1996 : 97 menjelaskan tagigo adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu dan setiap makna tersebut satu sama lainnya memiliki
keterkaitan hubungan yang dapat dideskripsikan atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan polisemi. Dalam bahasa Jepang,
polisemi muncul karena sebuah kata memiliki lebih dari satu makna dalam penggunaannya. Berbeda dengan doukun’iji dimana makna yang
ditimbulkan bergantung pada penulisan kata dalam kanji, pada tagigo perluasan makna terjadi dikarena adanya perluasan dari makna dasar
kata tersebut. Perluasan ini muncul karena adanya berbagai perkembangan dan kemajuan yang dialami manusia pengguna bahasa itu
sendiri dan tentunya dapat dideskripsikan dari sudut pandang tertentu Sutedi, 2009:85. Dengan demikian, meskipun adanya perluasan makna
yang timbul dari makna dasar, hubungan makna dalam polisemi dapat dideskripsikan dengan menggunakan tiga macam gaya bahasa majas,
yakni metonimi kan’yu, metafora in’yu, sinekdoke teiyu.
2.5 Kelas Kata dalam Bahasa Jepang
Murakami dalam
Sudjianto 2007:
147 menjelaskan
pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang terdiri dari 10 kelas kata, yakni:
a. Doushi verba
Yaitu kelas kata untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan manusia, hewan dan benda lainnya.
Contoh: toru mengambil, taberu makan, iru ada, dekiru bisa, mampu.
b. I-keiyoushi Adjektiva-i
Yaitu kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami
perubahan bentuk. Kata sifat -i biasanya berakhiran i , ai atau ii. Contoh : karai pedas, zurui curang, semai sempit, oishii
lezat, utsukushii indah.
c. Na- keiyoushi Adjektiva-na
Yaitu kelas kata yang menyatakan sifat dan dengan sendirinya dapat memnbentuk sebuah bunsetsu, dapat berubah bentuknya
dan bentuk shuushikei-nya berakhir dengan da atau desu. Contoh : hansamu –na tampan, kirei –na bersih, cantik, benri
–na praktis, mudah.
d. Meishi Nomina
Yaitu kata
yang menyatakan
orang, benda,
peristiwa, dan
sebagainya, tidak mengalami konjugasi dan dapat dilanjutkan dengan kakujoshi.
Contoh : hito orang, jitensha sepeda, jishin gempa.
e. Rentaishi Prenomina
Yaitu kelas kata yang termasuk kelompok jiritsugo yang tidak mengenal konjugasi yang digunakan hanya untuk menerangkan
nomina.
Contoh : kono kutsu sepatu ini, ano hito orang itu, aru hi pada suatu hari.
f. Fukushi Adverbia
Yaitu kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dan dengan
sendirinya dapat
menjadi keterangan
bagi yougen
walaupun tanpa mendapat bantuan dari kata-kata yang lain. Contoh : mattaku ~ sama sekali ~ , totemo~ sangat~ , zutto
terus.
g. Kandoushi Interjeksi
Yaitu kelas kata yang termasuk jiritsugo yang tidak dapat berubah bentuknya, tidak dapat menjadi subjek, tidak dapat
menjadi keterangan, dan tidak dapat menjadi konjungsi. Contoh : moshi-moshi halo, pada saat menjawab telefon, iie
tidak, menunjukkan balasan berisi ketidak-sepakatan pada saat menjawab lawan bicara, hai iya, menunjukkan balasan sepakat
pada saat menjawab lawan bicara.
h. Setsuzokushi Konjungsi