Annona muricata Linn. Sebagai Insektisida Nabati

pada kuncup tersusun seperti katup, daun mahkota terdalam secara genting. Dasar bunga cekung sekali. Benang sari banyak penghubung ruas sari di atas ruang sari melebar, menutup ruangnya, putih. Bakal buah banyak, bakal biji 1. Tangkai putik langsing, berambut kepala silindris. Buah majemuk tidak beraturan, bentuk telur miring atau bengkok, 15-35 kali, diameter 10-15 cm. Biji hitam dan daging buah putih Steenis, 2003. Akar tunggang, perbanyakan dengan biji. Daun dan biji bisa dibuat untuk ramuan insektisida nabati, tetapi daun dan biji sirsak perlu dihaluskan terlebih dahulu lalu dicampur dengan pelarut. Buah yang mentah, biji, daun, dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut, ekstrak daun srikaya dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama lainnya Kardinan, 2004. Menurut Naria 2005, buah sirsak Annona muricata Linn. termasuk buah semu, daging buah lunak dan empuk, berwarna putih, berserat, berbiji hitam pipih. Kulitnya berduri, tangkai buah menggunting, aromanya harum, dan rasanya manis agak asam segar. Tanaman sirsak dapat digunakan sebagai bahan insektisida.

2.1.2 Annona muricata Linn. Sebagai Insektisida Nabati

Telaah fitokimia telah mengungkapkan bahwa tumbuhan yang tergolong Annonaceae mengandung bermacam-macam alkaloid, karbohidrat, lipid, asam amino, protein, polyphenol, minyak esensial, terpen, dan senyawa aromatik Leboeuef et al., 1982 dalam Yus 1996. Salah satu tumbuhan yang tergolong famili Annonaceae adalah sirsak A. muricata yang merupakan salah satu tanaman penghasil insektisida. Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain, saponin, flavonoid, tanin Kardinan, 2004. Bahkan Naria 2005, menyatakan bahwa pada sirsak ditemukan senyawa bersifat bioaktif yang dikenal dengan nama acetogenin. Universitas Sumatera Utara Annonain merupakan senyawa golongan alkaloid yang terdapat pada daun sirsak. Aktifitas fisiologinya bersifat racun dan memiliki rasa yang pahit. Alkaloid memiliki sifat metabolit terhadap satu atau beberapa asam amino. Efek toksik lain bisa lebih kompleks dan berbahaya terhadap insekta, yaitu mengganggu aktifitas tirosin yang merupakan enzim esensial untuk pengerasan kutikula insekta Harborne, 1982. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah. Sementara flavonoid termasuk kelas fenol. Kelompok flavonoid yang bersifat insektisida alam yang kuat adalah isoflavon. Isoflavon memiliki efek pada reproduksi yaitu antifertilitas Harborne, 1987. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan termasuk serangga Harborne, 1987. Gejala yag diperlihatkan dari hewan yang mengkonsumsi tanin yang banyak adalah menurunnya laju pertumbuhan, kehilangan berat badan dan gejala gangguan nutrisi Howe Westley, 1990 dalam Yus, 1996. Xu Qin 1994, dalam Yus, 1996 juga telah membuktikan pengaruh hambatan tanin terhadap enzim protease yang dikorelasikan dengan mencerna larva Heliothis armigera. Senyawa acetogein pada konsentrasi yang tinggi akan bersifat antifeedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah dengan pemberian oral bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian Naria, 2005. Universitas Sumatera Utara Dari hasil pengujian aktivitas biologi terungkap bahwa bahan aktif acetogenin yang berasal dari tumbuhan Annonaceae ini mempunyai kisaran pengaruh yang cukup luas, yaitu bersifat toksik terhadap sel, memiliki aktifitas anti tumor, anti mikroba, anti malaria, anti makan dan pestisida Rupprecht et al., 1990 dalam Yus, 1996.

2.2 Deskripsi Aedes aegypti Linn.