mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dengan demikian menurut Dever makin tua umur seseorang maka ia akan semakin sadar menggunakan
pelayanan kesehatan. Hal senada juga diungkap oleh Maria 1999 bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi kunjungan pada pelayanan kesehatan salah satunya
adalah umur.
5.1.2. Pendidikan
Sebagian besar tingkat pendidikan yang pernah ditempuh suami tergolong sedang yaitu tamat SMA 64,0, bahkan masih ada yang tidak sekolahtidak
tamat SD 4,0. Sementara Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi hanya sebesar 4,0. Menurut Soewondo dan Sadli 1990, pendidikan sangat penting karena
dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dari hasil penelitian Darnen 2002, diperoleh bahwa pendidikan suami
memiliki hubungan yang bermakna dengan status kelengkapan imunisasi yaitu p=0,003. Sehingga suami dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan
memberikan imunisasi kepada anaknya lebih lengkap. Karena secara tidak langsung suami turut menentukan pengambilan keputusan dalam keluarga,
termasuk dalam pemilihan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harlina 2006 tentang faktor
faktor yang berhubungan dengan status imunisasi campak di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yang dilaporkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan status imunisasi campak dengan nilai p=0,0580.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi popular di berbagai Negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-
anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi.
Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen
yang tinggi terhadap imunisasi.
5.1.3. Pekerjaan
Secara umum jenis pekerjaan suami adalah BerdagangWiraswasta 46,0 dan Petani 42,0. Sementara jenis pekerjaan lainnya adalah PNS
4,0 dan Buruh tani 8,0. Pada umumnya suami yang bekerja sebagai buruh tani tidak tetap, tidak setiap hari bekerja sehingga mendapatkan penghasilan
perbulannya rendah. Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda, menunjukkan
bahwa variabel pekerjaan tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi p=0,0750,05
.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Irfani 2010, yang menyatakan bahwa variabel pekerjaan suami tidak berpengaruh terhadap
pemberian imunisasi dasar lengkap, berbeda dengan penelitian Khalimah 2007, yang menyatakan bahwa status pekerjaan suami mempunyai hubungan yang
signifikan dengan penerapan imunisasi campak. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Anderson yang dikutip
Notoatmodjo 2010, bahwa pekerjaan merupakan salah satu variabel struktur sosial yang mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Penghasilan