Tingkat Produksi dan Keuntungan Usaha Tani Padi Sawah

Pada model fungsi keuntungan usaha tani padi pola non CLS dilihat dari nilai R 2 sebesar 0,959, yang berati bahwa variasi besar kecilnya perubahan variabel keuntungan usaha tani padi pola non CLS dapat dijelaskan oleh variasi perubahan varial bebas sebesar 95,90 , sedangkan sisanya sebesar 4,10 dari variasi perubahan variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Hasil uji F diperoleh sebesar 56.170 menunjukkan nyata pada taraf keyakinan sebesar 1 yang berarti minimal ada satu variabel bebas mempengaruhi keuntungan usaha tani padi pola non CLS. Pendugaan model fungsi keuntungan usaha tani padi sawah non CLS seperti pada persamaan 20. log ð pn = -3,363 + 1,404 log L u + 0,027 log W b + 0,052 log W p - 0,241 log W u + 0,403 log W t - 0,019 log W c - 0,117 log W h - 0,290 log W x ........ 20 R2 = 0,959 F-hit = 56,170 Berdasarkan hasil uji-t variabel bebas harga benih, urea, pupuk kandang dan luas lahan secara signifikan pada taraf keyakinan 5 mempengaruhi keuntungan padi, sedangkan variabel bebas lainnya tidak signifikan. Koefisien variabel harga urea, KCL, upah kerja dan pajak bertanda negatif menunjukkan hubungan terbalik dengan tingkat keuntungan yang berarti bahwa makin tinggi harga urea, KCL, upah kerja maupun pajak, maka makin kecil keuntungan yang akan diperoleh. Sedangkan koefisien variabel luas lahan, harga benih, pestisida dan pupuk TSP bertanda positif menunjukkan semakin luas lahan yang diusahakan akan semakin meningkatkan keuntungan. Walaupun terjadi kenaikan harga benih, pestisida dan pupuk TSP, petani non CLS sangat bergantung pada input tersebut untuk mencapai keuntungan maksimum.

4.2.3. Tingkat Produksi dan Keuntungan Usaha Tani Padi Sawah

Berdasarkan hasil pendugaan model fungsi produksi dapat diketahui bahwa elastisitas fungsi produksi pola usaha tani berada diantara nol dan satu yang berarti berada dalam kondisi produksi yang rasional dan petani telah menggunakan faktor produksi secara optimal. Konsep koefisien fungsi adalah konsep jangka panjang, sedangkan elastisitas produksi parsial adalah konsep jangka pendek. Mengingat data yang dikumpulkan berupa data cross-section, sehingga koefisien fungsi produksi lebih mencerminkan fungsi produksi jangka pendek. Namun mengingat keragaman dan keterwakilan responden dalam penerapan teknologi usaha tani, maka fungsi produksi jangka pndek dapat dijadikan sebagai proksi ke dalam fungsi produksi jangka panjang walaupun tidak akurat sekali. Pengujian secara statistik dapat dilakukan untuk melihat tingkat kepercayaan terhadap besaran koefisien fungsi produksi total. Pada fungsi produksi jangka panjang, koefisien fungsinya mencerminkan nilai return to scale apabila semua inputnya berupa variabel, koefisien tersebut dapat berada pada berbagai titik alternatif return to scale dalam ruang produksi. Oleh karena itu, koefisien fungsi dapat diperluakan sebagai elastisitas produksi total. Elastisitas produksi total adalah penjumlahan perubahan output bila variabel input X 1 berubah variabel input lainnya tetap sampai variabel input X n berubah variabel input lainnya tetap. nilai koefisien fungsi produksi berkisar atau mendekati nilai satu untuk pola CLS maupun non CLS menunjukkan elastistas produksi total pada posisi constant return to scale bahwa alokasi sumber daya sudah dilakukan secara optimal dalam arti peningkatan penggunaan semua input akan meningkatkan produksi secara proporsional. Berdasarkan fungsi keuntungan, usaha tani pola non CLS menunjukkan kondisi increasing return to scale yang berarti ada hubungan berbanding terbalik, peningkatan harga input akan menurunkan keuntungan yang lebih besar dan peningkatan harga produk akan meningkatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini berbeda dengan pola padi sawah gabungan dalam kondisi decreasing return to scale yang berarti peningkatan harga input akan menurunkan keuntungan yang lebih kecil dan peningkatan harga produk akan meningkatkan keuntungan yang lebih kecil tidak proporsional. Pada usaha tani pola CLS tingkat efisiensi fungsi keuntungan berada dalam kondisi constant return to scale atau optimum berarti keuntungan meningkat secara proporsial seiring dengan penurunan harga input atau peningkatan harga output. Namun demikian, dalam kondisi tersebut masih diperlukan pemberian insentif harga dan kemudahan yang dapat mendorong gairah usaha tani pola CLS. Tingkat produksi dan keuntungan usaha tani padi di lokasi penelitian disajikan Tabel 11. Tabel 11 . Tingkat Produksi dan Keuntungan Usaha tani Padi Pola CLS dan non CLS No Uraian Fungsi Produksi Fungsi Keuntungan UOP 1 2 3 Pola CLS Pola Non CLS Pola Gabungan 1,017 constant RTS 0,947 constant RTS 1,025 constant RTS 0,979 constant RTS 1,219 increasing RTS 0,793 decreasing RTS Keterangan: RTS = return to scale Berdasarkan analisis fungsi keuntungan diperoleh hasil bahwa usaha tani padi pola CLS telah memberikan keuntungan maksimum bagi petani, yang berarti pertimbangan harga input secara keseluruhan telah dialokasikan secara optimal. Pencapaian tingkat keuntungan maksimum tidak hanya ditentukan oleh tingkat produksi, tetapi juga harga input dan output. Dalam kaitannya dengan harga input dan output, selama ini pemerintah melakukan intervensi penetapan harga input-output guna melindungi petani karena posisinya yang lemah dalam pasar input dan output. Hal ini sejalan dengan pedapat Anthony Giddens 2000 bahwa kita membutuhkan mekanisme pasar, tetapi juga kita masih memerlukan peran pemerintah. Dengan demikian diketahui bahwa antara model fungsi produksi padi sawah dan model fungsi keuntungan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda, dimana variabel input benih, urea, sewaperawatan alat dan mesin, serta pajak mempengaruhi produksi, demikian pula harga input benih, urea dan pajak mempengaruhi keuntungan usaha tani padi sawah. Variabel dummy luas lahan dan pola usaha tani mempengaruhi produksi dan keuntungan usaha tani padi sawah. Berdasarkan pendugaan model fungsi produksi padi pola CLS terlihat bahwa usaha tani pola CLS memberikan harapan bagi petani lahan sempit untuk meningkatkan produktivitas usaha taninya.

4.2.4. Dampak Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap Produksi Padi