Campak Umur Responden Suami yang memberikan biaya pada

sekret tenggorokan. Di daerah denan sanitasi lingkungan yang baik penularan lebih sering terjadi melalui sekret faring daripada melalui rute orofecal. Cara pencegahan dengan memberikan imunisasi polio OPVOral Polio Vaccine yang sangat efektif memproduksi antibodi terhadap virus polio. Satu dosis OPV menimbulkan kekebalan terhadap ketiga tipe virus polio pada sekitar 50 penerima vaksin. Dengan 3 dosis OPV, 95 penerima vaksin akan terlindungi dari ancaman poliomielitis, diperkirakan seumur hidup. Dosis ke empat akan meningkatkan serokonversi sehingga 3 dosis OV. Disamping itu, virus yang ada pada OPV dapat mengimunisasi orang-orang disekitarnya dengan cara penyebaran sekunder. Hal ini dapat memutuskan rantai penularan polio Depkes RI, 2013.

6. Campak

Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui sistem pernapasan, terutama percikan ludah seseorang penderita. Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus Morbilivirus dan keluarga Paramyxoviridae. Masa ikubasi berkisar antara 10 hingga 12 hari, kadang 2-4 hari. Gejala awal berupa demam, malaise atau demam, gejala conjunctivis dan coryza atau kemerahan pada mata seperti sakit mata, serta gejala radang tracheo bronchitis yakni daerah tenggorokan saluran napas bagian atas. Campak dapat menimbulkan komplikasi radang telinga tengah, pneumonia radang paru, diare, encephalitis radang otak, hemiplegia kelumpuhan otot kaki Depkes RI, 2013. Penyakit campak secara klinik dikenal memiliki tiga stadium, yaitu Depkes RI, 2013: Universitas Sumatera Utara a. Stadium kataral, berlangsung selama 4-5 hari disertai panas malaise, batuk, fotofobia takut terhadap suasana terang atau cahaya, konjunctivis dan coryza. Menjelang akhir stadium kataral timbul bercak berwarna putih kelabu khas sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema, lokasi disekitar mukosa mulut. b. Stadium erupsi, dengan gejala batuk yang bertambah serta timbul eritema di mana-mana. Ketika erupsi berkurang maka demam makin lama makin berkurang. c. Stadium konvalesen Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi campak yang menggunakan vaksin yang mengandung virus campak yang dilemahkan.

7. Hepatitis B

Penyakit hepatitis adalah penyakit peradangan atau infeksi liver pada manusia, yang disebabkan oleh virus. Sedangkan hepatitis B adalah penyakit liver hati kronik hingga akut, umumnya kronik-subklinik dan sembuh sendiri self limited. Penularan penyakit ini dapat melalui ibu ke bayi dalam kandungan vertical transmission, jarum suntik yang tidak steril dan hubungan seksual. Masa inkubasi biasanya berlangsung 45-180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa mendeteksi HBsAg dalam darah, dan pernah dijumpai baru terdeteksi 6-9 bulan kemudian Depkes RI, 2013.

2.3.6. Dukungan Suami dalam Pemberian Imunisasi Pada Bayi

Peranan suami sangat besar bagi ibu dalam mendukung perilaku atau tindakan ibu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Suami sebagai orang terdekat di lingkungan keluarga dan sekaligus pemegang kekuasaan dalam Universitas Sumatera Utara keluarga yang sangat menentukan dalam pemilihan tempat pelayanan kesehatan Depkes RI, 2013. Green 2010 menyebutkan bahwa dukungan keluarga khususnya suami merupakan salah satu elemen penguat reinforcing dalam penentuan perilaku seseorang dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hal ini terlihat dari penelitian Soewandijono 2010 yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian cakupan imunisasi campak, terbukti bahwa salah satu faktor yang mempunyai hubungan bermakna dalam pencapaian cakupan imunisasi campak adalah tingkat peran serta keluarga terutama suami.

2.4. Perilaku

Notoatmodjo 2012 menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo 2012, membagi perilaku ke dalam tiga domain, yaitu 1 kognitif, 2 afektif, dan 3 psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari: pengetahuan, sikap dan tindakanpraktek.

2.4.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui Universitas Sumatera Utara pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2012. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behaviour.Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 2010 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni Notoatmodjo, 2012 : a. Awareness kesadaran, di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. b. Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana Universitas Sumatera Utara didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni Notoatmodjo, 2012: 1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Universitas Sumatera Utara 4. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat diliat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.

2.4.2. Sikap

Berkowitz tahun 2010 pernah mendaftarkan lebih dari tiga puluh definisi tentang sikap Azwar, 2000, namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok pemikiran, yaitu: 1. Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thurstone 2011, Rensis Likert 2011, Charles Osgood 2011, mengatakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau Universitas Sumatera Utara memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak unfavorable terhadap objek sikap tertentu”. 2. Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave 2011, Bogardus 2010, LaPiere 2010, Mead 2012 dan Girdon Allport 2012, mengatakan bahwa sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara- cara tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons”. 3. Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa sikap merupakan konstalasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif”. Termasuk dalam kelompok ini Secord dan Backman 2010 mengatakan bahwa “sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan efeksi, pemikiran kognisi dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.” Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi respon, baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap suatu objek sikap. Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak favorable atau tidak menyetujui, tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut. Universitas Sumatera Utara Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan. Fishbein, 2010.

2.4.3. Tindakan

Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukanmengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi, sesuai dengan sikap. Bila sikap individu sama dengan sikap sekelompok dimana ia berada adalah bagian atau anggotanya. Notoatmodjo, 2012. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinnya dinilai baik. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup: Notoatmodjo, 2012. a. Tindakan sehubungan dengan penyakit b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan c. Tindakan kesehatan lingkungan

2.5. Konsep Gender

Konsep gender berbeda dengan konsep seks jenis kelamin, seks merupakan pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, laki-laki dan perempuan. Konsep gender, adalah konsep yang mengacu pada suatu sifat yang melekat pada kaum Universitas Sumatera Utara laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial kultural Fakih, 1996. Dikatakan sebagai konstruksi sosial kultural karena sifat-sifat itu dari waktu ke waktu maupun dari tempat ke tempat bisa berlawanan, dalam arti berbeda atau dipertukarkan. Menurut Susanti 2010, konstruksi sosial perihal gender dapat dilihat sebagai hal yang wajar, sebab budaya pada setiap komunitas mempunyai ekspresi yang khas. Namun demikian, perbedaan gender bisa menjadi masalah jika perbedaan itu mengakibatkan ketimpangan perlakuan dalam masyarakat serta ketidakadilan dalam hak dan kesempatan baik bagi laki-laki dan terutama perempuan. Oleh karena itu, banyak perempuan mengalami ketimpangan serta ketidakadilan gender dari pada laki-laki. Konstruksi demikian sering terjadi di dalam berbagai kebudayaan masyarakat sebagaimana tercermin pada adanya konsep feminisme dan maskulinitas. Ketimpangan kekuasaan dan akses antara laki-laki dan perempuan ini sejak dahulu kala diperkuat oleh nilai-nilai atau budaya Patriarki. Perempuan selalu dilekatkan pada citra feminitas, yang diartikan selalu pada sifat pasrah mendahulukan kepentingan orang lain, mempertahankan ketergantungan pada laki-laki serta dituntut untuk mengedepankan peran domestiknya saja sebagai bagian dari kodrat. Sementara laki-laki lekat sebagai sosok prima, maskulinitas, yang mengcitrakan keberanian, tegas dalam bertindak, sosok yang harus dipatuhi, dilayani, sehingga secara sosial laki-laki diposisikan lebih tinggi dari pada perempuan. Ketimpangan gender berlangsung hampir di semua kehidupan, publik maupun privat. Fakih, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.6. Keluarga

Pengertian keluarga adalah yang terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran sosial dan menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri Friedman, 2011. Pengertian keluarga yang lain adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi dalam perannya masing-masing, menciptakan serta membedakan kebudayaan. Effendy, 2012. Ada juga yang mengemukakan pengertian sebuah keluarga sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama karena hubungan darah, perkawinan, adopsi atau perjanjian bersama. Sebagai sebuah sistem keluarga mempunyai pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang merupakan bagian dari sistem dan menentukan apakah seorang individu akan berhasil dalam menjalani kehidupannya. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri dimana masalah seseorang individu mempengaruhi anggota keluarga dan seluruh keluarga. Effendy, 2012. Peran keluarga sangat penting untuk setiap aspek perawatan anggota keluarga, terutama pada kuratif pengobatan. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga juga yang akan memperhatikan individu tersebut secara total, menilai, dan memberikan perawatan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu Universitas Sumatera Utara keadaan sehat sampai tingkat optimum, mengingat prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarga.

2.6.1. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: Effendy, 2012 a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tuakeluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan. Universitas Sumatera Utara c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, kekompakan antara anggota keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga Keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga. Suprajitno, 2012.

2.6.2. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

Pemegang kekuasaan dalam keluarga menurut yaitu Effendy, 2011: a. Patriakal, yang dominan dan pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ayah. b. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ibu. c. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau Universitas Sumatera Utara anggota keluarga yang dituakan, mereka yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga. Dasar pengambilan keputusan tersebut yaitu : a. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga. c. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah.

2.6.3. Dukungan Keluarga

Pengertian sebuah dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi terus-menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses untuk keluarga dukungan keluarga bisatidak digunakan tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan bantuan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal seperti dukungan suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal yang didapat dari sahabat, teman dan tetangga bagi keluarga inti. Friedman, 2011. Universitas Sumatera Utara

2.7. Landasan Teori Teori Snehandu B.Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari: a Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya behavior intention b Dukungan sosial masyarakat sekitarnya social support c Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan accessebility of information d Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan personal otonomy e Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak action situation Keterangan: B= Behaviour F= Fungsi BI= Behaviour Intention SS= Social Support AI= Accessebility of Information PA= Personal Autonomy AS= Action Situation B=fBI, SS, AI , PA, AS Universitas Sumatera Utara Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari individu untuk mengambil keputusanbertindak, dan situasi yang memungkinkan ia berperilakubertindak atau tidak berperilaku tidak bertindak. Seorang Suami yang tidak memberi dukungan untuk kelengkapan Imunisasi terhadap Bayinya, mungkin karena tidak ada minat dan niat terhadap kelengkapan Imunisasi Bayi behavior intention atau barangkali juga tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya social support. Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang Imunisasi accessebility of information. Faktor lain yang mungkin menyebabkan tidak ikut imunisasi adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan action situasion. Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Universitas Sumatera Utara 2.8 Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent dukungan instrumental suami penyediaan materi dan pelayanan Kelengkapan Imunisasi dasar Bayi dukungan informasional suami pemberian informasi, dan pengetahuan dukungan emosional suami rasa empati, dan rasa diperhatikan Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan sosial suami terhadap kelengkapan imunisasi dasar bayi diWilayah kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan.Lubuk Pakam Kabupaten.Deli Serdang Tahun 2015. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan diPuskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: a. Telah dilakukan penelitian sebelumnya yaitu Dukungan sosial suami terhadap kelengkapan imunisasi dasar bayi diPuskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. b. Dari hasil survei pendahuluan petugas kesehatan imunisasi mengatakan ditahun 2014 ada 1 orang bayi mengalami kasus gizi buruk dan dibulan April tahun 2015 ada 1 orang yang hampir mengalami kasus gizi buruk, kurangnya kunjungan imunisasi serta kurangnya dukungan dari keluarga. c. Belum pernah dilakukan penelitian tentang Dukungan sosial suami terhadap kelengkapan imunisasi dasar bayi umur 0-1 Tahun.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Agustus 2015 Universitas Sumatera Utara 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang memiliki bayi, pada tahun 2015 sebanyak 102 orang di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sugino 2004. Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti, peneliti menggunakan rumus Slovin Sevilla et. al., 1960:182, sebagai berikut: n = N 1+d 2 .N Dimana; n: jumlah sampel N: jumlah populasi d: galak pendugaan 0,1 sehingga: n = N 1+d 2 .N n= 102 1+0,1 2 .102 n= 102 1+0,01.102 n= 102 Universitas Sumatera Utara 1+1,02 102 n= 2,02 n= 50 , 49 50 Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus diatas maka diketahui jumlah sampel dari populasi 102 orang bayi didapat sampel penelitian sebanyak 50 suami yang memiliki bayi, dimana subjek yang ditanya adalah seorang suami yang memiliki bayi yang bersedia diwawancarai. Adapun teknik pengambilan sampel yang akan di gunakan oleh penulis adalah Simple Random Sampling Sampling Acak Sederhana adalah pengambilan sampel secara acak sebanyak 50 orang tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.

3.4 Metode Pengambilan data

3.4.1. Data primer Data di peroleh melalui kuesioner atau pemberian angket kepada suami yang berada di lokasi penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah di siapkan oleh peneliti. 3.4.2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas Pagar Jati Kecamatan. Lubuk Pakam Kabupaten.Deli Serdang Tahun 2014.

3.5 Defenisi Operasional

Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian akan disusun berdasarkan dukungan sosial suami terhadap kelengkapan imunisasi dasar Universitas Sumatera Utara bayi diPuskesmas Pagar jati kecamatan.Lubuk Pakam Kabupaten Deli serdang Tahun 2015. Sebagai pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan defenisi operasional yang dikembangkan seperti uraian dibawah ini: I. Variabel Independent 1. Dukungan instrumental tangible or instrumental support Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Dukungan instrumental sangat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol. 2. Dukungan informasional informational support Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. 3. Dukungan emosional emotional support Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati, rasa diperhatikan, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol II. Variabel Dependent 1. kelengkapan terhadap imunisasi dasar bayi Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini pencapaian kelengkapan imunisasi dasar bayi tidak akan tercapai apabila tidak ada dukungan sosial dari suami atau keluarga. 3.6 Aspek Pengukuran dan Instrumen. 3.6.1. Aspek Pengukuran Aspek Pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang tertinggi dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat Arikunto 2009, yaitu : 1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 75 dari seluruh skor yang ada. 2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45-75 dari seluruh skor yang ada. 3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai 45 dari seluruh skor yang ada. Variabel Independent 1.Dukungan Instrumental Penyediaan Materi dan Pelayanan Dukungan instrumental Penyediaan Materi dan Pelayanan diukur melalui 8 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman. Skala Pengukuran dukungan instrumental berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Jawaban tertinggi adalah 1 dan terendah adalah 0. Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 8. Berdasarkan Arikunto 2009, sumber instrumental diklasifikasikan dalam 3 kategori : Universitas Sumatera Utara a. Sumber Instrumental baik, apabila nilai yang diperoleh 75 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 6 b. Sumber Instrumental sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 3-6 c. Sumber Instrumental kurang, apabila nilai yang diperoleh 45 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 3 2.Dukungan Informasional Pemberian Informasi Dukungan Informasional diukur melaui 8 pertanyaan dengan menggunakan skala guttman. Skala pengukuran dukungan informasional berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Jawaban tertinggi adalah 1 dan terendah adalah 0. Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 8. Berdasarkan Arikunto 2009, sumber informasional diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Sumber Informasional baik, apabila nilai yang diperoleh 75 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 6 b. Sumber Informasional sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 3-6 c. Sumber Informasional kurang, apabila nilai yang diperoleh 45 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 3 3.Dukungan Emosional Rasa Empati dan diperhatikan Dukungan Emosional diukur melaui 4 pertanyaan dengan menggunakan skala guttman. Skala pengukuran dukungan informasional berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semuan pertanyaan yang diberikan. Universitas Sumatera Utara Jawaban tertinggi adalah 1 dan terendah adalah 0. Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 4. Berdasarkan Arikunto 2009, sumber informasi diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Sumber Emosional baik, apabila nilai yang diperoleh 75 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 3 b. Sumber Emosional sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 2-3 c. Sumber Emosional kurang, apabila nilai yang diperoleh 45 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 2 Variabel Dependent 1.Kelengkapan Imunisasi Bayi Kelengkapan imunisasi Bayi diukur melaui 6 pertanyaan dengan menggunakan skala guttman. Skala pengukuran dukungan informasional berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semuan pertanyaan yang diberikan. Jawaban tertinggi adalah 1 dan terendah adalah 0. Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 6. Berdasarkan Arikunto 2009, kelengkapan imunisasi diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Kelengkapan imunisasi baik, apabila nilai yang diperoleh 75 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 4 b. Kelengkapan imunisasi sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 2-4 c. Kelengkapan imunisasi kurang, apabila nilai yang diperoleh 45 dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai yaitu 2 Universitas Sumatera Utara

3.6.2. Instrumen

Instrumen yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tentang dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional responden dalam kelengkapan imunisasi dasar bayi umur 0-1 Tahun. 3.7 Metode Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1. Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Setelah data terkumpul maka dilakukan editing atau pengutingan data untuk memeriksa setiap lembar kuesioner yang telah diisi, lalu data dikelompokan sesuai kriteria yang telah ditetapkan. 2. Koding Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban pengkodean. Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor pertanyaan nomor variabel dan kode. 3.Entri Yaitu kegiatan memasukkan data-data yang ada pada kuesioner kedalam program komputer untuk pengambilan hasil dan kesimpulan. Universitas Sumatera Utara

3.7.2 Analisis Data

a. Analisa univariat Analisa dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian dengan mendeskripsikan setiap variabel penelitian untuk memperoleh dukungan sosial suami terhadap kelengkapan imunisasi diwilayah kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. Kemudian data diolah dengan program komputer, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian data dianalisa secara deskriptif. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Geografis dan Demografis Desa Pagar Jati terdiri dari 8 Lingkungan yang memiliki Luas wilayah 512 Ha, dan Jumlah Penduduk sebanyak 9.732 jiwa dimana terdapat 7.485 KK. Mata Pencaharian masyarakat desa Pagar Jati pada umumnya Petani, Berdagang wiraswasta. Batas-batas wilayah Puskesmas Pagar Jati, Lubuk Pakam adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pagar Jati - Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sekip - Sebelah Barat berbatasan dengan desa Sukamandi - Sebelah Timur berbatasan dengan desa Cemara dan Pasar Melintang Puskesmas Pagar Jati memiliki sarana kesehatan yang teridiri dari : Jumlah Pustu : 1 Jumlah Posyandu : 14 Jumlah Poskesdes : 1 Puskesmas Pagar Jati, Lubuk Pakam mempunyai Tenaga Kesehatan sebanyak 34 orang terdiri dari 3 Dokter Umum, 2 Dokter Gigi, 2 Sarjana Kesehatan Masyarakat, 13 AkbidBidan, 5 AkperPerawat, 1 Perawat Gigi, 1 Sanitasi, 1 Ka.TU, 1 SAA, 1 Analis, 2, Ak.Gizi, 1 Jurim, 1 TU. Sumber : Profil Puskesmas Pagar Jati Tahun 2015 Universitas Sumatera Utara

4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini : Tabel 4.2.1 Distribusi Berdasarkan Karakteristik Respoden No Karakteristik Jumlah Persentase

1. Umur Responden

25 tahun 9 18,0 25-30 tahun 29 58,0 30 tahun 12 24,0 Jumlah 50 100,0

2. Pendidikan Terakhir

Tidak sekolah tidak tamat SD 2 4,0 SD 7 14,0 SMP 7 14,0 SMA 32 64,0 Perguruan tinggi 2 4,0 Jumlah 50 100,0 3. Pekerjaan Responden PNS 2 4,0 Berdagangwiraswasta 23 46,0 Petani 21 42,0 Buruh tani 4 8,0 Jumlah 50 100,0 4. Penghasilan Responden 2.037.000 39 78,0 2.037.000 11 22,0 Jumlah 50 100,0 Dari tabel 4.2.1 diatas diketahui bahwa umur responden yang paling banyak adalah umur 25-30 tahun yaitu 29 responden 58,0, Sedangkan kelompok umur yang paling sedikit pada kelompok umur 25 tahun yaitu 9 responden 18,0. Universitas Sumatera Utara Dilihat dari jumlah responden menurut tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA yaitu 32 responden 64,0 dan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah tidak tamat SD dan Perguruan Tinggi yaitu 2 responden 4,0. Dilihat dari jumlah responden menurut pekerjaan yang paling banyak adalah BerdagangWiraswasta yaitu 23 responden 46,0 dan pekerjaan yang paling sedikit adalah PNS yaitu 2 responden 4,0. Sedangkan penghasilan responden yang paling banyak sekitar 2.037.000 yaitu 39 responden 78,0.

4.3 Dukungan Instrumental Suami Penyediaan Materi dan Pelayanan

Gambaran distribusi responden berdasarkan dukungan instrumental suami terhadap pemberian imunisasi bayi dalam penyediaan materi dan pelayanan dapat dilihat pada tabel 4.3.1 berikut ini : Tabel 4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental Suami Penyediaan Materi dan Pelayanan No Dukungan instrumental suami Penyediaan materi dan Pelayanan Jumlah Persentase

1. Suami yang memberikan biaya pada

saat bayi imunisasi Pernah memberikan biaya transportasi dan imunisasi 14 28,0 Tidak Pernah memberikan biaya transportasi dan imunisasi 36 72,0 Total 50 100,0 2. Suami ikut membawa bayi setiap imunisasi Pernah membawa bayi imunisasi ketika tidak bekerja 24 48,0 Tidak Pernah membawa bayi imunisasi karena pada saat situasi bekerja 26 52,0 Total 50 100,0 Universitas Sumatera Utara

3. Suami mengajak istri supaya ikut

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013

2 64 89

Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

2 77 121

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 1 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 5 12

Dukungan Sosial Suami Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 1 14

Dukungan Sosial Suami Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 2

Dukungan Sosial Suami Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 10

Dukungan Sosial Suami Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 1 39

Dukungan Sosial Suami Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 4

Dukungan Sosial Suami Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 19