Pembelajaran Inkuiri LANDASAN TEORI

mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, 4 mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, 5menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Standar kompetensi bahan kajian sains yang diambil dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar kerja ilmiah. Kompetensi yang dapat dikembangkan pada kerja ilmiah adalah sebagai berikut Depdiknas, 2003b : 3 : 1 merencanakan penelitian ilmiah. Siswa mampu membuat perencanaan penelitian sederhana antara lain : menetapkan dan merumuskan tujuan penelitian, langkah kerja, hipotesis, variabel dan instrumen yang tepat untuk tujuan pendidikan, 2 melaksanakan penelitian ilmiah. Siswa mampu melaksanakan langkah-langkah kerja ilmiah yang terorganisir dan menarik kesimpulan terhadap hasil temuannya, 3 mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah. Siswa mampu menyajikan hasil penelitian dan kajiannya dengan berbagai cara kepada berbagai kelompok sasaran untuk berbagai tujuan, 4 bersikap ilmiah. Siswa mengembangkan sikap ilmiah antara lain keingintahuan, berani dan santun, kepedulian lingkungan, berpendapat secara ilmiah dan kritis, bekerjasama, jujur dan tekun.

2.2 Pembelajaran Inkuiri

Salah satu metode mengajar yang sangat konstruktivistik adalah metode inkuiri. Dalam metode ini siswa sungguh dilibatkan untuk aktif berfikir dan menentukan pengertian yang ingin diketahuinya. Dalam metode pembelajaran ini siswa dilibatkan dalam proses penemuan melalui pengumpulan data dan tes hipotesis. Secara umum inkuiri adalah proses dimana para ilmuwan mengajukan pertanyaan tentang alam dunia dan bagaimana mereka secara sistematis mencari jawabannya. Yang utama dari metode inkuiri adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat kepada keaktifan siswa. Jadi bukan pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan kepada siswa. Itulah sebabnya pendekatan ini sangat dekat dengan prinsip konstruktivis, dimana pengetahuan ini dikonstruksi oleh siswa. Yang pantas dicatat dalam metode ini adalah isi dan proses penyelidikan diajarkan bersama dalam waktu yang bersamaan. Siswa melalui penyelidikan akhirnya sampai pada isi pengetahuan itu sendiri. Meski para ahli menjelaskan secara berbeda-beda model inkuiri, tetapi secara sederhana menurut Kindsvatter, Wilen, dan Ishler seperti dikutip Suparno 2006:66, inkuiri dapat dijelaskan sebagai model pengajaran yang menggunakan proses berikut : a identifikasi persoalan, b membuat hipotesis, c mengumpulkan data, d menganalisis data, dan e mengambil kesimpulan. Dari langkah-langkah di atas nampak jelas bahwa model inkuiri ini menggunakan prinsip model ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu prinsip, hukum, ataupun teori. Secara umum metode ilmiah mempunyai langkah seperti: a merumuskan persoalan, b membuat hipotesis, c mengumpulkan data, d menganalisis data yang diperoleh, dan e mengambil kesimpulan apakah proses pendekatan induktif, yaitu dari pengalaman lapangan untuk mencari generalisasi dan konsep umum. Di bawah ini diuraikan oleh Kindsvatter, Wilen, dan Ishler seperti dikutip oleh Suparno 2006:67, secara lebih rinci langkah-langkah metode inkuiri agar menjadi jelas dan mudah dilakukan adalah sebagai berikut. Identifikasi dan klarifikasi persoalan . Langkah awal adalah menentukan persolan yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru, sebaiknya persoalan yang ingin dipecahkan disiapkan sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas dan diklarifikasi. Dari persoalan yang diajukan akan tampak jelas tujuan seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat dan keadaan siswa. Membuat hipotesis . Langkah berikutnya adalah siswa untuk mengajukan jawaban sementara tentang persoalan itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas apa tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kentara setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh. Mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang fisika, biasanya untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan yang dapat digunakan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga jalan dengan baik. Dalam bahasa fisika langkah ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan di laboratorium tetapi kadang juga dapat di luar sekolah. Setelah peralatan jalan, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan. Menganalisis data. Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar apa tidak. Untuk memudahkan menganalisis data, sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel biar mudah dibaca dan dianalisis. Kadang sangat baik data disusun atau dikelompokkan menurut : 1 yang menguatkan hipotesis, 2 yang melemahkan hipotesis, dan 3 yang netral. Disini kadang guru perlu campur tangan karena dari data yang banyak siswa kadang bingung untuk menentukan langkah selanjutnya. Dalam menganalisis sering kali diperlukan alat hitung seperti rumus matematika atau statistik yang memudahkan siswa mengambil keputusan atau mengambil generalisasi. Ambil kesimpulan . Dari data yang telah dikelompokan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima apa tidak. Setelah itu guru masih dapat memberikan catatan untuk menyatukan seluruh penelitian ini. Sangat baik bila mengambil keputusan, siswa dilibatkan sehingga mereka menjadi semakin yakin bahwa mereka mengetahui secara benar. Bila ternyata hipotesis mereka tidak dapat diterima, mereka diminta untuk mencari penjelasan mengapa demikian. Guru dapat membantu dengan berbagai pertanyaan penolong. Menurut Kindsvatter dkk seperti dikutip oleh Suparno 2006:68, membedakan inkuiri menjadi dua macam yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Perbedaan ini lebih ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut. Inkuiri Terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur tertentu dengan diarahkan oleh guru. Siswa dalam menyelesaikan persoalan menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh guru. Campur tangan guru misalnya dalam pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data dan siswa tinggal melengkapi. Guru banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan di sela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Dengan model terbimbing seperti ini, maka kesimpulan akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru. Model inkuiri terbimbing ini lebih cocok untuk awal semester dimana siswa belum biasa melakukan inkuiri. Dengan model tersebut, siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat penuh. Inkuiri Bebas . Berbeda dengan inkuiri terbimbing, disini siswa diberi kebebasan dan inisiatif dan memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa sendiri berfikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan peralatan yang akan digunakan, merangkainya, dan mengumpulkan data sendiri. Disini siswa lebih bertanggung jawab, lebih mandiri dan guru tidak banyak campur. Siswa sendiri yang menentukan hipotesis, memilih peralatan, merangkaikan peralatan, dan mengumpulkan data. Guru sungguh hanya sebagai fasilitator, membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru tidak banyak memberikan arah dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sendiri. Model inkuiri bebas ini dapat dilakukan dalam kelompok, tetapi juga secara individual. Suchman dalam Suparno 2006:69, menjelaskan beberapa syarat agar terjadi inkuiri yang baik, adalah sebagai berikut: a kebebasan: Perlu ada kebebasan siswa untuk menemukan dan mencari informasi. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan hipotesisnya, menyusun eksperimen yang mau digunakan, dan mencari informasi apapun yang dianggap perlu untuk memecahkan persoalan dalam penelitiannya, b lingkungan atau suasana yang responsif: ada laboratorium, komputer, kelas, pustaka, dan sarana yang mendukung terjadinya proses inkuiri, c focus: persoalan yang mau didalami harus jelas arahnya, dan dapat dipecahkan oleh siswa. Dalam inkuiri yang terarah persoalan memang harus sangat jelas. Bila muncul banyak persoalan yang diajukan oleh siswa dengan melihat gejala yang ada, dapat dipilih salah satu yang terpenting dan soal itu memang mungkin dipecahkan oleh siswa. Sedangkan untuk inkuiri yang bebas, persoalan tidak perlu terarah dan tidak perlu hanya diambil satu. Biarlah tiap kelompok siswa menentukan persoalan sendiri, d Low Pressure: tidak banyak tekanan dari siapapun sehingga siswa dapat lebih berpikir kreatif dan kritis. Kadang siswa tidak dapat melakukan penyelidikan secara sungguh-sungguh mendalam karena ada tekanan dari luar seperti tekanan dari guru, waktu yang dikejar-kejar, teman kelompok yang tidak cocok, maupun bentuk pelaporannya. Hal ini perlu disingkirkan atau diminimalisir. Beberapa unsur berikut perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh agar metode Inkuiri yang direncanakan dapat berjalan lancar dan mendukung pembelajaran siswa. Menurut Trowbridge Bybee seperti dikutip oleh Suparno 2006: 80, unsur yang harus diperhatikan tersebut adalah: a persoalan: harus real atau nyata, punya arti bagi siswa dan dapat diteliti oleh siswa. Jadi, bukan persoalan yang sangat abstrak dan tinggi sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan. Bila terakhir ini yang terjadi, maka siswa akan bosan dan tidak termotivasi untuk belajar lebih lanjut, b informasi tentang latar belakang menjadi penting: buku, bacaan, yang diperlukan, c material: alat-alat yang diperlukan perlu disediakan, sehingga siswa tidak bingung mencari, d pertanyan pengarah: perlu disiapkan guru agar siswa terfokus, e hipotesis siswa perlu dilihat oleh guru dan dimengerti maksudnya oleh siswa lain, f data perlu dikumpulkan dengan baik oleh siswa, g pengambilan kesimpulan perlu diperhatikan apakah logis atau tidak, tepat atau tidak. Siswa perlu dibantu untuk dapat mengambil kesimpulan bagi diri mereka sendiri, h LKS Lembar Kerja Siswa dapat disiapkan untuk membantu siswa dalam proses inkuiri, sehingga proses berjalan dengan efektif dan efisien.

2.3 Empat Pilar Pendidikan