62
Masjid Jogokariyan diresmikan pada tanggal 20 Agustus 1967 dengan bangunan satu lantai seluas 9 x 9 m. Hingga kini bangunan ini
telah berkembang pesat menjadi 3 lantai dengan luas bangunan 15 x 21 m serta daya tampung mencapai 1200 jama’ah
56
.
2. Visi dan Misi Masjid Jogokariyan
Adapun visi dan misi Masjid Jogokariyan sebagai langkah dalam menjalankan amanatnya adalah sebagai berikut:
a. Visi
“Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir batin yang diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat
di masjid ”.
b. Misi
1 Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat
2 Memakmurkan kegiatan ubudiyah di masjid
3 Menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jama’ah
4 Menjadikan masjid tempat merujuk berbagai persoalan
masyarakat 5
Menjadikan masjid sebagai pesantren dan kampus masyarakat
56
Persentasi Masjid Jogokariyan, Dari Masjid Membangun Umat. Yogyakarta.
63
3. Susunan Pengurus dan Struktur Organisasi Masjid Jogokariyan
Adapun struktur organisasi Masjid Jogokariyan adalah sebagai berikut:
Susunan Pengurus Takmir Masjid Jogokariyan Periode 2015-2019 Dewan Syuro
Ketua : H. Muhammad Jazir, Asp
Anggota : Drs. H. Jufri Arsyad
: H. M. Chamid : H. M. Supriyanto, ST.
Ketua Umum : H. Muhammad Fanni Rahman, SIP.
Ketua Bidang 1 : Salim A. Fillah
Ketua Bidang 2 : H. Wahyu Wijayanto, S.Ag.
Ketua Bidang 3 : Syubban Rizalinoor, S.Ag.
Sekretaris : HM. Rizqi Rahim, ST.M.Eng.
: DR. Andre Indrawan, M.Hum. Bendahara
: Wahyu Tejo Raharjo, SE. : Amiruddin Hamzah
Bidang 1 Biro Pembinaan HAMAS Himpunan Anak-Anak Masjid Jogokariyan
Pengurus : Rizkibaldi
: Yushna Septian : Inna Rachmawati
: M.Syafiq Hamzah
64
: Muhammad Falakhul Insan : Reni
Biro Pembinaan RMJ Remaja Masjid Jogokariyan Pengurus
: Muhammad Hasan Habib : Nur Santi Riyadh
: Novita Dewi : Muhammad Rosyidi,ST.
Biro Perpustakaan : M. Ikhlas : Isti
: Liza : Jaja
Biro Komite Aksi untuk Umat KAUM dan Relawan Masjid Pengurus
: Nur Rahmat S : Pak Rais
: Ahmeda Aulia : Rahmat Aryfin
Biro Pendidikan dan Pengkajian Islam Pengurus
: drh.H.Rudiatin : Mujib
: Eko Budi Prasetyo : Nuruddin
Biro Humas, Media dan Teknologi Informasi Pengurus
: Krishna Yuniar R : Agus Triyatno
: Anugrah Yoga : Supradiyana
: Hendry Irianto
65
: Rio Nurtantyana : Iswahyudi
: Bagas Wibisono : Dwi Sulasono
Biro Perekonomian Masjid Pengurus
: Cahyo Indarto : Cancer Tri Yulianto
: Sugiarto RW 11 : Agus Suprianton
: Wawan RW 10 : Hari GudegMandeg
Biro Klinik : Ana Adina Patriani
: dr. H. Soepangat : Budi Munarti
: Endah atantiasari : Nining
: Dina : Istighfari Ayuningtiyas
Bidang 2 Biro Pembinaan Ibadah Haji
Pengurus : Subandi Suyuti,BcHk
: H.M.Ikhsan : H.Dedi Suwaryo
: Ibu.Hj.Joko Waskito Biro Pembinaan Imam dan Muazin
Pengurus : HM. Wildan Ahmad,M.Ag
66
: H.Busani : Dhani TR
Biro Ibadah Jumat : Nursaid : Mujib Amin
: Bp. Jendro Wardoyo Biro Pembangunan : Ridwan Shodiq, ST.
: H. Ali Rosadi : Tunggul Tejo Isworo
Biro Perawatan Jenazah Pengurus
: Muhammad Rosyidi,ST. : Anjang Nur Rohman
: Amiruddin Hamzah : Bambang Suryanto RW 9
: Jupari : Joko Waskito
: Ibu Sujiman : Ibu Wasto
: Ibu Sudarminah Sunarto : Ibu Sujono
: Ibu Hj.Supadmi : Ibu Hj.Juwariyah Suroto
Biro Peringatan Hari Besar Islam PHBI Pengurus
: Muhammad Fibran : Aditya kuskarismantoro
Biro Kuliah Subuh dan Pembinaan jamaah Pengurus
: HM. Syabani : H. Suharjono
67
: Abdullah Kahfi : Furqoni
: drh.Agus Abadianto : Bambang Wisnugroho
: Ibu Siti Zamharoch : Ibu Sri Rahayu
: Ibu Ummu Hanik : Ibu Dra.Alice,M.Hum
: Ibu Anis ASP : Ibu.Hj.Ismujadi
Biro Kerumahtanggaan Pengurus
: Sudiwahyono : Riyadi Agustono
: Boy Supriyadi : Joko Sarwono
: Ibu Djufri Arsyad : Ibu Tok Sutarno
: Ibu Wildan Ahmad : Biro Ziswaf
: Ismail Toha Putra,SH. : Ridwan Shodiq, ST.
: Eko Hidayatul Fikri
Bidang 3 Biro Ummida Ummi Muda
Pengurus : Ibu Dini Istiana, S.Psi.
: Ibu Indra Welly
68
Biro Kurma Keluarga Alumni Remaja Masjid Pengurus
: Anjang Nur Rohman : M. Syaiful Basya,SE.
: Bambang Priambodo : Wahyu Bintoro
: Eryo Sasongko Biro Kebudayaan dan Olahraga
Pengurus : DR.Andre Indrawan
: Drs.H.Tedhy Sutadi : Rusdi Harminto
: Adhi Maryanto : Taufiq Nur Setiawan
: Eko HP : M. Rais Rusyadi
: Sugiarto RT44 Biro IKS Ikatan Keluarga Sakinah
Pengurus : Harmaji Suwarno
: Ibu Siti Kusniatun : Ibu Sri Kadarwati
: Ibu Siti Harjono : Suwarto
Biro Donor Darah : Mujiraharjo
: Bagas : Zamzawi Ruslan,SE
: Ali Riyanto : M.Diwan Sigit
69
Biro Dokumentasi dan Kearsipan Pengurus
: M.Agus, SE. : Anugrah Yoga
: Nadia Nurussalamah : Firda
: Lutfi JKT Biro Keamanan
: Wahyu Widayat : Bustami Istianto
: Joko Purnomo : Agung SA
: Mariman : M.Galang Wibisono Ega
Biro Pelatihan dan Pengembangan Masjid Pengurus
: Syubban Rizalinoor, S.Ag : Gustami
: Suharyanto, SE. : Haidar M. Tilmitsani
70
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pengurus Takmir Masjid Jogokariyan
Periode 2015-2019 Dewan Syuro
71
4. Kelembagaan dan Unit Di Lingkungan Masjid Jogokariyan
Masjid Jogokariyan memiliki beberapa lembaga dan beberapa unit usaha lainnya untuk pelayanan secara optimal terhadap masyarakat
dan jama’ah sekitaran Masjid Jogokariyan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Baitul Maal Masjid Jogokariyan
Baitul Maal merupakan lembaga yang dibentuk dan dibawahi oleh biro bendahara dan perekonomian Masjid Jogokariyan
sebagai wadah dalam menampung sumber dana lazis yang terkumpul dari para donatur. Pengelolaan terfokus pada kebutuhan sosial
dilakukan di lembaga ini. Lembaga inilah yang nantinya menjadi strategi masjid dalam menciptakan program pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Baitul Maal ini bertugas sebagai lembaga amil zakat yang
di mana aktivitasnya adalah menghimpun dan menyalurkan zakat infaq dan shadaqah. Penyalurannya telah ditentukan berdasarkan
data yang diperoleh melalui sensus yang dilakukan setiap setahun sekali di kampung Jogokariyan.
72
b. Klinik Kesehatan Masjid Jogokariyan
Klinik kesehatan ini sebenarnya merupakan fasilitas yang disediakan oleh Masjid Jogokariyan dalam melayani kesehatan umat.
Pelayanan kesehatan ini dilakukan oleh tenaga ahli dan profesional. Program yang diberikan juga disalurkan dalam bentuk cuma-cuma.
Dengan adanya lembaga ini diharapkan mampu meringankan beban masyarakat khususnya dalam masalah kesehatan.
Perhatian masjid yang sangat memperhatikan secara seksama kesehatan para jama’ah demi terwujudnya kelancaran
dalam beribadah. Program-program yang diberikan secara cuma- cuma merupakan hasil dari pengelolaan keuangan masjid yang
sedemikian rupa sehingga program ini terbentuk dan berjalan dengan sangat baik sehingga memberikan konstribusi yang begitu besar bagi
masyarakat sekitar.
c. Penginapan Masjid Jogokariyan
Penginapan masjid Jogokariyan dianggap sebagai salah satu unit usaha dalam rangka menggerakkan Masjid Mandiri. Masjid
Mandiri ini dilakukan sebagai strategi yang menjadikan masjid kokoh dalam persoalan keuangan. Dengan adanya penginapan ini,
hasil dari pengelolaan berikut mampu menutupi segala kebutuhan yang ada di Masjid Jogokariyan sehingga pengelolaan dan
73
penyaluran dana zakat infaq dan shadaqah lebih optimal diberikan kepada masyarakat serta dana infaq dan shadaqah yang telah
disalurkan oleh masyarakat disalurkan kembali dalam bentuk pelayanan penuh terhadap para masyarakat dan jama’ah yang hendak
melaksanakan ibadah di Masjid jogokariyan.
d. Wedding Organizer dan Pariwisata
Usaha ini sebagai fasilitas bagi para pelancong yang mengadakan studi banding di Masjid Jogokariyan. Dengan adanya
fasilitas ini menjadi nilai tambah bagi para peserta studi banding sehingga menjadi ketertarikan tersendiri pula dalam menarik minat
bagi mereka yang hendak mendalami manajemen Masjid Jogokariyan dari berbagai daerah.
Adapun wedding organizer diciptakan dalam bentuk pelayanan bagi masyarakat serta bantuan bagi warga sekitar yang
hendak melaksanakan pernikahan. Dengan adanya ini meringankan beban bagi masyarakat yang hendak melaksanakan niat suci untuk
menyatukan dua insan yang berbeda. Fasilitas ini sebagai bentuk partisipasi Masjid Jogokariyan dalam rangka membentuk Keluarga
sakinah mawaddah warrahmah.
74
5. Fasilitas Masjid Jogokariyan
Adapun fasilitas di Masjid Jogokariyan selayaknya masjid- masjid pada umumnya. Fasilitas yang disediakan oleh Masjid
Jogokariyan sebagai tempat peribadatan bagi umat muslim adalah sebagai berikut:
a. Ruang Ibadah Utama
b. Serambi Masjid
c. Aula Pertemuan
d. Kamar Singgah bagi para musyafir
e. Toilet
f. Lapangan parkir
g. Kantor
h. Dan faslitas lainnya
75
B. Masjid Syuhada
1. Profil Singkat dan Sejarah Masjid Syuhada
Masjid Syuhada merupakan masjid tertua yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Masjid ini berlokasikan di
Jl. I Dewa Nyoman Oka 13 Kotabaru Yogyakarta sehingga letaknya yang sangat strategis memudahkan warga Yogyakarta mengunjungi tempat
peribadatan tersebut. Masjid Syuhada didirikan dengan alasan yang bersifat khusus,
yaitu sebagai Masjid Jami’ untuk memenuhi kebutuhan umat Islam untuk beribadah kepada Allah SWT
57
. Namun pada umunya, Masjid Syuhada didirikan sebagai monumen yang hidup dan bermanfaat untuk
memperingati para syuhada pahlawan yang gugur syahid dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa serta mempertahankan kebenaran
dan keadilan
58
. Berdirinya Masjid Syuhada sangat erat hubungannya dengan
nilai historisitas di mana pada masa Penjajahan Belanda daerah Kotabaru merupakan medan pertempuran sebagai aksi perlawanan terhadap rezim
penjajahan Belanda, sehingga di daerah itulah banyak sekali para pahlawan yang gugur.
57
Yasma Syuhada. Profil Masjid Syuhada Yogyakarta. Yayasan Masjid Syuhada : Yogyakarta, 2015.
58
Ibid.
76
Sebelum terjadinya peperangan, suasana Kotabaru merupakan bagian kota yang modern, bersih, sehat, namun sama sekali tidak terdapat
tempat peribadatan bagi umat Islam. Hal ini dikarenakan daerah Kotabaru dihuni oleh orang-orang kulit putih yang sebagian besarnya
adalah para pembesar penjajah Belanda, namun sebagian terdapat orang- orang Indonesia kelas atas kaya dan berpendidikan tinggi. Maka tidak
heran pada saat ini kita melihat dua gereja tertua dan terbeasar di Yogyakarta berdiri di sekitar Masjid Syuhada Hunian Kristen Batak
Protestan dan St. Ignatius yang menjadi bukti masa sepeninggalan penjajah Belanda.
Pada zaman penjajahan Jepang di tahun 1942 warga kulit putih dan Belanda dipindahkan dari Kotabaru sehingga Kotabaru dihuni
oleh orang-orang Jepang dan orang-orang Indonesia yang sebagian besarnya beragama Islam. Saat itu baru muncul kebutuhan suatu tempat
ibadah bagi umat Islam. Keinginan untuk mendirikan tempat peribadatan bagi umat Islam makin terasa ketika masa Kemerdekaan RI di tahun
1945 yang pada saat itu Kotabaru dihuni oleh anggota-anggota tentara pemuda dan pelajar yang beragama Islam.
Diakhir tahun 1949 saat Ibu Kota RI di Yogyakarta, berlangsung perundingan antara delegasi Indonesia dan Belanda di
Grevenhage Belanda. Muncul bayangan pemikiran akan kembalinya Ibu Kota RI dari Yogyakarta ke kota metropolis Jakarta. Maka timbul
keinginan adanya suatu peninggalan, tanda mata dan peringatan untuk
77
Yogyakarta, Ibu Kota perjuangan dan peringatan perjuangan kemerdekaaan Bangsa Indonesia. Bangunan peringatan yang sesuai
dengan kesucian perjuangan bangsa Indonesia bukanlah patung ataupun tugu
barang mati, melainkan sebuah Masjid Jami’ yang setiap saat tersirat nuansa kehidupan Umat Islam.
Pada tanggal 14 Oktober 1949, didirikanlah sebuah panitia yang nantinya akan membangun mesjid bersejarah ini, yaitu Panitia
Pendirian Masjid Peringatan Syuhada yang disingkat menjadi Panitia Masjid Syuhada. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1950,
ditetapkannya arah garis kiblat di Masjid Syuhada yang dilakukan oleh KH. Badawi. Setelah menetapkan arah kiblat untuk Masjid Syuhada,
maka dimulailah pembangunan Masjid Syuhada yang diawali dengan acara Peletakan Batu Pertama pada tanggal 23 September 1950 oleh Sri
Sultan Hamengkubuwono IX selaku Mentri Pertahanan RI sekaligus menjabat sebagai Kepala Daerah DIY pada saat itu.
Akhirnya pada tanggal 25 Mei 1952, Berdirilah Yayasan Asrama dan Masjid YASMA yang nantinya sebagai pengemban amanat
untuk mengelola Masjid Syuhada tersebut. Dengan terbentuknya YASMA, maka pada tanggal 20 September 1952 menjadi momen
Peresmian Masjid Syuhada. Ibadah Shalat Jum’at pertama yang dilakukan di Masjid Syuhada diimami oleh Muhammad Natsir sekaligus
sebagai khatib s halat Jum’at pada hari itu. Setelah itu pula Wakil
78
Presiden RI Drs. H.M. Hatta yang baru kembali dari menunaikan ibadah Haji di Makkah memberikan ceramahnya di ruang aulakuliah.
Masjid Syuhada menerima sumbangan 24 helai permadani buatan Karachi Pakistan dari rakyat dan pemerintah Pakistan. Maka
dengan selesainya pembangunan Masjid Syuhada, untuk mengelola dan penanggungjawab pemakmuran masjid selanjutnya Panitia Masjid
Syuhada yang dibentuk pada 14 Oktober 1949 berganti nama menjadi Yayasan Asrama dan Masjid Syuhada YASMA SYUHADA
berdasarkan akta notaris R.M. Wiranto tanggal 1 Agustus 1952 No. 2 yang kemudian pada tahun 2011 berganti nama menjadi Yayasan Masjid
Syuhada Yogyakarta berdasarkan Keputusan Kemenkumham No. AHU- 4052.AH.01.04.Tahun 2011.
Jabatan Ketua Umum selalu diberikan kepada pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai waqif tanah di mana Masjid Syuhada
didirikan. Saat ini 2013-2018 jabatan Ketua Umum diamanatkan kepada H. Kanjeng Raden Tumenggung Djatiningrat H. Tirun Marwito,
SH. Selain nilai historisitas akan berdirinya Masjid Syuhada,
masjid ini juga berkiprah pada pergerakan dakwah dan pendidikan, maka tidak heran untuk sekarang ini banyak kita jumpai di sekitar Masjid
Syuhada banyak sekali berdiri lembaga-lembaga pendidikan yang berhasil dibangun oleh Yayasan Masjid Syuhada. Berawal dari
79
kesuksesan akan pengelolaan Taman Kanak-Kanak menjadi desakan para jama’ah dan orang tua murid sehingga berdirilah lembaga pendidikan
yang lainnya hingga ke tingkat perguruan tinggi. Dengan banyaknya kegiatan di Masjid Syuhada, masjid ini
pernah menjadi pusat peradaban bagi umat Islam sekitaran Yogyakarta ketika itu, maka dengan alasan tersebut Yayasan Masjid Syuhada perlu
membangun lembaga amil zakat di Masjid Syuhada yang kini dikenal dengan sebutan LAZIS Masjid Syuhada. Lalu seiring berjalannya waktu
dengan banyaknya lembaga-lembaga yang berdiri di sekitar Masjid Syuhada maka yayasan sekali lagi menerapkan sistem keuangan yang
tersentralistik dan terkontrol sehingga dengan alasan inilah berdirinya BMT Masjid Syuhada.
Dengan berdirinya LAZIS dan BMT Masjid Syuhada ini membuktikan bahwa Masjid Syuhada tidak lagi hanya berkiprah dalam
dunia pendidikan dan dakwah, namun telah memperluas jangkauannya untuk berkecimpung dalam hal ekonomi dan kesejahteraan umat Islam
untuk membangun umat yang sejahtera.
80
2. Visi dan Misi Masjid Syuhada
Adapun visi dan misi yang dimiliki Masjid Syuhada adalah sebagai berikut:
a. Visi
“Mengembangkan masjid Syuhada sebagai salah satu masjid yang memiliki keunggulan di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan serta menjadi model rujukan penyelenggaraan fungsi dan
peranan masjid modern”.
b. Misi
1 Meningkatkan kemakmuran masjid secara optimal dengan
berbagai kegiatan sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. 2
Mengembangkan lembaga pendidikan, dakwah dan kaderisasi, dan sosial-ekonomi secara profesional untuk
memenuhi harapan masyarakat.
3. Susunan Pengurus dan Struktur Organisasi Masjid Syuhada
Untuk mencapai tujuan Masjid Agung Syuhada Yogyakarta sesuai dengan visi dan misinya, maka Masjid Agung Syuhada
membentuk susunan kepengurusan yayasan periode 2013 - 2018. Adapun bentuk susunan kepengurusan di Masjid Syuhada
adalah sebagai berikut :
81
PEMBINA
Ketua : Drs. H. Barmawi Mukri, SH, M.Ag
Sekretaris : Dr. Ir. H. Harsoyo,M.Sc.
Anggota : Prof. Drs. H. Zaini Dahlan, MA
Prof. Drs. H. Asmuni Abdurrahman Prof. Dr. H. Ahmad Mursyidi, M.Sc., Apt.
Prof. H. M. Suyanto, M.Pd., Ph.D Prof. Dr. H. Mulyadi, M.Sc., Apt.
H. Jawahir Thontowi, SH., Ph.D Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., MA
H. E. Zainal Abidin, SH., MS., MPA Drs. H. Masyhuri H N
Drs. H. Hasan Basri Drs. H. Ahmad Mufti
Drs. H. Sudijono
PENGAWAS
Ketua : Drs. H. Muqodim, MBA.Ak.
Anggota : Drs. H. Didi Wahyu Sudirman, MM
Ir. H. Harsoyo M., Dipl.HS
PENGURUS
Ketua Umum : KRT. H. Jatiningrat, SH
Wakil Ketua Umum : Ir. H. Muhammad Hanief, MT
Sekretaris : Suyanto, S.Ag., M.SI., M.Pd.
82
Wakil Sekretaris : Ahmad Busyro Sanjaya, S.E.I, S.Pd.I
Bendahara : Drs. H. Sunardi Syahuri
Wakil Bendahara : Drs. H. Muhammad Bachroni, SU
Ketua I Pendidikan : Dr. Ir. H. Hary Sulistyo
Anggota : Dr. H. Mukminan
Dra. Hj. Suwarni A. Rahayu Solikhin, SH., SE.
KetuaII Pen. Usaha : Imam Nurhidayat
Anggota : Drs. Yana Karyana, M.Si
Edi Sunarto, SE Ketua III Sarana
: Atis Budiman, ST Anggota
: Ali Arwani, ST. Ketua IV Ketakmiran
: H. Nasiruddin, M.Hum. Angggota
: Muhamad Sahidin, S.Ag., M.Si Zainul Arifin, S.Ag., M.S.I
Ketua V Asrama Kaderisasi: A. M. Dawam Nur, S.H.I Anggota
: Drs. Kusworo, M.Hum. Azis, S.Ag., M.A
Muhamad Ansori, S.Th.I., MM Ketua VI Litbang
: Muhammad Mas’udi, M.Ag. Anggota
: Drs. H. Fu’ad Zein, MA Imam Rosyidi, S.Ag.
83
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Yayasan Masjid Syuhada Yasma Syuhada
Yogyakarta Periode 2013-2018
4. Kelembagaan dan Unit di Lingkungan Masjid Syuhada
a. Lembaga Pendidikan Formal
1 Taman Kanak-Kanak Masjid Syuhada TKMS
Saat dilahirkan bernama Sekolah Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada. Berdiri pada tanggal 1 Agustus 1960 dan
terdaftar di Depdikbud dengan nama Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada pada tanggal 16 Agustus 1961. Dasar pemikiran
84
yang melatarbelakangi pendiriannya adalah: keinginan untuk menanamkan ilmu pada anak-anak, laksana mengukir di atas
batu, tak lekang karena panas dan tak luntur karena hujan. Hal ini sebagai realisasi dari peran serta YASMA Yayasan Masjid
dan Asrama Syuhada dalam melaksanakan amanah UUD 1945, khususnya berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa.
Ide pendirian oleh mahasiswa UGM yang tinggal di asrama YASMA yang bernama Badjoeri Ali. Dan berdasarkan
musyawarah antara Badjoeri Ali, Soedarpo, Ibu Hj. Siti Safiah BapakIbu Kadarisman, pada tahun 1960 di Masjid Syuhada
dibentuklah Sekolah Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada. Kepengurusan ini dibentuk di kediaman BapakIbu Kadarisman
Jl. I Dewa Nyoman Oka No.11 dengan susunan sebagai berikut: Penasehat
: Ibu Hj. Siti Safiah merangkap sekretaris
Bendahara merangkap :Ibu Kadarisman
pengurus harian Pembantu Umum
:Bapak Kadarisman, Bapak Badjoeri Ali
Bapak Soewondo Pada saat ini, jumlah kelas, siswa dan pegawai
sebagai berikut:
85
a Jumlah kelas ada 14 kelas, dengan rincian :
1 Kelompok Bermain
: 4 kelas 2
Kelompok A : 5 kelas
3 Kelompok B
: 5 kelas b
Jumlah siswai 212 orang, dengan rincian : 1
Kelompok Bermain : 48 anak
2 Kelompok A
: 70 anak 3
Kelompok B : 94 anak
c Jumlah pegawai 35 orang, dengan rincian :
1 Kepala Sekolah
: 1 orang 2
Guru Tetap Yayasan : 16 orang
3 Guru PNS
: 4 orang 4
Pegawai Tetap Yayasan : 3 orang 5
Calon guru Tetap : 3 orang
6 Guru Tidak Tetap
: 6 orang 7
Pegawai Tidak Tetap : 2 orang
Hingga saat ini TK Masjid Syuhada sudah melakukan 3 kali pergantian Kepala Sekolah yaitu : Hj. Siti Qomarijah,
Muqoddimah, A.Ma.Pd dan Umi Kulsum, S.Ag., S.Pd.AUD. TK Masjid Syuhada memiliki visi: “Menjadi lembaga
pendidikan anak usia dini yang berkualitas menyiapkan generasi penerus berpribadi akhlaqul karimah
”
86
Dan memiliki misi: “Mendidik anak usia dini
berdasarkan nilai-nilai dasar Islam, sehingga melahirkan lulusan yang: beriman bertaqwa spiritual quation, cerdas emosional
emotional quation, cerdas sosial social quation dan cerdas intelektual intelectual quation yang akan membawa kejayaan
Islam, bangsa dan negara. 2
Sekolah Dasar Masjid Syuhada SDMS
Sukses mengelola TK Masjid Syuhada, mulai tahun pelajaran 1994-1995, PDMS Sekarang menjadi bidang
Pendidikan Masjid Syuhada atas dukungan dan desakan para orang tua wali murid yang berada di TK, akhirnya mendirikan
jenjang Sekolah Dasar SD yang dikenal dengan nama SD Masjid Syuhada SDMS. SDMS berdiri pada tanggal 17 Juli
1994 dengan izin pendirian dari Gubenur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 50IZKPTS1995 tertanggal, 25
Juli 1995. Sebagai kelanjutan dari pendidikan di jenjang TK,
keberadaan SDMS menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Program utama di jenjang SD adalah memberikan bekal dalam pembentukan sikap dasar yang Islami dalam bentuk
penanaman aqidah-akhlaq yang meliputi:
87
a pengetahuan dasar tentang iman, Islam dan ihsan;
pengetahuan dasar tentang akhlaq yang terpuji dan tercela
b Kecintaan pada Allah SWT dan Rasul-Nya
c Kebanggaan
terhadap Islam,
semangat memperjuangkannya
dan termotivasi
untuk memakmurkan masjid .
Selain pembentukan sikap dasar yang berkait dengan penanaman aqidah-akhlaq, pendidikan di jenjang SD juga
menitikberatkan pada pembiasaan berbudaya Islam seperti gemar beribadah, gemar shalat di masjid, gemar belajar, disiplin,
kreatif, mandiri, hidup bersih dan sehat, serta adab-adab Islam. Secara
akademis pendidikan
di jenjang
SD mengarahkan kepada para peserta didik untuk memiliki
kemampuan akademis penguasaan ilmu, mampu berbahasa asing Inggris dan Arab tingkat dasar, dan dapat melanjutkan ke
SMP yang diidolakan. Adapun bidang keterampilan ditekankan pada
kemampuan dapat membaca, menulis dan berhitung dengan cepat dan tepat, memiliki keterampilan belajar, pengarsipan dan
kerajinan tangan, serta memiliki keterampilan hidup.
88
Atas berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, alhamdulillah SDMS telah mampu menunjukan hasil yang
sangat membanggakan. Hal ini dapat dibuktikan dengan prestasi akademik yang telah dicapai SDMS dan semakin tingginya
animo masyarakat untuk berkompetisi memasukan anaknya agar dapat ikut belajar di SDMS. Terbukti dari tahun pertama siswa
hanya 12 anak, sekarang jumlah siswa menjadi 671 anak dengan 24 rombel.
Visi SDMS adalah “Terciptanya generasi Islami, unggul dalam prestasi, berlandaskan imtaq dan iptek serta
berwawasan lingkungan .”
Sedangkan misi SDMS itu sendiri adalah sebagai berikut:
a Menumbuh
kembangkan penghayatan
dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam, menuju
siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. b
Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan intensif untuk mencapai tingkat ketuntasan dan daya
serap yang tinggi sehingga; c
peserta didik dapat masuk SMP sesuai pilihannya.
89
d Menumbuh kembangkan rasa disiplin, cinta seni,
budaya, terampil, sehingga mampu berkarya dan berkreasi
e Melaksanakan bimbingan pelayanan bakat guna
membantu peserta didik untuk mengenali potensi dirinya dengan memberikan wadah dalam kegiatan
ekstrakulikuler. f
Melaksanakan budaya budi pekerti guna membentuk perilaku siswa yang berkarakter Indonesia.
g Melaksanakan pembelajaran bahasa guna
menyiapkan peserta mampu berkomunikasi dengan baik.
h Melaksanakan aktifitas kecintaan terhadap alam
sekitar melalui budaya bersih, cinta tanaman dan budaya hidup sehat.
3 Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu SMP-ITMS
SMP IT Masjid Syuhada Yogyakarta berdiri pada tanggal 25 Maret 2004 berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor 188853 tahun 2004.
Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Masjid Syuhada Yogyakarta bertujuan untuk menyelenggarakan
90
pendidikan Islam terpadu yang merupakan lembaga pendidikan formal di lingkungan Yayasan Masjid Syuhada Yogyakarta yang
menyelenggarakan proses pendidikan 3 tahun, sesuai dengan kurikulum nasional yang dipadukan dengan nilai
– nilai keislaman.
SMP IT Masjid Syuhada Yogyakarta adalah pendidikan formal di lingkungan Masjid Agung Syuhada
menyiapkan peserta didik untuk masuk ke jenjang pendidikan menengah. SMP IT Masjid Syuhada merupakan Sekolah Islam
Terpadu yang
mengambil sistem
full day.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan mulai pukul 07.00
– 14.30 WIB. KBM dilaksanakan selama 6 enam hari dari hari senin
– sabtu, kecuali hari Ahad dan hari libur nasional maupun hari besar
agama. SMP IT Masjid Syuhada mengikuti kurikulum nasional Depdiknas dilengkapi dengan kurikulum agama Fiqih, Aqidah
Ahlaq, Quran Hadist, Tarikh dan Bahasa Arab dan muatan lokal Bahasa Jawa, dan Keterampilan. SMP IT Masjid
Syuhada juga secara rutin melaksanakan pembiasaan –
pembiasaan, baik yang diikuti oleh peserta didik maupun guru dan karyawan. Peserta didik SMP IT Masjid Syuhada
mempunyai latar belakang dan kondisi ekonomi yang beragam. Sehingga diupayakan untuk adanya subsidi silang antara siswa
91
yang mampu kepada siswa yang kurang mampu, selain beasiswa yang selalu diusahakan oleh sekolah dan komite sekolah.
Visi SMP IT MS adalah: ”Menciptakan lulusan yang
unggul, cerdas, kreatif, dan berakhlakul karimah ”
Misi SMP IT Masjid Syuhada Yogyakarta adalah: a
Melaksanakan penghayatan dan pengamalan agama serta pembiasaan nilai-nilai akhlak mulia akhlakul
karimah dan budi pekerti luhur. b
Mengembangkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara serta pelestarian budaya
setempat. c
Melaksanakan pengembangan kurikulum dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bagi siswa
d Melaksanakan proses pembelajaran dan bimbingan
yang optimal dalam upaya peningkatan ilmu dan prestasi siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
e Menerapkan inovasi model-model pembelajaran bagi
anak berprestasi, bermasalah dan kelompok anak lainnya untuk tercapainya ketuntasan belajar bagi
siswa
92
f Meningkatkan sarana prasarana pendidikan, media
dan sumber bahan pembelajaran dalam upaya peningkatan standar pelayanan minimal
g Meningkatkan kompetensi tenaga pendidikan dan
tenaga kependidikan h
Menciptakan suasana lingkungan belajar yang kondusif
i Menjalin kerja sama vertikal dan horizontal untuk
mengembangkan potensi sekolah j
Meningkatan prestasi, kreasi dan apresiasi dalam bidang kegiatan non akademik.
k Melaksanakan pengembangan kreatifitas keterampilan
kerumahtanggaan dan kerajinan tangan bagi siswa 4
Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada STAIMS
Latar belakang berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada STAIMS diawali dengan nama lembaga
yang diberi nama Universitas Rakyat Pendidikan Tinggi Masjid Syuhada UNRA PTMS pada tahun 1961, yang saat itu adalah
masa jayanya Partai Komunis Indonesia PKI. Pada awalnya pendidikan berlangsung melalui kuliah-kuliah subuh yang
berlangsung di Masjid Syuhada Yogyakarta.
93
Setelah berjalan beberapa waktu, pelaksanaan pendidikan meningkat menjadi semi formal. Tanggapan
masyarakat cukup tinggi, terbukti dengan tidak tertampungnya peserta di ruang kuliah di Masjid Syuhada, sehingga mereka
berada diluar ruang kampus Masjid Syuhada. Bagi
pengelola kondisi
tersebut merupakan
kebanggaan sekaligus tantangan. Selanjutnya para pengelola mengajukan peningkatan status ke Departemen Agama. Saat itu
kepemimpinan dijabat oleh Prof. Taib Thahir Abd. Muin alm. Nama yang dipakai dalam usulan ini adalah FID Institut
Dakwah Masjid Syuhada IDMS. Saat ini jumlah mahasiswa adalah 115 orang yang
terbagi dalam dua program studi, yaitu Pendidikan Agama Islam Tarbiyah dan Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah.
Visi Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada STAIMS adalah: “Menjadi lembaga Pendidikan Tinggi yang
mampu membentuk manusia beriman, berilmu dan beramal yang berakhlak mulia, melaksanakan amal makruf nahi munkar,
memberi pelayanan pada masyarakat dan pembaharu serta mandiri”
94
Sedangkan misinya adalah: a
Mengembangkan dakwah, pendidikan dan penelitian bidang agama Islam.
b Mewujudkan mubaligh dan guru Pendidikan Agama
Islam yang berakhlakul karimah dan berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
c Melakukan diversifikasi program mubaligh dan guru
Pendidikan Agama Islam. d
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
b. Lembaga Non Formal
1 Pendidikan Kader Masjid Syuhada PKMS
Salah satu lembaga non formal yang masih eksis di lingkungan YASMA Syuhada adalah Pendidikan Kader Masjid
Syuhada yang disingkat PKMS. Lembaga non formal tertua ini berdiri pada tanggal 2 November 1954. Sehingga usianya sudah
lebih dari setengah abad. Awal mula didirikannya lembaga ini adalah untuk mencetak generasi-generasi muda Islam yang
berwawasan global, cakap dalam kepribadian dan unggul dalam kompetisi, serta bertekad mencetak kader-kader muslim yang
profesional, mampu
menjadi agen-agen
perubahan di
masyarakat.
95
Visi Pendidikan Kader Masjid Syuhada adalah: a
Meningkatkan mutu dan penyebaran syiar Islam b
Meningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang dalam rangka terciptanya masyarakat madani
c Memfasilitasi terciptanya jaringan pemberdayaan
Masjid Misi Pendidikan Kader Masjid Syuhada adalah:
a Mempersiapkan kader-kader muslim yang kuat
akidahnya b
Mendidik kader profesional menjadi motivator dan inovator kegiatan keislaman dimanapun mereka
berada c
Mempersiapkan kader dakwah yang cinta kepada masyarakat, terutama kaum dhuafa
d Meningkatkan kepedulian – kepedulian kader
terhadap kondisi lingkungan yang merusak terhadap citra islam
Susunan Pengurus: Direktur
: Ahmad Husein Batubara Direktur Eksekutif
: Bagus Akbar Saputra Sekretaris
: Thoirul Firdaus Bendahara
: Hariyanti Rukmana
96
Bidang Diklat : Anisa Asyifa
Bidang Kaderisasi : Julaiha Hasyim
Nikmatul Azizah Bidang Humas Dan Media : Taruno
Kegiatan: a
Kursus Bahasa Arab b
Seminar 4 pilar kerjasama dengan MPR RI c
Pelatihan kepenulisan d
Kunjungan alumni e
Kader Speaking Forum 2
Corps Dakwah Masjid Syuhada CDMS
Corps Dakwah Masjid Syuhada adalah bidang di non formal yang diharapkan menjadi ujung tombak dalam amal
dakwah masjid syuhada. Didirikan tahun 1957, ide awal dibentuknya PKMS sebagai penjaringan kader nusantara,
sedangkan CDMS sebagai penjaring kader lokal Yogyakarta dan sekitarnya. Sebenarnya selain CDMS dan PKMS, masjid
syuhada memiliki banyak lembaga yang mengurusi bidang spesifik. Fungsi antara PKMS dan CDMS hampir sama,
perbedaannya hanya dalam pengelolaan kader inputnya saja. Oleh karena itu terkadang program output dikeduanya sering
sama.
97
Masa puncak performasi amal dakwah CDMS pada tahun 1998. Walaupun Indonesia sedang dilanda krisis
multidimensional, amal dakwah CDMS mengalami puncak- puncaknya. Sehingga pada masa itu CDMS dikenal luas
dikalangan masyarakat Yogyakarta bahkan di Nusantara. Faktor syiar yang paling kuat adalah karena keberhasilan alumnus-
alumnus Masjid Syuhada yang masih meneruskan ruh amal dakwah ditempat lain. Pondasi kesuksesan yang dibangun
selama 40 tahun, bukan karena kesuksesan dalam sehari. Pasca Reformasi pada tahun 2000 banyak organisasi
dakwah kampus, maupun dakwah kampung yang muncul dan berkembang. Bidang dalam CDMS sendiri bertambah, salah
satunya Smart pada tahun 1999. Mengurus bidang dakwah ke sekolah-sekolah dan remaja. Pasca Reformasi ini kemungkinan
masih terbawa eiforia kesuksesan dalam kelembagaan CDMS 1998, sehingga tidak merasakan bahwa kedepan kelembagaan
CDMS membutuhkan formula kaderisasi yang baru. Jika dahulu kegiatan dakwah terpusat di Masjid
Syuhada karena gerak dakwah dibatasi. Setelah Reformasi, organisasi dakwah berkembang pesat karena kebebasan
membangun organisasi dakwah. Sehingga basis pengkaderan CDMS semakin sedikit dari tahun ke tahun karena suplai kader
mengisi kantong-kantong lembaga dakwah di kampung dan
98
kampus. Satu-satunya yang bisa diandalkan adalah kader dari lembaga internal CDMS seperti Smart, dan suplai kader dari
Asrama Putra-putri Masjid Syuhada. Setelah tahun 2004, sampai tahun 2007 Yasma
merespon menurunnya dakwah di CDMS. Namun hal itu tercover karena dakwah Smart Syuhada yang sedang naik daun.
Kegiatan CDMS bidang lain memang menurun, karena tinggal kajian rutin yang tinggal Jum’at pagi dan Ahad pagi. Program
unggulan CDMS sendiri seperti Dauroh Mubalighin tergantikan oleh SIE Studi Islam Efektif, karena merespon trend masing-
masing kelembagaan yang lainnya lebih bebas dalam mengkader mubaligh di masyarakat.
Setelah tahun 2007, sampai hari ini 2013 CDMS mengalami status quo. Intinya adalah perlunya kaderisasi yang
baik sesuai dengan zamannya. Kemajuan teknologi imformasi, dan perkembangan masyarakat memerlukan revolusi dalam
program dakwah yang sesuai dengan obyek dakwah. Smart Syuhada yang merupakan bidang di bawah CDMS yang lebih
dinamis sesuai zamannya lebih bertahan dari pada lembaga induknya. Bahkan memiliki komunitas yang banyak.
Dalam tahun 2007 sampai dengan 2012 CDMS memiliki bidang baru yaitu SAT Syuhada Adventure Team,
99
dan melahirkan 1 group Nasyid Suara Syuhada. Suara Syuhada pada akhirnya memilih mandiri walaupun bersengketa dalam
penamaan Syuhada-nya. Sangat terasa di suksesi 2012 CDMS, Muscopda.
CDMS mulai membangun langkah. Warisan status quo kepengurusan sebelumnya baru diperbaiki satu persatu. Ada
i ’tikad baik untuk melahirkan CDMS menjadi amal dakwah
yang produktif dan dinamis. berdiri sejak 1957, CDMS adalah bidang yang diharapkan menjadi ujung tombak syiar Islam dari
Masjid Syuhada kepada masyarakat luas. Visi Corps Dakwah Masjid Syuhada adalah: “Menjadi
lembaga teladan
dan profesional
dalam pembinaan,
pemberdayaan, dan pelayanan umat dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai Islam dalam setiap aktivitasnya”.
Misi Corps Dakwah Masjid Syuhada adalah: a
Meningkatkan dan
mengembangkan dakwah
Islamiyah untuk menumbuhkan masyarakat yang memiliki komitmen keislaman tinggi;
b Menjadikan masjid sebagai tempat dan pusat
pembinaan umat;
100
c Membangun kerjasama dengan berbagai lembaga
dakwah dalam rangka untuk memperkokoh jaringan dakwah dan persatuan umat;
d Membangun kerjasama dengan berbagai instansi
maupun perorangan untuk mengembangkan dakwah secara lebih masif dan produktif;
e Membangun opini keislaman di masyarakat sehingga
tertanam fikrah Islam yang lurus dan benar; f
Membangun sistem pembinaan dan kaderisasi yang beralur dan terarah;
g Melakukan usaha-usaha mandiri dalam rangka untuk
menopang aktivitas lembaga. Susunan Pengurus:
Direktur : Henki Desri Mulyadi
Sekretaris : Abdur Rahman
Bendahara : Nurul Aini Agustina
Coordinator Kajian : Muhammad Aziiz
Coordinator Pelajar : Andreano Mattona
Coordinator Pubdekdok : Lutfi Nur Falaq
Staff Kajian : Wiwin Triastuti
Staff Kajian : Julaiha Hasyim
Staff Pelajar : Aulia Rizkiana Ulfah
Staff Pelajar : Yeni Fatimah
Staff Pelajar : Andika Reksa
101
Kegiatan : a
Pengajian Ahad Pagi b
Fiqih Tematik c
Tafsir Fi Dzilalil Qur’an d
Tafsir Ibnu Katsir e
Kajian Pelajar f
Kajian Bisnis g
Kajian Majeeder 3
Lembaga Pendidikan Al-Qur’an Masjid Syuhada LPQMS
Sebelum nama LPQMS, lembaga ini terlebih dahulu bernama Kursus
Qira’atu-l-Qur’an Masjid Syuhada KQMS yang didirikan pada tanggal 15 Agustus 1953. Sejak didirikan
dan diresmikannya Masjid Syuhada pada tahun 1952, kegiatan pengajian belajar Al-
Qur’an diselenggarakan setiap malam J
um’at yang dipelopori oleh Prof. Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Mukhtar Yahya, Prof. Syafi’I Abdul Karim, dan KH. Anwar
Musaddad. Setelah kegiatan ini berjalan lancar, Masjid Syuhada
menyelenggarakan Musabaqoh Tilawatil Qur’an MTQ yang pertama kali untuk tingkat Propinsi DIY. Setelah selesai
penyelenggaraan MTQ, para dewan hakim dan panitia bermusyawarah untuk membentuk lembaga yang khusus untuk
102
mengajarkan Al- Qur’an, maka hasilnya dibentuklah Kursus
Qiraatul Qur’an Masjid Syuhada KQMS. Visi LPQMS adalah “Unggul dan terkemuka secara
nasional dalam pendidikan, pengajaran, dan pengkajian Al- Qur’an
Misi LPQMS adalah “Memberi pelayanan kepada masyarakat dalam meningkatkan kemampuan belajar untuk
membaca, memahami dan mengamalkan Al- Qur’an”
Susunan Pengurus: Direktur
: Fikri Arief Husaen Sekretaris
: Muhammad Raikhan Alwi Bendahara
: Nikmatul ‘Azizah
Bidang Pendidikan Dan Pelatihan DIKLAT Kepala Bidang
: Diko Jatun Staff
: Muhammad Yahya Sukri Bidang Sponsorship Dan Humas SP-HUM
Marketing Officer MO : Ahmad Nur Saddam
Staff : Suwandi, ST.
Bidang Pengembangan Usaha PU Kepala Bidang
: A. Nur Muttaqin, S. Pd. I
103
Staff : Nanik Nur Setyaningsih
Kegiatan: a
Program Reguler 1
Kelas Pemula Dasar 2
Kelas Tajwid 1 2 3
Kelas Murottal 4
Kelas Tilawah dasar dan lanjutan b
Program Privat
Bimbingan kursus individu atau kelompok c
Program Ekstra 1
Qira’ah Takhassus 2
Pendidikan dan Pelatihan Imam dan Muadzin, Guru TPA
3 Program Maghrib Mengaji Kerjasama on air
MQFM 4
Pendidikan Anak-Anak Masjid Syuhada PAMS
Lembaga ini bernama Pendidikan Anak-anak Masjid Syuhada yang disingkat dengan nama PAMS. Status PAMS
adalah sebagai lembaga semi otonom di bawah naungan Yayasan Masjid dan Asrama YASMA Masjid Syuhada
Yogyakarta. PAMS berkedudukan di kompleks Masjid Syuhada
104
Jalan I Dewa Nyoman Oka no. 13 Kotabaru Yogyakarta. PAMS didirikan pada tanggal 20 Oktober 1953 di Yogyakarta.
Visi PAMS adalah menjadi lembaga pengembangan pendidikan bagi anak-anak yang menekankan pada penanaman
dasar-dasar keislaman. Misi PAMS adalah:
a Melaksanakan kegiatan dakwah melalui pendidikan,
pelatihan, dan pembinaan lembaga dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.
b Menjalin kerja sama untuk pengembangan dengan
lembaga-lembaga lain. Susunan Pengurus:
Direktur : Dwi Cahya Fauzan
Sekretaris : Alfiana Chofifah
Bendahara : Dewi Puspita sari
Chichi ‘A.D.Z Bidang Pendidikan
: Sardiyanto Siti nur R
Bidang Pengkaderan : Nanang Farchan S
Yahya Jamil Bidang Event Organization: Dera Kuswara
Andi
105
Kegiatan: a
Bimbingan Iqro’ di sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta
b Pertemuan rutin bulanan pengurus dan asatidz
c Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kalicode
c. Majelis Taklim dan Pengajian Rutin
1 KPA Al Hijrah Masjid Syuhada
Sekitar 30 tahunan tepatnya bulan oktober 1985 yang lalu diawali para ibu-ibu yang mengantarkan dan menunggui
anaknya yang bersekolah di TK Masjid Syuhada, pada saat menunggui itu maka berinisiatiflah untuk diadakan kegiatan
yang bermula lokasinya di bawah pohon di areal taman Masjid Syuhada di mana ibu-ibu tersebut membuat kelompok yang
pada saat itu ada ibu Amin Rais, ibu Bambang Hartadi, ibu Emmy Suadi Hamid , ibu Farchatul Maryanto dan banyak ibu-
ibu yang lain. Kegiatan diisi dengan kajian dan juga pelatihan. Menginjak semakin banyaknya para ibu-ibu tersebut
mengikuti kajian maka berpindahlah tempat ke dalam perpustakaan Masjid Syuhada, dan semakin besar juga sekolah
di Masjid Syuhada dengan berkembangnya TK ke SD maka peminat pengajian juga semakin banyak hingga ke ruangan
106
mushola putri, dengan tempat kajian berpindah-pindah tersebut maka tadinya pengajian yang bernama pengajian bawah pohon
berganti menjadi pengajian Al Hijrah KPA Al Hijrah Masjid Syuhada, dan sampai saat ini jamaahnya sudah banyak maka
kami memindahkannya di ruang Utama Masjid Syuhada dengan kegiatan pengajian setiap hari Rabu, dan jamaahnya bukan
hanya dari Syuhada atau wali murid yang bersekolah di Syuhada TK, SD, SMP atau pernah bersekolah di Syuhada wali murid
alumni tetapi juga dari luar atau umum. Kegiatan-kegiatan:
a Pengajian
b Pemberian santunan
c Renovasi dan Penempatan Dai Mukim
d Kegiatan Outbound
e Kegiatan Pra Ramadhan 1436 H
f Kegiatan Ramadhan 1436 H
g Syawwalan
h Kegiatan Idul Qurban
Struktur Panitia Program Kerja KPA Al Hijrah Masjid Syuhada Yogyakarta tahun 2015
Dewan pembina : Ibu Farchatul K.M
Ibu Emy Suandi H
107
Ibu Wahyu Ibu Umi Kulsum
Ketua Panitia : Ibu Mutia Hayati
Wakil ketua : Ibu Eko Sayektiningsih
Sekretaris 1 : Ibu Agustina Hans
Sekrestaris II : Bpk. Risris Hari N
Bendahara I : Ibu Deny Firdawati
Bendahara II : Ibu Widyawati
Devisi-devisi Acara dan Humas
: Ibu lilik Anggoro Ibu dyah Ismayadi
Ibu Nur emma Penghimpun dana
: Ibu Thia Ibu iemma
Ibu niken N Dakwah
: Ibu ninik Ibu Jaya
Ibu erna Konsumsi
: Ibu Sari Ibu Wiwik
Ibu Maryati Perkap DekDokAk
: Bpk.Suryadi Bpk Hengki
108
2 Majelis Taklim Khusnul Khotimah Masjid Syuhada Yogyakarta
Visi Taklim Khusnul Khotimah Masjid Syuhada Yogyakarta adalah: Forum pengajian untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dalam rangka menuju kehidupan yang Islami dan Qur’ani
Misi Taklim Khusnul Khotimah Masjid Syuhada Yogyakarta adalah: Mencari ilmu untuk menuju kesempurnaan
hidup di dunia dan akhirat selagi masih ada umur, kesempatan dan kesehatan
Dasar : a
Kesamaan tujuan dan kebersamaan dalam bekerja serta beajar.
b Iman dan taqwa adalah landasan dalam bekerja.
c Dengan ilmu hidup kita indah dan senang, dengan
beragama yang baik hidup kita tenang dan nyaman. Sasaran :
a Bapak ibu seiman yang ingin mengaji bersama tanpa
membedakan asal usul daerah, organisasi, usia, jabatan dll.
b Kaum Muslimin dan muslimat yang merasa belum
sempurna kehidupan keagamaannya.
109
c BapakIbu yang ingin menyempurnakan kualitas
kehidupan keagamaannya. d
Siapapun yang ingin melaksanakan belajar sepanjang hayat selagi hayat masih dikandung badan.
Kampus kegiatan: Masjid Syuhada Yogyakarta Ustad
: Bapak Prof. Zaini Dahlan Bapak Rusli Lubis, SAg
Sifat : Sosial keagamaan dari kita untuk kita
3 Pengajian Putri Yogyakarta Masjid Syuhada PPYMS
Pengajian Putri Yogyakarta Masjid Syuhada didirikan oleh ibu Badilah pada tanggal 7 Juli 1958. Visi kelompok
pengajian ini adal ah “Belajar agama Islam secara kafah”.
Kelompok pengajian yang rata-rata dari kalangan ibu- ibu sepuh yang sebagian berasal dari keluarga para pahlawan di
Yogyakarta ini mengadakan kegiatan rutin setiap hari Kamis dan Jumat pukul 10.00
– 11.30 WIB di Masjid Agung Syuhada.
Susunan Pengurusnya adalah: Pembina
: Dra. Uswatun Dra. Yunah
Dra. Munawaroh Ketua
: Sar Sri Giyanti
110
Sekertaris : Nanik Setyaningsih
Bendahara : Winarningsih
Puji Rahayu Bag. Umum
: Badawi 4
Silaturahmi Jamaah Dhuha Masjid Syuhada SAJADA
Visi lembaga ini adalah: “Menjadi Lembaga yang bisa mencetak sumberdaya manusia Islami secara kaffah, seimbang
dalam menggapai kehidupan dunia akhi rat”
Sedangkan misinya: a
Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap kehidupan lingkungan dan sosial
b Memberi layanan dan membantu meningkatkan
kehidupan anggota menuju keseimbangan dunia akhirat yang meliputi: Agama, Ekonomi, serta Sosial
dan Pendidikan Susunan Pengurus
Pelindung : Dr. Gun Nugroho Samawi
Hery Zudianto Penasehat
: Mahroji Khudori Muhammad Ansori
Ketua Umum : Yudi Prihantana
Sekretaris Umum : Annas Yanuar MT
111
Bendahara Umum : Gunawan Priyono
Ka. Bid. Pengembangan : Tutus Alun AS
Ekonomi Ka. Bid. Kajian
: Komarudin Yusuf Ka. Bid. Pengembangan
: KRMT Budiartha Organisasi dan Hukum
Ka. Bid. Sosial dan : Ray Setiawan
Pendidikan
d. Remaja Masjid
SDM Sumber Daya Manusia pelaksana teknis untuk memakmurkan Masjid Agung Syuhada penggerak lembaga unit
non formal berasal dari warga Asrama Putra dan Putri YASMA Syuhada dan sebagian aktivis di luar warga asrama.
Warga asrama merupakan remaja pemuda dan pemudi yang mondok di asrama dan tidak dipungut biaya tempat tinggal,
tetapi sebagai konsekuensinya bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan-kegiatan lembaga non formal. Umumnya mereka berasal
dari luar propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk menjadi warga asrama harus melalui seleksi yang
ketat. Seleksi tersebut meliputi kemampuan publik speaking ceramah, khutbah dan lain sebagainya dan adzan, khusus untuk
warga asrama putra. Sedangkan presentasi makalah, membaca Al- Qur’an dan wawancara menjadi seleksi yang mutlak bagi semua
112
warga asrama putra dan putri. Penerimaan warga asrama dilakukan apabila terjadi kekosongan kapasitas tempat.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa remaja atau pemuda masjid yang tinggal di asrama memiliki tanggung
jawab besar dalam memakmurkan kegiatan masjid melalui lembaga- lembaga non formal di bawah naungan Yayasan Masjid Syuhada.
Untuk pembinaan dapat dilakukan oleh bapak asrama bagi warga asrama Yasma putri atau langsung dari yayasan dan
alumni asrama. Bentuk pembinaan tersebut diantaranya: 1
Pengajian al-Qur’an beserta tafsirnya 2
Upgrading warga asrama 3
Pengajian alumni sebagai bentuk kaderisasi, dan 4
Diklat-diklat sesuai dengan kebutuhan warga asrama, seperti diklatsar pendidikan dan pelatihan dasar
kepemimpinan. 5
Silaturrahmi ke rumah-rumah alumni yang sewaktu-waktu dilakukan oleh warga asrama dan lembaga non formal.
113
e. Bidang Sosial dan Usaha Masjid
1 Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Masjid Syuhada
LAZIS-MS
Secara garis besar, lingkup kegiatan Masjid Syuhada dibawah kendali YASMA adalah di bidang pendidikan dan
dakwah. Untuk bidang pendidikan, ada yang bersifat formal, dan ada yang non formal. Adapun di bidang dakwah, pola
pergerakannya menggunakan pendekatan ekonomi, budaya, dan pemberdayaan sosial. Untuk menjalankan misi dan pola
pengelolaan pergerakannya, di lingkungan Masjid Syuhada telah didirikan lembaga-lembaga penunjang formal dan non formal
yang berada dalam naungan Yayasan Masjid dan Asrama YASMA Syuhada. Untuk kegiatan-kegiatan yang tak
terwadahi oleh
lembaga-lembaga tersebut,
dibentuklah kepanitiaan ad hoc langsung di bawah kordinasi Yayasan,
seperti Kepanitiaan Ramadhan dan Kepanitiaan Qurban. Sudah bertahun-tahun lamanya, semenjak belum
populernya lembaga amil zakat, banyak umat Islam baik dari Yogyakarta maupun dari luar daerah yang menitipkan zakatnya
ke Masjid Syuhada. Pada tahun-tahun itu, titipan zakat dari masyarakat dilayani oleh panitia penerimaan zakat sebagai salah
satu divisi dalam kepanitiaan ramadhan. Karena hanya ditangani
114
oleh kepanitiaan ad hoc, maka pelayanan dan pengelolaan zakat tidak dapat berkesinambungan. Kebutuhan akan hadirnya
lembaga amil zakat makin hari kian terasa, terlebih supaya program pemberdayaan zakat dapat berkesinambungan.
Pada tahun 2005, Muhamad Ansori yang merupakan alumnus Asrama YASMA dan mantan Direktur PKMS tahun
2000-2003, berinisiatif
mengajukan proposal
pendirian Lembaga Amil Zakat di lingkungan Masjid Syuhada yang
dipresentasikan pada rapat pengurus harian YASMA. Gayung pun bersambut, usulan tersebut disetujui oleh forum rapat
YASMA. Kebetulan pada saat itu YASMA punya program membeli rumah keluarga Ibu Zainal yang posisinya berhadapan
persis dengan Masjid Syuhada. Maka pada hari senin, 04 Oktober 2004, keluarlah SK
YASMA tentang pembentukan lembaga amil zakat di lingkungan Masjid Syuhada, yang dinamai LAZIS Masjid
Syuhada, dan sebagai inisiator, Muhammad Ansori ditugaskan membidani pendirian lembaga tersebut, sekaligus menjabat
sebagai direktur yang pertama. Visi LAZIS Masjid Syuhada adalah:
“Menjadi Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shadaqah yang amanah,
profesional, akuntabel Kebanggaan umat”.
115
Sedangkan misinya adalah: a
Mengoptimalkan kualitas pengelolaan zis yang amanah dan profesional.
b Mengoptimalkan pendistribusian dan pemberdayaan
zis yang kreatif, inovatif dan produktif. c
Mengoptimalkan pelayanan terhadap donatur Muzakki, mushaddiq, muwaqif
Susunan Kepengurusan: Susunan Kepengurusan LAZIS Masjid Syuhada tahun 2014-
2018;
Dewan Pelindung : Yayasan Masjid Syuhada
YASMA Dewan Pembina
: Drs. H. Sunardi Syahuri Pengawas Syariah LAZIS Ir. H. Muhammad Hanief, MT
Masjid Syuhada Muhammad Anshori, S.Th.I, MM.
Manajemen LAZIS MS
Direktur : Dudu Ridwanulhaq, S.Th.I, MSI.
Keuangan : Diah Ririn, S.Sos.I.
Administrasi TU : Supriadi, S.Fil.I
Penghimpunan : Roni Romansyah, S.E.I
Pendistribusian : Syamsudin, SH
Pendayagunaan
116
Kegiatan-kegiatan: LAZIS Masjid Syuhada mempunyai lingkup kerja di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Penghimpunan dana dilakukan pada wilayah yang telah ditentukan sebagai basis operasional
LAZIS Masjid Syuhada, akan tetapi sangat dimungkinkan untuk menghimpun dana dari muzakki di luar wilayah tersebut, selama
para muzakki merasa lebih amanah dengan menyerahkan dana zakatnya kepada LAZIS MS. Juga terbuka peluang untuk
menghimpun dana zakat dari lembaga donor atau perusahaan. Penyaluran dana dilakukan hanya pada mustahiq
dhuafa’ yang berdomisili di wilayah operasional LAZIS MS. Hanya dalam kondisi khusus dan pada kasus-kasus tertentu,
LAZIS MS dapat menyalurkan bantuannya di luar wilayah operasionalnya, atau apabila kemiskinan di wilayah operasional
LAZIS MS sudah tertanggulangi dengan baik, lembaga dapat menyalurkan bantuannya ke luar wilayah operasionalnya.
2 Koperasi Berbasis Masjid Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Baitul Maal wat Tamwil KSPPS-BMT Masjid Syuhada
Sebagai salah
satu pusat
pengembangan perekonomian umat, Masjid Agung Syuhada memiliki koperasi
117
keuangan yang berbentuk Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal wat Tamwil KSPPS-BMT
yang keanggotaannya terbuka bagi siapa saja. KSPPS-BMT Masjid Syuhada sudah beroperasi mulai tanggal 02 Juli 2010
dan baru diresmikan pada tanggal 23 Oktober 2010, memiliki susunan pengurus sebagai berikut:
Pengurus Ketua
: Imam Nurhidayat Sekretaris
: Kusworo, M.Hum Bendahara
: Solikhin, SH,SE. Pengawas
Ketua : Edi Sunarto, SE.
Anggota : Drs.H.Yana Karyana, M.Si.
Muhamad Ansori, MM. Dewan Pengawas Syariah :
Ketua : H.Sunardi Syahuri
Anggota : M. Masudi,M.Ag
Daftar Pengelola Manajer
: Wira Hastuti,MSI. Accounting
: Nur Fatomah, A.Md. Marketting
: Muhammad Zaenal Muttaqien Teller
: Bayu Shapurno, SPd.I
118
Visi KSPPS-BMT Masjid Syuhada adalah: a
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah LKMS yang kredibel,unggul dan terpercaya
b Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah LKMS
yang bermanfaat bagi masyarakat. c
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah LKMS yang terdepan dalam pelayanan
d Menjadi partner utama investasi mikro dan pengusaha
mikro. Sedangkan misi KSPPS-BMT Masjid Syuhada adalah:
a Menyediakan jasa layanan keuangan dengan prinsip
syariah. b
Memberikan layanan investasi kecil yang aman dan menarik serta menguntungkan.
c Mengurangi ketergantungan pengusaha kecil dan
pedagang tradisional terhadap rentenir Kegiatan KSPPS-BMT Masjid Syuhada sepanjang
tahun 2015, meliputi: a
Rapat Anggota Tahunan pada tanggal 14 Maret 2015 b
Penyerahan SK Gubernur DIY kepada KSPPS BMT Syuhada oleh DISPERINDAGKOP DIY pada Jum’at
22 Mei 2015.
119
c Buka puasa bersama keluarga BMT Syuhada Minggu
12 Juli 2015 di Resto Hotel UC. d
Diklat Pengelolaan Akad Syariah 18-22 Mei di Kelapa Gading Resto
e Bintek Peningkatan RAT 2 Juli 2015 di RM .Ny
Suharti Gedong Kuning f
Bintek Peningkatan Kuantitas Angota 9 Juli 2015 di RM. Ny.Suharti Gedong Kuning
g Bintek Manajemen Lembaga Koperasi 29 Juli 2015
RM. Ny.Suharti Gedong Kuning h
Diklat Pengawas Koperasi 24-27 Agustus2015 di Gazebo Purawisata
i Diklat Pengurus Koperasi 10- 13 Agustus di Gazebo
Purawisata j
Support penerimaan pendaftaran Siswa Baru TK SD SMP 4 April sd Juli 2015
k Support penerimaan daftar ulang SD Masjid Syuhada
22- 27 Juni 2015. 3
Lembaga Pengembangan Usaha a
Syuhada Catering SC
Syuhada Catering didirikan pada hari Senin tanggal 15 Juni 2015, setelah hasil rapat Pengurus Yayasan
120
Masjid Syuhada Yogyakarta atas usulan lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan yayasan. Pada awal
pendiriannya, Syuhada Catering melayani buka puasa dan sahur bulan suci Ramadhan 1436 H kemudian dilanjutkan
dengan penyediaan snack dan makan siang untuk para murid TK, SD, dan SMP IT Masjid Syuhada.
Kedepannya Syuhada Catering bercita-cita akan menjadi perusahaan catering yang dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan kuliner yang ada di Yogyakarta. Visi Syuhada Catering adalah: “Kepuasan
pelanggan melalui
produktifitas dan
pencapaian kesejahteraan karyawan”.
Dan misinya
adalah: “Meningkatkan
profesionalisme, produktifitas dan efisiensi dalam mencapai kepuasan pelanggan, melalui ketepatan waktu, pelayanan
prima, dan penyediaan makanan yang berkualitas, sehat dan bercita rasa.
Susunan Pengurus: ManagerKoki
: Riyanto Administrasikeuangan
: Muhammad Taufiq HRDKepegawaian
: Indah Kuniawati Pramusaji
: Riyadi
121
Yudi Prasetyo Asep Wibowo
Suratimah Temu Ningsih
Olifia Umi Dwi Dayanti
Yatimah Nur Rohmah
Suratimah Kegiatan:
1 Menyediakan menu ifthor buka puasa dan sahur
di Masjid Agung Syuhada. 2
Menyedakan konsumsi syawalan yayasan prasmanan
3 Menyediakan konsumsi kepanitiaan dan rapat-
rapat yayasan. 4
Menyediakan snack dan makan sianga para murid dan pegawai di TK, SD, SMP IT Masjid
Syuhada. 5
Menyediakan layanan menu aqiqah dan konsumsi walimatu ‘ursy.
122
4 Media Konsultasi Umat
Untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi jamaah masjid, Yayasan Masjid Syuhada membentuk Lembaga
Pembinaan Keluarga Sakinah dan Bantuan Hukum Masjid Syuhada LPKSBH-MS. Hanya saja beberapa bentuk layanan
saat ini dibuka secara insidental sesuai kebutuhan jamaah dengan melayani para konsultan apabila ada jamaah yang
membutuhkannya. Sedangkan untuk konsultasi keluarga sakinah masih
tetap berjalan saat ini dengan waktu pelayanan setiap hari Selasa pukul 08.00
– 11.00 WIB dengan konsultan Bapak H. Hasan Basri, S.Psi. yang merupakan ulama sekaligus pensiunan dosen.
Konsultasi dan pendidikan agama Islam juga diberikan bagi para mu’allaf yang baru masuk Islam dengan
delapan kali 8x pertemuan, sebelum sertifikat peng-Islam-an diterbitkan.
Konsultasi ini
diampu oleh
Bapak Tohabuddi,S.Sos.I yang sekaligus berperan sebagai salah satu
imam sholat fardhu di Masjid Agung Syuhada. 5
Training Perawatan Jenazah
Masjid Agung Syuhada hingga saat ini belum melayani pemlusaran jenazah. Akan tetapi pelayanan yang
123
bersifat edukatif berupa Training Perawatan Jenazah, secara berkesinambungan diadakan. Untuk training tersebut, Masjid
Agung Syuhada bekerja sama dengan Yayasan Bunga Selasih Yogyakarta dan Rumah Sakit PDHI Persatuan Djamaah Haji
Indonesia melalui Panitia Ramadhan dan Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Masjid Syuhada LAZISMS.
f. Penerangan, Dokumentasi dan Publikasi
1 Majalah DindingPapan Pengumuman Masjid
Papan pengumuman di Masjid Agung Syuhada disediakan untuk mengumumkan laporan keuangan yayasan,
lembaga amil zakat, penerimaan siswasantri di lembaga- lembaga formal maupun non formal, dan barang temuan di
lingkungan masjid serta publikasi kegiatan dari lembaga- lembaga yang ada di Masjid Agung Syuhada atau dari luar
masjid. Ukuran papan pengumuman tersebut berukuran 1x4
meter yang dilapisi kaca dengan bahan rangka yang tidak mudah berkarat. Prosedur pemasangannya harus melalui bagian
kerumahtanggaan yayasan dengan tujuan agar tidak ada publikasi-publikasi atau pengumuman yang tidak bertanggung
jawab dan kontroversial mengandung kontens bersifat terorisme dan lain-lain.
124
2 Bulletin Dakwah
Bulletin dakwah di Masjid Syuhada sudah cukup lama tidak diterbitkan. Namun sekarang telah diganti dengan sosial
media sosmed seperti facebook dan website resmi Masjid Agung
Syuhada. Fb:
Masjid Syuhada
dan www.masjidsyuhada.org.
3 Publikasi Kegiatan Masjid
Publikasi kegiatan Masjid Agung Syuhada melalui beberapa media, seperti;
a Media cetak dalam bentuk press realese.
b Baliho di depan masjid.
c Spanduk rentang
d Pamflet
e Leaflet
f Ronteks
g Adlips di radio-radio
h Sosial media seperti facebook,
i Media internet iklan seperti OLX, dan
j Website.
125
4 Dokumentasi Kegiatan Masjid
Dokumentasi kegiatan di Masjid Agung Syuhada berupa:
a Laporan pertanggungjawaban pengurus lembaga dan
kepanitiaan b
Foto-foto kegiatan c
Video rekaman dan suara dalam bentuk MP3
5. Fasilitas Masjid Syuhada
a. Sertifikat Arah Kiblat
Pembangunan Masjid Agung Syuhada dimulai pertama- tama dengan menetapkan arah kiblat bangunan masjid di lokasi.
Pengukuran arah kiblat ini dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1950 oleh K.H. Badawi.
Dan menurut penuturan para sesepuh Pengurus Yayasan Masjid Agung Syuhada pernah dilakukan pengukuran kembali
penentuan arah kiblat yang melibatkan petugas dari Departemen Agama Kementrian Agama dan telah dinyatakan sudah tepat. Akan
tetapi penulis belum menemukan alasan mengapa sertifikat tersebut tidak diterbitkan. Sehingga untuk mempertegas kembali tentang arah
kiblat tersebut, pada hari Kamis tanggal 3 September 2015, atas
126
permintaan Pengurus Yayasan Masjid Agung Syuhada dilakukan pengukuran ulang, dan alhamdulillah hasilnya masih tepat.
Hingga profil Masjid Agung Syuhada ini disusun, Sertifikat Arah Kiblat Masjid Agung Syuhada masih dalam proses
penerbitan dari Kementrian Agama Kota Yogyakarta. b.
Ruang Utama Sholat
Masjid Agung Syuhada memiliki dua ruang utama shalat. Ruang utama tingkat atas yang dapat menampung jumlah jamaah
hingga 800 jamaah dan ruang utama bawah yang lebih dikenal dengan “Musholla Putri” yang menampung jamaah hingga 600
jamaah. Meski demikian, adanya serambi masjid yang berada di
sisi utara, timur dan selatan Masjid Agung Syuhada dapat menjadi area sholat bagi jamaah yang dapat menampung hingga total 1.500
jamaah. Adanya keterbatasan area ibadah sholat tersebut, menuntut
takmir masjid untuk menjadikan halaman Masjid Agung Syuhada sebagai tambahan area sholat terutama pada waktu sholat Jumat dan
sholat tarawih.
127
c. Tempat Wudhu
Area tempat wudhu di Masjid Agung Syuhada terbagi menjadi dua bagian, yakni tempat wudhu jamaah putra dan tempat
wudhu jamaah putri. Tempat wudhu jamaah putra terdiri dari 25 kran yang menyebar di tangga-tangga masjid dan 3 kran yang berada di
area kamar mandi dan toilet khusus jamaah putra. Untuk tempat wudu bagi jamaah putri ditempatkan di
dalam area kamar mandi putri yang terdiri dari 8 kran air. d.
Kamar Mandi dan Toilet
Kamar mandi dan toilet jamaah putra dan jamaah putri di Masjid Agung Syuhada tidak terlalu banyak. Hal tersebut disebabkan
oleh terbatasnya luas area yang dimiliki. e.
Perlengkapan Shalat
Perlengkapan shalat di Masjid Agung Syuhada terdiri dari penyedian sarung bagi jamaah putra dan mukena bagi jamaah putri
f. Sound Sytem dan Multimedia
g. Ruang Sekretariat
Ruang sekretariat yang berada di dalam Masjid Agung Syuhada, yaitu:
128
1 Kantor Yayasan Masjid Syuhada Yogyakarta
2 Ruang Sekretariat Bersama Lembaga Pendidikan al-
Qur’an Masjid Syuhada LPQMS dan Corps Dakwah Masjid Syuhada CDMS
3 Ruang Sekretariat Bersama Pendidikan Kader Masjid
Syuhada PKMS dan Pendidikan Anak-anak Masjid Syuhada PAMS
4 Ruang bagian administrasi dan keuangan Taman Kanak-
kanak Masjid Syuhada TKMS h.
Ruang Tunggu Imam dan Khatib
Untuk imam dan khatib yang bertugas di Masjid Agung Syuhada, disediakan ruang tunggu yang bersebelahan dengan ruang
rapat yayasan. Di dalam ruang tunggu tersebut disediakan sofa dan meja sebagai ruang transit sementara. Selain itu, juga disediakan
ruang istirahat bagi imam yang bertugas untuk sholat fardhu. Ruang tunggu yang sekaligus berfungsi sebagai ruang
transit pembicara kegiatan, persiapan akad nikah dan walimatul ‘ursy juga tersedia bersampingan dengan ruang pertemuan aula serbaguna
di lowerground Masid Agung Syuhada.
129
i. Ruang PertemuanAula Serbaguna
Ruang pertemuan aula biasanya digunakan untuk seminar, kuliah umum, pelatihan dan workshop juga tersedia di
Masjid Agung Syuhada. Ruang tersebut berkapasitas 200 kursi dan dilengkapi dengan studio pengaturan sound system.
Penggunaan ruang pertemuan tersebut dikelola oleh bagian kerumahtanggaan yayasan dengan penerapan biaya
penggunaan tempat bagi pengguna luar dan tanpa dipungut biaya bagi lembaga-lembaga di bawah naungan Yayasan Masjid Agung
Syuhada. Penerapan biaya penggunaan tersebut sebagai pengganti biaya operasional dan perawatan ruang aula.
j. Tempat Penitipan Barang-barang, Sepatu dan Sandal
Tempat penitipan barang-barang, sepatu dan sandal di Masjid Agung Syuhada belum terfungsikan dengan baik. Umumnya
jamaah meletakkan sepatu dan sandalnya di halaman tangga masjid. Penggunaan yang benar-benar efektif hanya ketika pelaksanaan
peribadatan sholat jumat atau ketika ada kegiatan di ruang utama masjid atau di musholla putri. Kapasitas tempat penyimpanan sepatu
dan sandal di Masjid Syuhada dapat menampung hingga 520 sepatusandal.
130
k. Perpustakaan Masjid
Perpustakaan Masjid Agung Syuhada berdiri bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung Syuhada. Perpustakaan tersebut
sebelumnya memiliki koleksi buku agama hingga 1.800 judul buku, buku umum dan popular sebanyak 1.200 judul, dan majalah
sebanyak 611 majalah. Namun, pada pertengahan tahun 2014 bermaksud mengkrucutkan pelayanan perpustakaan pada disiplin
ilmu tafsir dan Al- Qur’an, hadits dan ulumul hadits serta ilmu-ilmu
fiqih, akhirnya koleksi buku-buku yang ada disortir lalu diwakafkan ke kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada
STAIMS, para mahasiswa yang KKN Kuliah Kerja Nyata dan jamaah yang membutuhkan. Akhirnya koleksi buku perpustakaan
Masjid Agung Syuhada tinggal memiliki beberapa koleksi judul buku saja.
Jumlah pengunjung perhari di Perpustakaan Masjid Agung Syuhada rata-rata berkisar 5-10 orang pustakawan perhari, dan
pengunjung yang sekedar membaca sekita 25-30 orang perhari. Selain itu, Perpustakaan Masjid Agung Syuhada juga
berlangganan media cetak nasional seperti HU. Republika dan HU. Kompas, media cetak lokak SKH. Kedaulatan Rakyat, serta pernah
beberapa tahun Harian Jogja Harjo.
131
l. Tempat Parkir
Area parkir di Masjid Agung Syuhada sangat tergantung dengan jalan-jalan yang ada di sekitar masjid. Kendaraan roda
empat, umumnya terparkir di depan Masjid Agung Syuhada yaitu di Jl. I Dewa Nyoman Oka, di samping timur SD Masjid Syuhada Jl.
Perahu, barat Masjid Agung Syuhada Jl. Ahmad Jazuli dan Jl. Sunaryo depan Asrama YASMA Putra dan Asrama Mahasiswa
Aceh, Merapi II. Parkir kendaraan roda dua diatur di halaman sebelah barat
depan Aula Masjid berkapasitas 300 kendaraan roda dua serta di pinggir jalan I Dewa Nyoman Oka pada jam-jam sekolah
berkapasitas 200 kendaraan roda dua, dan diparkir di halaman utara dan timur masjid ketika di luar jam sekolah mencapai 500 kendaraan
bermotor. Hal tersebut untuk memberi akses bermain yang lebih luas bagi murid TK dan SD Masjid Syuhada. Dan khusus pada hari
Jumat, Masjid Agung Syuhada menutup akses jalan I Dewa Nyoman Oka depan masjid untuk sepenuhnya digunakan sebagai area parkir
kerndaraan roda dua. m.
Taman Taman Masjid Agung Syuhada terletak di sebelah utara
masjid. Awalnya akses taman tersebut dibuka untuk umum. Akan tetapi dalam masa dasawarsa ini, taman tersebut hanya
132
diperuntukkan bagi area bermain anak-anak yang sekolah di lembaga pendidikan yang berada di bawah Yayasan Masjid Syuhada.
Kebijakan tersebut dikeluarkan karena pada malam hari area taman tersebut dipergunakan untuk tempat tidur gepeng gelandangan dan
pengemis, --penj. dan area muda-mudi berpacaran. Akan tetapi pada siang hari dapat dimasuki oleh siapa pun yang bermaksud melepas
lelah dan bercengkrama keluarga. Luas taman Masjid Agung Syuhada sekitar lebih kurang 400 m2.
BAB IV
ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN MASJID DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
A. Manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada
Manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada sangatlah komplek dan teratur dalam memanajemen kepengurusan masjid, sehingga
tidak wajar kedua masjid tersebut mendapat perhatian besar dan antusias baik dari para warga, jama’ah dan masyarakat luas. Hal inilah yang
memungkinkan kedua masjid tersebut mampu membawa semangat masjid semasa zaman Rasulullah SAW yang pada saat itu masjid dijadikan sebagai
pusat peradaban umat Islam. Masjid ala Rasulullah SAW memfungsikan keberadaannya dalam
segala hal seperti dakwah, pendidikan dan ekonomi. Masjid merupakan kunci dalam membangun umat Islam yang maju dan sejahtera dalam berbagai hal.
Maka selayaknya masjid dijadikan sebagai pusat pembangunan umat Islam. Masjid yang baik didukung dengan manajemen yang baik pula
sehingga mampu memfungsikan bagunan tersebut sebagai pusat peradaban. Dalam hal ini Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada memiliki manajemen
yang sangat baik untuk seukuran tempat peribadatan khususnya rumah ibadah umat Islam, adapun bentuk manajemen itu adalah sebagai berikut;
134
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Masjid Jogokariyan
Dalam pengelolaan
masjid sangat
dibutuhkan kepengurusan agar masjid dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya
khususnya dalam kehidupan masyarakat muslim. Banyak masjid yang kita jumpai di manapun memiliki takmir yang bersedia
mempersiapkan dan memelihara masjid agar berfungsi dengan benar. Dengan adanya takmir maka akan berpengaruh terhadap
antusias warga dalam beraktivitas di masjid. Kunci kesuksesan akan kepengurusan dalam pengelolaan
Masjid Jogokariyan adalah masyarakat itu sendiri. Kepengurusan takmir tidak hanya dipikul oleh segelintir warga saja atau beberapa
diantara tokoh warga. Masjid Jogokariyan lebih cendrung mengikut sertakan keterlibatan banyak warga dalam kepengurusan tersebut
bahkan mulai dari yang paling kecil hingga dewasa dan orang tua. kepengurusan takmir tersebut di kelompokan menjadi beberapa
himpunan sesuai dengan tingkat jenjang usia yang secara keseluruhan merupakan bagian dari takmir Masjid Jogokariyan, di
antaranya adalah sebagai berikut : 1
Himpunan Anak-Anak Masjid HAMAS, terdiri dari anak-anak TK, SD sampai SMP kelas dua.
135
2 Pengurus Himpunan Anak-Anak Masjid HAMAS, terdiri
dari anak-anak SMP kelas dua sampai dengan SMA kelas dua.
3 Remaja Masjid, terdiri dari anak-anak SMA kelas dua
sampai mahasiswa dan ramaja-remaja yang belum menikah.
4 Keluarga Alumni Remaja Masjid KURMA, terdiri dari
warga laki-laki atau bapak-bapak yang sudah menikah yang dulunya menjabat sebagai remaja masjid.
5 Ibu-Ibu Muda UMIDA, terdiri dari istri-istri dan para
ibu-ibu. Kelima himpunan inilah yang nantinya menjadi promotor dalam
menggerakan dan mengembangkan fungsi masjid. Dengan melibatkan semua warga sekitaran Masjid Jogokariyan mampu
mempengaruhi tingkat aktivitas yang ada di Masjid Jogokariyan yang terbukti banyaknya dan padatnya kegiatan di masjid hingga
saat ini. Yang menjadi keunggulan dalam manajemen sumber daya
manusia di Masjid Jogokariyan ini adalah dengan melibatkan anak- anak usia dini. Sedari kecil mereka sudah dianggap sebagai bagian
dari Masjid Jogokariyan dengan bentukan himpunan dan juga serta merta menanamkan dalam diri mereka pembiasaan dalam
beraktivitas di masjid baik dari segi ibadah maupun sosial.
136
Dengan pengenalan masjid terhadap anak-anak di usia dini sangat membantu mereka dalam membentuk kepribadian diri akan
masjid dan memperbanyak waktu untuk lebih beraktivitas di sekitar masjid yang nantinya akan menjadi pendidikan tersendiri pula bagi
anak-anak tersebut. Hal ini juga bertujuan sebagai langkah awal dalam penciptaan generasi berikutnya, karena tidak hanya sekedar
pembiasaan atau pembentukan serta pendidikan pribadi saja, hal yang paling utama bagi Masjid Jogokariyan adalah menciptakan
generasi kaderisasi yang nantinya akan menggantikan pejuang- pejuang masjid di Masjid Jogokariyan, sebagaimana yang
dipaparkan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku Bendahara Masjid Jogokariyan adalah sebagai berikut :
Ya kaderisasi itu kan intinya dan itu sejak dulu memang jadi prioritas. Jadi kaderisasi itu kan di sini ada tahapan atau
jenjangnya, itu dari Himpunan Anak-anak Masjid itu anak- anak TK SD, Tk sampai SD sampai SMP kelas dua kita itu
HAMAS, kemudian sampai kelas dua sampai kelas dua SMA itu pengurus HAMAS, itu di kelompokan sendiri, kemudian
dua SMA sampai kuliah itu Remaja Masjid, sampai sebelum nikah itu Remaja Masjid, setelah itu ada KURMA, Keluarga
Alumni Remaja Masjid, yang ibu-ibu namanya UMIDA, terus semua gabungan itu namanya Takmir.
59
Dengan memprioritaskan kaderisasi maka tidak heran kompetensi warga sekitar lingkungan Masjid Jogokariyan hampir
seimbang dengan masjid-masjid besar lainnya yang juga memiliki manajemen
yang begitu
komplek. Kaderisasi
berfungsi
59
Hasil Wawancara dengan Bendahara Masjid Jogokariyan, 8 Mei 2016
137
mempersiapkan bibit unggul sumber daya manusia yang kompeten sehigga nantinya mereka dapat menggantikan posisi yang lama dan
mampu menciptakan iklim baru. Dalam mendapatkan sumber daya manusia yang baik,
Masjid Jogokariyan tidak mengandalkan sumber eksternal, bahkan hal ini dikatakan tidak sama sekali. Masjid Jogokariyan justru sangat
mengutamakan masyarakat pribumi khususnya masyarakat kampung Jogokariyan itu sendiri. Hal ini dilakukan dengan cara
memanfaatkan bibit-bibit lokal kemudian dididik, ditanamkan nilai- nilai keislaman, mengajarkan kepada mereka arti penting sebuah
masjid bagi masyarakat muslim dan lain sebagainya. Bertujuan demi terbangunnya jiwa muda yang memiliki
rasa kepribadian seorang muslim yang kuat, Masjid Jogokariyan juga ikut melibatkan jiwa-jiwa muda untuk berpartisipasi di Masjid
Jogokariyan dengan membentuk sebuah himpunan anak-anak masjid yang disebut HAMAS yang dibawahi pengurus HAMAS yang juga
sebelumnya berasal dari anggota himpunan itu sendiri. Setelah melewati tingkat ataupun jenjang usia tertentu, keterlibatan mereka
lebih ditingkatkan dalam sebuah himpunan Remaja Masjid Jokokariyan. Disini semua pergerakan lebih ditingkatkan terutama
dalam membuat atau menyusun program-program kegiatan masjid.
138
Dalam melewati tahapan jenjang tersebut mereka tidak diadakan pelatihan secara khusus, namun mereka diajarkan dan
dididik secara otodidak atau training secara langsung melalui tanggungjawab yang dibebankan kepada mereka dan dapat dinilai
dalam hasil penyelesaiannya. Di dalam wawancaranya Pak Wahyutejo Raharjo selaku Bendahara Masjid Jogokariyan juga
menjelaskan bagaimanatentang kaderisasi : Kita tidak pelatihan secara khusus kaderisasi itu, tetapi
masing-masing tingkatan tadi HAMAS itu mereka sendiri punya kegiatan, Remaja Masjid juga punya kegiatan dan
mereka juga ada training-trainin gitu, itu kan sudah otomatis. Kalau training KURMA malah justru ndak ada, tetapi untuk
Remaja Masjid dan HAMAS itu ada, itu bagian dari kaderisasi untuk menyiapkan kepengurusan di akan datang.
60
Di Masjid Jogokariyan sendiri lebih mengutamakan rasa kekeluargaan sehingga adapun masyarakat dalam beraktivitas di
masjid baik anak-anak maupun orang tua dan semuanya tidak memiliki rasa segan maupun enggan untuk terlibat di dalam masjid
bahkan mereka memiliki rasa memiliki dan berusaha memelihara masjid agar bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri.
b. Masjid Syuhada
Beda halnya dengan Masjid Jogokariyan, Masjid Syuhada memiliki cara tersendiri dalam memanajemen sumber daya manusia
yang nantinya mereka hasilkan ataupun mereka kembangkan. Dalam
60
Ibid.
139
hal ini Masjid Syuhada memanfaatkan generasi muda yang sedang menimba ilmu di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak lain dan
tidak bukan adalah para mahasiswa yg datang dari berbagai daerah. Masjid Syuhada memiliki sebuah Asrama Yasma Putra
dan Yasma Putri yang dihuni oleh mahasiswa-mahasiswa pilihan yang pada dasarnya berkeinginan untuk mengabdi di Masjid
Syuhada dan ingin ikut terlibat secara langsung dalam menggerakan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan Masjid Syuhada. Mereka
diseleksi sedemikian rupa dalam sebuah penerimaan peserta asrama yang ingin berpartisipasi di Masjid Syuhada. Setelah semua
mahasiswa terpilih maka mereka semua resmi untuk menghuni Asrama Yasma Putra dan Yasma Putri serta menjadi aktivis atau
promotor aktivitas di Masjid Syuhada. Dalam sebuah wawancara Pak Busro sebagai Direktur Eksekutif Yasma Masjid Syuhada
menjelaskan mengenai YASMA Masjid Syuhada : YASMA itu singkatan dari Yayasan Masjid Syuhada, nah
Asrama itu sendiri semuanya berasal dari para aktivis atau mahasiswa yang kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta ini
kemudian mereka tinggal di asrama sebagai suport system bagi lembaga-lembaga non formal yang ada di lingkungan
Masjid Syuhada ini. Dulu YASMA sendiri singkatannya adalah Yayasan Asrama dan Masjid Syuhada, jadi Yayasan
Asrama dan Masjid Syuhada dari komunitas inilah yang di mana menggerakan awal Masjid Syuhada ini terbentuk baik
secara bangunan dan kegiatan-kegiatan dakwahnya begitu, kemudian ujung-ujungnya berubah jadi Yayasan Masjid
140
Syuhada supaya apa? supaya bisa mengcover semua aktivis yang ada di lingkungan Masjid Syuhada ini.
61
Setelah semua
mahasiswa itu
terpilih kemudian
diadakannya transisi visi misi dari para alumni Asrama Yasma Putra dan Yasma Putri yang terdahulu agar semua harapan-harapan yang
belum tercapai dapat terlaksana di kemudian hari. Dalam pelaksaan transisi ini Pak Busro sebagai Direktur Eksekutif Yasma Masjid
Syuhada menjelaskan mengenai transisi kepengurusan : Kemudian kalau untuk para aktivis yang ada di sini kita lebih
cendrung dengan adanya sosialisasi antar generasi, jadi kita ibaratnya itu lari estafet begitu ya kita melemparkan estafet
dari generasi sebelumnya ke generasi sesudahnya, jadi jangan sampai terjadi keterputusan sumber daya manusia ini yang
perlu makanya kita di Masjid Syuhada ini yang betul-betul kita tekankan adalah peran para alumni, alumni ini
memberikan semacam masukan tentang kegiatan seperti apa dan bagaimana untuk kegiatan kekinian begitu kan tanpa
harus memaksa kegiatan yang dulu-dulunya telah pernah mereka laksanakan.
62
Selain itu juga diadakannya pelatihan serta penanaman mental terhadap para mahasiswa yang menjadi penghuni Asrama Yasma
Putra dan Yasma Putri. Mereka diajarkan dan dididik sedemikian rupa agar menjadi jiwa-jiwa muda yang rela berkorban dalam
beribadah dengan ikhlas sehingga dapat menjadi jiwa-jiwa yang merasa bertanggung jawab akan diri sendiri dan orang lain. Pak
Busro selaku Direktur Yasma Masjid Syuhada menegaskan bahwa penanaman nilai dan mental sangatlah penting bagi kader :
61
Hasil Wawancara dengan Direktur Eksekutif Yasma Syuhada, 18 Maret 2016
62
Ibid.
141
Kita mungkin lebih cendrung pada penanaman ya penanaman mental, jadi kita sadarkan bahwa mereka yang aktif di Masjid
Syuhada ini ya mereka berkiprah tidak hanya semata-mata sebagai aktivis atau mencari kesibukan semata, tapi bahwa
perlu kita tanamkan kepada mereka bahwa kita di sini juga beribadah, karena yang menjadi base atau basis pergerakan
kita ini adalah masjid, kita tahu sendiri bahwa masjid ini adalah tempat ibadah bagi umat Islam begitu kan, setidaknya
orang yang dekat dengan masjid insyaallah lebih dekat dengan Allah, ini yang kita tanamkan begitu sehingga mereka
paham bahwa ya kita di Syuhada ini harus seperti apa dan bagaimana, jadi itu yang kita apa namanya tanamkan kepada
para karyawan bahwa kita di lingkungan yayasan dan para aktivis yang ada di lingkungan Masjid Syuhada.
Pendidikan kader yang seperti ini juga merupakan rencana jangka panjang dalam mendapatkan sumber daya manusia di
kemudian hari agar dapat melajutkan estafet kepemimpinan Yayasan Masjid Syuhada untuk seterusnya. Seperti yang dipaparkan oleh
salah satu penghuni Asrama Yasma Putra yang di mana sebelumnya merupakan mahasiswa pilihan yang menghuni Asrama Yasma Putra
dan kini telah menjabat di salah satu bagian di Yasma Masjid Syuhada. Dalam pengakuannya Pak Busro sebagai Direktur
Eksekutif Yasma Masjid Syuhada mengatakan : Salah satunya saya, jadi saya dulu tinggal di asrama Yasma
Putra, jadi tinggal di asrama Yasma Putra aktif di organisasi- organisasi non formal kemudian berkeluarga kemudian
akhirnya berkarir pun juga di sini akhirnya diminta oleh yayasan untuk di sini, ada beberapa bidang di yayasan ini
yang alhamdulillah bersumber dari alumni kita di asrama, mungkin jene
ngan kenal dengan pak Mas’udi, pak Mas’udi beliau adalah kader kita di Masjid Syuhada ini juga alumni
asrama begitu kemudian beliau sekarang alhamdulillah menjadi salah satu anggota di Masjlis Tarjih Muhammadiyah
dan dosen di UMY dan beliau sekarang sebagai ketua bidang LITBANG penelitian dan pengembangan serta kerjasama
yang ada di yayasan di Masjid Syuhada ini, jadi ini kader-
142
kader kita, jadi kalau seandainya tadi bentuknya seperti apa ya bentuknya seperti ini yang kita lakukan bahwa mereka
yang pernah tinggal di asrama menjadi alumni ya kita tarik menjadi yayasan supaya menjadi bagian dari yayasan ini
sehingga dari mereka lah apa namanya ilmu pengetahuan itu selalu tersampaikan begitu tidak terputus secara sejarah
kayak gitu.
63
Dengan memanfaatkan alumni atau kader-kader yang sebelumnya menjadi penghuni di Asrama Yasma Putra dan Yasma
Putri, akan mempermudah yayasan dalam mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten dan sesuai dengan visi misi yang dulu
pernah mereka jalankan ketika berorganisasi di lembaga-lembaga baik non formal maupun formal yang ada di sekitar lingkungan
Masjid Syuhada. Namun berbeda halnya dengan unit-unit lainnya,
sebaliknya dalam mendapatkan sumber daya manusia yang baik dan terpercaya mereka melakukan penerimaan anggota karyawan seperti
pada perusahaan lain pada umumnya yang nantinya akan mengisi posisi-posisi tertentu. Dalam hal ini Yayasan Masjid Syuhada lebih
mengutamakan para profesional yang memang sejalan dengan jurusan masing-masing seperti misalnya satpam, guru dan pegawai
lainnya. Dalam penjelasanya mengenai perekrutan karyawan Direktur Eksekutif Yasma Masjid Syuhada Bapak Busro Sanjaya
mengakatan :
63
Ibid.
143
Kalau kita untuk pegawai yang sifatnya profesional ya mereka yang bekerja di sini kita tentu untuk perekrutan tetap
kita laksanakan seperti umumnya di tempat-tempat lain jadi kita membuat perekrutan secara terbuka kemudian kita
melakukan seleksi terhadap mereka setelah mereka sudah masuk
kita adakan
pembinaan-pembinaan semacam
pengembangan baca Al- Qur’annya kemudian pengembangan
motivasi mereka supaya tetap bekerja di sini.
64
Seperti penjelasan beliau di atas para karyawan ataupun pegawai yang telah diterima menjadi bagian dari Masjid Syuhada
tidak hanya masuk begitu saja. Karena mereka merupakan bagian dari masjid maka sudah selayaknya mereka juga menyesuaikan
dengan lokasi di mana mereka bekerja. Maka yayasan memberikan pembinaan-pembinaan semacam pengembangan baca Al-
Qur’annya kemudian beberapa motivasi juga diberikan agar menjaga loyalitas
para pegawai untuk tetap bekerja di Masjid Syuhada.
2. Manajemen Keuangan
a. Masjid Jogokariyan
Masjid Jogokariyan merupakan masjid kampung yang promotornya tidak lain adalah warga sekitaran Masjid Jogokariyan
itu sendiri. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwasanya Masjid Jogokariyan bersifat kekeluargaan maka manajemen yang digunakan
juga semi formal. Di dalam kepengurusan takmir Masjid Jogokariyan sendiri terbagi menjadi beberapa biro-biro yang sengaja
dipisah sesuai dengan fungsi yang dijalankan, yang menjabat di biro-
64
Ibid.
144
biro ini tidak lain adalah bagian dari berbagai himpunan di Masjid Jogokariyan yang sebelumnya sudah dijelaskan.
Dengan terbaginya takmir Masjid Jogokariyan yang menjadi beberapa biro maka tentu akan menjadi sebuah pertanyaan
besar bagaimana bentuk manajemen yang digunakan khususnya dalam hal keuangan. Pada umumnya di berbagai perusahaan ataupun
organisasi lainnya, manajemen keuangan yang sering digunakan adalah sentralisasi atau terpusat, sehingga semua sumber dana yang
masuk dari beberapa bagian kemudian disatukan dalam sebuah kebendaharaan dan kemudian disalurkan kembali dalam bentuk
anggaran. Hal ini diupayakan agar segalanya dapat terkoordinir dengan sangat baik.
Namun beda halnya di dalam kepengurusan takmir Masjid Jogokariyan, mereka menggunakan sistem desentralisasi dalam
memanajemen keuangan di Masjid Jogokariyan. Hal ini digunakan demi memudahkan biro-biro lainnya untuk membentuk program-
program ataupun kegiatan, artinya dalam pengelolaan ini ditujukan demi terciptanya kemudahan regulasi agar tidak mengekang dan
menyulitkan biro-biro untuk bergerak. Dalam wawancaranya Bapak Wahyutjo Raharjo selaku bendahara masjid menegaskan :
Dalam pengelolaan keuangan kita tidak memakai pola bottom up atau top down, artinya duit yang dari biro-biro itu
misalnya ada pemasukan kemudian dimasukan ke atas ke bendahara, kemudian dari bendahara terus dibagi-bagi
145
distribu si itu tidak. Kita ‘polane’ ..... ya zig-zag jadinya
yang terjadi, karena itu untuk agar kecepatan pelayanan itu bisa kita realisasikan, karena ada saat tertentu memang
kadang birokrasi itu menghambat pelayanan itu bisa kita pahami kan ya, kita tidak ingin itu terhambat yang penting
informasi i
tu tersampaikan kepada jama’ah.
65
Intinya kita sangat lues dalam pengelolaan dananya itu, tidak linear tidak kaku. Yang penting sekali lagi kecepatan untuk
memberikan layanan.
66
Keberadaan Masjid
Jogokariyan tentu
berguna memberikan manfaat yang begitu besar
dan luas bagi para jama’ah dan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan. Tentu yang menjadi
prioritas utama bagi takmir Masjid Jogokariyan adalah pelayanan terhadap para jama’ah dan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan.
Karena ini merupakan masjid milik perkampungan tentu tujuannya semata-
mata hanya kepada jama’ah dan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan. Maka dalam keuangan juga begitu, demi kelancaran
dalam menjalankan perencanaan maka jika sesuatu itu dibutuhkan mendesak maka dilakukan. Hal inilah yang menjadi alasan bagi
Masjid Jogokariyan dalam menerapkan sistem keuangan yang tidak tersentralistik. Sebagaimana yang d ungakpkan oleh Bapak
Wahyutejo selaku bendahara masjid : A
rtinya pelayanan ke jama’ah itu menjadi prioritas, meskipun di perencanaan itu belum masuk tetapi kalau itu harus segara
direspon ya kita respon.
67
65
Hasil Wawancara dengan Bendahara Masjid Jogokariyan, 8 Mei 2016
66
Ibid.
67
Ibid.
146
Berbicara sumber dana di sebuah masjid tentunya dalam beberapa teori kita mengenal adanya infaq, zakat dan shadaqah.
Begitu juga di Masjid Jogokariyan, sumber dana yang dihasilkan bersumber dari infaq, shadaqah, zakat dan wakaf. Masjid
Jogokariyan sendiri lebih mengutamakan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap masyarakat akan berinfaq dan shadaqah, belum
lagi dengan adanya jama’ah mandiri yang jika masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan secara perorangan membayar Rp. 1.500,- maka
hal itu sudah dianggap cukup untuk menutupi seluruh kebutuhan yang ada di Masjid. Bendahara masjid Bapak Wahyutejo Raharjo
mengungkapkan : K
alau potensi keuangan sebetulnya partisipasi dari jama’ah itu yang kita utamakan, kesadaran jama’ah dalam berinfak
bershadakah itu kan yang lebih utama bukan model pendapatan tetap itu tidak untuk ke jama’ah ya, artinya ada
donatur tetap tiap bulan itu kita tidak memakai pola itu, tapi kesadaran berinfak bershadaqah itu yang lebih utama.
Istilahnya itu untuk jamaah mandiri.
68
Adapun untuk Gera kan Jama’ah Mandiri itu sendiri
merupakan gerakan kesadaran masyarakat untuk berinfaq dalam berpartisipasi terhadap masjid yang telah terhitung berdasarkan
pengeluaran dan kapasitas jama’ah di Masjid Jogokariyan. Adapun perencanaan
Gerakan Jama’ah Mandiri tersebut adalah sebagai berikut:
68
Ibid.
147
1 Hitung seluruh pengeluaran selama setahun
2 Pengeluaran setahun tersebut dibagi perbulan dan
perpekan 3
Menghitung kapasitas masjid di mana kemampuan masjid dalam menampung para jama’ah.
4 Bagi pengeluaran perpekan dengan kapsitas masjid.
Maka dari perencanaan tersebut dihasilkanlah Gerakan Jama’ah Mandiri di mana para jama’ah yang bersedia berinfaq
dengan perhitungan tersebut berarti mereka termasuk jama’ah mandiri yang juga ikut serta dalam pengelolaan dan pengembangan
di Masjid Jogokariyan. Tujuan dengan diadakannya Gerakan Jama’ah Mandiri tersebut agar menumbuh kembangkan kesadaran
bagi masyarakat dan jama’ah Masjid Jogokariyan untuk ikut andil
dalam pengelolaan masjid demi terwujudnya masjid yang nyaman, sejahtera dan berkemajuan. Hal ini pula dijelaskan di dalam
wawancarannya bagaimana penjelasan dari Gerakan Infaq Mandiri oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid :
Jadi itu gerakan yang kita bangun memberikan kesadaran kepada jama’ah berinfaq bershadaqah, itu caranya memang
kita hitung, nantikan akan ketemu biaya perjama’ah, karena pendapatan konvensional di manapun itu kan tetap dari
jum’at itu, dan dari situ kan akan ketemu berapa perorangnya, Rp. 1.500,- kan gitu kalau dari tabel itu, ketika orang
berinfaq seribu lima ratus rupiah orang akan merasa saya
sudah jama’ah mandiri, ketika saya shalat itu saya sudah membayar wudhu sendiri listrik sendiri khatib sendiri biaya
kebersihan juga sendiri, tapi kalau masih di bawah seribu lima ratus saya berinfaq berarti saya shalat di masjid itu
148
masih di subsidi orang lain kan gitu, nah itu akhirnya akan memberi kesadaran kepada jama’ah, oh ternyata kalau
kemarin itu saya infaqnya cuma seribu itu berarti saya tidak mandiri, saya shalat itu masih disubsidi orang lain, nah itu
akhirnya kesadarannya meningkat, maka pendapatan juga meningkat, tapi kalau saya sering shalat di sini itu sering
aktivitas di sini, tapi saya enggak pernah masukin infaq, itu berarti ibadah saya itu ya disubsidi orang lain di mesjid ini,
ini kesadaran ini yang terbangun di sini, entah infaqnya
dimasukin lewat jum’atan atau apa otomatis saya harus infaq paling tidak perbulan sekian.
69
Gerakan Jama’ah Mandiri yang merupakan wujud kesadaran masyarakat dan jama’ah Masjid Jogokariyan dalam
pengelolaan masjid dengan bersedia dan ikhlas tanpa paksaan dengan hanya cukup membayar Rp. 1.500,- dihasilkan berdasarkan
perhitungan berikut:
Dari rumusan di atas kita ambil contoh untuk pengeluaran pertahun periode 200-2003 pada tabel di bawah ini:
69
Ibid.
Pengeluaran Pertahun Perpekan
Kapasitas Masjid
149
Tabel 4.1 Jumlah Pengeluaran Masjid Jogokariyan Perbulan dan Pertahun
Sumber : Jumlah Pengeluaran Masjid Tahun 2000-2003
70
. Maka setelah kita dapatkan jumlah pengeluaran untuk
kebutuhan masjid selama setahun dari tebel di atas maka kita bagi perpekan kemudian dibagi sejumlah kapasitas Masjid Jogokariyan:
Rp. 43.200.000,- 12 4 = Rp. 900.000,- Rp. 900.000,- 600 = Rp. 1.500,-
Dari hasil di atas kita dapatkan jumlah infak Gerakan Jama’ah Mandiri di mana apabila perjamaah bersedia dengan keiklasan hati
bersedia atas kesadaran diri untuk membelanjakan hartanya sejumlah Rp. 1.500,-pe
rjama’ahperpekan maka jama’ah tersebut dianggap sebagai jama’ah yang mandiri, sedangkan apabila kurang dari itu
maka jama’ah yang melakukan ibadah di Masjid Jogokariyan masih di
subsidi oleh jama’ah lain baik dari segi listrik air dan lain sebagainya.
70
Jasir ASP, Muhammad. Menuju Jamaah Mandiri. Persentasi Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.
Kebutuhan Biaya Perbulan
Jumlah Pertahun Listrik
250.000 Rp
3.000.000 Rp
Air 35.000
Rp 420.000
Rp HR. Kebersihan
425.000 Rp
5.100.000 Rp
Khatib Jumat 200.000
Rp 2.400.000
Rp Minuman Subuh
500.000 Rp
6.000.000 Rp
Minuman Jumat 6.000.000
Rp HR. Pengajian
14.400.000 Rp
Perawatan dan Pengembangan Masjid
5.880.000 Rp
43.200.000 Rp
Total
150
Perhitungan yang sama juga dilakukan di tahun 2004 sampai 2006 dan perhitungannya menunjukan hasil yang sama di
mana apabila jama’ah berinfak sejumlah Rp. 1.500,- maka jama’ah
tersebut dianggap sebagai jama’ah mandiri dan hingga saat ini jumlah infak bagi Gerakan Jama’ah Mandiri masih sejumlah Rp.
1.500,-. Hal ini lah yang menjadi kunci utama Masjid Jogokariyan dalam memperoleh sumber dana serta mengajak masyarakat dan
para jama’ah Masjid Jogokariyan untuk ikut berpartisipasi menjaga dan memelihara masjid, supaya masjid yang selalu mereka jadikan
sebagai tempat ibadah dan aktivitas religi lainnya menjadi rumah ibadah yang nyaman bagi mereka pula demi terwujudnya ibadah
yang khusyuk dan tentram. Infaq-infaq yang terkumpul dari masyarakat dan para
jama’ah pada dasarnya akan dikembalikan ke masyarakat dan para jama’ah pula dalam bentuk pelayanan. Adapun listrik dan lain
sebagainya sebenarnya masjid menerapkan konsep masjid mandiri yang di mana kebutuhan pengeluaran operasional masjid bersumber
dari usaha masjid itu sendiri. Adapun usaha yang menjadi sumber dana untuk masjid mandiri yaitu penginapan hotel. Hal ini dijelaskan
oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid : Karena kesadaran yang kita bangun otomatis tidak
membebani, kan kita tidak ada donatur tetap, kita hanya kotak-kotak infaq, otomatis kan tidak membebani, wong itu
kesadaran, mau masukin atau tidak, kecuali yang beban tetap itu kita konsennya ada masjid mandiri, itu ada penginapan
151
hotel, itu memang ada beban kalau itu jelas, itu tarifnya ada, dari situ memang harapannya penghasilan itu nanti untuk
operasional masjid untuk listrik segala macem, nah infaq- infaq itu
dikembalikan lagi ke jama’ah dalam bentuk pelayanan, jadi ke masyarakat warga sini tidak ada beban
sama sekali enggak ada beban tetap mereka perbulan harus bayar sekian harus donatur sekian tu enggak ada, bahkan
takjilanpun kita tidak membebani jama’ah, ya hanya kotak- kotak itu aja, nanti ada kalau takjilan ada kotak takjilan
sendiri masyarakat silahkan memasukan di situ, kan tiap hari kita yang besok itu seribu dua ratus porsi piring, ya itu ya
jama’ah.
71
Dengan pengelolaan keuangan Masjid Jogokariyan yang sedemikian rupa ini menjadikan masjid ini unggul dan mampu
melayani masyarakat secara optimal. Dari pengelolaan tersebut akhirnya menjadikan masjid berfungsi secara luas sehingga dapat
berkontribusi kepada para jama’ah dan masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan yang ikut serta membangun masyarakat yang sejahtera
adil dan makmur.
b. Masjid Syuhada
Sangat jarang kita jumpai masjid yang kepengurusannya di bawah naungan organisasi besar ataupun yayasan. Pada umumnya
masjid dikelola oleh sebuah kepengurusan masjid yang disebut takmir. Adapun Masjid Syuhada dikelola oleh sebuah yayasan yaitu
Yayasan Masjid Syuhada yang juga sekaligus merangkap sebagai takmir di masjid tersebut.
71
Hasil Wawancara dengan Bendahara Masjid Jogokariyan, 8 Mei 2016
152
Sejalan dengan perkembangannya hingga kini Masjid Syuhada terus berkembang dan semakin meningkat. Banyak
lembaga-lembaga baik formal maupun non formal berdiri di sekitar lingkungan Masjid Syuhada. Selain itu Masjid Syuhada juga
memiliki beberapa unit-unit usaha yang juga dibawahi oleh Yayasan Masjid Syuhada.
Dengan banyaknya lembaga-lembaga dan unit usaha yang berdiri di sekitar Masjid Syuhada, sangat berpotensi menghasilkan
sumber dana yang begitu besar pula. Dalam pengelolaan di Masjid Syuhada yayasan menggunakan dua pola manajemen keuangan yaitu
sentralisasi untuk lembaga pendidikan formal sedangkan untuk lembaga non formal seperti Lazis dan BMT itu menggunakan pola
desentralisasi. Lembaga pendidikan formal yang terdiri dari TK, SD,
SMP IT dan lainya ini langsung dibawahi oleh yayasan, begitu pula manajemen keuangannya. Sebelumnya pola manajemen keuangan
yang digunakan adalah desentralisasi. Namun melihat adanya celah serta rentan terjadinya tindak kecurangan dan lain sebagainya maka
sejak tahun 2009 pengelolaan keuangan di sekitar lembaga pendidikan formal kini telah menjadi pola sentralisasi. Hal ini
bertujuan memudahkan yayasan dalam mengontrol lembaga pendidikan formal demi menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
153
Dalam pemaparannya Bapak Busro Sanjaya menerangkan mengenai hal ini selaku Direktur Eksekutif Yayasan Masjid Syuhada :
Kalau untuk lembaga formal kita sudah sentralisasi dengan yayasan sedangkan untuk lembaga non formal kita
desentralisasi, karena kenapa kalau lembaga non formal ini kita lebih cendrung mereka ini yang mencari sendiri dan
memanfaatkan keuangan mereka sendiri untuk biaya operasional mereka dan itu tidak terlalu besar karena betul-
betul harus kerja keras dengan cara mencari donatur, sponsor segala macam, tetapi bahwa dari kita yayasan kita lebih
menekankan
transparansi dalam
laporan keuangan,
sedangkan untuk lembaga pendidikan formal itu kita sudah sentralisasi sejak tahun 2009, sebelumnya desentralisasi,
kenapa karena ketika desentralisasi kita dengan uang yang cukup besar castflownya sehingga kita melihat di situ ada
rentan terhadap kecurangan-kecurangan, dari pada kita susah untuk memberikan kontrol terhadap pengeluaran keuangan
tersebut makanya kita berinisiatif untuk keuangan itu kita sentarlisasi, dan pembayarannya semua di BMT Masjid
Syuhada.
72
Seperti yang dijelaskan oleh beliau di atas, adapun lembaga non formal seperti BMT atau Lazis lebih pada penekanan
transparansi dalam pola manajemen keuangannya, dalam artianya lembaga non formal tersebut diberikan ruang kepercayaan dalam
mengatur keuangannya baik masuk maupun keluar. Hal ini dikarenakan pada kegiatan lembaga non formal lebih pada usaha dan
kerja keras dalam aktivitasnya seperti misalnya Lazis yang dimana mereka harus memperkenalkan lembaga mereka ke publik. Hal ini
juga d jelaskan oleh Bapak Busro Sanjaya selaku direktur yayasan : Kalau di LAZIS sendiri LAZIS lebih cendrung mereka harus
memperkenalkan lembaga mereka keluar karena tidak semua
72
Hasil Wawancara dengan Direktur Eksekutif Yasma Syuhada, 18 Maret 2016
154
orang tahu bahwa masjid itu ada lembaga amil zakatnya, dari situ mereka dapatkan sumber dana kemudian dana itu mereka
gunakan sesuai dengan program yang mereka buat, ada seperti DMD misalkan itu donatur mitra dakwah, jadi kita
mencari para donatur untuk mendonasikan harta mereka dari harta itu sifatnya infaq ya, itu nanti digunakan untuk
membiayai aktivitas dakwah di pedesaan, kalau zakat tentu baik zakat maal zakat fitrah itu didistribusikan sesuai dengan
ketentuan agama itu kan ada asnaf itu, nah itu yang di LAZIS Masjid Syuhada.
73
Pola manajemen keuangan yang desentralisasi di lembaga non formal ini bukan berarti memisahkan lembaga tersebut terhadap
yayasan. Penerapan pola manajemen seperti itu diharapkan dapat memudahkan lembaga tersebut dalam memanfaatkan pendapatan
mereka baik berupa pengeluaran beban operasional maupun penyaluran dana. Yayasan tetap mengontrol aktivitas lembaga non
formal yang nantinya berupa serahan laporan kepada yayasan sebagai kontrol dalam menjalankan aktivitas di lembaga tersebut.
Lembaga non formal ini lah yang menjadi andalan Masjid Syuhada dalam memberdayakan masyarakat muslim terutama dari segi
ekonomi. Adapun untuk Yayasan Masjid Syuhada sebagai pengelola
masjid sendiri, pendapatan terbesar yang mereka hasilkan hanya bersumber dari infaq shalat J
um’at sedangkan sisanya bersumber dari masyarakat yang mau mewakafkan hartanya dalam bentuk uang
tunai. Yayasan sendiri bukan lah organisasi yang berorientasi pada keuntungan, maka dari itu kegiatann di yayasan sendiri cendrung
73
Ibid.
155
pasif karena pada dasarnya yayasan hanya sebagai pengelola Masjid Syuhada dalam menjalankan fungsinya sekaligus sebagai kontrol
terhadap lembaga-lembaga yang ada di sekitar Masjid Syuhada. Bapak Busro Sanjaya selaku direktur juga menjelaskan :
Kita di sini masjid sendiri dengan lembaga-lembaga itu dalam artian begini, kalau kita di Masjid Syuhada ini
pendapatan kita hanya dari i nfaq jum’atan kemudian ada
orang yang mewakafkan harta mereka dalam bentuk uang tunai, tapi kalau itu kita tidak terlalu apa istilahnya ya sangat
kalau di lembaga-lembaga lain kita sampai fundraisingnya luar biasa gitu, kita tidak, kita lebih cendrung pasif begitu,
orang hanya datang ke sini untuk memberikan itu, kemudian
dari infaq jum’atan itu kita gunakan untuk operasional masjid, untuk gaji pegawai kemudian juga biaya operasional
seperti listrik, air jadi ya biaya-biaya yang muncul dari itu lah menjadi tempat untuk mengeluarkan itu, ini dalam kontek
masjid.
74
Adapun sumber dana hanya digunakan untuk operasional Masjid Syuhada dan kebutuhan sekitar yayasan seperti gaji pegawai,
listrik, air dan lain sebagainya. Pada dasarnya kesemuanya itu di kembalikan la
gi dalam bentuk pelayanan terhadap jama’ah yang melaksanakan ibadah di Masjid Syuhada.
3. Manajemen Dakwah
a. Masjid Jogokariyan
Pada umumnya selain sebagai tempat peribadatan, masjid juga digunakan sebagai media berdakwah. Dalam aktivitas dakwah
tentunya memiliki sasaran objek dakwah yaitu masyarakat muslim
74
Ibid.
156
itu sendiri. Dalam menentukan runag dakwah, Masjid Jogokariyan memiliki pemetaan sendiri dalam menentukan sasaran dakwahnya.
Mengikuti nama lokasi berdirinya masjid tersebut sudah jelas masjid tersebut milik daerah Jogokariyan, Mantrijeron, Kota
Yogyakarta, DIY. Jogokariyan merupakan sebuah kampung asri yang terdiri dari 4 RW dan 18 RT, yaitu RW 9, 10,11 dan 12 dengan
RT yang terdiri dari RT 30 sampai dengan RT 47. Adapun jumlah penduduk di Kampung Jogokariyan berjumlah 3970 orang dengan
887 kepala keluarga dan 5 diantaranya non Islam sedangkan sisanya mayoritas muslim. Pemetaan ini lah yang menjadi jangkauan
dakwah di Masjid Jogokariyan dalam berdakwah. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid, dalam
wawancaranya beliau menjelaskan : Namanya aja Masjid Jogokariyan, itu Jogokariyan sendiri
sudah wilayah dakwah kampung Jogokariyan, itu kan wilayah dakwah, Indonesia itu kan juga nama, Indonesia
wilayahnya kan jelas kan dari Sabang sampai Marauke dari pulau Nias. Wilayah dakwah kita Kampung Jogokariyan,
maka namanya Jogokariyan masjid itu, dan itu kan sunnah juga Rasulullah juga bangun masjid pertama juga Masjid
Kuba. Kesalahannya itu memang banyak masjid itu tidak menentukan wilayah dakwah, asal bangun masjid namanya
Masjid Al-Kautsar, nanti asal punya program dilempar ke masyarakat kan, masyarakat nerima atau tidak, kalu tidak
menerima program nanti yang disalahkan masyarakat, tapi kan dengan adanya wilayah dakwah kan akan jelas memang
tahapannya nanti setelah
itu data jama’ah kan juga ada.
75
75
Hasil Wawancara dengan Bendahara Masjid Jogokariyan, 8 Mei 2016.
157
Masjid Jogokariyan berfungsi secara luas bagi masyarakat dan jama’ah sekitaran Jogokariyan. Tidak hanya sebagai tempat
ibadah mahdhah semata, Masjid ini juga berfungsi sebagai sarana pusat kegiatan masyarakat mulai dari aktivitas ekonomi, sosial
bahkan budaya. Berbagai macam aktivitas yang diadakan di lingkungan masjid bertujuan untuk memasyarakatkan masjid agar
masyarakatpun merasa dengan senang hati menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan bahkan pusat peradaban umat Islam. Dalam
wawancaranya Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara juga menjelaskan :
Dan itu memang semua lini, ekonomi sosial budaya ya tetap kita laksanakan, ya kita ingin memfungsikan masjid seperti di
zaman Rasulullah, ya menang ada batasan-batasan katakanlah kalau dikaitkan dengan kelompok-kelompok ya rujukan kita
MUI lah, kalau itu kelompok yang dianggap sesat itu ya memang kita tidak memungkinkan beraktivitas di sini.
76
Dalam aktivitas dakwahnya Masjid Jogokariyan sangatlah meluas terutama dari segi kerohanian seperti ibadah, kajian dan lain
sebagainya. Tidak hanya sekedar membahas seputar keagamaan, banyak di antaranya materi-materi kajian yang disampaikan baik
sosial, ekonomi dan lain sebagainya yang sebenarnya juga merupakan cakupan dari agama Islam itu sendiri. Kajian-kajian yang
disajikan di
Masjid Jogokariyan
sangatlah beragam
dan menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Bahkan semua
76
Ibid.
158
persoalan masyarakatpun juga dibahas di dalam masjid. Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara juga menegaskan :
Semua, semua itu kita masuki, kalau tadi keluarga ya, untuk keluarga ya materi-materinya sesuai itu, bapak-bapak muda
juga sama kan gitu, sesuai dengan jenjang usia itu saya kira masing-masing ada, itu nanti yang sepuh-sepuh sendiri itu
nanti juga ada, kan enggak mungkin kita bicarai zakat infaq sama anak-anak atau remaja masjid, jadi kan kita sesuaikan.
Ya tentang ekonomi semua tetap kita masuk, tetap ada, tapi tidak ada khusus pengajian ekonomi itu tidak, tapi kita lebih
banyak berdasarkan jenjang usia, nah ketika jenjang usia itu nanti masuknya di situ, masalah ekonomi juga ada di
UMIDA KURMA juga ada, di IKS juga ada, tapi berdasarkan kelompok usia itu kita masuk, tidak perbidang pengajian
ekonomi pengajian sosial itu tidak.
77
Selain mengadakan kajian-kajian yang di sampaikan melalui pengajian, Masjid Jogokariyan juga ikut turut andil dalam
menunjang aktivitas dakwah melalui kegiatan ekonomi. Hal ini juga dianggap sebagai sarana dakwah demi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera di lingkungan masjid seperti zaman Rasulullah SAW yang dulu mencita-citakan masjid sebagai pusat peradaban di mana masjid
dijadikan sebagai langkah awal dalam membangun masyarakat yang sejahtera adil dan makmur.
Kegiatan ekonomi ini bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di lingkungan Masjid Jogokariyan. Sejahtera
berarti mampu memenuhi segala kebutuhan, oleh karena itu seseorang yang sejahtera berarti mampu secara materi dan fisik.
Seseorang yang apabila sejahtera tentu dapat mengurangi beban
77
Ibid.
159
yang sebelumnya mereka pikul. Dengan demikian seseorang yang sebelumnya kurang akan segala hal menjadi mampu bahkan
harapannya dapat ikut serta membantu bagi mereka yang belum mampu. Hal inilah yang merupakan makna memberi sekaligus
hakikat dari manfaat zakat, infaq dan shadaqah itu sendiri. Mensejahterakan warga sekitaran Masjid Jogokariyan
inilah yang menjadi tujuan dalam membangun masyarakat yang makmur dan sejahtera, sehingga peran masjid dianggap cukup
berpengaruh terhadap perubahan bagi masyarakat. Harapan dan cita- cita ini terus berlanjut hingga saat ini dan bahkan menjadi sarana
dakwah Masjid Jogokariyan dalam menciptakan kelancaran beribadah dengan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Hal ini
dijelaskan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid : Itu saya kira hampir semua itu pasti akan berpikir ke sana ya,
tahapannya kalau mereka sejahtera kan otomatis bergeser menjadi muzaki dari mustahik itu tetap proses terus dan kita
juga belum selesai masih proses dan itu memang cita-cita kuat untuk menuju ke sana dan kita belum sampai belum
selesai berjalan terus dan harus diingat jangan diasumsikan kalau Islamnya sempurna itu tidak ada orang miskin itu
keliru, enggak ada zaman Rasulullah sendiri juga ada orang miskin kok, yang penting harmonis gitu loh, hubungan itu
harmonis dan yang penting kan ibadahnya itu kan parameter- parameter kapital kalau orang itu harus kaya memang Islam
harus kaya kira-kira begitu cita-cita, tetapi bukan itu ukurannya, ukuran Islam kan ketaqwaan bukan persoalan
materi, nah kebetulan kita ini orang-orang ekonomi seolah- olah itu jadi cita-cita, yang namanya materi banyak itu kan
cita-cita, itu juga enggak salah untuk kelancaran ibadah.
78
78
Ibid.
160
Melalui Baitul Maal Masjid Jogokariyan yang mereka bangun maka usaha pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat
dilakukan dengan cara memberikan bantuan-bantuan berupa modal usaha, lapangan usaha, peralatan dan lain sebagainya. Baitul Maal
sendiri merupakan lembaga keuangan sosial yang dimiliki Masjid Jogokariyan yang merupakan lembaga non profit oriented. Semata-
mata memfungsikan lembaga ini sebagai penunjang dakwah dari segi ekonomi supaya dapat membangun daya ekonomi sekitaran
Masjid Jogokariyan. Bendahara Masjid Jogokariyan Bapak Wahyutejo Raharjo dalam wawancaranya menjelaskan :
Kalau yang modal itu lewat Baitul Maal Masjid Jogokariyan meskipun itu tidak bisa besar dan itupun penyalurannya kalau
konteks untuk bantuan modal itu harus masuk delapan asnaf, kalau itu kriterianya sudah jelaskan. Kemudian kalau
membuka akses pasar itu memang yang sering kita lakukan, contohnya apapun kalau kita punya kegiatan itu harus
ngambil dari potensi ekonomi jama’ah, pesen minum pesen makanan harus prioritas utama dari jama’ah, kalau enggak
ada baru diambil keluar, kemudian itu kan sudah membantu, menginformasikan kepada jama’ah, kemudian pasar sore
..... itu kita tidak berfikir menjual lapak-lapak tidak, tetapi kita ingin membuka menginformasikan kepada masyarakat
atau mencarikan pembeli, silahkan warga berjualan disini meskipun sekarang itu sudah orang luar sudah banyak, tapi
prioritasny
a memang orang atau warga atau jama’ah sini, silahkan berjualan di pinggir jalan ini, tugas masjid adalah
mencarikan pembeli caranya ya dengan membuat kegiatan yang semenarik mungkin supaya orang mau datang,
alhamdulillah kan itu bisa terlaksana bahkan kalau pencermatan kami tu orang yang jualan sepanjang jalan
Jogokariyan ini, itu setelah Kampung Ramadhan Pasar Sore mereka bisa berlanjut berjualan, di luar itupun masyarakat
juga sudah tahu, oh kalau Ramadhan kan biasanya jualan makanan-makanan khas itu mak
anan nyami’an-nyami’an itu, masyarakta akan tahu, oh kalau mau bikin kukis di situ, oh
161
kalau mau bikin martabak di situ, artinyakan membuka pasar, menginformasikan kepada masyarakat, itu yang kita
lakukan.
79
Demi terwujudnya program-program seperti ini tentu bukanlah merupakan hal yang mudah dengan cakupan dakwah yang
begitu luas. Mengingat bahwa masjid ini adalah masjid milik kampung, maka tidak susah untuk menentukan pemetaan dakwah
tersebut. Namun Masjid Jogokariyan tidak hanya sekedar melakukan pemetaan
ataupun menentukan kapasitas jama’ah saja, masjid ini justru melakukan pendataan layaknya seperti sensus penduduk. Hal
ini dijelaskan oleh Bapak Wahyutejo Raharjo selaku bendahara masjid :
Itu sederhana seperti kayak seperti sensus penduduk kita datangi ke rumah-rumah, kalau sensus penduduk itu kan di
data semua nanti kita data kita minta informasi keluarganya berapa, yang SD berapa, mata pencariannya apa itu kan data
yang kita butuhkan itu, dan itu masing-masing periode kita kan empat tahun sekali itu juga tidak sama semua, yang tahun
ini lebih mudah kalau dulu pernah sampai sudah bisa baca tulis Al-
Qur’an atau belum itu sampai ke sana, sudah berhaji belum misalkan itu haji karena untuk data yang kita
perlukan.
80
Sensus penduduk yang dilaksanakan oleh Masjid Jogokariyan bertujuan untuk mengetahui kelemahan masyarakat,
meneliti kebutuhan masyarakat dan lain sebagainya. Maka dalam sensus ini mencakup berbagai aspek layaknya sensus penduduk pada
umumnya. Selain itu sensus penduduk ini juga memudahkan dalam
79
Ibid.
80
Ibid.
162
menyusun program-program yang sekiranya memang menjadi minat dan kebutuhan para jama’ah dan masyarakat. Bapak Wahyutejo
Raharjo selaku bendahara masjid menjelaskan : Memudahkan kita dalam menyusun program, kalau
wilayahnya jelas nanti datanya juga jelas mana yang miskin berapa orang yang anu berapa orang kalau konteks untuk
zakat itu ya konteks ekonomi, kemudian kalau data base atau daerah sini yang katakanlah pengalaman kita ada yang sudah
bisa baca Al-
Qur’an atau belum kan juga jelas wilayahnya, logikanya gampang seperti Indonesia lah, kan yang miskin
berapa yang lulusan SD berapa SMA berapa kan jadi mudah nanti untuk menyusun program nya.
81
Dari pendataan jama’ah melalui sensus yang dilakukan oleh Masjid Jogokariyan, maka akan dihasilkan data base yang
berisikan semua info-info yang dibutuhkan untuk menyusun program-program yang ada di Masjid Jogokariyan. Selain itu data
base ini juga digunakan sebagai sarana evaluasi program-program yang telah terlaksana, jika seandainya terjadi kekurangan atau
penurunan maka dilakukan perubahan jika memang sangat diperlukan. Hingga saat ini data base inilah yang menjadi kunci
utama Masjid Jogokariyan dalam melaksanakan aktivitas dakwah di masjid serta memudahkan masjid dalam mengontrol dan
memperhatikan masyarakat sehingga apabila ada tindakan atau program yang sekiranya diperlukan maka dilaksanakan sesegera
mungkin. Dalam hal ini Bapak Wahyutejo Raharjo bendahara masjid menjelaskan :
81
Ibid.
163
Kalau kita menyusun program itu kan paling enak dengan data base, kalau tanpa data base kan kita susah untuk
menyusun program artinya kan seperti ini contoh pengajian yang pernah diikuti apapun itu misalnya tadarus keliling, nati
kan kita oh dari data ternyata pernah diikuti yang nulis ini misalnya ada tiga ratus tapi kok yang datang cuma seratus, ini
mungkin ada sesuatu dari program kita yang mungkin kurang perlu diperbaharui atau tidak menarik atau tanggalnya enggak
pas harinya enggak pas, itu kan bagian dari kita dalam menyusun program.
82
Pada intinya irama dakwah yang ada di Masjid Jogokariyan ini tidak mengikat pada satu partai politik atau ormas
manapun. Semuanya dilakukan berdasarkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Dakwah di Masjid Jogokariyan bertujuan
menjadikan masyarakat dan jama’ah menjadi lebih baik dan sejahtera sehingga memang sangat perlu memperhatikan dari
berbagai aspek, tidak hanya satu sisi saja. Dengan memasukan berbagai macam unsur dan aspek diharapkan masjid memiliki peran
yang sangat berpengaruh terhadap pembagunan masyarakat seperti zaman Rasulullah SAW ketika beliau membangun masjid petama
kali di Madinah.
b. Masjid Syuhada
Selain berdasarkan sejarah, pada intinya Masjid Syuhada didirikan dengan alasan sebagai rumah ibadah bagi umat muslim
yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta ketika masa penjajahan dulu, mengingat pada saat itu jarang sekali ditemukannya rumah
82
Ibid.
164
ibadah bagi umat muslim di Yogyakarta. Namun kini fungsi Masjid Syuhada diperluas sedemikian rupa agar manfaat yang dirasakan
bagi masyarakat muslim Yogyakarta saat ini lebih dinamis dan diharapkan mampu membawa perubahan bagi masyarakat muslim
Yogyakarta serta menjadi masjid percontohan bagi masjid yang ada di kota-kota di seluruh Provinsi DIY ini.
Kini Indonesia telah menjadi negara yang merdeka, bahkan banyak sekali perubahan-perubahan yang tidak kalah saing
dengan negara berkembang lainnya. Begitu juga dengan Masjid Syuhada, fungsi yang dulunya hanya sekedar menjadi tempat
peribadatan kini telah menjadi masjid yang berkiprah pada pergerakan dakwah dan pendidikan. Banyak kegiatan-kegiatan yang
bersifat dakwah yang diadakan oleh Masjid Syuhada, bahkan Masjid Syuhada membangun lapangan pendidikan di sekitar masjid dengan
mendirikan berbagai lembaga pendidikan formal dan non formal. Sebagai mana yang telah dilansir oleh Bapak Busro Sanjaya selaku
Direktur Eksekutif YASMA dalam wawancarannya menjelaskan : Dulu ketika Masjid Syuhada ini berdiri kiprahnya lebih
cendrung pada pergerakan dakwah dan pendidikan, jadi kita dari awal telah ada perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi
Agaman Islam Masjid Syuhada dulu pernah bernama Institud Dakwah Masjid Syuhada atau IDMS kemudian ada lembaga-
lembaga non-formal ada Lembaga Pendidikan Masjid Syuada kemudian ada Pendidikan Kader Masjid Syuhada ada
Pendidikan Anak-anak Masjid Syuhada dan Corps Dakwah Masjid Syuhada. Ini adalah empat pilar atau empat lembaga
yang berkiprah untuk pengembangan dakwah dan pendidikan di lingkungan Masjid Syuhada,
namun itu dirasa oleh kami
165
dari Masjid Syuhada kurang cukup memberikan konstribusi positif bagi umat Islam yang ada di daerah Yogyakarta ini
sehingga kemudian
didirikanlah lembaga-lembaga
pendidikan formal, jadi ada TK, ada SD dan sekarang alhamdulillah sudah berdiri SMP-IT Masjid Syuhada.
83
Maka tidak heran dilingkungan Masjid Syuhada kita jumpai banyak sekali lembaga pendidikan seperti TK, SD, SMP IT
hingga perguruan tinggi. Selain itu akan banyak sekali kita jumpai berbagai lembaga-lembaga non formal yang bersifat kelompok
pengajian dan himpunan lainnya yang kesemuanya itu beraktivitas di ranah dakwah.
Untuk pergerakan dakwah, Masjid Syuhada memiliki banyak sekali program-program dalam pengembangan dakwah
seperti mengadakan pengajian-pengajian, kegiatan belajar mengajar, konsultasi hingga pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal
ekonomi. Kesemuanya itu semata-mata hanya bertujuan untuk kepentingan dakwah. Pengembangan dakwah yang dilakukan oleh
Masjid Syuhada dilakukan dalam beragam warna, sehingga wajar kalau masjid ini diakui dan dikenal oleh banyak lapisan masyarakat
khususnya sekitaran DIY. Alhamdulillah dengan adanya pergerakan semacam ini
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat muslim Yogyakarta sehingga masyarakatpun juga ikut serta dalam
membantu dan mendukung kegiatan yang berlangsung di sekitar
83
Hasil Wawancara dengan Direktur Eksekutif Masjid Syuhada, 18 Maret 2016
166
masjid dengan cara memberikan respon dalam bentuk apapun baik materi maupun jasa demi kelancaran dalam berdakwah. Dari sekian
respon yang kian meningkat, timbul potensi yang begitu besar khususnya dalam bentuk sumber dana. Dari potensi inilah yang
menjadikan alasan mengapa didirikannya Lazis dan BMT Masjid Syuhada yang yang nantinya memotori pergerakan keuangan di
lingkungan Masjid Syuhada. Dalam wawancaranya Bapak Busro Sanjaya selaku direktur eksekutif meneragkan :
Dengan berjalannya waktu dengan banyaknya kegiatan di sini alhamdulillah Masjid Syuhada dulu pernah menjadi pusat
atau mercusuar bagi peradaban Islam dan pengembangan dakwah di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ini,
sehingga orang itu berbondong-bondong untuk mengikuti kegiatan di Masjid Syuhada dan tidak sedikit dari mereka
yang istilahnya ingin meluangkan harta mereka untuk diinfaqkan dizakatkan maka diwaqafkanlah Masjid Syuhada
ini, itu yang menjadi latar belakang mengapa berdirinya lembaga amil zakat atau LAZIS Masjid Syuhada. Dengan
berjalannya waktu pula karena dari yayasan kita dari Yayasan Masjid Syuhada ini ingin mengupayakan keuangan yang
tersentralistik dari semua lebaga dan kita juga memiliki sebuah usaha pengembangan ekonomi akhirnya kita
mendirikan BMT Masjid Syuhada ini yang menjadi latar belakang mengapa LAZIS dan BMT ini berdiri di lingkungan
Masjid Syuhada. Kemudian tentu kalau seperti LAZIS ini harapan kami dan Alhamdulillah cukup tercapai cfukup baik
begitu menjadi sebagai promotor bagi keuangan atau pergerakan dakwa yang ada di lingkungan Masjid Syuhada
ini.
84
Dari potensi dan respon masyarakat yang kian meningkat kini Masjid Syuhada telah berkembang sehingga menjadi masjid
yang begitu cukup besar. Kelembagaan baik formal maupun non
84
Ibid.
167
formal kini telah menjadi sarana yang paling melekat di Masjid Syuhada, sekaligus dengan adanya unit-unit lainnya menjadikan
Masjid Syuhada kaya akan aktivitas dan program-program yang sedang terlaksana. Jikalau kita jumpai Masjid Syuhada maka tidak
heran ramai akan masyarakat yang beraktivitas di sekitar lingkungan masjid ini,
tidak hanya para jama’ah namun juga para masyarakat yang menyekolahkan anaknya ke dalam lembaga pendidikan yang
didirikan oleh Masjid Syuhada ini. Kiprah pergerakan dakwah dan pendidikan yang dilakukan
Masjid Syuhada ini berbeda dengan masjid yang dimiliki oleh beberapa daerah. Target dakwah Masjid Syuhada ini meluas, tidak
hanya pada satu tempat saja namun ke berbagai daerah yang ada di sekitar DIY. Namun dengan pemetaan dakwah yang begitu luas ini
tentu menjadikan tugas besar bagi Masjid Syuhada dalam berdakwah mengingat tujuan dari yayasan adalah menjadikan Masjid Syuhada
sebagai mercusuar peradaban umat muslim di DIY. tujuan yang dimiliki Masjid Syuhada adalah berdakwah secara meluas agar tidak
hanya dirasakan oleh sekitaran masjid saja, namun daerah-daerah yang tidak dapat menjamah Masjid Syuhada juga ikut merasakan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Busro Sanjaya Direktur Eksekutif Yayasan Masjid Syuhada :
Pendekatan kita lebih ke arah pendekatan apa persuasif yang ini ya apa namanya dan kita juga aktif, jadi kita mengadakan
kegiatan-kegiatan program –program yang sekiranya itu bisa
168
menjadi lumbung atau daya tarik bagi jama’ah di masjid kita sehingga mereka mau datang mau belajar atau kita kadang-
kadang langsung membuat program langsung aktif ke daerah- daerah, jadi kita tidak hanya berputar di sekitar Masjid
Syuhada saja, kita memulai dakwah itu harus melangkah jauh keluar dari komunitas kita di Masjid Syuhada ini, sehingga
kita bisa dimanfaatkan oleh mereka yang mungkin tidak bisa menjangkau kita di Masjid Syuhada ini semacam itu.
85
Dengan tidak adanya pemetaan ataupun objek khusus dalam berdakwah maka pergerakan Masjid Syuhada lebih meluas
dan melebar sehingga dapat dirasakan oleh banyak orang. Dalam menentukan area dakwah pun Masjid Syuhada tidak asal memilih,
melainkan membatasi sesuai dengan kualifikasi daerah yang akan dikunjungi. Masjid Syuhada lebih mengutamakan daerah-daerah
minoritas akan agama Islam yang tidak memiliki lingkungan yang kuat dalam mendukung kemajuan kehidupan berislami. Sudah
menjadi kewajiban Masjid Syuhada dalam memperluas pergerakan dakwah mereka karena Masjid Syuhada adalah masjid peninggalan
sejarah serta cendramata dari Indonesia untuk DIY. Masjid Syuhada adalah masjid milik DIY sehingga sudah sewajarnya cakupan
dakwah masjid ini meluas terutama bagi daerah yang lebih diutamakan. Dalam penjelasannya Bapak Busro Sanjaya selaku
direktur eksekutif mengungkapkan : Kita meluas, bahka kita tidak punya daerah atau teritorial
tertentu, kalau seandainya kita ingin mengadakan ke Gunung Kidul ya ke Gunung Kidul aja, kalau ke Kulonprogo ke
Kulonprogo saja atau istilahnya manut gitu, dimana cuman yang perlu kita batasi adalah yang kita cari kualifikasinya
85
Ibid.
169
bahwa memang daerah itu memang daerah tertinggal kemudian Islamnya minoritas atau misalnya mayoritas tapi
miskin nah itu yang menjadi lahan kita begitu. Tetapi kalau untuk di lingkungan Masjid Syuhada nya sendiri di sini kita
“welcome “ untuk semuanya dari siapapun dan dari manapun. Kalau ingin meluasnya itu kita tidak terikat dengan batasan-
batasan tertentu ya jadi harapan kita dengan adanya Masjid Syuhada jangan sampai mentang-mentang karena Masjid
Syuhada ini berada di kota fungsinya hanya di ikat di kota saja begitu, kalau di memberdaya secara nasional kenapa
tidak. Bahkan kita dulu ketika terjadi tsunami di Aceh misalnya Lazis Masjid Syuhada sempat mengirimkan
relawan ke sana kan begitu.
86
Pada umumnya yang disebut dengan jama’ah masjid adalah mereka para masyarakat yang ada disekitaran masjid tersebut
dan ikut meramaikan masjid. Berbeda dengan Masjid Syuhada, jama’ah merupakan siapa saja yang datang dan hadir di Masjid
Syuhada untuk meramaikan masjid ini. Bagi Masjid Syuhada masjid ini tidak memiliki jama’ah tetap dari daerah manapun terutama
daerah Kotabaru sendiri. Bapak Busro Sanjaya selaku direktur menjelaskan di dalam wawancaranya :
Kita sempat di tanya tentang data jamaah kita, kalau data jamaah kita ini kita mengukurnya simpel, jadi siapa yang
pernah shalat di sini siapa yang ikut kegiatan kita di sini itu lah jama’ah kita, misalnya jenengan berasal dari Jawa Barat
misalnya, datang ke sini mampir shalat di sini satu kali berjama’ah, itu sudah jama’ah kita, atau megikuti kegiatan
kita di sini kajian kan itu sudah jama’ah kita. Nah ini yang unik dari kami Masjid Syuhada, kami memil
iki jama’ah tetap seprti masjid-masjid yang ada di tempat lain, jadi kalau
masjid tertentu misalnya di suatu kampung itu jama’ah dia itulah di RT di RW yang ada di lingkungan dia, kalau kami
tidak, bahwa memang iya kami disini ada masyarakat
86
Ibid.
170
pinggiran Kalicode yang minoritas muslim itu menjadi salah satu binaan kami tapi kami tidak terpaku dengan itu.
87
Pada intinya Masjid Syuhada merupakan sebuah masjid monumen milik DIY. Masjid Syuhada berkiprah pada pergerakan
dakwah dan pendidikan sehingga banyak sekali kita jumpai berbagai lembaga yang berdiri disekitar masjid tersebut. Dalam pemetaan area
dakwah, masjid sendiri tidak menetapkan daerah manapun. Hal ini mengingat bahwasanya masjid ini adalah masjid milik provinsi
sehingga sewajarnya dapat dirasakan di seluruh DIY. namun dalam menentukan area tersebut Masjid Syuhada lebih mengutamakan
daerah-daerah yang sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh masjid. Hal ini menghasilkan respon yang begitu besar sehingga
Masjid Syuhada kini menjadi mercusuar peradaban umat muslim di DIY dan kini telah di kenal hampir diseluruh pelosok DIY.
4. Perbandingan Manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada
Setiap masjid tentu memiliki keunggulan dan karakteristik masing-masing. Perbedaan ini tentunya berdasarkan lokasi, nama bahkan
harapan masing-masing warga ketika masjid tersebut hendak didirikan. Setiap masyarakat yang mendirikan masjid tentunya memiliki harapan
akan masjid tersebut. Dari harapan tersebut maka muncul lah fungsi dan jangkauan target yang berbeda-beda.
87
Ibid.
171
Masjid Jogokariyan adalah masjid milik kampung Jogokariyan yang didirikan di daerah Jogokariyan itu sendiri. Sedangkan Masjid
Syuhada yang konon merupakan bukti sejarah sekaligus manumen DIY secara otomatis mengemban nama DIY secara keseluruhan sehingga
wajar apabila masjid ini juga disebut dengan Masjid Agung. Perbedaan jelas terlihat di antara kedua masjid tersebut terutama dalam pengelolaan
manajemennya di mana Masjid Jogokariyan menggunakan sistem Takmir Masjid sedangkan Masjid Syuhada dikelola oleh Yayasan Masjid
Syuhada sebagai takmir. Adapun perbedaan manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid
Syuhada adalah sebagai berikut : Tabel 4.2
Perbedaan Manajemen Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada
Masjid Jogokariyan Masjid Syuhada
Kepengurusan
Takmir Masjid Yayasan Masjid
Manajemen Sumber Daya Manusia
Memanfaatkan sumber internal. Memanfaatkan sumber internal.
Pengembangan kualitas SDM secara otodidak disertakan tugas
dan amanat. Pengembangan kualitas SDM
secara penanaman mental kepada penghuni asrama.
Mengutamakan kaderisasi masyarakat muda setempat.
Mengutamakan kader-kader mahasiswa.
Manajemen Keuangan
Memiliki beberapa biro dalam menjalankan aktivitas masjid.
Memiliki banyak lembaga- lembaga yang berdiri di sekitaran
masjid.
Masing-masing biro memiliki potensi sumber dana.
Masing-masing lembaga memiliki potensi sumber dana.
172
Dalam pengelolaannya menganut sistem desentralisasi.
Dalam pengelolaan keuangannya menganut sistem sentralisasi
kecuali BMT dan Lazis Masjid Syuhada yang menganut
desentralisasi.
Alasan menganut sistem ini demi mengutamakan otoritas pelayanan
yang maksimal, cepat dan tepat. Alasan menganut sistem ini demi
menghindari hal-hal yang negatif yang berpotensi merusak sistem
keuangan. Sedangkan BMT dan Lazis dikarenakan mengharuskan
kedua lembaga ini untuk mempromosikan lebih
memperkenalkan ke publik agar menarik perhatian sumber dana.
Memiliki Gerakan Jamaah Mandiri dalam menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk ikut serta mengelola masjid.
Tidak memiliki program khusus dikarenakan potensi keuangan
yang begitu besar sehingga cukup mengandalkan pemasukan
perminggu.
Memiliki Baitul Maal sebagai wadah penyaluran dan
pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah serta menjadi kunci
utama dalam menciptakan program pemberdayaan ekonomi
masyarakat setempat. Adapun yang menampung sebagai wadah
komersil bekerja sama dengan bank syariah ataupun BMT
eksternal. Memiliki BMT sebagai wadah
komersil dan Lazis sebagai wadah sosial dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat. Lazis dikonsentrasikan sebagai lembaga
pengelolaan dana zakat infaq dan shadaqah. BMT sebagai pusat
keuangan masjid sekaligus aktivitas komersil.
Pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang produktif disertai
program-program yang dapat mendukung pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Pengelolaan dana zakat, infaq dan
shadaqah yang produktif disertai program-program yang dapat
mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Manajemen Dakwah
Pemetaan zona dakwah yang terpusat mengutamakan sekitaran
masjid khususnya masyarakat Jogokariyan.
Pemetaan zona dakwah yang meluas khususnya Provinsi DIY.
Kajian dakwah yang multikultural.
Kajian dakwah yang multikultural.
Mengutamakan masyarakat sekitaran Jogokariyan dalam
penyaluran program Mengutamakan daerah-daerah
yang krisis agama Islam dalam menyalurkan program
173
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
pemberdayaan masyarakat.
B. Potensi Masjid dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat
Setelah menjelaskan bagaimana kedua masjid tersebut, terdapat keunggulan yang kita temui di mana jarang sekali kita jumpai di masjid
lainnya. Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada memiliki program dalam memberdayakan umat terutama dalam urusan ekonomi. Hal ini muncul dari
kesadaran yang timbul dari kedua masjid tersebut untuk juga memperhatikan segi ekonomi masyarakat yang nantinya menjadi penunjang kesejahteran
masyarakat itu sendiri. Adanya pemberdayaan ekonomi masyarakat ini karena didukung
manajemen yang sedemikian rupa sehingga dalam kepengurusan masjid pun layaknya seperti organisasi besar yang sering kita jumpai. Meskipun bentuk
kelembagaan kedua masjid ini berbeda namun mampu menciptakan program yang sangat mendukung sekali dalam membangun peradaban. Karakteristik
yang berbedapun muncul sehingga kedua masjid tersebut memiliki cara tersendiri dalam menjalankan program tersebut. Dari perbedaan karekteristik
tersebut maka potensi dalam membedayakan ekonomi masyarakatpun berbeda-beda.
174
Perbedaan ini menciptakan konsep pemberdayaan ekonomi yang berbeda sesuai potensi yang dihasilkan oleh masing-masing masjid. Adapun
potensi-potensi tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Potensi Masjid Jogokariyan
Dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat,
masjid Jogokariyan lebih mengutamakan untuk memberdayakan daerah
sekitaran Masjid Jogokariyan yang secara keseluruhan kampung Jogokariyan itu sendiri. Dalam memberdayakan ekonomi masyarakat,
Masjid Jogokariyan didukung dengan berdirinya lembaga Baitul Maal yang dibawahi langsung oleh biro keuangan.
a. Baitul Maal Masjid Jogokariyan
Baitul Maal Masjid Jogokariyan didirikan dengan alasan agar dapat mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah secara mandiri,
selain itu juga dapat mengkonsentrasikan penyalurannya kepada masyarakat sekitaran Masjid Jogokariyan khususnya masyarakat
Jogokariyan. Adapun lembaga ini dibentuk dan dibawahi langsung oleh
biro keuangan
masjid, sehingga
secara otomatis
yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Baitul Maal adalah biro
keuangan itu sendiri. Adapun pengelolaan dana di Baitul Maal
175
tersebut secara konsumtif dan produktif, sehingga dapat menciptakan usaha dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di Jogokariyan.
Adapun penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah oleh Baitul Maal secara produktif adalah sebagai berikut :
1 Modal Usaha.
2 Fasilitas Usaha yang diinfestasikan melalui pengawasan
dalam tujuan pengembangan. 3
Membuka pasar dengan meciptakan Pasar Ramadhan yang diadakan setiap setahun sekali di bulan Ramadhan
Baitul Maal Masjid Jogokariyan dianggap berpotensi dalam memberdayakan ekonomi masyarakat Jogokariyan. Hal ini
dapat dilihat dari perkembangan aset yang cukup signifikan sebagai bukti potensi tersebut. Perkembangan aset dapat dilihat dari laporan
5 tahun terakhir sejak tahun 2012 hingga 2016, adapun laporannya tersebut adalah sebagai berikut :
176
Tabel 4.3 Laporan Keuangan Yayasan Baitul Maal Masjid Jogokariyan
2012-2016 1433-1437
A. Pemasukan 1. Saldo awal
34.112.169 Rp
2. Pemasukan setelah Ramadhan 1432 H 2.400.000
Rp 3. Pemasukan sebelum Ramadhan 1433 H
62.831.000 Rp
4. Pengembalian modal usaha 5. Infaq modal usaha
Total Pemasukan
99.343.169 Rp
B. Penyaluran Penyaluran 1. Fakir Miskin Ramadhan 1433 H
29.460.000 Rp
2. Fisabilillah 33.550.000
Rp 3. Mualaf
210.000 Rp
4. Gharim 5. Amil
540.000 Rp
6. Ibnu Sabil Musafir 830.000
Rp
Total Pengeluaran 64.590.000
Rp
Jumlah Saldo 34.753.169
Rp LAPORAN KEUANGAN
YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1433 H Per Tgl 18 Agustus 2012 Jam 21.00 WIB
A. Pemasukan 1. Saldo awal 1433 H
34.753.150 Rp
2. Pengembalian sisa takjilan 1431 H 8.000.000
Rp 3. Penerimaan ZIS Ramadhan 1434 H
64.290.000 Rp
5. Pengembalian usaha 400.000
Rp
Total Pemasukan 107.443.150
Rp B. Penyaluran Penyaluran
1. Fakir Miskin sebelum Ramadhan 1434 H 19.650.000
Rp 2. Fisabilillah
8.750.000 Rp
3. Mualaf 300.000
Rp 4. Gharim
1.000.000 Rp
5. Amil 1.250.000
Rp 6. Ibnu Sabil Musafir
1.350.000 Rp
7. Fakir Miskin 1434 H 26.050.000
Rp
Total Pengeluaran 58.350.000
Rp
Jumlah Saldo 49.093.150
Rp LAPORAN KEUANGAN
YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1434 H Per Tgl 7 Agustus 2013 Jam 21.30 WIB
177
A. Pemasukan 1. Saldo awal
46.502.150 Rp
2. Penerimaan ZIS 1435 H 119.452.000
Rp
Total Pemasukan 165.954.150
Rp B. Penyaluran Penyaluran
1. Fakir Miskin 43.465.000
Rp 2. Fisabilillah
70.080.150 Rp
3. Gharim 6.000.000
Rp 4. Amil
10.520.000 Rp
5. Ibnu Sabil Musafir 650.000
Rp
Total Pengeluaran 130.715.150
Rp
Jumlah Saldo 35.239.000
Rp LAPORAN KEUANGAN
YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1435 H Per Tgl 28 Juli 2014 Jam 01.00 WIB
A. Pemasukan 1. Saldo awal 1435 H
35.239.000 Rp
2. Penerimaan ZIS 1436 H 132.838.000
Rp 3. Shadaqah kulit
24.975.000 Rp
4. Piutang 33.720.000
Rp 5. Tambahan ZIS 1435 H
3.350.000 Rp
Total Pemasukan 230.122.000
Rp B. Penyaluran Penyaluran
1. Fakir Miskin 60.500.000
Rp 2. Fisabilillah
101.150.000 Rp
3. Amil 3.080.000
Rp 4. Ibnu Sabil Musafir
720.000 Rp
5. Mualaf 1.400.000
Rp
Total Pengeluaran 166.850.000
Rp
Jumlah Saldo 63.272.000
Rp LAPORAN KEUANGAN
YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1436 H Per Juli 2015
178
Dari laporan keuangan di atas dapat kita lihat perkembangan aset dari tahun ketahun. Inilah bukti potensi Baitul
Maal Masjid Jogokariyan dalam memberdayakan masyarakat. Dari hasil kerja keras dalam menrik perhatian masyarakat terlihat
besarnya antusias
warga terhadap
program pemberdayaan
masyarakat di Masjis Syuhada. Namun untuk melihat lebih jelas perkembangannya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
A. Pemasukan 1. Saldo bulan Juli 2015
63.272.000 Rp
2. Penerimaan ZIS 1437 H 169.560.000
Rp 3. Shadaqah kulit
14.419.500 Rp
4. Piutang 2.300.000
Rp 5. Wakaf
4.100.000 Rp
Total Pemasukan 253.651.500
Rp B. Penyaluran Penyaluran
1. Fakir Miskin 29.950.000
Rp 2. Fisabilillah
49.150.000 Rp
3. Ibnu Sabil Musafir 412.000
Rp 4. Amil
Total Pengeluaran
79.512.000 Rp
Jumlah Saldo 174.139.500
Rp LAPORAN KEUANGAN
YAYASAN BAITUL MAAL MASJID JOGOKARIYAN 1437 H Per Juni 2016
179
Gambar 4.1
Dari bagan di atas terlihat peningkatan dari tahun ketahun akan pemasukan Baitul Maal. Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh
serta antusias masyarakat akan program yang dimiliki Baitul Maal sangat besar. Hal inilah yang merupakan potensi yang dimiliki Baitul
Maal Masjid Jogokariyan dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
180
2. Potensi Masjid Syuhada
Melihat potensi sumber dana yang begitu besar, maka menjadi alasan mengapa didirikannya Lazis dan BMT Masjid Syuhada. Lazis dan
BMT Masjid Syuhada ini lah yang menjadi wadah dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat disalurkan melalui Lazis dan BMT Masjid Syuhada. Namun yang memiliki peran lebih utama
dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah Lazis Masjid Syuhada. Adapun BMT Masjid Syuhada berfungsi sebagai sentral keuangan di
Masjid Syuhada, namun lembaga ini juga melakukan aktivitas funding dan landing.
a. BMT Masjid Syuhada
BMT Masjid Syuhada merupaka sektor keuangan sectral di Masjid Syuhada. Seluruh keuangan di Masjid Syuhada dan
lembaga-lembaga yang berdiri di sekitas Masjid Syuhada di pusatkan di satu tempat. Hal ini bertujuan untuk menjegah terjadinya
tindakan negatif, melihat potensi keuangan yang begitu besar. Berdiri sebagai sektor keuangan, bukan berarti BMT
Masjid Syuhada tidak beroperasi sebagaimana BMT pada umumnya. BMT Masjid Syuhada juga beraktifitas dalam funding dan landing.
Sesuai dengan namanya, BMT ini juga melakukan aktivitas simpan
181
pinjam yang bertujuan menyejahterakan para anggotanya. Anggota- anggota yang ada di BMT ini pada awalnya merupakan para guru-
guru dan karyawan yang beraktivitas di lingkungn Masjid Syuhada, namun hingga kini keanggotaan BMT Masjid Syuhada telah
berkembang pesat. BMT dianggap berpotensi sebagai wadah pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Pasalnya BMT Masjid Syuhada menjalankan aktivitas simpan pinjam. Pinjaman yang disalurkan oleh BMT ini
hanya pada zona mikro, sehingga tetap menjaga konsentrasi BMT sebagai pusat keuangan Masjid Syuhada. Selain itu BMT juga
dianggap dapat mendukung perkembangan pedagang kecil ataupun usaha mikro kecil menengah. Karena pada umumnya pelaku UMKM
ini mereka yang memiliki keterbatasan dalam mengembangkan usaha namun tidak termasuk dalam delapan asnaf sehingga untuk
pelaku-pelaku usaha ini dialihkan kepada BMT Masjid Syuhada.
b. Lazis Masjid Syuhada
Lazis Masjid Syuhada didirikan sebagai maksud pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang masuk ke Masjid
Syuhada, sehingga tidak lagi dikelola oleh yayasan baik menghimpun ataupun menyalurkannya dalam bentuk apapun. Hal ini
melihat potensi dana yang masuk begitu besar sehingga diperlukan untuk didirikannya lembaga ini.
182
Lazis Masjid Syuhada mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah secara konsumtif dan juga produktif. Adapun konsumtif
disalurkan dalam bentuk bantuan kebutuhan dan bantuan bencana alam. Sedangkan produktif disalurkan dalam bentuk program
pemberdayaan masyarakat
yang ditujukan
khusus demi
memberdayakan ekonomi masyarakat kecil khususnya yang termasuk ke dalam delapan asnaf.
Adapun bentuk penyaluran dana kepada delapan asnaf tersebut disalurkan dalam bentuk program-program yang dapat
memberdayakan ekonomi masyarakat kecil sebagai berikut: 1
Penyertaan modal. 2
Penyediaan fasilitas usaha. 3
Angkringan Sehat. 4
Perkampungan ternak mandiri. Program-program
ini danggap
mampu dapat
memberdayakan bagi saudara-saudara muslim yang sangat memiliki keterbatasan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ataupun
mencari nafkah. Keberhasilan program ini juga nantinya didukung atas hasil kerja keras para karyawan Lazis yang bersusah payah
menarik perhatian para donatur dengan mempromosikan lembaga mereka ke masyarakat serta perhatian masyarakat terhadap Masjis
Syuhada
183
C. Strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam
Memberdayakan Ekonomi Masyarakat
Dari potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing masjid, maka kedua masjid tersebut juga memiliki peran dalam menggerakan dan
meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat yang membutuhkan. Ini membuktikan bahwasanya masjid bukanlah sebagai tempat peribadatan
mahdhah semata melainkan sebagai pusat pembangunan peradaban umat Islam. Masjid diharapkan mampu membangun peradaban yang lebih baik dari
segala sisi melalui pergerakan ekonomi. Dibutuhkan strategi dan langkah-langkah dalam menjalankan dan
melaksanakan visi dan misi agar tujuan tercapai dengan mudah. Masjid Jogokaiyan dan Masjid Syuhada memiliki cara tersendiri dalam
memasyarakatkan masjid sehingga dapat mendukung pergerakan dakwah. Namun dari perbedaan tersebut tetap memiliki konsep yang hampir sama
sebagai masjid yang mampu memberdayakan ekonomi masyarakat. Adapun yang menjadi strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat dirangkum dalam sebuah konsep bagan sebagai berikut:
184
Gambar 4.2 Strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat Bagian 1
Dari bagan di atas terlihat konsep masjid dalam menarik perhatian masyarakat hingga menimbulkan potensi dana yang begitu besar yang
nantinya menjadi latar belakang mengapa wadah pengelolaan dana tersebut didirikan.
Untuk memasyarakatkan
masjid, setidaknya
dibentuklah manajemen masjid yang nantinya berfungsi dalam menggerakan aktivitas
dilingkungan masjid. Hal ini nantinya akan memudahkan dalam mendukung peran masjid terhadap masyarakat.
185
Dengan kegiatan-kegiatan yang menarik serta pelayanan yang optimal, masyarakat akan senang dan sukar untuk enggan beraktifitas di
sekitar masjid bahkan untuk beribadah sekalipun. Hal inilah yang menjadi tujuan dalam memasyarakatkan masjid, sehingga masjid merupakan sesuatu
hal yang familiar bagi masyarakat. Rasa kepemilikan yang muncul akan menumbuhkan
rasa keikutsertaan
masyarakat dalam
berpartisipasi mengembangkan fungsi masjid, sehingga masyarakat justru dengan senang
hati berkonstribusi kepada masjid terutama yang berhubungan dengan sumber dana.
Sumber dana yang begitu besar hasil dari perhatian masyarakat terhadap masjid, mengharuskan masjid memiliki sebuah lembaga di mana
berfungsi mengatur dan mengelola potensi sumber dana tersebut. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa seharusnya masjid membangun wadah
seperti yang telah dicntohkan oleh Masjid Jogokariyan yang membentuk Baitul Maal dan Masjid Syuhada yang membangun BMT dan Lazis Masjid
Syuhada. Hal inilah yang menjadi promotor dalam memberdayakan masyarakat muslim khususnya bagi yang membutuhkan.
Namun lembaga ini pun tidak akan berhasil apabila tidak didukung dengan strategi-strategi yang dapat menyukseskan pemberdayaan ekonomi
tersebut. Maka alangkah baiknya masjid juga memiliki strategi dalam memberdayakan masyarakat melalui wadah tersebut. Adapun konsep dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat adalah sebagai berikut:
186
Gambar 4.3 Strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat Bagian 2
Dalam mengelola sumber dana, baitul maal atau lazis milik masjid setidaknya memiliki dua sistem pengelolaan yaitu konsumtif dan produktif.
Penyaluran dalam bentuk konsumtif merupakan tanggungjawab dan kewajiban dalam menyalurkan dana, khususnya bagi zakat yang dalam
penyalurannya telah ditetapkan kepada delapan asnaf delapan golongan yang menerima zakat. Namun hal ini tentunya tidak membawa pengaruh yang
besar terhadap ekonomi bagi mereka yang mendapat saluran konsumtif tersebut, terumatam bagi mereka para mustahik yang memiliki keterbatasan
apalagi untuk membayar zakat.
187
Penyaluran produktif sebaiknya menjadi strategi yang tepat dalam menyalurkan dana tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian bagi masyarakat yang membutuhkan sebagai dampak dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Adapun bentuk penyaluran ini
dapat berupa modal usaha yang dapat memancing semangat gairah untuk membuka lapangan usaha sendiri, begitu juga dengan fasilitas usaha sebagai
pendukung dalam menciptakan lapangan usaha mandiri. Tidak hanya itu, program-program pemberdayaan ekonomi lainnya juga dapat diciptakan
sebagai contoh Masjid Syuhada dengan Lazis-nya dapat menciptakan program Perkampungan Ternak Mandiri.
Penyaluran secara produktif dapat membangun pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga masjid membawa pengaruh kesejahteraan bagi
masyarakat. Namun hal ini tidak akan berlangsung lama apabila tidak didukung dengan adanya pembinaan sebagai tindak berkelanjutan. Lembaga
sebaiknya perlu melakukan pembinaan kepada masyarakat yang masuk ke dalam program tersebut sehingga penyaluran program menjadi lebih efektif.
Tidak hanya itu, edukasi akan ekonomi Islam serta pelatihan sebagai langkah membentuk profesionalitas merupakan langkah dalam meningkatkan
keberhasilan dari program tersebut sehingga program ini dapat dirasakan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pengawasan merupakan cara agar program yang dilaksanakan menjadi efektif dan tidak menjadi program yang hanya diakuyi sebelah mata.
Pengawasan ditujukan untuk melindungi dari hal-hal yang dapat merusak
188
program-program tersebut sehingga manfaat yang seharusnya dirasakan menjadi sia-sia. Selain itu dengan pengawasan akan menjadikan evaluasi
dalam pengembangan program sehingga selalu ada perbaikan dan peningkatan kinerja program tersebut. Dengan melaksanakan kesemuanya,
pengelolaan program penyaluran dalam bentuk produktif diharapkan dapat memberdayakan ekonomi masyarakat. Kesemuanya inilah yang menjadi
strategi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
D. Bentuk Kontribusi Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada dalam
Memberdayakan Ekonomi Masyarakat
Berbagai bentuk program berupa bantuan saluran dana produktif kepada masyarakat kecil demi terciptanya umat yang berkemajuan dilakukan
oleh dua masjid ini di DIY. keduanya memiliki cara tersendiri dengan alasan yang didasari status masjid yang di bangun. Secara mikro Masjid Jogokariyan
lebih mengutamakan sekitaran masjid yang bertolak belakang dengan Masjid Syuhada yang lebih mendominasi DIY. namun keduanya justru saling
menutupi kekurangan masing-masing dalam ikut serta membangun peradaban umat muslim yang baik di DIY.
Konstribusi ini dirasakan oleh masyarakat di DIY sebagai bukti pergerakan dakwah kedua masjid tersebut dalam membangun peradaban yang
lebih baik. Pemberdayaan ini menjadi salah satu sarana dakwah dalam membangun masyarakat muslim yang sejahtera sehingga untuk kedepannya
189
menjadikan masyarakat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai rasa syukur telah diberi keberkahan yang begitu laur biasa bagi umatnya
sebagai kemudahan dan kelancaran dalam beribadah.
1. Konstribusi Masjid Jogokariyan
Masjid Jogokariyan menjadikan fungsinya lebih fokus untuk dirasakan kepada masyarakat Kampung Jogokariyan. Hal ini dikarenakan
Masjid Syuhada adalah masjid milik kampung Jogokariyan yang didirikan oleh masyarakat itu sendiri. Sudah menjadi harapan masyarakat
sekitaran Masjid Jogokariyan agar dapat membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat sekitar masjid. Inilah yang menjadi alasan mengapa
Masjid Jogokariyan lebih berfokus kepada masyarakat sekitarannya dalam membangun peradaban muslim di Kampung Jogokariyan.
Konstribusi yang disalurkan dalam bentuk program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat banyak dirasakan oleh masyarakat
dan dianggap sangat berpengaruh bagi perkembangan hidup mereka. Adapaun bentuk pemberdayaan ini dipaparkan dalam bentuk respon
masyarakat yang diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Modal Usaha
Kepengurusan sedemikian rupa mampu menciptakan potensi
yang dapat
mendukung keberlangsungan
program pemberdayaan ekonomi umat. Program pemberdayaan ekonomi umat
190
ini tersalurkan dalam bentuk modal usaha yang diberikan baik kepada yang telah memiliki usaha maupun yang sama sekali belum memiliki
amal usaha. Hal ini demi terwujudnya keinginan untuk mempengaruhi para masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan untuk menciptakan
lapangan usaha sendiri agar mampu menopang kebutuhan hidup sehari-hari.
Alhamdulillah kini masyarakat Masjid Jogokariyan pun merasakan hasil dari program pemberdayaan ekonomi tersebut. Hasil
tersebut dengan dibuktikannya beberapa masyarakat yang telah membuka usaha seperti angkringan, gorengan, camilan, oleh-oleh dan
masih banyak lagi. Yang sangat diutamakan dalam program ini adalah mereka yang termasuk ke dalam delapan asnaf tersebut.
b. Fasilitas Usaha
Dalam mendukung terciptanya pemberdayaan ekonomi yang
dapat mempengaruhi
kesejahteraan warga
Kampung Jogokariyan, Masjid Jogokariyan tidak hanya sekedar cukup dalam
memberikan modal usaha saja. Selain modal usaha yang diberikan sebagai dukungan dalam menciptakan suasana berwirausaha dan lain
sebagainya, Masjid Jogokariyan juga mendukung dalam bentuk fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kelancaran program
pemberdayaan tersebut. Adapun fasilitas ini diberikan dalam bentuk
191
peralatan-peralatan, perkakas, gerobak usaha, meja usaha dan lain sebagainya.
c. Pasar Ramadhan
Dalam membangun pemberdayaan ekonomi umat tidak cukup hanya sekedar membangun usaha serta mengembangkan usaha
apabila tidak didukung dengan aktivitas pasar. Dalam meningkatkan usaha tentu didukung dengan adanya peningkatan aktivitas pasar yang
nantinya dapat menarik minat dan info konsumen. Perhatian konsumen inilah yang nantinya menjadi perkembangan pesat dari
usaha yang sedang dijalankan. Masjid Jogokariyan memberikan peluang bagi usaha-
usahawan warganya dalam meningkatkan usaha yang sedang mereka jalani yang salah satunya menjadi program tahunan. Program tahunan
ini diselenggarakan dalam bentuk Pasar Ramadhan yang diadakan di sepanjang bulan Ramadhan. Pasar Ramadhan ini dianggap sebagai
promosi bagi usaha-usaha yang sedang dijalankan kepada masyarakat luas sehingga menjadi perkembangan pasar dalam meningkatkan
target pasar. Dengan membuka jalan bagi usahawan ini, usaha tidak hanya sekedar menjadi kegiatan dalam membuka lapangan usaha saja,
namun menjadikan langakah dalam meningkatkan taraf hidup yang lebih baik bahkan juga dapat memperluas lapangan usaha sehingga
berdampak bagi yang lainnya.