2.6.2 Pengolahan
Menurut Sukarman 2000: 19 menyatakan bahwa, ”Bahan pustaka yang telah diadakan segera diolah untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna.
Tujuan pengolahan koleksi adalah membuat sarana temu kembali sehingga memungkinkan pengguna menemukan kembali koleksi yang diperlukan
melalui kartu katalog dan atau melalui susunan koleksi di rak”.
Pengolahan bahan pustaka menurut Sukarman 2000: 20 adalah: 1.
Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan memeriksa, memberi stempel, dan
mencatatmendaftar semua koleksi perpustakaan dalam buku induk dan diberi nomor induk, setiap satu eksemplar satu nomor. Setiap jenis
koleksi dicatat dalam buku induk tersendiri seperti Buku induk untuk mencatat koleksi buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain.
Kolom pada Buku Induk untuk buku antara lain:
nomor urut buku dimasukkan
tanggal pemasukan ke buku induk
nomor induk
pengarang
judul
edisi dan tahun
penerbit
sumber hadiah atau tukar menukar
harga kalau dibeli
keterangan lain yang perlu misalnya bahasa, bentuk kemasan
seperti CD, Kaset, Video, Film Strip dan sebagainya Darmono, 2001: 64.
Universitas Sumatera Utara
Tabel I: Contoh Buku Induk
No Tanggal
Pembelian Nomor
Induk Pengarang Judul
Penerbit, edisi dan
tahun terbit
Sumber Dana
Harga Kete- rangan
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Dst
2. Katalogisasi
Katalogisasi adalah kegiatan membuat entri dalam kartu atau daftar mengenai buku dan bahan pustaka lainnya yang ada dalam koleksi
perpustakaan yang disusun menurut aturan tertentu. Katalogisasi diawali dengan kegiatan pengatalogan deskriptif yaitu menentukan tajuk entri
utama dan tajuk entri tambahan. Kegiatan ini berpedoman pada Peraturan Katalogisasi Indonesia edisi 4 Perpustakaan, Nasional, 1994
yang bersumber pada peraturan pengatalogan standar internasinal yaitu ”The Anglo American Cataloguing Rules” AACR. Kegiatan
dilanjutkan dengan pembuatan kartu katalog yang kemudian digandakan sesuai kebutuhan pengarang, judul, subyek, dan jejakan lain serta shelf
list dan dijajarkan pada laci-laci katalog.
3. Klasifikasi
Klasifikasi adalah kegiatan menganalisa isi bahan pustaka dan menetapkan kode menurut sistem tertentu yang tepat untuk sebuah buku,
karangan dalam majalah dan lain-lain. Penetapan nomor klasifikasi bahan pustaka menggunakan sarana bantu ”Terjemahan Ringkasan
Desimal dan Indeks Relatif: disesuaikan dengan DDC 20” Perpustakaan Nasional, 1983. Mekanisme skema klasifikasi tersebut di atas perlu
dipahami untuk menjamin kelancaran dan ketaatasasan klasifikasi.
4. Penyelesaian
Penyelesaian adalah kegiatan pembuatan dan pemasangan kelengkapan fisik bahan pustaka seperti kantong buku, kartu buku, lembar tanggal
kembali, dan label atau tanda buku nomor panggil.
Universitas Sumatera Utara
5. Pengaturan koleksi
Penempatan koleksi perpustakaan sekolah diatur sedemikian rupa agar para pengguna mudah mencari koleksi yang diperlukan.
a
Pengaturan Buku Buku diatur menurut urutan subyek dan ditempatkan pada rak buku
yang tersedia. Buku yang berukuran lebih tinggi atau lebar oversize books ditempatkan terpisah dari buku yang berukuran biasa. Selain
itu, pengaturan buku juga disesuaikan dengan kegunaan masing- masing buku tersebut, misalnya, buku-buku rujukan tidak disatukan
dengan buku-buku pelajaran.
b Pengaturan Majalah
Majalah lepas disimpan dalam kotak dan ditempatkan pada rak berdasarkan urutan abjad judul majalah. Majalah yang dianggap
penting, setelah lengkap terkumpul, kemudian dijilid. Penyusunan majalah yang sudah dijilid di dalam rak juga berdasarkan urutan
abjad judul majalah atau nomor klasifikasi.
c Pengaturan Surat Kabar
Surat kabar baru disusun pada alat penjepit surat kabar. Setelah terkumpul lengkap selama satu minggu, surat kabar dikeluarkan dari
alat penjepit untuk menunggu pengolahan selanjutnya misalnya, menjadi koleksi guntingan surat kabar atau untuk penyusunan indeks
artikel surat kabar. Setelah jangka waktu tertentu koleksi surat kabar dikeluarkan dari koleksi.
d Pengaturan Bahan Bukan Buku
Koleksi bukan buku, misalnya peta, bahan audio-visual, disket, CD, dan lain-lain ditempatkan pada tempat khusus sesuai dengan jenis
bahan tersebut. Ada yang ditempatkan dalam map khusus dan dijajarkan dalam lemari arsip filling cabinet atau ditempatkan
dalam kotak khusus yang dibuat untuk menyimpan bahan-bahan tersebut. Untuk memudahkan penelusuran, masing-masing map atau
kotak diberi label yang memuat deskripsi bibliografi pustaka yang bersangkutan.
Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaan bahan pustaka adalah agar kandungan informasinya lebih awet, lebih luas penyebarannya, dan agar dikembangkan lebih lanjut.
Adapun pemeliharaan ini dapat dilakukan dengan cara reproduksi, penjilidan, laminasipenyampulan, penyiangan, dan fumigasi Lasa, 2007: 162.
Menurut Sukarman 2000: 22, “Pemeliharaan koleksi perpustakaan merupakan kegiatan yang cukup penting untuk menjaga agar koleksi perpustakaan
tidak cepat rusak atau bahkan musnah. Tujuan pemeliharaan antara lain memperpanjang usia koleksi”.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rachman 2006: 23-26, Adapun kegiatan pemeliharaan koleksi dan faktor perusak bahan pustaka serta cara mengatasinya antara lain yaitu:
1. Kegiatan pemeliharaan koleksi meliputi reproduksi, penjilidan,
laminasi, dan penyiangan. a.
Reproduksi dilakukan terhadap koleksi langka yang hendak dilestarikan. Selain itu, reproduksi juga dilakukan atas pustaka
yang mudah rusak karena jenis kertasnya, ataupun bentuknya. Reproduksi dilakukan dengan cara:
1 Fotokopi
2 Membuat bentuk mikro
3 Membuat duplikasi dari pustaka bukan buku dan koleksi
yang sering digunakan. b.
Penjilidan Kegiatan ini dilakukan terhadap:
1 Bahan pustaka yang rusak sampulnya
2 Bahan pustaka yang sampulnya terlalu tipis
3 Bahan pustaka yang terlepas jilidannya
4 Majalah yang nomornya telah lepas.
Penjilidan dapat dilakukan oleh perpustakaan sendiri atau oleh pihak luar. Dalam kegiatan penjilidan, perpustakaan diharuskan
melengkapi lembar catatan penjilidan untuk buku, majalah, atau dokumen lain.
c. Laminasi
Pelestarian dengan cara laminasi yaitu memberi pelindung plastik pada dokumen agar bahan pustaka tersebut tidak sobek atau
hancur. Cara lain untuk penanganan bahan pustaka pola laminasi dapat dilakukan dengan pelapisanpenyemprotan bahan pustaka
dengan kimia coating.
d. Penyiangan
Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar bahan pustaka yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan bahan
pustaka yang baru. Pemilihan bahan pustaka yang dikeluarkan dari koleksi sebaiknya dilakukan oleh petugas perpustakaan dan guru,
kemudian diputuskan untuk dipisahkan atau dipindahkan, dihibahkan atau dimusnahkan. Keputusan tersebut berdasarkan
pertimbangan kemutakhiran, kesesuaian, dan kondisi fisik dokumen.
Bahan pustaka yang perlu dikeluarkan dari koleksi: 1
Bahan pustaka yang isinya sudah tidak sesuai lagi 2
Edisi dan cetakan lama 3
Bahan pustaka yang rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi 4
Bahan pustaka yang isinya tidak lengkap 5
Bahan pustaka yang jumlah copinya terlalu banyak.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor perusak pustaka dan cara mengatasinya.
a. Faktor fisik
1 Keausan yang terjadi karena perlakuan yang kurang tepat
terhadap pustaka pada saat pengiriman, penempatannya di rak, frekuensi pemakaian, penanganan yang salah oleh pengguna
atau petugas pada waktu pengembalian dan penempatan kembali pada rak.
2 Debu dan kotoran yang terjadi karena kurang bersihnya
lingkungan perpustakaan. 3
Cahaya matahari yang langsung mengenai pustaka. Cara mengatasi kerusakan atau pencegahan kerusakan karena faktor fisik
ini adalah: 1
Pustaka diperlakukan dengan hati-hati pada waktu pengiriman, penempatan, dan pengambilan pada rak, waktu membaca, membuka
dan menutup buku.
2 Bahan yang mudah rusak harus dijilid terlebih dahulu sebelum
dimasukkan dalam koleksi. 3
Memelihara kebersihan gedung dan lingkungan sekitar perpustakaan. Gunakan alat pendingin AC bila memungkinkan.
4 Hindarkan pustaka dari cahaya matahari langsung.
b. Faktor kimiawi atau iklim
1 Kelembaban udara yang terlalu tinggi
2 Suhu udara yang fluktuatif
3 Reaksi kimia yang terjadi karena proses oksidasi dan
hidrolisa materi pustaka 4
Pencemaran udara. Cara mengatasi faktor kimiawi dan iklim ini adalah:
1 Mengurangi kelembaban, mengatur suhu udara dan mengurangi
pencemaran udara dengan pengaturan ventilasi yang baik, memasang kipas penghisap udara exhaustfan, atau memasang
pendingin ruangan AC apabila memungkinkan.
2 Tidak terlalu rapat dalam menempatkan pustaka.
3 Koleksi mikrofilm atau mikrofis sebaiknya disimpan dalam kotak
berbahan kayu atau polyester, dan bukan logam.
c. Faktor hayati
Beberapa faktor hayati perusak pustaka antara lain: 1
Jamur cendawan 2
Serangga, seperti kecoak dan ngengat 3
Hewan pengerat terutama tikus Beberapa cara mengatasi faktor-faktor hayati di atas adalah sebagai
berikut: 1
Kerusakan yang disebabkan oleh jamur cendawan dapat diatasi dengan:
Universitas Sumatera Utara
• mengurangi kelembaban
• menghindari adanya debu, kotoran, minyak atau bahan
organik lainnya •
tidak menggunakan perekat yang mengandung omylum untuk menjilid tetapi bahan sintetis seperti misalnya polyvinyl
acetat •
mengatur suhu udara ruangan agar tidak terlalu tinggi •
menggunakan bahan fungisida untuk membasmi cendawan dengan bantuan ahli
• menggunakan larutan kimia yang tidak berbahaya bagi
manusia. 2
Kerusakan karena serangga dapat diatasi dengan: •
mengatur kelembaban udara dalam ruangan dengan sekitar 50
• mengatur suhu ruangan sekitar 20-24 derajat Celsius
• memelihara kebersihan ruangan
• mengadakan fumigasi dengan bantuan ahli.
3 Hewan pengerat dapat diatasi dengan:
• memelihara kebersihan ruangan
• tidak meninggalkan sisa makanan dalam ruangan
• menggunakan bahan pembasmi tikus
2.7 Pelayanan Perpustakaan 2.7.1 Sistem Pelayanan Perpustakaan