Analisis Data Daya Tetas Telur A. aegypti

3.5 Analisis Data

Data dari tiap perlakuan pada uji daya tetas telur, perkembangan larva dan uji mortalitas larva dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance ANOVA. Bila dari sidik ragam didapatkan perbedaan nyata hingga sangat nyata, dilanjutkan dengan uji DMRT Duncan Multiple Range Test. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Daya Tetas Telur A. aegypti

Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Pengaruh Ekstrak-metanol Daun Sirsak Terhadap Daya Tetas Telur A. aegypti dengan 50 butir telur ujiperlakuan. Keterangan : Menurut Uji Duncan Notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 . K1 : kontrol W1 : 24 jam K2 : 0.02 W2 : 48 jam K3 : 0.04 W3 : 72 jam K4 : 0.06 K5 : 0.08 K6 : 0.10 K7 : 0.12 Dari Tabel 4.1.1 dapat diketahui bahwa pada semua lama waktu pemajanan, daya tetas telur menunjukkan kecenderungan menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi. Dilihat dari konsentrasi ekstrak-metanol yang digunakan Kosentrasi W1 W2 W3 Total Rata-rata K1 80 a 77 a 82 a 239 39.8 K2 65 b 63 b 80 a 208 34.8 K3 51 c 60 b 75 a 186 31 K4 40 d 56 c 67 ab 163 27.16 K5 28 e 32 e 40 d 100 16.67 K6 14 fh 18 fh 19 fh 50 8.33 K7 9 h 12 h 17 fh 38 6.33 Total 287 318 379 Rata-rata 20.5 22.7 27.07 Universitas Sumatera Utara tampak bahwa persentase daya tetas telur paling kecil terdapat pada konsentrasi 0.12 perlakuan K7W1 yaitu 9 . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak-metanol daun sirsak, maka larutan semakin bersifat toksik sehingga menghambat penetasan telur nyamuk A. aegypti. Menurut Grainge Ahmad, 1998 dalam Yus 1996, sifat toksik yang terdapat pada larutan ekstrak-metanol daun sirsak diduga disebabkan oleh bahan aktif yang terkandung dalam daun sirsak A. muricata yaitu alkaloid, flavonoid, annonine, muricine dan muricinine serta saponin yang berperan sebagai anti makan dan insektisida. Juneja dkk 2001, dalam Wurlina Sastrowardoyo, 2002 menyatakan bahwa golongan alkaloid maupun flavonoid tanaman dapat menyebabkan gangguan pada membran sel dengan berakibat komponen penyusun membran akan berubah pada proses fisiologi dan membran akan terganggu dengan terjadinya kerusakan pengkerutan pada membran tersebut. Dilihat dari lama waktu pemajanan menunjukkan bahwa peningkatan lama waktu pemajanan secara umum meningkatkan persentase daya tetas telur. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur secara optimal adalah 72 jam. Menurut WHO 1972, dalam Mardihusodo 1988 dalam Yudhastuti V idiyani, 2005 telur nyamuk tampak telah mengalami embriosasi lengkap dalam waktu 72 jam. Nuijda 2005 juga menyatakan bahwa Aedes aegypti mengalami metamorfosis siklus hidup yang sempurna mulai dari telur 1-3 hari. Dilihat dari konsentrasi dan lama waktu pemajanan diperoleh bahwa perlakuan dengan konsentrasi 0.12 dalam waktu 24 jam mampu menghambat persentase daya tetas telur hingga 91 . Jika dibandingkan dengan perlakuan pada konsentrasi yang sama dalam waktu 72 jam hanya mampu menghambat 83 . Dari tabel juga terlihat peningkatan lama waktu pemajanan cenderung meningkatkan daya tetas telur dan bukan penurunan daya tetas telur. Padahal dengan peningkatan lama waktu pemajanan, semakin memperlama telur terpapar Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 Konsentrasi P e rs e n ta s e D a y a T e ta s T e lu r 24 jam 48 jam 72 jam senyawa toksik pada larutan ekstrak. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh karakteristik dari dinding telur A. aegypti. Pada telur A aegypti, karena ia tertutup oleh dua penutup yaitu korion dan membran vitelin, jadi masuknya senyawa berbahaya masih bisa ditoleransi. Menurut Wigglesworth 1972, permukaan telur dibungkus oleh lapisan semen yang dikeluarkan oleh kelenjar koleteral dari induk. Hal ini mengokohkan telur untuk mempertahankan diri dari gangguan luar. Pengaruh konsentrasi terhadap daya tetas telur A. aegypti dapat dilihat dalam Grafik 4.1 berikut : Gambar 4.1 Pengaruh Ekstrak-metanol Daun Sirsak Terhadap Daya Tetas Telur A. aegypti dengan 50 butir telur ujiperlakuan Sementara pada kontrol diperoleh persen daya tetas telur sebesar 80 K1W1, 77 K1W2, dan 82 K1W3. Dari penelitian yang sudah dilakukan oleh Soesilohadi 2005, menunjukkan bahwa persentase daya tetas telur A. aegypti pada kontrol sebesar 78.09 . Hal ini menunjukkan bahwa kisaran persentase daya tetas telur A. aegypti pada kondisi tidak diperlakukan kontrol sekitar 75 - 85 . Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisa statistik ANOVA pada Lampiran G diperoleh F hitung 46.12 F tabel p; α 5 berarti terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji DMRT Duncan Multiple Range Test.

4.2 Mortalitas Larva