proses tersebut tidak selalu melalui tahap-tahap tersebut, bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya seseorang berperilaku baik meskipun
pengetahuan dan sikapnya masih negatif.
5.1.8 Karakteristik Kelengkapan imunisasi bayi
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelengkapan imunisasi bayi diperoleh sekitar 34 responden 68.0 yang dikategorikan sedang dalam kelengkapan
imunisasi bayi, sementara 16 responden 32.0 yang dikategorikan baik dalam kelengkapan imunisasi bayi. Hal ini menjukkan bahwa responden dalam
mengambil tindakan membawa bayi ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi. Beberapa alasan suami tidak mendukung istri membawa bayi ke
pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi, diantaranya; kurangnya pengetahuan suami tentang imunisasi sehinggga selain menganggap imunisasi
bukan termasuk hal penting yang harus dilakukan dalam pencegahan penyakit pada bayi, suami menganggap imunisasi akan menyebabkan bayi menjadi demam.
Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi melalui tahap-tahap atau proses perubahan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Artinya apabila
pengetahuan sudah baik dan sikapnya positif secara otomatis tindakan seseorang tersebut pasti akan baik. Namun, beberapa penelitian juga membuktikan bahwa
proses tersebut tidak selalu melalui tahap-tahap tersebut, bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya seseorang berperilaku baik meskipun
pengetahuan dan sikapnya masih negatif. Hasil penelitian Maimunah 2013, Analisis multivariat dilakukan terhadap
beberapa variabel yang memenuhi persyaratan berdasarkan analisis bivariat p
Universitas Sumatera Utara
0,05. Variabel yang memenuhi syarat ada tiga yaitu dukungan informasional, dukungan penghargaan dan dukungan emosi. Dari hasi akhir multivariat
menggunakan uji regresi logistik didapat variabel dukungan emosi merupakan yang paling berpengaruh terhadap kelengkapan pemberian imunisasi dasar dengan
nilai p value = 0,001 dan nilai β = 1,163. Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan responden di wilayah
kerja Puskesmas Pagar Jati, diketahui bahwa dukungan suami terhadap pemberian imunisasi pada bayi masih kurang. Hal ini memengaruhi responden dalam
mengambil tindakan membawa bayi ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi. Beberapa alasan suami tidak mendukung responden membawa bayi ke
pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi, diantaranya; kurangnya pengetahuan suami tentang imunisasi sehinggga selain menganggap imunisasi
bukan termasuk hal penting yang harus dilakukan dalam pencegahan penyakit
pada bayi, suami menganggap imunisasi akan menyebabkan bayi menjadi demam.
Dalam pengambilan keputusan, responden sangat tergantung pada suami karena segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga hanya suami yang berhak
membuat keputusan. Hisamatsu 2011, yang mengutip pendapat Nainggolan dan Pakpahan, keputusan masalah kesehatan keluarga pada suku Batak berada di
tangan suami, tetapi umumnya suami harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan istri dan anak-anaknya sebelum mengambil keputusan. Jika keluarga
mengalami keterbatasan maka keluarga meminta bantuan kepada keluarga besar atau keluarga yang masih memiliki hubungan marga.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan