3.5 Populasi dan populasi sasaran
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. BRI Syariah yang disusun dalam bentuk tahunan. Sementara populasi sasaran yang
digunakan adalah laporan keuangan selama tiga periode yaitu periode tahun 2008,2009 dan 2010.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data-data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan yang diplubikasikan oleh Bank
Indonesia BI.
3.7 Teknik Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Penganalisisan data dimulai dengan menyajikan laporan
keuangan PT. BRI Syariah yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan nilai tambah. Dari tiga laporan tersebut kemudian dihitung berapakah perolehan
rasio kinerja keuangan PT. BRI Syariah yang terdiri dari ROA, ROE dan rasio total laba per total ktiva produktif, baik yang menggunakan pendekatan laba rugi
maupun yang menggunakan pendekatan nilai tambah. Analisis data dilanjutkan dengan membandingkan perolehan rasio dua pendekatan tersebut kemudian
diimprentasikan untuk diperoleh pemahaman yang mendalam. Berikut merupakan perbedaaan dari pendekatan laba rugi dan nilai tambah.
Tabel 3.13 Perbedaan Pendekatan Laba Rugi dan Nilai Tambah
Pendekatan Laba Rugi Pendekatan Nilai Tambah
1.Orientasi pada stakeholders 1.Orientasi pada pemenuhan
Universitas Sumatera Utara
2.Menyediakan informasi yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan ekonomi.
3.Melakukan transaksi halal dan haram 4.Laporan keuangan lebih ditujukan
pada decision making.
5.Disribusi profit terbatas pada direct stakeholders.
akuntabilitas direct stakeholders,indirect stakeholders dan
kepada Tuhan 2.Memberikan informasi terhadap
perhitungan zakat, pelaksanaan keadilan dan melaporkan kegiatan
yang bertentangan dengan syariah. 3.Melakukan transaksi yang halal.
4.Laporan keuangan menekankan pada prinsip full disclosure dengan tujuan
pada pertanggungjawaban sosial. 5.Profitabilitas memperhitungkan
kontribusi direct stakeholders dan indirect stakeholders
sumber:wahyudi2005,diolah Lanjutan table 3.13
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum BRI Syariah
4.1.1 Sejarah Berdirinya BRI Syariah
Bank syariah di Indonesia mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya deregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Hal ini karena sejak saat itu
diberikan keleluasaan penentuan tingkat suku bunga, termasuk nol persen peniadaan bunga sekaligus. Sungguhpun demikian, kesempatan ini belum
termanfaatkan karena tidak diperkenankannya pembukaan kantor bank baru. Hal ini berlangsung sampai tahun 1988 di mana pemerintah mengeluarkan “Paket
Oktober ” PAKT O 1998 yang me mperkenankan berdirinya bank-bank baru. Kemudian posisi perbankan syariah semakin pasti setelah disahkan Undang-
Undang No.7 Tahun 1992, bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-
keuntungan bagi hasil. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan
perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992, merupakan salah satu faktor yang memperkuat kedudukan perbankan syariah dalam tata hukum perbankan
Indonesia, selain itu Undang-Undang ini memberikan legitimasi untuk perkembangan dual banking system, yang mana pola seperti ini dilakukan oleh
sebagian besar bank umum konvensional, yaitu dengan membuka kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang beroperasi dengan prinsip syariah atau dengan
mengkonversi cabang konvensional menjadi cabang syariah, selain karena dampak dari adanya Undang-Undang tersebut, banyaknya bank konvensional
Universitas Sumatera Utara