Dimensi Sosial- Keberlanjutan Usaha Tani Pola Padi Sawah Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen Metode Rap CLS

pestisida rendah 4. Pemanfaatan limbah ternak sapi untuk pupuk kandang 0; 1; 2; 3 3 0 tidk dimanfaatkan; 1 sebagian kecil dimanfaatkan; 2 sebagian besar dimanfaatkan; 3 seluruhnya dimanfaatkan 5. Pemanfaatan limbah jerami untuk pakan ternak sapi 0; 1; 2; 3 3 0 tidak dimanfaatkan; 1 sebagian kecil dimanfaatkan; 2 sebagian besar dimanfaatkan; 3 seluruhnya dimanfaatkan 6. Sistem Pemeliharaan ternak sapi 0; 1; 2; 3 3 3 50 diumbarliar; 2 25 -50 diumbarliar 1 10-25 diumbarliar; 0 10 yang diumbarliar 7. Kepadatan ternak ekor ternak 1000 orang 0; 1; 2; 3 3 Mengacu pada APWPPP Deptan: 0 sangat padat 300-500; 1 padat 100-300; 2 sedang 50- 100; 3 jarang 50 8. Ketersediaan Rumah Potong Hewan RPH 0; 1; 2; 3 3 Mengacu pada Ditjen Peternakan; 0 tidak ada, 1 type C; 2 type B; 3 type A 9. Pemotongan sapi betina produktif 0; 1; 2; 3 3 3 50; 2 25 - 50; 1 10 - 25; 0 10;

II. Dimensi Ekonomi

1. Kelayakan finansial dan ekonomi 0; 1; 2; 3 3 Mengacu analisis kelayakan: 0 rugitidak layak; 1 impaskembali modal; 2 untunglayak; 3 sangat untunglayak 2. Kontribusi terhadap PDRB 0; 1; 2;3 3 0 tidak ada, 1 rendah; 2 sedang; 3 tinggi 3. Rata-rata penghasilan petani CLS relatif dibanding non CLS 0; 1; 2; 3 3 0 di bawah ; 1 sama; 2 lebih tinggi; 3 jauh lebih tinggi 4. Rata-rata penghasilan petani CLS relatif terhadap UMR upah minimum regional Jawa Tengah. 0; 1; 2; 3 3 0 di bawah; 1 sama; 2 lebih tinggi; 3 jauh lebih tinggi 5. Lembaga keuangan bankkredit 0; 1; 2 ; 3 3 0 tidak ada; 1 ada tapi menjangkau sebagian kecil petani; 2 ada dan menjangkau sebagai besar petani; 3 menjangkau seluruh petani 6. Transfer keuntungan 0; 1; 2;3 3 0 sebagian besar dinikmati penduduk luar daerah; 1 seimbang antara penduduk lokal dengan penduduk luar daerah; 2 sebagian besar penduduk lokal; 3 seluruhnya penduduk lokal; 7. Besarnya pasar 0; 1; 2;3 3 0 pasar lokal; 1 pasar provinsi, 2 pasar nasional; 3 pasar internasional 8. Besarnya subsidi 0; 1; 2; 3 3 3 mutlak 100 subsidi; 2 besar; 1 sedikit; 0 tidak ada subsidi

III. Dimensi Sosial-

Budaya 1. Sosialisasi pekerjaan individual atau kelompok 0; 1; 2;3 3 0 pekerjaan dilakukan secara individual; 1 kerjasama satu keluarga; 2 sebagian kerjasama kelompok; 3 seluruhnya kerjasama kelompok 2. Jumlah rumah tangga petani CLS 0; 1; 2;3 3 0 10; 1 10-25; 2 25-50; 3 50dari total jumlah rumah tangga di Sragen 3. Pengetahuan terhadap lingkungan 0; 1; 2;3 3 0 tidak ada 1 sedikit; 2 cukup; 3 banyakluas 4. Frekwensi konflik 0; 1; 2;3 3 0 banyaksering; 1 ada sedikit; 2 jarang sekali; 3 tidak ada 5. Persepsiperan masyarakat dalam usaha tani CLS 0; 1; 2; 3 3 0 negatif; 1 netral; 2 positif; 3 sangat positif 6. Frekwensi penyuluhan dan pelatihan 0; 1; 2; 3 3 0 tidak pernah ada; 1 sekali dalam 5 tahun; 2 sekali dalam setahun; 3 dua kali atau lebih dalam setahun 7. KelembagaanKelompok tani 0; 1; 2; 3 3 0 25 punya; 1 25-50 punya; 2 50-75 punya; 3 75 punya 8. Kelembagaanbadan usahajasa di bidang input dan output 0; 1; 2; 3 3 Badan usahajasa perusahaan, kios, KUD: 0 ada tapi semuanya belum dapat diakses petani; 1 ada, tapi hanya sebagian kecil yang dapat diakses; 2 sebagian besar dapat diakses; 3 semuanya dapat diakses 9. Lembaga layanan pemerintah layanan 0; 1; 2; 3 3 Kelembagaan pemerintah: memberi akses penyuluhan, pengolahan dan pemasaran produk: penyuluhan, teknologi, informasi saprodi, informasi pengolahan dan pemasaran hasil 0 ada tapi semuanya belum dapat diakses petani; 1 hanya sebagian kecil yang dapat diakses; 2 sebagian besar dapat diakses; 3 semuanya dapat diakses. Jika diperhatikan pada Tabel 2, pembuatan peringkat disusun berdasarkan urutan terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan berdasarkan urutan nilai dari yang terburuk ke nilai yang terbaik. Untuk selanjutnya nilai skor dari masing- masing atribut dianalisis secara multidisiplin untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan usaha tani pola CLS yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik “baik” “good’ dan titik “buruk”“bad”. Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi.

D. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan penentuan atribut usaha tani pola CLS secara berkelanjutan yang mencakup tiga dimensi dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan pada setiap dimensi, analisis ordinasi “Rap-CLS” yang berbasis metode “Multidimensional Scaling” MDS, penyusunan indeks dan status keberlanjutan yang dikaji. Proses ordinasi Rap-CLS ini menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish Kavanagh, 2001. Perangkat lunak Rapfish ini merupakan pengembangan MDS yang ada di dalam perangkat lunak SPSS, untuk proses rotasi, kebaikan posisi flipping, dan beberapa analisis sensitivitas telah dipadukan menjadi satu perangkat lunak. Melalui MDS ini maka posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrem “buruk” diberi nilai skor 0 dan titik ekstrem “baik” diberi skor nila 100. Posisi keberlanjutan sistem yang dikaji akan berada diantara dua titik ekstrem tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks keberlanjutan usaha tani pola CLS yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Sragen. Ilustrasi hasil ordinasi yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dari sistem yang dikaji disajikan pada Gambar 4. 0 71 100 Gambar 4. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Usaha tani Pola CLS di Kabupaten Sragen sebesar 71 . Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut, misalnya dimensi ekologi. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dlam bentuk diagram disajikan pada Gambar 5. Ekonomi 100 Sosial Budaya Ekologi 100 100 Gambar 5. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi Usaha tani Pola CLS di Kabupaten Sragen. Skala indeks keberlanjutan usaha tani pola CLS mempunyai selang 0-100, jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 50 50 maka sistem tersebut sustainable , dan sebaliknya jika kurang atau sama dengan 50 •50 ma ka sistem tersebut belum sustainable. Namun demikian dalam penelitian ini penulis mencoba membuat empat kategori status keberlanjutan berdasarkan skala dasar tersebut yaitu: Skala Indek 75 - 100 Kategori: baik Skala Indek 50 - 75 Kategori: cukup Skala Indek 25 - 50 Kategori: kurang Skala Indek 0 - 25 Kategori: buruk Untuk selanjutnya indeks keberlanjutan usaha tani pola CLS ini akan disebut sebagai IkB-CLS, yang merupakan singkatan dari Indeks Keberlanjutan Usaha tani Pola CLS. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap IkB-CLS di lokasi penelitian. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “root mean square” RMS ordinasi, khususnya pada sumbu-x atau skala sustainabilitas. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka semakin besar pula peranan atribut dalam pembentukan nilai IkB-CLS pada skala sustainabilitas atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam keberlanjutan usaha tani pola CLS di lokasi penelitian. Untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinsi usaha tani pola CLS digunakan analisis “Monte Carlo”. Menurut Kavanagh 2001 dan Fauzi dan Anna 2002 analisis “Monte Carlo” juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut ini. 1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut; 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda; 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi; 4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing date; 5. Tingginya nilai “stress’ hasil analisis Rap-CLS menggunakan metode MDS maksimal

25. Tahapan dengan aplikasi Rapfish disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Tahapan Analisis Rap-CLS Menggunakan MDS dengan Aplikasi Modifikasi Rapfish.

3.2.4. Analisis Prospektif A. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi, wawancara, pengisian kuesioner, dan pengamatan langsung terhadap usaha tani pola CLS di lokasi penelitian. Dipilih expertpakar yang mewakili pemerintah daerah dinas pertanian dan ketahanan pangan, perguruan tinggi, KTNA, petani, swasta. Teknik pengambilan contoh dalam rangka menggali informasi dan pengetahuannya akuisisi pendapat pakar ditentukandipilih secara sengaja purposive sampling. Dasar pertimbangan dalam penentuan atau pemilihan pakar untuk dijadikan sebagai responden menggunakan kriteria keberadaan dan kesediaan menjadi responden, memiliki reputasi dan kedudukan, kredibel dan memiliki pengalaman di bidangnya. Jenis data primer berupa data sosial- ekonomi, tujuan sistem, identifikasi faktor strategis, tingkat kepentingan faktro strategis, perumusan skenario sistem dan prioritas jenis kegiatan. Mulai Kondisi Usaha tani pola CLS saat ini Penetuan Atribut sebagai Kriteria Penilaian Penilaian skor setiap dimensi Variabel MDS ordinasi setiap dimensi variabel Analisis Keberlanjutan Analisis Monte Carlo Analsis Sensitivitas Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian.

B. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang. Dari analisis ini akan didapatkan informasi mengenai faktor kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam pengembangan pertanian berkelanjutan pola CLS sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku stakeholders yang terlibat dalam sistem ini. Selanjutnya faktor kunci tersebut akan digunakan untuk mendeskripsikan kemungkinan perubahan di masa depan. Menurut Hartrisari 2002, tahapan dalam melakukan analisis prospektif adalah sebagai berikut. 1. Menentukan faktor kunci untuk masa depan dari sistem yang dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi seluruh faktor penting, menganalisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks, dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor ke dalam 4 empat kuadran utama, sebagaimana disajikan pada Gambar 10 Trayer-POLAGAWAT 2000. Dalam hal ini faktor kunci diperoleh dari atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan dari hasil analisis RMS pada Rap-CLS. 2. Menentukan tujuan strategis. 3. Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana faktor kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, yang dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif digunakan matriks, sebagaimana disajikan pada Tabel 3 . Tabel 3. Pengaruh Langsung antar Faktor dalam Pertanian Berkelanjutan Pola CLS. Dari • Tehadap • A B C D E F G H I J A B C D E F G H I J Sumber: Godet 1999. Keterangan : A – J = faktor penting dalam sistem Pedoman pengisian : 1. Dilihat dahulu apakah faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika tidak ada pengaruh beri nilai 0. 2. Jika ada pengaruh, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya beri nilai 3. 3. Jika ada pengaruh, baru dilihat apakah pengaruhnya kecil = 1, atau berpengaruh sedang = 2. Pedoman penilaian : Skor : Keterangan: 0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat. Untuk menentukan faktor kunci digunakan software analisis prospektif yang akan memperlihatkan tingkat pengaruh dan kertergantungan antar faktor di dalam sistem dengan tampilan hasil pada Gambar 7. Gambar 7. Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor dalam Sistem Sumber : Byl et al. 2002.

C. Tahapan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan kebijakan dan strategi pengembagan pertanian berkelanjutan pola CLS. Pada Gambar 8, disajikan tahapan penelitian dari mulai sampai selesai. Ketergantungan P e n gar uh Faktor Penentu INPUT Faktor Penghubung STAKE Faktor Bebas UNUSED Faktor Terikat OUPUT Gambar 8. Diagram Alir Tahapan Penelitian MULAI • Studi Pustaka • Survey lapang • Transformasi model cobb-douglas • TEV, NPV, BC R • Analisis diskriptif. • Pendugaan Model Fungsi ProduksiProduktivitas Padi • Analisis Finansial Ekonomi • Peran Kelembagaan Petani Tahap Kedua Rap-CLS status keberlanjutan usaha tani pola CLS Multidimensional Scaling MSD Faktor Strategis Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Pola CLS Tahap Ketiga Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Pola CLS Selesai Analisis Prospektif Tahap Pertama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN