mendukung program imunisasi, tetapi jika suami tidak mendukung maka program imunisasi bisa tidak terlaksana karena para ibu-ibu menjadi ketakutan pada suami.
Sebagai contoh anak sakit setelah diimunisasi maka suami akan marah karena pengetahuan suami tentang imunisasi sangat rendah dan mempunyai sikap kurang
mendukung, sehingga dalam tindakan suami sangat rendah. Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk, saran atau umpan balik
tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
5.1.7 Karakteristik Responden Tentang Dukungan Emosional suami Rasa Empati dan diperhatikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar tindakan suami terhadap dukungan emosional suami rasa empati dan diperhatikan dalam
mendukung imunisasi pada bayi kategori kurang yaitu sebesar 16.0, dan kategori sedang dalam pemberian rasa empati dan diperhatikan yaitu sebesar
64.0, sementara kategori baik dalam pemberian rasa empati dan diperhatikan yaitu sebesar 20.0. Adanya ketidakpatuhan ibu dalam memberikan imunisasi
tanpa adanya dukungan dari suami tidak akan terlaksana dengan baik. Hal ini menunjukan bahwa dukungan suami terhadap keluarga dalam melakukan tindakan
sangat berperan. Dukungan suami memegang peranan penting untuk membentuk suatu kepatuhan dalam diri ibu karena dengan adanya dukungan membuat
keadaan dalam diri ibu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku untuk patuh dalam pemberian imunisasi sesuai dengan umur yang telah ditentukan.
Motif dan kepercayaan suami terhadap obat vaksin atau pemberian imunisasi pada bayi masih kurang disebabkan kurangnya kepedulian suami
Universitas Sumatera Utara
terhadap kesehatan keuarga khususnya pada sibayi sehingga rasa empati dan diperhatikan tidak terlaksana. Dan sejauh ini keyakinan suami tentang manfaat
imunisasi, dampak imunisasi dan tujuan imunisasi belum maksimal sehingga sangat disarankan kepada petugas kesehatan Dokter, bidan atau perawat petugas
imunisasi untuk memberitahukan kepada suami manfaat, dampak dan tujuan imunisasi seperti apa dan diberitahukan kepada suami untuk lebih
memeperhatikan situasi kesehatan sibayi untuk kedepannya. Adapun manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh : 1 Anak, mencegah penderitaan yang
disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian; 2 Keluarga, menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan bila anak
sakit.Hal ini akan mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman; dan 3 Negara,
memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa.
Dampak dari imunisasi tidak diberi sibayi akan lebih rentan terkena penyakit atau sistem kekebalan tubuh sibayi lemah, tujuan dari imunisasi yaitu
memberikan suatu antigen untuk merangsang sistem imunoglobik tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan
penyakit. Hasil penelitian Maimunah 2013, Pengaruh dukungan emosi terhadap
kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada analisis bivariat diperoleh hasil uji
Universitas Sumatera Utara
Chi Square yakni p value = 0,001. Nilai p value itu secara statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional terhadap
kelengkapan pemberian imunisasi dasar. Hasil penelitian Nasution 2006, dapat diketahui bahwa secara umum
tindakan responden terhadap imunisasi polio adalah kategori baik yaitu sebanyak 80 orang 81,6, 3 orang responden 3,1 memiliki tindakan yang sedang
terhadap imunisasi polio, dan responden yang tindakannya kurang terhadap imunisasi polio sebanyak 15 orang 15,3.
Hasil penelitian Lubis, 1990 tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua tentang imunisasi di poliklinik anak sehat, poliklinik anak sakit, dan
ruang rawat inap Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Pirngadi Medan pada tahun 1995, diperoleh pengetahuan baik tentang imunisasi di tiga tempat ini berturut-
turut 60,20, 60, dan 13,0 dan menyimpulkan bahwa pengetahuan yang baik tentang imunisasi ternyata tidak menghasilkan sikap dan perilaku yang baik pula.
Hasil penelitian Efendi, 2010 yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan kepatuhan ibu dalam memberikan
imunisasi dasar, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar bayi,
dengan taraf signifikan sip=0,009 p0,05. Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi melalui tahap-tahap atau
proses perubahan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Artinya apabila pengetahuan sudah baik dan sikapnya positif secara otomatis tindakan seseorang
tersebut pasti akan baik. Namun, beberapa penelitian juga membuktikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
proses tersebut tidak selalu melalui tahap-tahap tersebut, bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya seseorang berperilaku baik meskipun
pengetahuan dan sikapnya masih negatif.
5.1.8 Karakteristik Kelengkapan imunisasi bayi