diatas 0.8 tetapi hanya sedikit variabel yang signifikan tetapi semua variabel independen secara bersama sama mempengaruhi variabel dependen dalam hal ini
terjadi suatu kontradiktif .
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika ada
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi Imam Ghozali, 2006. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu
cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu uji Durbin-Watson DW test. Hipotesis yang akan di uji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi HA : ada autokorelasi
Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalahsebagai berikut: 1. Bila nilai DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Bila nilai DW di antara -2 sampai +2 tidak ada autokorelasi. 3. Bila nilai DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Selain dengan DW diatas dapat menggunakan metode Breusch-Godfrey atau yang dikenal dengan uji Langrange Multiplier LM
Hipotesis masalah autokorelasi adalah sebagai berikut: Ho : ObsR square X
2
–hitung Chi-squareX
2
–tabel, model mengalamimasalah autokorelasi
Ho : ObsR square X
2
–hitung Chi-squareX
2
–tabel, model terbebas dari masalah autokorelasi
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas Imam Ghozali, 2006 Dalam Bhuono Agung Nugroho 2005:62. Heterokedastisitas menguji
terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke pengamatan lainnya. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
gejala heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu Uji White, Uji Harvey, Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola
grafik regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman. Hipotesis masalah Heterokedastisitas adalah sebagai berikut:
Ho : ObsR square X
2
–hitung Chi-squareX
2
–tabel, model mengalamimasalah Heterokedastisitas.
Ho : ObsR square X
2
–hitung Chi-squareX
2
–tabel, model terbebas dari masalah Heterokedastisitas.
G. Uji Hipotesis Penelitian
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji
statistik ini meliputi Uji t, Uji F.
1. Uji Siginifikansi Individual Uji t-Statistik
Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan variabel yang lain konstan.
Untuk menguji pengaruh setiap variabel independen tersebut, maka nilai t hitung harus di bandingkan dengan nilai t tabel.Untuk nilai t tabel dapat diperoleh
dengan melih at tabel distribusi untuk α = 0.05 dan derajat n – k. Maka dalam
pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :
Ho : βi = 0 variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Ha : βi ≠ 0 variabel independen berpengaruh terhadap variabeldependen
Selain dengan mengunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan dengan cara
Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika
nilai probability 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-
tabel yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi
variabel dependennya dan sebaliknya Kuncoro, 2003.
2. Uji Signifikansi Simultan Uji F-Stastik
Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen Widarjono, 2007. Maka dalam
pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut : 1 Jika F-hitung F tabel, maka Ho diterima yang berarti secara bersama-sama
variabel independen secara signifikan tidak dipengaruhi variabel dependen. 2 Jika F-hitung F tabel, maka Ha ditolak yang berarti secara bersama-sama
variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara Quick Look,
yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaanyang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-hitungnya. Jika nilai probability
0. 05 atau α=5 persen yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya Kuncoro, 2003.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal dibawah ini.
1. Variabel Dana Pihak Ketiga DPK, berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat BPR di
Provinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan teori serta hipotesis yang diajukan, karena besarnya jumlah penyaluran kredit yang disalurkan oleh
bank sangat tergantung dari jumlah dana yang dihimpun dari masyarakat Dana Pihak Ketiga. Sehingga semakin besar jumlah dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun oleh pihak bank dari masyarakat, maka akan meningkatkan kemampuan serta peranan bank dalam menyalurkan dana
tersebut dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkannya baik di sektor produktif seperti kredit UMKM yang merupakan segmentasi
utama BPR maupun sektor konsumtif seperti kredit konsumsi.
2. Variabel Loan to Deposit Ratio LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat BPR di
Provinsi Lampung dan sesuai dengan teori serta hipotesis yang diajukan. Semakin tinggi LDR maka semakin tinggi penyaluran kredit yang
dilakukan pihak bank namun kemampuan likuiditas bank menurun sebaliknya ketika LDR rendah maka kemampuan bank untuk menyalurkan
kredit juga rendah, jadi tingkat LDR berpengaruh dalam kemampuan bank menyalurkan kredit dan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
likuiditas.
3. Variabel Return On Asset ROA, berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat BPR di
Provinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan teori serta hipotesis yang diajukan. Semakin suatu bank memaksimalkan kinerjanya dalam
pengelolaan asset maka akan semakin besar pula laba yang diperoleh sehingga dapat berdampak pula terhadap naiknya pertumbuhan penyaluran
kredit. Jadi semakin tinggi tingkat ROA perbankan maka akan mempengaruhi pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan BPR.
4. Variabel Capital Adequacy Ratio CAR berpengaruh positif dan
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat BPR di Provinsi Lampung. Semakin tinggi CAR maka semakin
besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.
Dengan kata lain besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Jadi semakin baik posisi modal
suatu bank maka semakin baik pula bank dalam menyalurkan kredit.