yogyakarta. Kebutuhan Biaya Perbulan Jumlah Pertahun Listrik 250.000 Rp 3.000.000 Rp Air 35.000 Rp 420.000 Rp HR. Kebersihan 425.000 Rp 5.100.000 Rp Khatib Jumat 200.000 Rp 2.400.000 Rp Minuman Subuh 500.000 Rp 6.000.000 Rp Minuman Jumat 6.000.000 Rp HR. Pengajian 14.400.000 Rp Perawatan dan Pengembangan Masjid 5.880.000 Rp 43.200.000 Rp Total 150 Perhitungan yang sama juga dilakukan di tahun 2004 sampai 2006 dan perhitungannya menunjukan hasil yang sama di mana apabila jama’ah berinfak sejumlah Rp. 1.500,- maka jama’ah tersebut dianggap sebagai jama’ah mandiri dan hingga saat ini jumlah infak bagi Gerakan Jama’ah Mandiri masih sejumlah Rp. 1.500,-. Hal ini lah yang menjadi kunci utama Masjid Jogokariyan dalam memperoleh sumber dana serta mengajak masyarakat dan para jama’ah Masjid Jogokariyan untuk ikut berpartisipasi menjaga dan memelihara masjid, supaya masjid yang selalu mereka jadikan sebagai tempat ibadah dan aktivitas religi lainnya menjadi rumah ibadah yang nyaman bagi mereka pula demi terwujudnya ibadah yang khusyuk dan tentram. Infaq-infaq yang terkumpul dari masyarakat dan para jama’ah pada dasarnya akan dikembalikan ke masyarakat dan para jama’ah pula dalam bentuk pelayanan. Adapun listrik dan lain sebagainya sebenarnya masjid menerapkan konsep masjid mandiri yang di mana kebutuhan pengeluaran operasional masjid bersumber dari usaha masjid itu sendiri. Adapun usaha yang menjadi sumber dana untuk masjid mandiri yaitu penginapan hotel. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid : Karena kesadaran yang kita bangun otomatis tidak membebani, kan kita tidak ada donatur tetap, kita hanya kotak-kotak infaq, otomatis kan tidak membebani, wong itu kesadaran, mau masukin atau tidak, kecuali yang beban tetap itu kita konsennya ada masjid mandiri, itu ada penginapan 151 hotel, itu memang ada beban kalau itu jelas, itu tarifnya ada, dari situ memang harapannya penghasilan itu nanti untuk operasional masjid untuk listrik segala macem, nah infaq- infaq itu dikembalikan lagi ke jama’ah dalam bentuk pelayanan, jadi ke masyarakat warga sini tidak ada beban sama sekali enggak ada beban tetap mereka perbulan harus bayar sekian harus donatur sekian tu enggak ada, bahkan takjilanpun kita tidak membebani jama’ah, ya hanya kotak- kotak itu aja, nanti ada kalau takjilan ada kotak takjilan sendiri masyarakat silahkan memasukan di situ, kan tiap hari kita yang besok itu seribu dua ratus porsi piring, ya itu ya jama’ah. 71 Dengan pengelolaan keuangan Masjid Jogokariyan yang sedemikian rupa ini menjadikan masjid ini unggul dan mampu melayani masyarakat secara optimal. Dari pengelolaan tersebut akhirnya menjadikan masjid berfungsi secara luas sehingga dapat berkontribusi kepada para jama’ah dan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan yang ikut serta membangun masyarakat yang sejahtera adil dan makmur.

b. Masjid Syuhada

Sangat jarang kita jumpai masjid yang kepengurusannya di bawah naungan organisasi besar ataupun yayasan. Pada umumnya masjid dikelola oleh sebuah kepengurusan masjid yang disebut takmir. Adapun Masjid Syuhada dikelola oleh sebuah yayasan yaitu Yayasan Masjid Syuhada yang juga sekaligus merangkap sebagai takmir di masjid tersebut. 71 Hasil Wawancara dengan Bendahara Masjid Jogokariyan, 8 Mei 2016 152 Sejalan dengan perkembangannya hingga kini Masjid Syuhada terus berkembang dan semakin meningkat. Banyak lembaga-lembaga baik formal maupun non formal berdiri di sekitar lingkungan Masjid Syuhada. Selain itu Masjid Syuhada juga memiliki beberapa unit-unit usaha yang juga dibawahi oleh Yayasan Masjid Syuhada. Dengan banyaknya lembaga-lembaga dan unit usaha yang berdiri di sekitar Masjid Syuhada, sangat berpotensi menghasilkan sumber dana yang begitu besar pula. Dalam pengelolaan di Masjid Syuhada yayasan menggunakan dua pola manajemen keuangan yaitu sentralisasi untuk lembaga pendidikan formal sedangkan untuk lembaga non formal seperti Lazis dan BMT itu menggunakan pola desentralisasi. Lembaga pendidikan formal yang terdiri dari TK, SD, SMP IT dan lainya ini langsung dibawahi oleh yayasan, begitu pula manajemen keuangannya. Sebelumnya pola manajemen keuangan yang digunakan adalah desentralisasi. Namun melihat adanya celah serta rentan terjadinya tindak kecurangan dan lain sebagainya maka sejak tahun 2009 pengelolaan keuangan di sekitar lembaga pendidikan formal kini telah menjadi pola sentralisasi. Hal ini bertujuan memudahkan yayasan dalam mengontrol lembaga pendidikan formal demi menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. 153 Dalam pemaparannya Bapak Busro Sanjaya menerangkan mengenai hal ini selaku Direktur Eksekutif Yayasan Masjid Syuhada : Kalau untuk lembaga formal kita sudah sentralisasi dengan yayasan sedangkan untuk lembaga non formal kita desentralisasi, karena kenapa kalau lembaga non formal ini kita lebih cendrung mereka ini yang mencari sendiri dan memanfaatkan keuangan mereka sendiri untuk biaya operasional mereka dan itu tidak terlalu besar karena betul- betul harus kerja keras dengan cara mencari donatur, sponsor segala macam, tetapi bahwa dari kita yayasan kita lebih menekankan transparansi dalam laporan keuangan, sedangkan untuk lembaga pendidikan formal itu kita sudah sentralisasi sejak tahun 2009, sebelumnya desentralisasi, kenapa karena ketika desentralisasi kita dengan uang yang cukup besar castflownya sehingga kita melihat di situ ada rentan terhadap kecurangan-kecurangan, dari pada kita susah untuk memberikan kontrol terhadap pengeluaran keuangan tersebut makanya kita berinisiatif untuk keuangan itu kita sentarlisasi, dan pembayarannya semua di BMT Masjid Syuhada. 72 Seperti yang dijelaskan oleh beliau di atas, adapun lembaga non formal seperti BMT atau Lazis lebih pada penekanan transparansi dalam pola manajemen keuangannya, dalam artianya lembaga non formal tersebut diberikan ruang kepercayaan dalam mengatur keuangannya baik masuk maupun keluar. Hal ini dikarenakan pada kegiatan lembaga non formal lebih pada usaha dan kerja keras dalam aktivitasnya seperti misalnya Lazis yang dimana mereka harus memperkenalkan lembaga mereka ke publik. Hal ini juga d jelaskan oleh Bapak Busro Sanjaya selaku direktur yayasan : Kalau di LAZIS sendiri LAZIS lebih cendrung mereka harus memperkenalkan lembaga mereka keluar karena tidak semua 72 Hasil Wawancara dengan Direktur Eksekutif Yasma Syuhada, 18 Maret 2016 154 orang tahu bahwa masjid itu ada lembaga amil zakatnya, dari situ mereka dapatkan sumber dana kemudian dana itu mereka gunakan sesuai dengan program yang mereka buat, ada seperti DMD misalkan itu donatur mitra dakwah, jadi kita mencari para donatur untuk mendonasikan harta mereka dari harta itu sifatnya infaq ya, itu nanti digunakan untuk membiayai aktivitas dakwah di pedesaan, kalau zakat tentu baik zakat maal zakat fitrah itu didistribusikan sesuai dengan ketentuan agama itu kan ada asnaf itu, nah itu yang di LAZIS Masjid Syuhada. 73 Pola manajemen keuangan yang desentralisasi di lembaga non formal ini bukan berarti memisahkan lembaga tersebut terhadap yayasan. Penerapan pola manajemen seperti itu diharapkan dapat memudahkan lembaga tersebut dalam memanfaatkan pendapatan mereka baik berupa pengeluaran beban operasional maupun penyaluran dana. Yayasan tetap mengontrol aktivitas lembaga non formal yang nantinya berupa serahan laporan kepada yayasan sebagai kontrol dalam menjalankan aktivitas di lembaga tersebut. Lembaga non formal ini lah yang menjadi andalan Masjid Syuhada dalam memberdayakan masyarakat muslim terutama dari segi ekonomi. Adapun untuk Yayasan Masjid Syuhada sebagai pengelola masjid sendiri, pendapatan terbesar yang mereka hasilkan hanya bersumber dari infaq shalat J um’at sedangkan sisanya bersumber dari masyarakat yang mau mewakafkan hartanya dalam bentuk uang tunai. Yayasan sendiri bukan lah organisasi yang berorientasi pada keuntungan, maka dari itu kegiatann di yayasan sendiri cendrung 73 Ibid. 155 pasif karena pada dasarnya yayasan hanya sebagai pengelola Masjid Syuhada dalam menjalankan fungsinya sekaligus sebagai kontrol terhadap lembaga-lembaga yang ada di sekitar Masjid Syuhada. Bapak Busro Sanjaya selaku direktur juga menjelaskan : Kita di sini masjid sendiri dengan lembaga-lembaga itu dalam artian begini, kalau kita di Masjid Syuhada ini pendapatan kita hanya dari i nfaq jum’atan kemudian ada orang yang mewakafkan harta mereka dalam bentuk uang tunai, tapi kalau itu kita tidak terlalu apa istilahnya ya sangat kalau di lembaga-lembaga lain kita sampai fundraisingnya luar biasa gitu, kita tidak, kita lebih cendrung pasif begitu, orang hanya datang ke sini untuk memberikan itu, kemudian dari infaq jum’atan itu kita gunakan untuk operasional masjid, untuk gaji pegawai kemudian juga biaya operasional seperti listrik, air jadi ya biaya-biaya yang muncul dari itu lah menjadi tempat untuk mengeluarkan itu, ini dalam kontek masjid. 74 Adapun sumber dana hanya digunakan untuk operasional Masjid Syuhada dan kebutuhan sekitar yayasan seperti gaji pegawai, listrik, air dan lain sebagainya. Pada dasarnya kesemuanya itu di kembalikan la gi dalam bentuk pelayanan terhadap jama’ah yang melaksanakan ibadah di Masjid Syuhada.

3. Manajemen Dakwah

a. Masjid Jogokariyan

Pada umumnya selain sebagai tempat peribadatan, masjid juga digunakan sebagai media berdakwah. Dalam aktivitas dakwah tentunya memiliki sasaran objek dakwah yaitu masyarakat muslim 74 Ibid. 156 itu sendiri. Dalam menentukan runag dakwah, Masjid Jogokariyan memiliki pemetaan sendiri dalam menentukan sasaran dakwahnya. Mengikuti nama lokasi berdirinya masjid tersebut sudah jelas masjid tersebut milik daerah Jogokariyan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, DIY. Jogokariyan merupakan sebuah kampung asri yang terdiri dari 4 RW dan 18 RT, yaitu RW 9, 10,11 dan 12 dengan RT yang terdiri dari RT 30 sampai dengan RT 47. Adapun jumlah penduduk di Kampung Jogokariyan berjumlah 3970 orang dengan 887 kepala keluarga dan 5 diantaranya non Islam sedangkan sisanya mayoritas muslim. Pemetaan ini lah yang menjadi jangkauan dakwah di Masjid Jogokariyan dalam berdakwah. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid, dalam wawancaranya beliau menjelaskan : Namanya aja Masjid Jogokariyan, itu Jogokariyan sendiri sudah wilayah dakwah kampung Jogokariyan, itu kan wilayah dakwah, Indonesia itu kan juga nama, Indonesia wilayahnya kan jelas kan dari Sabang sampai Marauke dari pulau Nias. Wilayah dakwah kita Kampung Jogokariyan, maka namanya Jogokariyan masjid itu, dan itu kan sunnah juga Rasulullah juga bangun masjid pertama juga Masjid Kuba. Kesalahannya itu memang banyak masjid itu tidak menentukan wilayah dakwah, asal bangun masjid namanya Masjid Al-Kautsar, nanti asal punya program dilempar ke masyarakat kan, masyarakat nerima atau tidak, kalu tidak menerima program nanti yang disalahkan masyarakat, tapi kan dengan adanya wilayah dakwah kan akan jelas memang tahapannya nanti setelah itu data jama’ah kan juga ada. 75 75 Hasil Wawancara dengan Bendahara Masjid Jogokariyan, 8 Mei 2016. 157 Masjid Jogokariyan berfungsi secara luas bagi masyarakat dan jama’ah sekitaran Jogokariyan. Tidak hanya sebagai tempat ibadah mahdhah semata, Masjid ini juga berfungsi sebagai sarana pusat kegiatan masyarakat mulai dari aktivitas ekonomi, sosial bahkan budaya. Berbagai macam aktivitas yang diadakan di lingkungan masjid bertujuan untuk memasyarakatkan masjid agar masyarakatpun merasa dengan senang hati menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan bahkan pusat peradaban umat Islam. Dalam wawancaranya Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara juga menjelaskan : Dan itu memang semua lini, ekonomi sosial budaya ya tetap kita laksanakan, ya kita ingin memfungsikan masjid seperti di zaman Rasulullah, ya menang ada batasan-batasan katakanlah kalau dikaitkan dengan kelompok-kelompok ya rujukan kita MUI lah, kalau itu kelompok yang dianggap sesat itu ya memang kita tidak memungkinkan beraktivitas di sini. 76 Dalam aktivitas dakwahnya Masjid Jogokariyan sangatlah meluas terutama dari segi kerohanian seperti ibadah, kajian dan lain sebagainya. Tidak hanya sekedar membahas seputar keagamaan, banyak di antaranya materi-materi kajian yang disampaikan baik sosial, ekonomi dan lain sebagainya yang sebenarnya juga merupakan cakupan dari agama Islam itu sendiri. Kajian-kajian yang disajikan di Masjid Jogokariyan sangatlah beragam dan menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Bahkan semua 76 Ibid. 158 persoalan masyarakatpun juga dibahas di dalam masjid. Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara juga menegaskan : Semua, semua itu kita masuki, kalau tadi keluarga ya, untuk keluarga ya materi-materinya sesuai itu, bapak-bapak muda juga sama kan gitu, sesuai dengan jenjang usia itu saya kira masing-masing ada, itu nanti yang sepuh-sepuh sendiri itu nanti juga ada, kan enggak mungkin kita bicarai zakat infaq sama anak-anak atau remaja masjid, jadi kan kita sesuaikan. Ya tentang ekonomi semua tetap kita masuk, tetap ada, tapi tidak ada khusus pengajian ekonomi itu tidak, tapi kita lebih banyak berdasarkan jenjang usia, nah ketika jenjang usia itu nanti masuknya di situ, masalah ekonomi juga ada di UMIDA KURMA juga ada, di IKS juga ada, tapi berdasarkan kelompok usia itu kita masuk, tidak perbidang pengajian ekonomi pengajian sosial itu tidak. 77 Selain mengadakan kajian-kajian yang di sampaikan melalui pengajian, Masjid Jogokariyan juga ikut turut andil dalam menunjang aktivitas dakwah melalui kegiatan ekonomi. Hal ini juga dianggap sebagai sarana dakwah demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera di lingkungan masjid seperti zaman Rasulullah SAW yang dulu mencita-citakan masjid sebagai pusat peradaban di mana masjid dijadikan sebagai langkah awal dalam membangun masyarakat yang sejahtera adil dan makmur. Kegiatan ekonomi ini bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di lingkungan Masjid Jogokariyan. Sejahtera berarti mampu memenuhi segala kebutuhan, oleh karena itu seseorang yang sejahtera berarti mampu secara materi dan fisik. Seseorang yang apabila sejahtera tentu dapat mengurangi beban 77 Ibid. 159 yang sebelumnya mereka pikul. Dengan demikian seseorang yang sebelumnya kurang akan segala hal menjadi mampu bahkan harapannya dapat ikut serta membantu bagi mereka yang belum mampu. Hal inilah yang merupakan makna memberi sekaligus hakikat dari manfaat zakat, infaq dan shadaqah itu sendiri. Mensejahterakan warga sekitaran Masjid Jogokariyan inilah yang menjadi tujuan dalam membangun masyarakat yang makmur dan sejahtera, sehingga peran masjid dianggap cukup berpengaruh terhadap perubahan bagi masyarakat. Harapan dan cita- cita ini terus berlanjut hingga saat ini dan bahkan menjadi sarana dakwah Masjid Jogokariyan dalam menciptakan kelancaran beribadah dengan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid : Itu saya kira hampir semua itu pasti akan berpikir ke sana ya, tahapannya kalau mereka sejahtera kan otomatis bergeser menjadi muzaki dari mustahik itu tetap proses terus dan kita juga belum selesai masih proses dan itu memang cita-cita kuat untuk menuju ke sana dan kita belum sampai belum selesai berjalan terus dan harus diingat jangan diasumsikan kalau Islamnya sempurna itu tidak ada orang miskin itu keliru, enggak ada zaman Rasulullah sendiri juga ada orang miskin kok, yang penting harmonis gitu loh, hubungan itu harmonis dan yang penting kan ibadahnya itu kan parameter- parameter kapital kalau orang itu harus kaya memang Islam harus kaya kira-kira begitu cita-cita, tetapi bukan itu ukurannya, ukuran Islam kan ketaqwaan bukan persoalan materi, nah kebetulan kita ini orang-orang ekonomi seolah- olah itu jadi cita-cita, yang namanya materi banyak itu kan cita-cita, itu juga enggak salah untuk kelancaran ibadah. 78 78 Ibid. 160 Melalui Baitul Maal Masjid Jogokariyan yang mereka bangun maka usaha pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat dilakukan dengan cara memberikan bantuan-bantuan berupa modal usaha, lapangan usaha, peralatan dan lain sebagainya. Baitul Maal sendiri merupakan lembaga keuangan sosial yang dimiliki Masjid Jogokariyan yang merupakan lembaga non profit oriented. Semata- mata memfungsikan lembaga ini sebagai penunjang dakwah dari segi ekonomi supaya dapat membangun daya ekonomi sekitaran Masjid Jogokariyan. Bendahara Masjid Jogokariyan Bapak Wahyutejo Raharjo dalam wawancaranya menjelaskan : Kalau yang modal itu lewat Baitul Maal Masjid Jogokariyan meskipun itu tidak bisa besar dan itupun penyalurannya kalau konteks untuk bantuan modal itu harus masuk delapan asnaf, kalau itu kriterianya sudah jelaskan. Kemudian kalau membuka akses pasar itu memang yang sering kita lakukan, contohnya apapun kalau kita punya kegiatan itu harus ngambil dari potensi ekonomi jama’ah, pesen minum pesen makanan harus prioritas utama dari jama’ah, kalau enggak ada baru diambil keluar, kemudian itu kan sudah membantu, menginformasikan kepada jama’ah, kemudian pasar sore ..... itu kita tidak berfikir menjual lapak-lapak tidak, tetapi kita ingin membuka menginformasikan kepada masyarakat atau mencarikan pembeli, silahkan warga berjualan disini meskipun sekarang itu sudah orang luar sudah banyak, tapi prioritasny a memang orang atau warga atau jama’ah sini, silahkan berjualan di pinggir jalan ini, tugas masjid adalah mencarikan pembeli caranya ya dengan membuat kegiatan yang semenarik mungkin supaya orang mau datang, alhamdulillah kan itu bisa terlaksana bahkan kalau pencermatan kami tu orang yang jualan sepanjang jalan Jogokariyan ini, itu setelah Kampung Ramadhan Pasar Sore mereka bisa berlanjut berjualan, di luar itupun masyarakat juga sudah tahu, oh kalau Ramadhan kan biasanya jualan makanan-makanan khas itu mak anan nyami’an-nyami’an itu, masyarakta akan tahu, oh kalau mau bikin kukis di situ, oh 161 kalau mau bikin martabak di situ, artinyakan membuka pasar, menginformasikan kepada masyarakat, itu yang kita lakukan. 79 Demi terwujudnya program-program seperti ini tentu bukanlah merupakan hal yang mudah dengan cakupan dakwah yang begitu luas. Mengingat bahwa masjid ini adalah masjid milik kampung, maka tidak susah untuk menentukan pemetaan dakwah tersebut. Namun Masjid Jogokariyan tidak hanya sekedar melakukan pemetaan ataupun menentukan kapasitas jama’ah saja, masjid ini justru melakukan pendataan layaknya seperti sensus penduduk. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid : Itu sederhana seperti kayak seperti sensus penduduk kita datangi ke rumah-rumah, kalau sensus penduduk itu kan di data semua nanti kita data kita minta informasi keluarganya berapa, yang SD berapa, mata pencariannya apa itu kan data yang kita butuhkan itu, dan itu masing-masing periode kita kan empat tahun sekali itu juga tidak sama semua, yang tahun ini lebih mudah kalau dulu pernah sampai sudah bisa baca tulis Al- Qur’an atau belum itu sampai ke sana, sudah berhaji belum misalkan itu haji karena untuk data yang kita perlukan. 80 Sensus penduduk yang dilaksanakan oleh Masjid Jogokariyan bertujuan untuk mengetahui kelemahan masyarakat, meneliti kebutuhan masyarakat dan lain sebagainya. Maka dalam sensus ini mencakup berbagai aspek layaknya sensus penduduk pada umumnya. Selain itu sensus penduduk ini juga memudahkan dalam 79 Ibid. 80 Ibid. 162 menyusun program-program yang sekiranya memang menjadi minat dan kebutuhan para jama’ah dan masyarakat. Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid menjelaskan : Memudahkan kita dalam menyusun program, kalau wilayahnya jelas nanti datanya juga jelas mana yang miskin berapa orang yang anu berapa orang kalau konteks untuk zakat itu ya konteks ekonomi, kemudian kalau data base atau daerah sini yang katakanlah pengalaman kita ada yang sudah bisa baca Al- Qur’an atau belum kan juga jelas wilayahnya, logikanya gampang seperti Indonesia lah, kan yang miskin berapa yang lulusan SD berapa SMA berapa kan jadi mudah nanti untuk menyusun program nya. 81 Dari pendataan jama’ah melalui sensus yang dilakukan oleh Masjid Jogokariyan, maka akan dihasilkan data base yang berisikan semua info-info yang dibutuhkan untuk menyusun program-program yang ada di Masjid Jogokariyan. Selain itu data base ini juga digunakan sebagai sarana evaluasi program-program yang telah terlaksana, jika seandainya terjadi kekurangan atau penurunan maka dilakukan perubahan jika memang sangat diperlukan. Hingga saat ini data base inilah yang menjadi kunci utama Masjid Jogokariyan dalam melaksanakan aktivitas dakwah di masjid serta memudahkan masjid dalam mengontrol dan memperhatikan masyarakat sehingga apabila ada tindakan atau program yang sekiranya diperlukan maka dilaksanakan sesegera mungkin. Dalam hal ini Bapak Wahyutejo Raharjo bendahara masjid menjelaskan : 81 Ibid. 163 Kalau kita menyusun program itu kan paling enak dengan data base, kalau tanpa data base kan kita susah untuk menyusun program artinya kan seperti ini contoh pengajian yang pernah diikuti apapun itu misalnya tadarus keliling, nati kan kita oh dari data ternyata pernah diikuti yang nulis ini misalnya ada tiga ratus tapi kok yang datang cuma seratus, ini mungkin ada sesuatu dari program kita yang mungkin kurang perlu diperbaharui atau tidak menarik atau tanggalnya enggak pas harinya enggak pas, itu kan bagian dari kita dalam menyusun program. 82 Pada intinya irama dakwah yang ada di Masjid Jogokariyan ini tidak mengikat pada satu partai politik atau ormas manapun. Semuanya dilakukan berdasarkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Dakwah di Masjid Jogokariyan bertujuan menjadikan masyarakat dan jama’ah menjadi lebih baik dan sejahtera sehingga memang sangat perlu memperhatikan dari berbagai aspek, tidak hanya satu sisi saja. Dengan memasukan berbagai macam unsur dan aspek diharapkan masjid memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap pembagunan masyarakat seperti zaman Rasulullah SAW ketika beliau membangun masjid petama kali di Madinah.

b. Masjid Syuhada

Selain berdasarkan sejarah, pada intinya Masjid Syuhada didirikan dengan alasan sebagai rumah ibadah bagi umat muslim yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta ketika masa penjajahan dulu, mengingat pada saat itu jarang sekali ditemukannya rumah 82 Ibid. 164 ibadah bagi umat muslim di Yogyakarta. Namun kini fungsi Masjid Syuhada diperluas sedemikian rupa agar manfaat yang dirasakan bagi masyarakat muslim Yogyakarta saat ini lebih dinamis dan diharapkan mampu membawa perubahan bagi masyarakat muslim Yogyakarta serta menjadi masjid percontohan bagi masjid yang ada di kota-kota di seluruh Provinsi DIY ini. Kini Indonesia telah menjadi negara yang merdeka, bahkan banyak sekali perubahan-perubahan yang tidak kalah saing dengan negara berkembang lainnya. Begitu juga dengan Masjid Syuhada, fungsi yang dulunya hanya sekedar menjadi tempat peribadatan kini telah menjadi masjid yang berkiprah pada pergerakan dakwah dan pendidikan. Banyak kegiatan-kegiatan yang bersifat dakwah yang diadakan oleh Masjid Syuhada, bahkan Masjid Syuhada membangun lapangan pendidikan di sekitar masjid dengan mendirikan berbagai lembaga pendidikan formal dan non formal. Sebagai mana yang telah dilansir oleh Bapak Busro Sanjaya selaku Direktur Eksekutif YASMA dalam wawancarannya menjelaskan : Dulu ketika Masjid Syuhada ini berdiri kiprahnya lebih cendrung pada pergerakan dakwah dan pendidikan, jadi kita dari awal telah ada perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Agaman Islam Masjid Syuhada dulu pernah bernama Institud Dakwah Masjid Syuhada atau IDMS kemudian ada lembaga- lembaga non-formal ada Lembaga Pendidikan Masjid Syuada kemudian ada Pendidikan Kader Masjid Syuhada ada Pendidikan Anak-anak Masjid Syuhada dan Corps Dakwah Masjid Syuhada. Ini adalah empat pilar atau empat lembaga yang berkiprah untuk pengembangan dakwah dan pendidikan di lingkungan Masjid Syuhada, namun itu dirasa oleh kami 165 dari Masjid Syuhada kurang cukup memberikan konstribusi positif bagi umat Islam yang ada di daerah Yogyakarta ini sehingga kemudian didirikanlah lembaga-lembaga pendidikan formal, jadi ada TK, ada SD dan sekarang alhamdulillah sudah berdiri SMP-IT Masjid Syuhada. 83 Maka tidak heran dilingkungan Masjid Syuhada kita jumpai banyak sekali lembaga pendidikan seperti TK, SD, SMP IT hingga perguruan tinggi. Selain itu akan banyak sekali kita jumpai berbagai lembaga-lembaga non formal yang bersifat kelompok pengajian dan himpunan lainnya yang kesemuanya itu beraktivitas di ranah dakwah. Untuk pergerakan dakwah, Masjid Syuhada memiliki banyak sekali program-program dalam pengembangan dakwah seperti mengadakan pengajian-pengajian, kegiatan belajar mengajar, konsultasi hingga pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal ekonomi. Kesemuanya itu semata-mata hanya bertujuan untuk kepentingan dakwah. Pengembangan dakwah yang dilakukan oleh Masjid Syuhada dilakukan dalam beragam warna, sehingga wajar kalau masjid ini diakui dan dikenal oleh banyak lapisan masyarakat khususnya sekitaran DIY. Alhamdulillah dengan adanya pergerakan semacam ini memberikan pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat muslim Yogyakarta sehingga masyarakatpun juga ikut serta dalam membantu dan mendukung kegiatan yang berlangsung di sekitar 83 Hasil Wawancara dengan Direktur Eksekutif Masjid Syuhada, 18 Maret 2016 166 masjid dengan cara memberikan respon dalam bentuk apapun baik materi maupun jasa demi kelancaran dalam berdakwah. Dari sekian respon yang kian meningkat, timbul potensi yang begitu besar khususnya dalam bentuk sumber dana. Dari potensi inilah yang menjadikan alasan mengapa didirikannya Lazis dan BMT Masjid Syuhada yang yang nantinya memotori pergerakan keuangan di lingkungan Masjid Syuhada. Dalam wawancaranya Bapak Busro Sanjaya selaku direktur eksekutif meneragkan : Dengan berjalannya waktu dengan banyaknya kegiatan di sini alhamdulillah Masjid Syuhada dulu pernah menjadi pusat atau mercusuar bagi peradaban Islam dan pengembangan dakwah di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ini, sehingga orang itu berbondong-bondong untuk mengikuti kegiatan di Masjid Syuhada dan tidak sedikit dari mereka yang istilahnya ingin meluangkan harta mereka untuk diinfaqkan dizakatkan maka diwaqafkanlah Masjid Syuhada ini, itu yang menjadi latar belakang mengapa berdirinya lembaga amil zakat atau LAZIS Masjid Syuhada. Dengan berjalannya waktu pula karena dari yayasan kita dari Yayasan Masjid Syuhada ini ingin mengupayakan keuangan yang tersentralistik dari semua lebaga dan kita juga memiliki sebuah usaha pengembangan ekonomi akhirnya kita mendirikan BMT Masjid Syuhada ini yang menjadi latar belakang mengapa LAZIS dan BMT ini berdiri di lingkungan Masjid Syuhada. Kemudian tentu kalau seperti LAZIS ini harapan kami dan Alhamdulillah cukup tercapai cfukup baik begitu menjadi sebagai promotor bagi keuangan atau pergerakan dakwa yang ada di lingkungan Masjid Syuhada ini. 84 Dari potensi dan respon masyarakat yang kian meningkat kini Masjid Syuhada telah berkembang sehingga menjadi masjid yang begitu cukup besar. Kelembagaan baik formal maupun non 84 Ibid. 167 formal kini telah menjadi sarana yang paling melekat di Masjid Syuhada, sekaligus dengan adanya unit-unit lainnya menjadikan Masjid Syuhada kaya akan aktivitas dan program-program yang sedang terlaksana. Jikalau kita jumpai Masjid Syuhada maka tidak heran ramai akan masyarakat yang beraktivitas di sekitar lingkungan masjid ini, tidak hanya para jama’ah namun juga para masyarakat yang menyekolahkan anaknya ke dalam lembaga pendidikan yang didirikan oleh Masjid Syuhada ini. Kiprah pergerakan dakwah dan pendidikan yang dilakukan Masjid Syuhada ini berbeda dengan masjid yang dimiliki oleh beberapa daerah. Target dakwah Masjid Syuhada ini meluas, tidak hanya pada satu tempat saja namun ke berbagai daerah yang ada di sekitar DIY. Namun dengan pemetaan dakwah yang begitu luas ini tentu menjadikan tugas besar bagi Masjid Syuhada dalam berdakwah mengingat tujuan dari yayasan adalah menjadikan Masjid Syuhada sebagai mercusuar peradaban umat muslim di DIY. tujuan yang dimiliki Masjid Syuhada adalah berdakwah secara meluas agar tidak hanya dirasakan oleh sekitaran masjid saja, namun daerah-daerah yang tidak dapat menjamah Masjid Syuhada juga ikut merasakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Busro Sanjaya Direktur Eksekutif Yayasan Masjid Syuhada : Pendekatan kita lebih ke arah pendekatan apa persuasif yang ini ya apa namanya dan kita juga aktif, jadi kita mengadakan kegiatan-kegiatan program –program yang sekiranya itu bisa 168 menjadi lumbung atau daya tarik bagi jama’ah di masjid kita sehingga mereka mau datang mau belajar atau kita kadang- kadang langsung membuat program langsung aktif ke daerah- daerah, jadi kita tidak hanya berputar di sekitar Masjid Syuhada saja, kita memulai dakwah itu harus melangkah jauh keluar dari komunitas kita di Masjid Syuhada ini, sehingga kita bisa dimanfaatkan oleh mereka yang mungkin tidak bisa menjangkau kita di Masjid Syuhada ini semacam itu. 85 Dengan tidak adanya pemetaan ataupun objek khusus dalam berdakwah maka pergerakan Masjid Syuhada lebih meluas dan melebar sehingga dapat dirasakan oleh banyak orang. Dalam menentukan area dakwah pun Masjid Syuhada tidak asal memilih, melainkan membatasi sesuai dengan kualifikasi daerah yang akan dikunjungi. Masjid Syuhada lebih mengutamakan daerah-daerah minoritas akan agama Islam yang tidak memiliki lingkungan yang kuat dalam mendukung kemajuan kehidupan berislami. Sudah menjadi kewajiban Masjid Syuhada dalam memperluas pergerakan dakwah mereka karena Masjid Syuhada adalah masjid peninggalan sejarah serta cendramata dari Indonesia untuk DIY. Masjid Syuhada adalah masjid milik DIY sehingga sudah sewajarnya cakupan dakwah masjid ini meluas terutama bagi daerah yang lebih diutamakan. Dalam penjelasannya Bapak Busro Sanjaya selaku direktur eksekutif mengungkapkan : Kita meluas, bahka kita tidak punya daerah atau teritorial tertentu, kalau seandainya kita ingin mengadakan ke Gunung Kidul ya ke Gunung Kidul aja, kalau ke Kulonprogo ke Kulonprogo saja atau istilahnya manut gitu, dimana cuman yang perlu kita batasi adalah yang kita cari kualifikasinya 85 Ibid. 169 bahwa memang daerah itu memang daerah tertinggal kemudian Islamnya minoritas atau misalnya mayoritas tapi miskin nah itu yang menjadi lahan kita begitu. Tetapi kalau untuk di lingkungan Masjid Syuhada nya sendiri di sini kita “welcome “ untuk semuanya dari siapapun dan dari manapun. Kalau ingin meluasnya itu kita tidak terikat dengan batasan- batasan tertentu ya jadi harapan kita dengan adanya Masjid Syuhada jangan sampai mentang-mentang karena Masjid Syuhada ini berada di kota fungsinya hanya di ikat di kota saja begitu, kalau di memberdaya secara nasional kenapa tidak. Bahkan kita dulu ketika terjadi tsunami di Aceh misalnya Lazis Masjid Syuhada sempat mengirimkan relawan ke sana kan begitu. 86 Pada umumnya yang disebut dengan jama’ah masjid adalah mereka para masyarakat yang ada disekitaran masjid tersebut dan ikut meramaikan masjid. Berbeda dengan Masjid Syuhada, jama’ah merupakan siapa saja yang datang dan hadir di Masjid Syuhada untuk meramaikan masjid ini. Bagi Masjid Syuhada masjid ini tidak memiliki jama’ah tetap dari daerah manapun terutama daerah Kotabaru sendiri. Bapak Busro Sanjaya selaku direktur menjelaskan di dalam wawancaranya : Kita sempat di tanya tentang data jamaah kita, kalau data jamaah kita ini kita mengukurnya simpel, jadi siapa yang pernah shalat di sini siapa yang ikut kegiatan kita di sini itu lah jama’ah kita, misalnya jenengan berasal dari Jawa Barat misalnya, datang ke sini mampir shalat di sini satu kali berjama’ah, itu sudah jama’ah kita, atau megikuti kegiatan kita di sini kajian kan itu sudah jama’ah kita. Nah ini yang unik dari kami Masjid Syuhada, kami memil iki jama’ah tetap seprti masjid-masjid yang ada di tempat lain, jadi kalau masjid tertentu misalnya di suatu kampung itu jama’ah dia itulah di RT di RW yang ada di lingkungan dia, kalau kami tidak, bahwa memang iya kami disini ada masyarakat 86 Ibid. 170 pinggiran Kalicode yang minoritas muslim itu menjadi salah satu binaan kami tapi kami tidak terpaku dengan itu. 87 Pada intinya Masjid Syuhada merupakan sebuah masjid monumen milik DIY. Masjid Syuhada berkiprah pada pergerakan dakwah dan pendidikan sehingga banyak sekali kita jumpai berbagai lembaga yang berdiri disekitar masjid tersebut. Dalam pemetaan area dakwah, masjid sendiri tidak menetapkan daerah manapun. Hal ini mengingat bahwasanya masjid ini adalah masjid milik provinsi sehingga sewajarnya dapat dirasakan di seluruh DIY. namun dalam menentukan area tersebut Masjid Syuhada lebih mengutamakan daerah-daerah yang sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh masjid. Hal ini menghasilkan respon yang begitu besar sehingga Masjid Syuhada kini menjadi mercusuar peradaban umat muslim di DIY dan kini telah di kenal hampir diseluruh pelosok DIY.

4. Perbandingan Manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada

Setiap masjid tentu memiliki keunggulan dan karakteristik masing-masing. Perbedaan ini tentunya berdasarkan lokasi, nama bahkan harapan masing-masing warga ketika masjid tersebut hendak didirikan. Setiap masyarakat yang mendirikan masjid tentunya memiliki harapan akan masjid tersebut. Dari harapan tersebut maka muncul lah fungsi dan jangkauan target yang berbeda-beda. 87 Ibid. 171 Masjid Jogokariyan adalah masjid milik kampung Jogokariyan yang didirikan di daerah Jogokariyan itu sendiri. Sedangkan Masjid Syuhada yang konon merupakan bukti sejarah sekaligus manumen DIY secara otomatis mengemban nama DIY secara keseluruhan sehingga wajar apabila masjid ini juga disebut dengan Masjid Agung. Perbedaan jelas terlihat di antara kedua masjid tersebut terutama dalam pengelolaan manajemennya di mana Masjid Jogokariyan menggunakan sistem Takmir Masjid sedangkan Masjid Syuhada dikelola oleh Yayasan Masjid Syuhada sebagai takmir. Adapun perbedaan manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Perbedaan Manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada Masjid Jogokariyan Masjid Syuhada Kepengurusan Takmir Masjid Yayasan Masjid Manajemen Sumber Daya Manusia Memanfaatkan sumber internal. Memanfaatkan sumber internal. Pengembangan kualitas SDM secara otodidak disertakan tugas dan amanat. Pengembangan kualitas SDM secara penanaman mental kepada penghuni asrama. Mengutamakan kaderisasi masyarakat muda setempat. Mengutamakan kader-kader mahasiswa. Manajemen Keuangan Memiliki beberapa biro dalam menjalankan aktivitas masjid. Memiliki banyak lembaga- lembaga yang berdiri di sekitaran masjid. Masing-masing biro memiliki potensi sumber dana. Masing-masing lembaga memiliki potensi sumber dana. 172 Dalam pengelolaannya menganut sistem desentralisasi. Dalam pengelolaan keuangannya menganut sistem sentralisasi kecuali BMT dan Lazis Masjid Syuhada yang menganut desentralisasi. Alasan menganut sistem ini demi mengutamakan otoritas pelayanan yang maksimal, cepat dan tepat. Alasan menganut sistem ini demi menghindari hal-hal yang negatif yang berpotensi merusak sistem keuangan. Sedangkan BMT dan Lazis dikarenakan mengharuskan kedua lembaga ini untuk mempromosikan lebih memperkenalkan ke publik agar menarik perhatian sumber dana. Memiliki Gerakan Jamaah Mandiri dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta mengelola masjid. Tidak memiliki program khusus dikarenakan potensi keuangan yang begitu besar sehingga cukup mengandalkan pemasukan perminggu. Memiliki Baitul Maal sebagai wadah penyaluran dan pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah serta menjadi kunci utama dalam menciptakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. Adapun yang menampung sebagai wadah komersil bekerja sama dengan bank syariah ataupun BMT eksternal. Memiliki BMT sebagai wadah komersil dan Lazis sebagai wadah sosial dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Lazis dikonsentrasikan sebagai lembaga pengelolaan dana zakat infaq dan shadaqah. BMT sebagai pusat keuangan masjid sekaligus aktivitas komersil. Pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang produktif disertai program-program yang dapat mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang produktif disertai program-program yang dapat mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat. Manajemen Dakwah Pemetaan zona dakwah yang terpusat mengutamakan sekitaran masjid khususnya masyarakat Jogokariyan. Pemetaan zona dakwah yang meluas khususnya Provinsi DIY. Kajian dakwah yang multikultural. Kajian dakwah yang multikultural. Mengutamakan masyarakat sekitaran Jogokariyan dalam penyaluran program Mengutamakan daerah-daerah yang krisis agama Islam dalam menyalurkan program 173 pemberdayaan ekonomi masyarakat. pemberdayaan masyarakat.

B. Potensi Masjid dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat

Setelah menjelaskan bagaimana kedua masjid tersebut, terdapat keunggulan yang kita temui di mana jarang sekali kita jumpai di masjid lainnya. Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada memiliki program dalam memberdayakan umat terutama dalam urusan ekonomi. Hal ini muncul dari kesadaran yang timbul dari kedua masjid tersebut untuk juga memperhatikan segi ekonomi masyarakat yang nantinya menjadi penunjang kesejahteran masyarakat itu sendiri. Adanya pemberdayaan ekonomi masyarakat ini karena didukung manajemen yang sedemikian rupa sehingga dalam kepengurusan masjid pun layaknya seperti organisasi besar yang sering kita jumpai. Meskipun bentuk kelembagaan kedua masjid ini berbeda namun mampu menciptakan program yang sangat mendukung sekali dalam membangun peradaban. Karakteristik yang berbedapun muncul sehingga kedua masjid tersebut memiliki cara tersendiri dalam menjalankan program tersebut. Dari perbedaan karekteristik tersebut maka potensi dalam membedayakan ekonomi masyarakatpun berbeda-beda. 174 Perbedaan ini menciptakan konsep pemberdayaan ekonomi yang berbeda sesuai potensi yang dihasilkan oleh masing-masing masjid. Adapun potensi-potensi tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Potensi Masjid Jogokariyan

Dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, masjid Jogokariyan lebih mengutamakan untuk memberdayakan daerah sekitaran Masjid Jogokariyan yang secara keseluruhan kampung Jogokariyan itu sendiri. Dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, Masjid Jogokariyan didukung dengan berdirinya lembaga Baitul Maal yang dibawahi langsung oleh biro keuangan.

a. Baitul Maal Masjid Jogokariyan

Baitul Maal Masjid Jogokariyan didirikan dengan alasan agar dapat mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah secara mandiri, selain itu juga dapat mengkonsentrasikan penyalurannya kepada masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan khususnya masyarakat Jogokariyan. Adapun lembaga ini dibentuk dan dibawahi langsung oleh biro keuangan masjid, sehingga secara otomatis yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Baitul Maal adalah biro keuangan itu sendiri. Adapun pengelolaan dana di Baitul Maal 175 tersebut secara konsumtif dan produktif, sehingga dapat menciptakan usaha dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di Jogokariyan. Adapun penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah oleh Baitul Maal secara produktif adalah sebagai berikut : 1 Modal Usaha. 2 Fasilitas Usaha yang diinfestasikan melalui pengawasan dalam tujuan pengembangan. 3 Membuka pasar dengan meciptakan Pasar Ramadhan yang diadakan setiap setahun sekali di bulan Ramadhan Baitul Maal Masjid Jogokariyan dianggap berpotensi dalam memberdayakan ekonomi masyarakat Jogokariyan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan aset yang cukup signifikan sebagai bukti potensi tersebut. Perkembangan aset dapat dilihat dari laporan 5 tahun terakhir sejak tahun 2012 hingga 2016, adapun laporannya tersebut adalah sebagai berikut : 176 Tabel 4.3 Laporan Keuangan Yayasan Baitul Maal Masjid Jogokariyan 2012-2016 1433-1437 A. Pemasukan 1. Saldo awal 34.112.169 Rp 2. Pemasukan setelah Ramadhan 1432 H 2.400.000 Rp 3. Pemasukan sebelum Ramadhan 1433 H 62.831.000 Rp 4. Pengembalian modal usaha 5. Infaq modal usaha Total Pemasukan 99.343.169 Rp B. Penyaluran Penyaluran 1. Fakir Miskin Ramadhan 1433 H 29.460.000 Rp 2. Fisabilillah 33.550.000 Rp 3. Mualaf 210.000 Rp 4. Gharim 5. Amil 540.000 Rp 6. Ibnu Sabil Musafir 830.000 Rp Total Pengeluaran 64.590.000 Rp Jumlah Saldo 34.753.169 Rp LAPORAN KEUANGAN YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1433 H Per Tgl 18 Agustus 2012 Jam 21.00 WIB A. Pemasukan 1. Saldo awal 1433 H 34.753.150 Rp 2. Pengembalian sisa takjilan 1431 H 8.000.000 Rp 3. Penerimaan ZIS Ramadhan 1434 H 64.290.000 Rp 5. Pengembalian usaha 400.000 Rp Total Pemasukan 107.443.150 Rp B. Penyaluran Penyaluran 1. Fakir Miskin sebelum Ramadhan 1434 H 19.650.000 Rp 2. Fisabilillah 8.750.000 Rp 3. Mualaf 300.000 Rp 4. Gharim 1.000.000 Rp 5. Amil 1.250.000 Rp 6. Ibnu Sabil Musafir 1.350.000 Rp 7. Fakir Miskin 1434 H 26.050.000 Rp Total Pengeluaran 58.350.000 Rp Jumlah Saldo 49.093.150 Rp LAPORAN KEUANGAN YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1434 H Per Tgl 7 Agustus 2013 Jam 21.30 WIB 177 A. Pemasukan 1. Saldo awal 46.502.150 Rp 2. Penerimaan ZIS 1435 H 119.452.000 Rp Total Pemasukan 165.954.150 Rp B. Penyaluran Penyaluran 1. Fakir Miskin 43.465.000 Rp 2. Fisabilillah 70.080.150 Rp 3. Gharim 6.000.000 Rp 4. Amil 10.520.000 Rp 5. Ibnu Sabil Musafir 650.000 Rp Total Pengeluaran 130.715.150 Rp Jumlah Saldo 35.239.000 Rp LAPORAN KEUANGAN YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1435 H Per Tgl 28 Juli 2014 Jam 01.00 WIB A. Pemasukan 1. Saldo awal 1435 H 35.239.000 Rp 2. Penerimaan ZIS 1436 H 132.838.000 Rp 3. Shadaqah kulit 24.975.000 Rp 4. Piutang 33.720.000 Rp 5. Tambahan ZIS 1435 H 3.350.000 Rp Total Pemasukan 230.122.000 Rp B. Penyaluran Penyaluran 1. Fakir Miskin 60.500.000 Rp 2. Fisabilillah 101.150.000 Rp 3. Amil 3.080.000 Rp 4. Ibnu Sabil Musafir 720.000 Rp 5. Mualaf 1.400.000 Rp Total Pengeluaran 166.850.000 Rp Jumlah Saldo 63.272.000 Rp LAPORAN KEUANGAN YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1436 H Per Juli 2015 178 Dari laporan keuangan di atas dapat kita lihat perkembangan aset dari tahun ketahun. Inilah bukti potensi Baitul Maal Masjid Jogokariyan dalam memberdayakan masyarakat. Dari hasil kerja keras dalam menrik perhatian masyarakat terlihat besarnya antusias warga terhadap program pemberdayaan masyarakat di Masjis Syuhada. Namun untuk melihat lebih jelas perkembangannya dapat dilihat pada bagan berikut ini: A. Pemasukan 1. Saldo bulan Juli 2015 63.272.000 Rp 2. Penerimaan ZIS 1437 H 169.560.000 Rp 3. Shadaqah kulit 14.419.500 Rp 4. Piutang 2.300.000 Rp 5. Wakaf 4.100.000 Rp Total Pemasukan 253.651.500 Rp B. Penyaluran Penyaluran 1. Fakir Miskin 29.950.000 Rp 2. Fisabilillah 49.150.000 Rp 3. Ibnu Sabil Musafir 412.000 Rp 4. Amil Total Pengeluaran 79.512.000 Rp Jumlah Saldo 174.139.500 Rp LAPORAN KEUANGAN YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1437 H Per Juni 2016 179 Gambar 4.1 Dari bagan di atas terlihat peningkatan dari tahun ketahun akan pemasukan Baitul Maal. Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh serta antusias masyarakat akan program yang dimiliki Baitul Maal sangat besar. Hal inilah yang merupakan potensi yang dimiliki Baitul Maal Masjid Jogokariyan dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. 180

2. Potensi Masjid Syuhada

Melihat potensi sumber dana yang begitu besar, maka menjadi alasan mengapa didirikannya Lazis dan BMT Masjid Syuhada. Lazis dan BMT Masjid Syuhada ini lah yang menjadi wadah dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat disalurkan melalui Lazis dan BMT Masjid Syuhada. Namun yang memiliki peran lebih utama dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah Lazis Masjid Syuhada. Adapun BMT Masjid Syuhada berfungsi sebagai sentral keuangan di Masjid Syuhada, namun lembaga ini juga melakukan aktivitas funding dan landing.

a. BMT Masjid Syuhada

BMT Masjid Syuhada merupaka sektor keuangan sectral di Masjid Syuhada. Seluruh keuangan di Masjid Syuhada dan lembaga-lembaga yang berdiri di sekitas Masjid Syuhada di pusatkan di satu tempat. Hal ini bertujuan untuk menjegah terjadinya tindakan negatif, melihat potensi keuangan yang begitu besar. Berdiri sebagai sektor keuangan, bukan berarti BMT Masjid Syuhada tidak beroperasi sebagaimana BMT pada umumnya. BMT Masjid Syuhada juga beraktifitas dalam funding dan landing. Sesuai dengan namanya, BMT ini juga melakukan aktivitas simpan 181 pinjam yang bertujuan menyejahterakan para anggotanya. Anggota- anggota yang ada di BMT ini pada awalnya merupakan para guru- guru dan karyawan yang beraktivitas di lingkungn Masjid Syuhada, namun hingga kini keanggotaan BMT Masjid Syuhada telah berkembang pesat. BMT dianggap berpotensi sebagai wadah pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pasalnya BMT Masjid Syuhada menjalankan aktivitas simpan pinjam. Pinjaman yang disalurkan oleh BMT ini hanya pada zona mikro, sehingga tetap menjaga konsentrasi BMT sebagai pusat keuangan Masjid Syuhada. Selain itu BMT juga dianggap dapat mendukung perkembangan pedagang kecil ataupun usaha mikro kecil menengah. Karena pada umumnya pelaku UMKM ini mereka yang memiliki keterbatasan dalam mengembangkan usaha namun tidak termasuk dalam delapan asnaf sehingga untuk pelaku-pelaku usaha ini dialihkan kepada BMT Masjid Syuhada.

b. Lazis Masjid Syuhada

Lazis Masjid Syuhada didirikan sebagai maksud pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang masuk ke Masjid Syuhada, sehingga tidak lagi dikelola oleh yayasan baik menghimpun ataupun menyalurkannya dalam bentuk apapun. Hal ini melihat potensi dana yang masuk begitu besar sehingga diperlukan untuk didirikannya lembaga ini. 182 Lazis Masjid Syuhada mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah secara konsumtif dan juga produktif. Adapun konsumtif disalurkan dalam bentuk bantuan kebutuhan dan bantuan bencana alam. Sedangkan produktif disalurkan dalam bentuk program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan khusus demi memberdayakan ekonomi masyarakat kecil khususnya yang termasuk ke dalam delapan asnaf. Adapun bentuk penyaluran dana kepada delapan asnaf tersebut disalurkan dalam bentuk program-program yang dapat memberdayakan ekonomi masyarakat kecil sebagai berikut: 1 Penyertaan modal. 2 Penyediaan fasilitas usaha. 3 Angkringan Sehat. 4 Perkampungan ternak mandiri. Program-program ini danggap mampu dapat memberdayakan bagi saudara-saudara muslim yang sangat memiliki keterbatasan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ataupun mencari nafkah. Keberhasilan program ini juga nantinya didukung atas hasil kerja keras para karyawan Lazis yang bersusah payah menarik perhatian para donatur dengan mempromosikan lembaga mereka ke masyarakat serta perhatian masyarakat terhadap Masjis Syuhada 183

C. Strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam

Memberdayakan Ekonomi Masyarakat Dari potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing masjid, maka kedua masjid tersebut juga memiliki peran dalam menggerakan dan meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat yang membutuhkan. Ini membuktikan bahwasanya masjid bukanlah sebagai tempat peribadatan mahdhah semata melainkan sebagai pusat pembangunan peradaban umat Islam. Masjid diharapkan mampu membangun peradaban yang lebih baik dari segala sisi melalui pergerakan ekonomi. Dibutuhkan strategi dan langkah-langkah dalam menjalankan dan melaksanakan visi dan misi agar tujuan tercapai dengan mudah. Masjid Jogokaiyan dan Masjid Syuhada memiliki cara tersendiri dalam memasyarakatkan masjid sehingga dapat mendukung pergerakan dakwah. Namun dari perbedaan tersebut tetap memiliki konsep yang hampir sama sebagai masjid yang mampu memberdayakan ekonomi masyarakat. Adapun yang menjadi strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam memberdayakan ekonomi masyarakat dirangkum dalam sebuah konsep bagan sebagai berikut: 184 Gambar 4.2 Strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam memberdayakan ekonomi masyarakat Bagian 1 Dari bagan di atas terlihat konsep masjid dalam menarik perhatian masyarakat hingga menimbulkan potensi dana yang begitu besar yang nantinya menjadi latar belakang mengapa wadah pengelolaan dana tersebut didirikan. Untuk memasyarakatkan masjid, setidaknya dibentuklah manajemen masjid yang nantinya berfungsi dalam menggerakan aktivitas dilingkungan masjid. Hal ini nantinya akan memudahkan dalam mendukung peran masjid terhadap masyarakat. 185 Dengan kegiatan-kegiatan yang menarik serta pelayanan yang optimal, masyarakat akan senang dan sukar untuk enggan beraktifitas di sekitar masjid bahkan untuk beribadah sekalipun. Hal inilah yang menjadi tujuan dalam memasyarakatkan masjid, sehingga masjid merupakan sesuatu hal yang familiar bagi masyarakat. Rasa kepemilikan yang muncul akan menumbuhkan rasa keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi mengembangkan fungsi masjid, sehingga masyarakat justru dengan senang hati berkonstribusi kepada masjid terutama yang berhubungan dengan sumber dana. Sumber dana yang begitu besar hasil dari perhatian masyarakat terhadap masjid, mengharuskan masjid memiliki sebuah lembaga di mana berfungsi mengatur dan mengelola potensi sumber dana tersebut. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa seharusnya masjid membangun wadah seperti yang telah dicntohkan oleh Masjid Jogokariyan yang membentuk Baitul Maal dan Masjid Syuhada yang membangun BMT dan Lazis Masjid Syuhada. Hal inilah yang menjadi promotor dalam memberdayakan masyarakat muslim khususnya bagi yang membutuhkan. Namun lembaga ini pun tidak akan berhasil apabila tidak didukung dengan strategi-strategi yang dapat menyukseskan pemberdayaan ekonomi tersebut. Maka alangkah baiknya masjid juga memiliki strategi dalam memberdayakan masyarakat melalui wadah tersebut. Adapun konsep dalam memberdayakan ekonomi masyarakat adalah sebagai berikut: 186 Gambar 4.3 Strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam memberdayakan ekonomi masyarakat Bagian 2 Dalam mengelola sumber dana, baitul maal atau lazis milik masjid setidaknya memiliki dua sistem pengelolaan yaitu konsumtif dan produktif. Penyaluran dalam bentuk konsumtif merupakan tanggungjawab dan kewajiban dalam menyalurkan dana, khususnya bagi zakat yang dalam penyalurannya telah ditetapkan kepada delapan asnaf delapan golongan yang menerima zakat. Namun hal ini tentunya tidak membawa pengaruh yang besar terhadap ekonomi bagi mereka yang mendapat saluran konsumtif tersebut, terumatam bagi mereka para mustahik yang memiliki keterbatasan apalagi untuk membayar zakat. 187 Penyaluran produktif sebaiknya menjadi strategi yang tepat dalam menyalurkan dana tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat yang membutuhkan sebagai dampak dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Adapun bentuk penyaluran ini dapat berupa modal usaha yang dapat memancing semangat gairah untuk membuka lapangan usaha sendiri, begitu juga dengan fasilitas usaha sebagai pendukung dalam menciptakan lapangan usaha mandiri. Tidak hanya itu, program-program pemberdayaan ekonomi lainnya juga dapat diciptakan sebagai contoh Masjid Syuhada dengan Lazis-nya dapat menciptakan program Perkampungan Ternak Mandiri. Penyaluran secara produktif dapat membangun pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga masjid membawa pengaruh kesejahteraan bagi masyarakat. Namun hal ini tidak akan berlangsung lama apabila tidak didukung dengan adanya pembinaan sebagai tindak berkelanjutan. Lembaga sebaiknya perlu melakukan pembinaan kepada masyarakat yang masuk ke dalam program tersebut sehingga penyaluran program menjadi lebih efektif. Tidak hanya itu, edukasi akan ekonomi Islam serta pelatihan sebagai langkah membentuk profesionalitas merupakan langkah dalam meningkatkan keberhasilan dari program tersebut sehingga program ini dapat dirasakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Pengawasan merupakan cara agar program yang dilaksanakan menjadi efektif dan tidak menjadi program yang hanya diakuyi sebelah mata. Pengawasan ditujukan untuk melindungi dari hal-hal yang dapat merusak 188 program-program tersebut sehingga manfaat yang seharusnya dirasakan menjadi sia-sia. Selain itu dengan pengawasan akan menjadikan evaluasi dalam pengembangan program sehingga selalu ada perbaikan dan peningkatan kinerja program tersebut. Dengan melaksanakan kesemuanya, pengelolaan program penyaluran dalam bentuk produktif diharapkan dapat memberdayakan ekonomi masyarakat. Kesemuanya inilah yang menjadi strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.

D. Bentuk Kontribusi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam

Memberdayakan Ekonomi Masyarakat Berbagai bentuk program berupa bantuan saluran dana produktif kepada masyarakat kecil demi terciptanya umat yang berkemajuan dilakukan oleh dua masjid ini di DIY. keduanya memiliki cara tersendiri dengan alasan yang didasari status masjid yang di bangun. Secara mikro Masjid Jogokariyan lebih mengutamakan sekitaran masjid yang bertolak belakang dengan Masjid Syuhada yang lebih mendominasi DIY. namun keduanya justru saling menutupi kekurangan masing-masing dalam ikut serta membangun peradaban umat muslim yang baik di DIY. Konstribusi ini dirasakan oleh masyarakat di DIY sebagai bukti pergerakan dakwah kedua masjid tersebut dalam membangun peradaban yang lebih baik. Pemberdayaan ini menjadi salah satu sarana dakwah dalam membangun masyarakat muslim yang sejahtera sehingga untuk kedepannya 189 menjadikan masyarakat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai rasa syukur telah diberi keberkahan yang begitu laur biasa bagi umatnya sebagai kemudahan dan kelancaran dalam beribadah.

1. Konstribusi Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan menjadikan fungsinya lebih fokus untuk dirasakan kepada masyarakat Kampung Jogokariyan. Hal ini dikarenakan Masjid Syuhada adalah masjid milik kampung Jogokariyan yang didirikan oleh masyarakat itu sendiri. Sudah menjadi harapan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan agar dapat membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat sekitar masjid. Inilah yang menjadi alasan mengapa Masjid Jogokariyan lebih berfokus kepada masyarakat sekitarannya dalam membangun peradaban muslim di Kampung Jogokariyan. Konstribusi yang disalurkan dalam bentuk program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat banyak dirasakan oleh masyarakat dan dianggap sangat berpengaruh bagi perkembangan hidup mereka. Adapaun bentuk pemberdayaan ini dipaparkan dalam bentuk respon masyarakat yang diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Modal Usaha

Kepengurusan sedemikian rupa mampu menciptakan potensi yang dapat mendukung keberlangsungan program pemberdayaan ekonomi umat. Program pemberdayaan ekonomi umat 190 ini tersalurkan dalam bentuk modal usaha yang diberikan baik kepada yang telah memiliki usaha maupun yang sama sekali belum memiliki amal usaha. Hal ini demi terwujudnya keinginan untuk mempengaruhi para masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri agar mampu menopang kebutuhan hidup sehari-hari. Alhamdulillah kini masyarakat Masjid Jogokariyan pun merasakan hasil dari program pemberdayaan ekonomi tersebut. Hasil tersebut dengan dibuktikannya beberapa masyarakat yang telah membuka usaha seperti angkringan, gorengan, camilan, oleh-oleh dan masih banyak lagi. Yang sangat diutamakan dalam program ini adalah mereka yang termasuk ke dalam delapan asnaf tersebut.

b. Fasilitas Usaha

Dalam mendukung terciptanya pemberdayaan ekonomi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan warga Kampung Jogokariyan, Masjid Jogokariyan tidak hanya sekedar cukup dalam memberikan modal usaha saja. Selain modal usaha yang diberikan sebagai dukungan dalam menciptakan suasana berwirausaha dan lain sebagainya, Masjid Jogokariyan juga mendukung dalam bentuk fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kelancaran program pemberdayaan tersebut. Adapun fasilitas ini diberikan dalam bentuk 191 peralatan-peralatan, perkakas, gerobak usaha, meja usaha dan lain sebagainya.

c. Pasar Ramadhan

Dalam membangun pemberdayaan ekonomi umat tidak cukup hanya sekedar membangun usaha serta mengembangkan usaha apabila tidak didukung dengan aktivitas pasar. Dalam meningkatkan usaha tentu didukung dengan adanya peningkatan aktivitas pasar yang nantinya dapat menarik minat dan info konsumen. Perhatian konsumen inilah yang nantinya menjadi perkembangan pesat dari usaha yang sedang dijalankan. Masjid Jogokariyan memberikan peluang bagi usaha- usahawan warganya dalam meningkatkan usaha yang sedang mereka jalani yang salah satunya menjadi program tahunan. Program tahunan ini diselenggarakan dalam bentuk Pasar Ramadhan yang diadakan di sepanjang bulan Ramadhan. Pasar Ramadhan ini dianggap sebagai promosi bagi usaha-usaha yang sedang dijalankan kepada masyarakat luas sehingga menjadi perkembangan pasar dalam meningkatkan target pasar. Dengan membuka jalan bagi usahawan ini, usaha tidak hanya sekedar menjadi kegiatan dalam membuka lapangan usaha saja, namun menjadikan langakah dalam meningkatkan taraf hidup yang lebih baik bahkan juga dapat memperluas lapangan usaha sehingga berdampak bagi yang lainnya.