Berdasarkan analisa statistik ANOVA pada Lampiran G diperoleh F hitung 46.12 F tabel p;
α 5 berarti terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan
uji DMRT Duncan Multiple Range Test.
4.2 Mortalitas Larva
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Pengaruh Ekstrak-metanol daun sirsak terhadap mortalitas larva A. aegypti, umur 5 sd 7 hari dengan 80 larva ujikonsentrasi
Konsentrasi Kematian dalam 24 jam
Mortalitas larva 1
2 3
4 0.0
0.02 2
1 3.75
0.04 2
1 1
2 7.5
0.06 5
12 6
5 35.0
0.08 18
16 12
12 72.5
0.1 20
19 19
20 97.50
0.12 20
20 19
20 98.75
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa pada konsentrasi 0 kontrol tidak ada larva A. aegypti yang mati, sedangkan larutan ekstrak dengan konsentrasi yang
berbeda-beda 0.02 , 0.04 , 0.06 , 0.08 , 0.1 , 0.12 dapat menyebabkan kematian pada larva nyamuk A. aegypti. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi pula persentase kematian larva uji.
Kematian larva diduga karena zat yang terkandung dalam daun sirsak, terutama acetogenin dan tanin yang bersifat toksik. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak, semakin banyak acetogenin dan tanin yang masuk ke dalam tubuh larva, sehingga ketahanan larva terhadap zat tersebut semakin berkurang dan larva
menjadi lebih rentan, akibatnya akan terjadi kematian yang lebih tinggi. Dengan kata lain ketahanan hidup larva berkurang seiring dengan kenaikan konsentrasi.
Pergerakan larva menjadi lambat kemudian diikuti oleh kelumpuhan, dan
Universitas Sumatera Utara
20 40
60 80
100 120
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14
Konsentrasi M
o rt
a li
ta s
l a
rv a
akhirnya larva mati. Larva yang mati lama kelamaan menjadi pucat dan akhirnya tenggelam.
Gambar 4.2 Pengaruh ekstrak-metanol daun sirsak terhadap mortalitas larva A.
aegypti. Persamaan regresi : Y= -13.75 + 978.57 x r = 0.96, dengan LC 50 = 0.0652 .
Berdasarkan persamaan regresi linear, dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak-metanol daun sirsak terhadap larva nyamuk A. aegypti mengakibatkan
kematian separuh jumlah larva LC-50 selama 24 jam pada konsentrasi 0.0652. Mortalitas larva diamati selama 24 jam, dimana semua larva pada kelompok
kontrol tidak ada yang mati, sementara pada kelompok perlakuan, terutama pada konsentrasi yang lebih tinggi, ada larva yang mati bahkan mencapai 98.75 pada
konsentrasi 0.12 .
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat dipahami bahwa kematian larva pada konsentrasi yang lebih besar disebabkan oleh efek toksis
tanaman yang lebih besar, artinya semakin tinggi konsentrasi semakin banyak larva yang mati, karena semakin banyak senyawa toksik yang masuk ke dalam
Universitas Sumatera Utara
tubuh larva sehingga makin cepat kematian larva. Dinding tubuh larva dapat menyerap senyawa toksis yang dapat menyebabkan kerusakan sel saraf, sistem
pernafasan, dan sistem pencernaan Sastrodoharjo, 1979.
4.3 Perkembangan Larva Dari penelitian terhadap Uji Daya Tetas Telur dan Mortalitas Larva diperoleh