b. Merusakkan bahan pustaka yang dipinjam.
c. Membawa pulang bahan pustaka tanpa mengikuti tata cara yang ditetapkan
oleh perpustakaan. d.
Menghilangkan bahan pustaka. e.
Melanggar tata tertib perpustakaan. 2.
Bentuk-bentuk sanksi yang dapat diberlakukan a.
Denda berdasarkan kebijakan yang ditetapkan pimpinan perpustakaan. b.
Pengguna untuk waktu tertentu tidak diperkenankan meminjam di perpustakaan tersebut.
c. Mengganti buku pustaka yang hilang.
2.8.2 Pelayanan Referensi
Menurut Darmono 2001: 141 menyatakan bahwa, ”Layanan referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus
seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, buku tahunan, yang berisi informasi teknis dan singkat”. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh
pengunjung perpustakaan dan hanya untuk dibaca di tempat. Sedangkan menurut pendapat Sukarman 2000: 31 layanan referensi
adalah, ”Layanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan dengan menggunakan koleksi rujukan referensi”.
Layanan referensi diberikan untuk membantu pengguna perpustakaan atau masyarakat dalam menemukan informasi secara cepat dari koleksi perpustakaan.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menjawab langsung pertanyaan pengguna berdasarkan sumberkoleksi rujukan. Apabila pengguna datang ke perpustakaan
petugas dapat membimbing pengguna dengan cara memakai koleksi rujuka n. Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa layanan referensi memberi penjelasan, jawaban, maupun informasi tentang sesuatu dengan cara menunjukkan sumber-sumbernya dan cara
penemuannya.
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Pelayanan Pendidikan Pengguna
Pelayanan pendidikan pengguna adalah kegiatan membimbing atau memberikan petunjuk kepada pengguna dan calon pengguna agar mampu
memanfaatkan kemudahan dan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan efisien.
Menurut Sulistyo-Basuki 2004: 392, ”Tujuan pendidikan pengguna adalah mengembangkan ketrampilan pemakai yang diperlukannya untuk
menggunakan perpustakaan atau pusat dokumentasi, mengembangkan ketrampilan tersebut mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi
pemakai, merumuskan kebutuhan informasinya sendiri pemakai, mengidentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhannya, menilai ketepatan, kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber informasi dan yang paling penting
mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan, menyajikan,
menggunakan, dan menerapkan informasi”.
Sedangkan menurut Lasa 2007: 234 suatu perpustakaan perlu menyelenggarakan pendidikan pengguna dengan tujuan sebagai berikut:
• Memanfaatkan jasa informasi yang tersedia
Selama ini sebagian besar masyarakat hanya mengenal dan memanfaatkan jasa sirkulasi dari suatu perpustakaan. Padahal
semestinya setiap perpustakaan tidak hanya menyediakan jasa informasi yang lain, seperti bimbingan pemakai, penelusuran literatur,
pelayanan referensi, dan lainnya.
• Mengoptimalkan sarana dan fasilitas
Perpustakaan telah menyediakan sarana temu kembali akan informasi, seperti indeks, bibliografi, katalog, abstrak, dan lainnya. Demikian
pula untuk beberapa perpustakaan telah menyediakan koleksi CDROM, audio-visual, dan jasa internet. Dengan saranaprasarana itu,
pemakai diharapkan memanfaatkannya secara optimal untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Untuk itu, perlu ditanamkan
kesadaran bibliografis, yakni suatu usaha untuk menemukan data bibliografi yang berisi subjek atau informasi tertentu dengan
menggunakan fasilitas yang tersedia.
• Mencapai terwujudnya masyarakat informasi
Sebagian masyarakat belum mampu memanfaatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Malah sebagian masyarakat
hanya menggunakan informasi untuk hiburan. Oleh karena itu, penyebaran dan dan penyerapan informasi oleh masyarakat tidak dapat
merata. Hal ini akan menimbulkan bermacam-macam tingkatan informasi dalam masyarakat. Akibat lebih jauh adalah terjadinya
kesenjangan sosial. Kiranya masih perlu disampaikan kepada masyarakat bahwa semua informasi yang disediakan perpustakaan
pada hakikatnya untuk masyarakat umum. Disini perlu penyaji
Universitas Sumatera Utara
informasi dengan latar belakang pendidikan yang memadai. Hal ini untuk mengantisipasi peningkatan peminat informasi pada masa
mendatang. •
Ikut berperan serta dalam proses pendidikan Pustakawan sebagai tenaga kependidikan kiranya akan lebih banyak
berperan aktif apabila mereka mampu melakukan bimbingan pemakai, mengajar bidang perpustakaan di SLTA atau Perguruan Tinggi, dan
melakukan penataran-penataran. Pustakawan sebagai pemangku jabatan fungsional berkewajiban untuk ikut meningkatkan kualitas
pendidikan. Kesempatan ini perlu diupayakan melalui usulan dan pendekatan kepada pihak-pihak terkait seperti rektor, dekan, direktur,
kepala desa, atau kepala sekolah. Hal ini dikarenakan karena pustakawan adalah tenaga kependidikan. Oleh karena itu, pustakawan
dituntut berperan secara aktif pada proses pendidikan sesuai dengan keahlian, kewenangan, kemampuan, dan kreativitas mereka.
• Mengefektifkan dan mengefisienkan pencarian informasi
Efektifitas dan efisiensi dapat dicapai apabila pemakai mampu dan trampil menggunakan peralatan, komputer, audio-visual, atau media
lain untuk akses informasi. Ketrampilan mereka juga akan membantu tugas-tugas kepustakawanan dalam menyajikan informasi, sebab
pustakawan tidak perlu lagi membimbing mereka satu per satu dalam penggunaan komputer.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN
PERGURUAN KRISTEN IMMANUEL MEDAN
3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Perguruan Kristen Immanuel Medan