Analisis Diskriminan Keterkaitan sektor unggulan dan karakteristik tipologi wilayah dalam pengembangan kawasan strategis: studi kasus kawasan kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah

3. Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan merupakan salah satu analisis multivariabel untuk menentukan variabel mana yang membedakan secara nyata kelompok-kelompok yang telah ada secara alami. Analisis diskriminan digunakan untuk menentukan variabel yang mana yang merupakan penduga terbaik dari pembagian kelompok- kelompok yang ada Saefulhakim 2004. Fungsi yang terbentuk sebenarnya mirip dengan fungsi regresi. Dalam hal ini variabel bebas Y adalah resultan skor klasifikasi, yaitu kelompok tipologi. Sedangkan variabel tak bebasnya X adalah variabel-variabel yang digunakan sebagai penduga. Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b m X m Variabel dengan nilai koefisien regresi terbesar merupakan variabel yang mempunyai peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang ada. Analisis Spasial Analisis spasial dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran potensi sumber daya wilayah dalam Kawasan Kedungsapur, yaitu dengan melakukan operasi tumpang-tindih overlay dengan menggunakan data atribut atau tabel dua dimensi yang dikombinasikan selanjutnya diaplikasikan ke peta hasil. Sebagaimana dikemukakan oleh Barus dan Wiradisastra 2000, bahwa operasi tumpang-tindih dalam SIG umumnya dilakukan dengan salah satu dari lima cara yang dikenal, yaitu: a pemanfaatan fungsi logika dan fungsi bolean, b pemanfaatan fungsi relasional, c pemanfaatan fungsi aritmatika, d pemanfaatan data atribut, dan e menyilangkan dua peta langsung. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software Sistem Informasi Geografi SIG ArcView 3.3, berdasarkan hasil analisis tipologi wilayah, peta administrasi, dan peta kesesuaian lahan di Kawasan Kedungsapur. Hasil analisis tipologi wilayah menunjukkan kelompok-kelompok wilayah berdasarkan sumber daya yang dimiliki sebagai pendekatan untuk mengetahui karakteristik wilayah berdasarkan sumber daya menurut data PODES yang mencerminkan SDA, SDM dan SDS, SDB di Kawasan Kedungsapur. Kemudian dengan memadukan hasil tipologi wilayah yaitu kelompok-kelompok wilayah tipologi dengan peta administrasi wilayah dapat diketahui peta tipologi wilayah di Kawasan Kedungsapur. Peta yang menunjukkan kesesuaian lahan untuk beberapa jenis variasi tanaman perkebunan di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah, digunakan dalam penelitian ini untuk melihat banyaknya jenis tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di daerah tersebut sebagai dasar penetapan tingkat potensi pengembangan, mencakup 12 jenis tanaman, yaitu: karet, kelapa, kopi, kakao, cengkeh, lada, tebu, tembakau, nanas, jambu mete, pisang, dan kapas. Kriteria kesesuaian lahan dilakukan pada tingkat ordo, yaitu: S sesuai, kurang sesuai, dan N tidak sesuai. Pemberian skor kategori tingkat potensi pengembangan dilakukan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tersebut Lampiran 16. Hasil kategori tersebut ditampilkan dalam bentuk peta potensi sumber daya fisik yang menunjukkan tingkat potensi pengembangan untuk beberapa jenis variasi tanaman perkebunan yang ada di Kawasan Kedungsapur. Selanjutnya dari peta tipologi wilayah berdasarkan sumber daya SDA, SDM, SDB, dan SDS dari data Podes 2003 dan peta potensi sumber daya fisik diperoleh peta tipologi wilayah berdasarkan potensi sumber daya fisik yang menunjukkan karakteristik wilayah berdasarkan SDA, SDM, SDB, SDS serta tingkat potensi pengembangan sumber daya fisik. Analisis Deskriptif Interaksi Spasial Analisis interaksi spasial mempelajari hubungan yang berupa pergerakan komoditi, barang-barang, orang, informasi, dan lainnya antara titik-titik dalam ruang. Analisis ini menekankan pada saling ketergantungan dari tempat dan area. Interaksi spasial semakin menurun karena jarak dengan asumsi kondisi lain sama Saefulhakim 2004. Dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menggambarkan pola interaksi spasial yang ada di Kawasan Strategis Kedungsapur, dilakukan secara deskriptif berdasarkan data persentase aliran barang baik aliran masuk maupun aliran keluar antarkabupaten dan antarkota dalam Kawasan Kedungsapur. Sehingga dapat diketahui pola interaksi spasial berdasarkan pergerakan aliran barang di Kawasan Kedungsapur. KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Kedungsapur yang terdiri dari empat kabupaten dan dua kota, yaitu Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan, terletak di bagian utara Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini secara geografis terletak di antara 109°10’- 111°25’ BT dan 6°43’26-7°32’ LS, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut: 1 Sebelah utara: Laut Jawa, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Pati; 2 Sebelah selatan: Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, dan Provinsi Jawa Timur; 3 Sebelah timur: Kabupaten Blora dan Provinsi Jawa Timur; dan 4 Sebelah barat: Kabupaten Batang Gambar 12. Luas lahan di wilayah Kedungsapur secara keseluruhan adalah 5 . 256.212 km 2 , dan secara administrasi Kawasan Kedungsapur terdiri dari 89 kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi masing-masing kabupaten dan kota. Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Kendal merupakan kabupaten yang memiliki wilayah terluas apabila dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain di kawasan ini dengan jumlah kecamatan paling banyak, yaitu masing- masing 19 kecamatan. Luasan lahan masing-masing kabupaten dan kota dirinci dalam Tabel 5. Tabel 5 Luas wilayah dan jumlah kecamatan pada kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah No. KabupatenKota Luas Daerah Km 2 Jumlah Kecamatan 1 2 3 4 5 6 Kabupaten Kendal Kabupaten Demak Kabupaten Semarang Kota Salatiga Kota Semarang Kabupaten Grobogan 1 002.230 897.430 950.206 56.781 373.700 1 975.865 19 14 17 4 16 19 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003 Kondisi Fisik Wilayah Keadaan fisik wilayah Kawasan Kedungsapur secara umum meliputi wilayah dataran rendah dan perbukitan, di bagian utara terletak pada ketinggian antara 0 – 25 m yang merupakan dataran rendah, sedangkan di bagian selatan memiliki ketinggian antara 0 – 2 . 579 m yang merupakan daerah pegunungan. Kawasan Kedungsapur memiliki curah hujan rata-rata per tahun sebesar 2 . 296 mm dan hari hujan rata-rata 100 haritahun. Kondisi topografi dan iklim secara rinci seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Ketinggian wilayah, rata-rata hari hujan dan rata-rata curah hujan pada kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 No KabupatenKota Ketinggian m dpl Hari Hujan hari Curah Hujan mm 1 2 3 4 5 6 Kabupaten Kendal Kabupaten Demak Kabupaten Semarang Kota Salatiga Kota Semarang Kabupaten Grobogan 4 - 2579 3 - 100 318 - 1450 450 - 800 0.75 - 348 50 - 500 117 78 115 126 131 34 2 485 1 770 2 287 2 815 3 733 686 Rata-rata 100 2 296 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003 Kawasan Kedungsapur berdasarkan ketinggian lokasi memiliki karakteristik wilayah sebagai berikut: 1 Bagian utara , merupakan daerah pesisir membentang dari Kabupaten Kendal, Kota Semarang hingga Kabupaten Demak dan juga merupakan kawasan pantai yang dibudidayakan menjadi kawasan tambak selain menjadi daerah hilir atau muara beberapa sungai, 2 Bagian selatan, merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi yang sudah tidak aktif lagi yaitu Gunung Ungaran, serta merupakan daerah yang cukup subur, banyak mata air, hulu sungai, dan tambang mineral, serta 3 Bagian timur dan tenggara, merupakan daerah rawan banjir yaitu termasuk wilayah Kabupaten Demak Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2002. Jenis tanah di Kawasan Kedungsapur pada umumnya adalah tanah latosol, aluvial, dan grumosol dengan tingkat produktivitas yang cukup bervariasi dari tingkat produktivitas rendah sampai tingkat produktivitas tinggi sehingga cukup baik untuk pertanian dan perkebunan. Kawasan Kedungsapur memiliki sumber air yang berada di permukaan tanah seperti sungai, danau, bendungan, laut dan pantai maupun air tanah. Sumber air selain sungai adalah Rawa Pening, merupakan danau yang terletak di tiga kecamatan dalam wilayah Kabupaten Semarang yaitu Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru. Danau ini dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, perikanan darat, pariwisata, dan rekreasi. Waduk Kedungombo, yang terletak di Kabupaten Grobogan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penduduk, kepentingan industri rumah tangga, dan juga berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan di daerah tersebut Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2002. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur dalam tahun 1999 secara keseluruhan adalah untuk lahan pertanian seluas 169 . 878.2 Ha atau sekitar 32.32 dari total luas lahan di Kawasan Kedungsapur. Sedangkan untuk penggunaan lahan non-sawah adalah seluas 355 . 742.7 Ha atau 67.68. Penggunaan lahan untuk lahan sawah yang terluas dibandingkan penggunaan lahan lain di wilayahnya adalah Kabupaten Demak, yaitu 56.90 atau sekitar 51 . 064 Ha. Sedangkan daerah dengan penggunaan lahan untuk sawah paling kecil adalah Kota Semarang hanya 10.74 atau sekitar 4 . 015 Ha, hal ini dimungkinkan karena Kota Semarang merupakan salah satu pusat kegiatan perdagangan dan industri di Provinsi Jawa Tengah sehingga penggunaan lahan sebagian besar digunakan untuk aktivitas non-pertanian. Secara rinci penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999 disajikan dalam Tabel 7. Pada tahun 2003 atau selama kurun waktu lima tahun penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur telah mengalami perubahan komposisi penggunaan antara lahan pertanian sawah dan non-pertanian non-sawah. Hal tersebut dimungkinkan mengingat semakin berkembangnya aktivitas non-pertanian yang mengakibatkan berkurangnya penggunaan lahan untuk sawah maupun kegiatan pertanian lainnya. Penggunaan lahan pada masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur secara rinci selama tahun 2003 disajikan dalam Tabel 8. Tabel 7 Penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur tahun 1999 Luas Lahan Ha Jenis Lahan Kab. Kab. Kab. Kota Kota Kab. Kawasan Kendal Demak Semarang Semarang Salatiga Grobogan Kedungsapur Lahan Sawah 26 939.0 51 064.0 24 572.0 4 015.0 1 173.1 62 115.0 169 878.1 Teknis 15 938.0 17 113.0 5 445.0 275.0 564.1 17 725.0 57 060.1 12 Teknis 1 980.0 6 955.0 3 388.0 596.0 127.0 2 427.0 15 473.0 Sederhana PU 1 360.0 3 200.0 5 566.0 887.0 278.0 3 045.0 14 336.0 Sederhana 7 086.0 2 425.0 3 829.0 258.0 - 2 451.0 16 049.0 Non PU Tadah Hujan 575.0 21 371.0 6 344.0 1 999.0 204.1 36 467.0 66 960.1 Lahan Kering 73 288.0 38 679.0 70 448.7 33 352.0 4 505.0 135 470.0 355 742.7 Bangunan 14 666.0 13 243.0 19 410.0 13 898.0 2 456.0 28 472.0 92 145.0 Halaman TegalKebun 22 551.0 15 409.0 29 765.0 8 500.0 1 659.0 29 661.0 107 545.0 TebatEmpang 584.0 42.0 2 648.0 4.0 - 48.0 3 326.0 Rawa Tambak 2 427.0 5 171.0 - 1 999.0 - - 9 597.0 Hutan 16 783.0 1 572.0 10 126.0 1 650.0 - 68 691.0 98 822.0 Perkebunan 7 788.0 - 6 031.0 1 396.0 168.0 709.0 16 092.0 Lainnya 8 489.0 3 242.0 2 468.7 5 905.0 222.0 7 889.0 28 215.7 Jumlah 100 227.0 89 743.0 95 020.7 37 367.0 5 678.1 197 585.0 525 620.8 Sumber: BPS dan Bappeda, 1999 Komposisi penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur pada tahun 2003 apabila dibandingkan dengan komposisi penggunaan lahan pada tahun 1999, telah menunjukkan adanya penurunan luasan lahan pertanian sawah dan penambahan luasan penggunaan untuk lahan non-pertanian non-sawah sebesar 2 . 295.4 Ha atau sekitar 0.44 dari luas total lahan di Kawasan tersebut. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian sawah menjadi lahan non- pertanian terjadi di Kabupaten Demak dan Kota Salatiga, dengan luas perubahan lahan di Kabupaten Demak adalah 2 . 291 Ha atau sekitar 2.55 dari luas keseluruhan, yaitu 89 . 746 Ha sedangkan di Kota Salatiga perubahan luas lahan adalah sekitar 362.8 Ha atau 6.39 dari luas lahan seluruhnya sebesar 5 . 678.1 Ha. Tabel 8 Penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 Luas Lahan Ha Jenis Lahan Kab. Kab. Kab. Kota Kota Kab. Kawasan Kendal Demak Semarang Semarang Salatiga Grobogan Kedungsapur Lahan Sawah 26 472.0 48 773.0 24 478.0 3 913.0 810.3 63 136.4 167 582.7 Teknis 15 577.0 19 430.0 5 524.0 165.0 378.2 18 715.0 59 789.2 12 Teknis 1 977.0 5 558.0 4 016.0 633.9 126.9 2 002.0 14 313.8 Sederhana PU 7 957.0 2 439.0 7 917.0 1 044.0 139.2 7 738.4 27 234.5 Sederhana - 1 543.0 1 018.0 61.0 - - 2 622.0 Non PU Tadah Hujan 961.0 19 803.0 6 003.0 2 009.1 166.0 34 681.0 63 623.1 Lahan Kering 73 751.0 40 970.0 70 542.7 33 457.4 4 867.8 134 450.0 358 038.9 Bangunan 14 945.0 13 302.0 18 695.0 13 876.9 2 996.0 28 318.0 92 132.9 Halaman TegalKebun 22 867.0 15 550.0 29 660.0 8 394.0 1 564.0 27 539.0 105 574.0 TebatEmpang 12.0 62.0 2 623.0 414.5 - 15.0 3 126.5 Rawa Tambak 3 122.0 7 211.0 19.0 1 857.1 - 24.0 12 233.1 Hutan 15 987.0 1 575.0 6 342.0 1 515.7 - 70 120.2 95 539.9 Perkebunan 7 785.0 - 9 633.0 1 178.1 - 268.0 18 864.1 Lainnya 9 033.0 3 270.0 3 570.7 6 221.1 307.8 8 165.8 30 568.3 Jumlah 100 223.0 89 743.0 95 020.7 37 370.4 5 678.1 197 586.4 525 621.6 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003 Luas lahan Kawasan Kedungsapur 5 . 256.212 km 2 atau 16.15 dari luas lahan di Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan, yaitu 32 . 544.12 km 2 , dan apabila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat perubahan lahan pertanian ke non-pertanian berkisar 0.01 hingga 0.05 per tahun, perubahan penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur dari lahan pertanian ke lahan non-pertanian 0.44 pada tahun 2003. Konversi lahan ke lahan non- pertanian tersebut cukup signifikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Demak, hal tersebut dimungkinkan karena tingkat kepadatan penduduk di kedua daerah tersebut cukup tinggi, yaitu berturut-turut 2 . 579 jiwakm 2 dan 1 . 133 jiwakm 2 , sehingga kebutuhan akan pemanfaatan lahan untuk kegiatan non-pertanian khususnya permukiman serta penggunaan lainnya seperti lahan untuk keperluan industri meningkat. Komposisi Penduduk Jumlah dan Perkembangan Penduduk Jumlah penduduk yang tinggal di Kawasan Kedungsapur pada tahun 2003 adalah 5 . 631 . 478 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk pada masing-masing kabupaten maupun kota adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Kepadatan penduduk masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 1999 dan tahun 2003 KabupatenKota Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk JiwaKm 2 Luas Lahan Km 2 1999 2003 1999 2003 Kabupaten Kendal 1 002.23 868 498 891 166 866 889 Kabupaten Demak 897.43 935 913 1 017 075 1 043 1 133 Kabupaten Semarang 950.20 788 149 844 889 829 889 Kota Salatiga 56.78 144 621 146 467 2 547 2 579 Kota Semarang 373.70 1 290 159 1 378 193 3 452 3 688 Kabupaten Grobogan 1 975.86 1 310 822 1 353 688 663 685 Kawasan Kedungsapur 5 256.21 5 338 162 5 631 478 1 015 1 071 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003 Tingkat kepadatan penduduk di Kawasan Kedungsapur selama dua titik tahun, yaitu tahun 1999 sebesar 1 . 015 jiwakm 2 dan tahun 2003 sebesar 1 . 071 jiwakm 2 , apabila dilihat secara keseluruhan selama kurun waktu tersebut tidak mengalami perubahan tingkat kepadatan penduduk yang signifikan. Pada Tabel 9 tampak bahwa Kota Semarang sebagai pusat pertumbuhan berada pada posisi teratas dalam hal tingkat kepadatan penduduk per kilometer persegi, hal tersebut menunjukkan bahwa Kota Semarang yang merupakan pusat aktivitas perekonomian di Provinsi Jawa Tengah maupun di Kawasan Kedungsapur mempunyai daya tarik yang cukup tinggi bagi penduduk untuk menjadikan Kota Semarang selain sebagai tempat bekerja juga sebagai tempat tinggal. Jumlah penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur seperti disajikan dalam Tabel 10, menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun, yaitu tahun 1999-2003 jumlah penduduk pada masing-masing kabupaten maupun kota terus meningkat. Tabel 10 Jumlah penduduk masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 jiwa KabupatenKota 1999 2000 2001 2002 2003 Kabupaten Kendal 868 498 878 591 882 929 887 286 891 166 Kabupaten Demak 935 913 980 218 990 600 996 384 1 017 075 Kabupaten Semarang 788 149 834 826 838 022 841 137 844 889 Kota Salatiga 144 621 144 792 145 301 145 649 146 467 Kota Semarang 1 290 159 1 309 667 1 322 320 1 350 005 1 378 193 Kabupaten Grobogan 1 310 822 1 324 417 1 337 130 1 345 675 1 353 688 Kawasan Kedungsapur 5 338 162 5 472 511 5 516 302 5 566 136 5 631 478 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003 Pada Gambar 9, tampak bahwa Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan dengan kabupaten maupun kota lain di kawasan tersebut. 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 Kab. Kendal Kab. Demak Kab. Semarang Kota Salatiga Kota Semarang Kab. Grobogan Juml ah Pend udu k J iw a 1999 2000 2001 2002 2003 Gambar 9 Grafik jumlah penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999–2003. Pada Tabel 11, rata-rata laju perkembangan penduduk di Kawasan Kedungsapur pada masing-masing kabupaten maupun kota apabila dibandingkan dengan rata-rata perkembangan penduduk pada Kawasan Kedungsapur tahun 20022003 yaitu 1.12, menunjukkan bahwa Kabupaten Demak dengan rata-rata perkembangan sebesar 2.11 merupakan daerah dengan tingkat perkembangan penduduk tertinggi di antara kabupaten dan kota lainnya. Tabel 11 Persentase perkembangan penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 KabupatenKota 19992000 20002001 20012002 20022003 Rata-rata Kabupaten Kendal 1.16 0.49 0.49 0.44 0.65 Kabupaten Demak 4.73 1.06 0.58 2.08 2.11 Kabupaten Semarang 5.92 0.38 0.37 0.45 1.78 Kota Salatiga 0.12 0.35 0.24 0.56 0.32 Kota Semarang 1.51 0.97 2.09 2.09 1.66 Kabupaten Grobogan 1.04 0.96 0.64 0.60 0.81 Kawasan Kedungsapur 2.52 0.80 0.90 1.38 1.12 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah Faktor-faktor pertambahan penduduk di kawasan ini antara lain adalah adanya kelahiran dan kematian serta penduduk yang datang dan pergi merupakan faktor-faktor pertambahan penduduk alami. Jumlah pertambahan penduduk alami di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 sebanyak 54 . 383 jiwa yang terdiri dari faktor kelahiran sebanyak 36 . 406 jiwa dan penduduk yang datang sebanyak 17 . 977 jiwa. Kota dan kabupaten dengan angka pertambahan alami tertinggi pada tahun 2003 adalah Kota Semarang, sebanyak 20 . 910 jiwa dan kemudian Kabupaten Demak dengan angka pertambahan penduduk alami sebanyak 16 . 955 jiwa. Tabel 12 Banyaknya penduduk lahir, mati, datang, dan pindah di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 Kabupaten Faktor Alami Migrasi Pertambahan Kota Lahir Mati Jumlah Datang Pergi Jumlah Alami Kab. Kendal 7 888 4 449 3 439 3 441 3 000 441 3 880 Kab. Demak 14 111 3 671 10 440 10 576 4 061 6 515 16 955 Kab. Semarang 7 363 3 295 4 068 2 828 3 144 316 3 752 Kota Salatiga 882 705 177 2 072 1 431 641 818 Kota Semarang 17 162 6 948 10 214 37 063 26 367 10 696 20 910 Kab. Grobogan 14 708 6 640 8 068 8 068 Jumlah 62 114 25 708 36 406 55 980 38 003 17 977 54 383 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah Data migrasi tidak tersedia Migrasi merupakan faktor utama penyebab pertambahan penduduk di Kota Semarang, yaitu sebanyak 10 . 696 jiwa pada tahun 2003, dibandingkan dengan kelahiran sebagai faktor alami pertambahan penduduk. Begitu pula hanya dengan Kota Salatiga yang pertambahan penduduknya juga lebih banyak disebabkan oleh pendatang yang masuk ke kota tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagai pusat pertumbuhan di Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang mempunyai daya tarik yang cukup kuat untuk dijadikan daerah tujuan migrasi baik oleh penduduk dalam Kawasan Kedungsapur yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang maupun aliran penduduk yang datang dari kabupaten dan kota lain di Provinsi Jawa Tengah. Sementara Kota Salatiga yang letaknya cukup strategis pada jalur arteri primer yang menghubungkan antara Kota Semarang dengan Kota Surakarta dan sekitarnya, merupakan daya tarik tersendiri bagi migran Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur di Kawasan Kedungsapur seperti disajikan pada Tabel 13, menunjukkan bahwa penduduk di kawasan ini didominasi oleh kelompok usia produktif yaitu 15-64 tahun sebanyak 3 . 727 . 374 jiwa atau sekitar 66.10 dari total penduduk kawasan sedangkan kelompok usia belum atau tidak produktif yang berada pada kelompok umur 0-14 tahun dan 65 tahun lebih sebanyak 1 . 904 . 104 jiwa 33.81. Tabel 13 Banyaknya penduduk menurut kelompok umur KabupatenKota Kelompok Umur Tahun Jumlah 0 - 14 15 – 64 65+ Kabupaten Kendal 265 822 577 700 47 644 891 166 Kabupaten Demak 329 526 647 484 40 065 1 017 075 Kabupaten Semarang 206 081 577 510 61 298 844 889 Kota Salatiga 35 136 102 194 9 137 146 467 Kota Semarang 389 090 952 056 37 047 1 378 193 Kabupaten Grobogan 408 309 870 430 74 949 1 353 688 Jumlah 1 633 964 3 727 374 270 140 5 631 478 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah Hal tersebut menunjukkan bahwa potensial angkatan kerja di kawasan ini masih cukup tinggi dengan angka tingkat rasio ketergantungan dependency ratio sebesar 510, yang artinya setiap 1000 penduduk usia produktif menanggung sebanyak 510 penduduk usia belum atau tidak produktif. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki Tabel 14, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kawasan Kedungsapur yang menamatkan pendidikan dasar SD pada tahun 2003 sebanyak 1 . 830 . 238 jiwa atau sekitar 37.36 dari total penduduk menurut tingkat pendidikan yang tercatat secara statistik. Tabel 14 Banyaknya penduduk menurut tingkat pendidikan Kabupaten Tidak Sekolah Tamat Tamat Tamat Tamat Jumlah Kota BelumTidak SD SMP SMU AkademiPT Tamat SD Kab. Kendal 295 462 297 770 104 416 62 920 12 409 772 977 Kab. Demak 186 983 338 913 129 964 63 648 13 038 732 546 Kab. Semarang 295 570 260 124 125 471 88 074 20 531 789 770 Kota Salatiga 40 190 40 833 27 801 21 213 5 142 135 179 Kota Semarang 338 052 294 435 252 079 264 314 94 209 1 243 089 Kab.Grobogan 361 261 598 163 156 838 91 750 16 820 1 224 832 Jumlah 1 517 518 1 830 238 796 569 591 919 162 149 4 898 393 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah Data tahun 2000 Apabila dibandingkan antara kabupaten serta kota di kawasan tersebut, menunjukkan bahwa Kabupaten Grobogan dengan 361 . 261 jiwa atau 29.49 dari total penduduknya tidak sekolah atau belum sekolah atau tidak tamat SD serta 48.83 atau 598 . 163 jiwa hanya tamat SD. Dan Kabupaten Demak sebanyak 46.26 penduduknya hanya tamat SD. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan perlu menjadi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kedua daerah tersebut. Gambaran kondisi penduduk menurut tingkat pendidikan di masing-masing kabupaten dan kota dalam Kawasan Kedungsapur secara rinci dapat dilihat pada Gambar 10. Secara umum penduduk di kawasan ini memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah karena persentase penduduk yang tamat pendidikan dasar SD lebih banyak daripada tamatan sekolah menengah SMP dan SMU yang hanya sekitar 28.34 total penduduk menurut tingkat pendidikan yang tercatat secara statistik. 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 Kendal Demak Semarang Kota Salatiga Kota Semarang Grobogan Jumlah Pendudu k Jiwa Tidak Sekolah Belum Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU Tamat AkademiPT Gambar 10 Komposisi jumlah penduduk masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur menurut tingkat pendidikan. Demikian halnya dengan jumlah penduduk yang tidak sekolah atau belum sekolah atau tidak tamat pendidikan dasar masih cukup tinggi yaitu sekitar 30.97 dari total keseluruhan. Hal ini terkait dengan ketersediaan sarana pendidikan menengah SMP dan SMU serta akademi maupun perguruan tinggi yang pada umumnya masih terpusat di kota-kota besar seperti Kota Semarang dan Kota Salatiga, sedangkan pada level kabupaten sarana pendidikan tingkat menengah pun masih sangat terbatas. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Berdasarkan data pada Tabel 15, apabila dilihat menurut mata pencahariannya maka sebagian besar penduduk di Kawasan Kedungsapur sekitar 31.29 atau sebanyak 999 . 134 jiwa bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan nelayan merupakan mata pencaharian yang paling sedikit dilakukan oleh penduduk di kawasan tersebut, hanya sebanyak 15 . 826 jiwa atau 0.49 dari total penduduk menurut mata pencaharian. Daerah dengan jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian paling banyak adalah Kabupaten Grobogan sejumlah 478 . 777 jiwa, dan yang paling sedikit bekerja di bidang ini adalah Kota Salatiga sejumlah 5 . 557 jiwa. Tabel 15 Banyaknya penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur menurut mata pencaharian Mata Kab. Kab. Kab. Kota Kota Kab. Jumlah Pencaharian Kendal Demak Semarang Salatiga Semarang Grobogan Petani 125 714 203 304 163 574 5 557 22 208 478 777 999 134 Buruh Tani 171 746 - 103 268 8 356 19 055 9 588 312 013 Nelayan 11 405 - 1 779 - 2 227 415 15 826 Pengusaha 3 864 71 156 17 181 3 768 17 824 6 598 120 391 Buruh Industri 69 680 58 029 71 348 16 320 179 833 35 256 430 466 Buruh Bangunan - 19 299 30 315 11 183 132 302 - 193 099 Pedagang 30 113 71 156 30 190 11 903 75 417 85 342 304 121 Pengangkutan 9 912 19 806 11 636 5 797 28 398 17 782 93 331 PNSABRI 12 849 796 23 342 11 347 87 585 - 135 919 Pensiunan 5 812 - 7 733 6 686 37 322 - 57 553 Pertambangan - 628 - - - - - Lainnya 83 761 50 249 36 555 30 472 216 634 113 600 531 271 Jumlah 524 856 494 423 496 921 111 389 818 805 747 358 3 193 124 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah data tahun 2000, data tahun 2001 Banyaknya jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani di Kabupaten Grobogan dikarenakan lahan pertanian di kabupaten tersebut masih cukup luas apabila dibandingkan dengan luas lahan pertanian kabupaten lain di wilayah Kedungsapur. Sehingga penduduk sebagian besar mengusahakan lahan yang dimilikinya untuk ditanami dengan tanaman pangan seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran serta beberapa tanaman perkebunan di antaranya adalah tembakau. Meskipun tembakau yang dihasilkan di Kabupaten Grobogan mutunya tidak terlalu bagus, namun selain tanaman tersebut merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sesuai untuk ditanam di daerah ini juga karena secara ekonomi menanam tembakau dinilai oleh petani setempat cukup menguntungkan sehingga banyak masyarakat yang mengusahakan tanaman tersebut. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya perusahaan rokok kretek skala menengah di Kawasan Kedungsapur sebagai tujuan pemasaran. Untuk bidang industri dan bangunan, Kota Semarang merupakan daerah dengan penduduk yang bekerja di bidang ini paling banyak, yakni 312 . 135 jiwa dan yang paling sedikit bekerja di bidang ini adalah penduduk Kabupaten Grobogan hanya 35 . 256 jiwa. Banyaknya penduduk di Kota Semarang yang bekerja di sektor industri disebabkan antara lain oleh keberadaan kawasan- kawasan industri besar yang sebagian besar memusat di Kota Semarang, sehingga tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor ini cukup tinggi. Sedangkan Kabupaten Grobogan bukan merupakan lokasi pemusatan aktivitas industri, terutama industri skala besar dan menengah. Industri yang berkembang di daerah ini sebagian besar adalah industri kecil dan rumah tangga. Selanjutnya untuk penduduk yang bekerja di sektor perdagangan yang terbanyak adalah Kota Semarang. Penduduk yang bekerja di sektor jasa khususnya jasa pengangkutan terbanyak adalah Kota Semarang, yaitu 28 . 398 jiwa dan yang paling sedikit bekerja di bidang ini adalah penduduk Kota Salatiga 5 . 797 jiwa. Banyaknya penduduk Kota Semarang yang bekerja di sektor jasa pengangkutan dikarenakan tingginya aktivitas perekonomian yang tentunya juga membutuhkan sarana transportasi yang memadai untuk mendukung kelancaran mobilitas baik barang maupun penduduk. Kondisi Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto Kondisi perekonomian Kawasan Kedungsapur secara keseluruhan dapat dilihat berdasarkan total Pendapatan Domestik Regional Bruto kabupaten dan kota yang ada dalam kawasan tersebut. Selama kurun waktu lima tahun 1999- 2003, PDRB Kawasan Kedungsapur setiap tahunnya mengalami peningkatan seperti yang ditampilkan dalam Tabel 16 yang menunjukkan PDRB Kawasan Kedungsapur atas dasar harga konstan tahun 1993. Rata-rata pertumbuhan PDRB Kawasan Kedungsapur per tahun selama tahun 1999-2003 yang dihitung berdasarkan PDRB Kawasan Kedungsapur atas dasar harga konstan tahun 1993 adalah sebesar 4.00. Tabel 16 PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 dalam juta rupiah Sektor 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian 1 169 370.87 1 215 595.44 1 210 225.85 1 261 664.69 1 288 251.87 Pertambangan dan Penggalian 34 543.17 32 472.81 35 018.39 35 098.58 36 506.30 Industri Pengolahan 2 838 231.45 2 895 351.29 3 041 520.62 3 137 502.70 3 258 296.90 Listrik, gas, dan air Minum 132 123.59 138 471.97 144 877.49 156 534.42 162 435.16 Bangunan 291 674.29 291 244.72 311 839.05 324 191.90 337 036.89 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2 487 465.83 2 637 438.18 2 744 145.30 2 846 972.65 2 963 382.77 Pengangkutan dan Komunikasi 471 648.46 517 782.34 557 346.46 579 316.31 609 398.16 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 461 131.31 498 416.45 514 753.53 527 790.56 546 683.06 Jasa-jasa 1 175 637.07 1 224 330.36 1 295 151.28 1 341 009.87 1 400 873.08 Total 9 061 826.03 9 451 103.56 9 854 877.96 10 210 081.67 10 602 864.19 Sumber: BPS, 1999-2003, diolah 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun PDRB Juta rupiah Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air minum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Gambar 11 PDRB Kawasan Kedungsapur menurut lapangan usaha tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993. Kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 seperti disajikan pada Tabel 17 dan Gambar 11, menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dengan persentase yang stabil setiap tahunnya, yaitu pada kisaran 30 dari total nilai PDRB, kemudian pemberi kontribusi terbesar berikutnya berturut-turut adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pertanian, serta jasa-jasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian di Kawasan Kedungsapur didominasi oleh aktivitas industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, pertanian serta jasa-jasa. Dalam Tabel 17 yang menyajikan PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 menurut sektor di setiap kabupaten maupun kota, dapat dilihat bahwa sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar yaitu 30.73, kemudian perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 27.95, jasa-jasa sebesar 13.21 serta pertanian sebesar 12.15. Tabel 17 Persentase kontribusi per sektor PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 Sektor 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian 12.90 12.86 12.28 12.36 12.15 Pertambangan dan Penggalian 0.38 0.34 0.36 0.34 0.34 Industri Pengolahan 31.32 30.64 30.86 30.73 30.73 Listrik, gas, dan air minum 1.46 1.47 1.47 1.53 1.53 Bangunan 3.22 3.08 3.16 3.18 3.18 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 27.45 27.91 27.85 27.88 27.95 Pengangkutan dan komunikasi 5.20 5.48 5.66 5.67 5.75 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.09 5.27 5.22 5.17 5.16 Jasa-jasa 12.97 12.95 13.14 13.13 13.21 Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: BPS, 1999-2003, diolah Daerah yang memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kawasan Kedungsapur secara keseluruhan, adalah Kota Semarang dengan hampir di semua sektor kecuali sektor pertanian memberikan kontribusi lebih dari 30, karena sebagai salah satu pusat pertumbuhan di Provinsi Jawa Tengah dan pusat pertumbuhan di Kawasan Kedungsapur maka aktivitas perekonomian terutama perdagangan, industri, serta aktivitas terkait lainnya yaitu pengangkutan, bangunan, dan industri pengolahan sangat tinggi. Apabila dilihat pada Tabel 18, persentase pertumbuhan masing-masing sektor PDRB Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999-2003 menunjukkan kondisi yang berfluktuasi setiap tahunnya. Sektor dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu 6.64, kemudian sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 5.31, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa memiliki rata-rata pertumbuhan yang sama yaitu 4.48 per tahun. Tabel 18 Persentase pertumbuhan sektoral PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 Sektor 19992000 20002001 20012002 20022003 Rata-rata Pertanian 3.95 -0.44 4.25 2.11 2.47 Pertambangan dan Penggalian -5.99 7.84 0.23 4.01 1.52 Industri Pengolahan 2.01 5.05 3.16 3.85 3.52 Listrik, gas, dan air minum 4.80 4.63 8.05 3.77 5.31 Bangunan -0.15 7.07 3.96 3.96 3.71 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6.03 4.05 3.75 4.09 4.48 Pengangkutan dan Komunikasi 9.78 7.64 3.94 5.19 6.64 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8.09 3.28 2.53 3.58 4.37 Jasa-jasa 4.14 5.78 3.54 4.46 4.48 Sumber: BPS, 1999-2003, diolah Sektor dengan rata-rata pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1.52 serta sektor pertanian yaitu 2.47, dan pada sektor pertanian terdapat kecenderungan untuk terus menurun dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian non-pertanian seperti perdagangan dan industri serta jasa-jasa lainnya. Sementara daerah yang memberikan kontribusi sektor pertanian tertinggi terhadap PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 di Kawasan Kedungsapur adalah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak. Kedua kabupaten tersebut merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian sawah serta lahan untuk aktivitas pertanian atau perkebunan lainnya yang paling luas yaitu masing-masing 63 . 136.4 Ha dan 48 . 773 Ha. Terlebih Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak termasuk daerah sentra tanaman pangan di Provinsi Jawa Tengah khususnya padi. Berdasarkan data Statistik Tanaman Pangan tahun 2004, menunjukkan bahwa realisasi produksi padi Kabupaten Grobogan tahun 2004 memberikan kontribusi sebanyak 530 . 673 ton atau sekitar 6.23 dari total produksi padi Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kabupaten Demak memberikan kontribusi sebanyak 500 . 025 ton atau sekitar 5.87 dari total produksi padi secara keseluruhan di Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu perlu adanya upaya optimalisasi di bidang pertanian untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Selain itu karena sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di kawasan ini Tabel 15. Perbandingan secara rinci kontribusi masing-masing daerah terhadap PDRB Kawasan Kedungsapur dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20. Secara keseluruhan, sektor-sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999-2003 menunjukkan persentase kontribusi yang tidak terlalu fluktuatif, dalam arti pergeseran kontribusi antarsektor tidak terlalu signifikan. Hanya untuk sektor pertanian memperlihatkan kecenderungan yang semakin menurun, hal tersebut dimungkinkan karena meningkatnya aktivitas non-pertanian yang dilihat berdasarkan meningkatnya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non- pertanian. Sebaliknya untuk sektor pengangkutan menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kontribusi walaupun kecil, di antaranya disebabkan meningkatnya aktivitas perdagangan yang akan berpengaruh pada kegiatan pendistribusian komoditas perdagangan yang terkait dengan sektor pengangkutan. Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar keempat terhadap total PDRB di Kawasan Kedungsapur sebesar 12.15 Tabel 17 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun 2.47 Tabel 18 namun menunjukkan perkembangan yang semakin menurun, sementara Kawasan Kedungsapur mencakup Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak yang merupakan sentra produksi tanaman pangan khususnya padi di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Kawasan Kedungsapur Tabel 21 dan 22, Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten penghasil padi padi sawah dan padi ladang dengan tingkat produksi terbesar setelah Kabupaten Cilacap, yaitu 566 . 347 ton pada tahun 2003 atau memberikan kontribusi sebesar 6.97 terhadap total produksi padi di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 19 PDRB menurut sektor di kabupatenkota dalam Kawasan Kedungsapur tahun 2003 atas dasar harga berlaku juta rupiah Sektor Kota Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kawasan Semarang Salatiga Kendal Demak Semarang Grobogan Kedungsapur - Pertanian 187 822.69 40 160.68 1 359 057.17 1 352 719.76 747 936.45 1 145 395.19 4 833 091.94 - Pertambangan dan Penggalian 64 873.33 5 474.26 23 306.48 6 334.34 6 661.37 26 055.30 132 705.08 - Industri Pengolahan 5 552 262.37 167 883.23 2 195 644.50 273 370.14 1 624 724.63 59 918.01 9 873 802.88 - Listrik, gas, dan air minum 346 724.44 30 601.32 100 549.97 15 592.58 57 351.73 17 920.98 568 741.01 - Bangunan 734 821.01 48 033.15 117 732.12 73 208.70 60 534.43 123 628.79 1 157 958.20 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 497 423.33 152 889.85 916 920.91 587 972.13 702 975.97 449 899.15 10 308 081.33 - Pengangkutan dan komunikasi 1 227 110.95 73 782.26 149 310.39 94 922.84 113 792.10 86 368.68 1 745 287.21 - Keuangan, Persewaan dan Js. Perusahaan 1 059 953.98 65 715.30 131 290.61 86 287.12 149 443.06 117 633.57 1 610 323.64 - Jasa-jasa 2 451 939.02 219 037.96 528 414.62 251 614.07 453 413.54 391 249.54 4 295 668.75 Total 19 122 931.11 803 578.01 5 522 226.77 2 742 021.68 3 916 833.27 2 418 069.21 34 525 660.05 Sumber: BPS, 1999-2003, diolah Tabel 20 PDRB menurut sektor di kabupatenkota dalam Kawasan Kedungsapur tahun 2003 atas dasar harga konstan 1993 juta rupiah Sektor Kota Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kawasan Semarang Salatiga Kendal Demak Semarang Grobogan Kedungsapur - Pertanian 39 767.14 15 306.58 320 101.58 364 677.11 183 381.80 365 017.65 1 288 251.87 - Pertambangan dan Penggalian 14 957.60 1 837.40 8 154.27 2 065.09 1 988.02 7 503.92 36 506.30 - Industri Pengolahan 1 853 089.13 56 348.00 731 918.72 91 355.39 495 506.49 30 079.17 3 258 296.90 - Listrik, gas, dan air minum 90 860.06 9 925.83 32 664.27 4 856.63 19 560.77 4 567.60 162 435.16 - Bangunan 210 562.50 15 555.16 35 235.36 23 354.55 20 074.87 32 254.45 337 036.89 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2 086 739.01 51 315.65 290 673.44 161 652.23 207 472.84 165 529.60 2 963 382.77 - Pengangkutan dan komunikasi 436 026.04 31 420.40 38 915.86 34 903.73 36 915.42 31 216.72 609 398.16 - Keuangan, Persewaan dan Js. Perusahaan 374 387.96 22 970.67 43 649.58 27 529.44 44 798.91 33 346.51 546 683.06 - Jasa-jasa 769 482.18 79 813.36 163 572.42 101 793.29 157 567.94 128 643.89 1 400 873.08 Total 5 875 871.63 284 493.05 1 664 885.50 812 187.46 1 167 267.05 798 159.51 10 602 864.19 Sumber: BPS, 1999-2003, diolah Selain tanaman padi Kabupaten Grobogan juga merupakan daerah utama penanaman jagung dengan produksi sebesar 413 . 221 ton pada tahun 2003 atau memberikan kontribusi sekitar 21.45 dari total produksi jagung di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak juga merupakan daerah utama penanaman kedelai di Provinsi Jawa Tengah, dengan produksi masing-masing 57 . 796 ton dan 8 . 194 ton pada tahun 2003 atau memberikan kontribusi sekitar 40.61 dan 5.76 terhadap total produksi kedelai di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk subsektor tanaman perkebunan, pada Tabel 23 menunjukkan bahwa Kawasan Kedungsapur sebenarnya cukup potensial untuk pengembangan tanaman perkebunan apabila dilihat dari variasi jenis tanaman perkebunan yang ada di kawasan ini cukup banyak sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan pada umumnya cukup baik. Terutama di Kabupaten Kendal untuk perkebunan rakyat dengan komoditas perkebunan yang dihasilkan antara lain tembakau, kapuk, kelapa, kopi, cengkeh, panili, tebu, karet, teh, jambu mete, kayu manis, lada, kapulaga, kemiri, aren, kemukus, kakao, dan nilam, sedangkan untuk perkebunan PTP dan perkebunan swasta komoditas yang dihasilkan antara lain karet, kopi, kakao, pala, cengkeh, kapuk, dan teh. Di Kabupaten Semarang, tanaman perkebunan rakyat yang dihasilkan antara lain kelapa, cengkeh, kopi, kapok, tebu, kapulaga, jahe, kunyit, casiavera, aren, jambu mete, rosela, dan tembakau dengan total produksi 14 . 033.50 ton pada tahun 2003, sedangkan hasil perkebunan PTP dan perkebunan swasta antara lain karet, kopi, kakao, teh, cengkeh, dan pala dengan total produksi pada tahun 2003 masing-masing 3 . 154.05 ton dan 513 . 759 ton. Sementara kabupaten lain yang cukup potensial untuk tanaman perkebunan adalah Kabupaten Grobogan dan komoditas tanaman perkebunan rakyat yang dihasilkan yaitu kelapa, tembakau, kapas, kapuk randu, tebu, jarak, mete, dan kenanga dengan total produksi pada tahun 2003 sebanyak 533 . 961.76 ton dan 28 . 791 . 720 butir kelapa. Untuk kontribusi subsektor kehutanan di Kawasan Kedungsapur yang merupakan hasil hutan antara lain kayu jati, kayu rimba, dan kayu bakar, dihasilkan oleh Kabupaten Kendal dengan produksi kayu jati sebanyak 12 . 116 M 3 dan kayu rimba sebanyak 221 M 3 , Kabupaten Demak produksi kayu jati sebanyak 103 M 3 dan kayu rimba 43 M 3 , sedangkan Kabupaten Grobogan produksi kayu jati sebanyak 4 . 916.24 M 3 dan kayu rimba 237 . 667.88 M 3 . Kontribusi subsektor peternakan di Kawasan Kedungsapur, diperoleh dari produksi daging ternak atau unggas sapi, kerbau, domba, kambing, ayam ras dan bukan ras, itik, produksi susu, serta produksi telur yang pada umumnya dihasilkan oleh kabupaten dan kota di kawasan ini. Di Kabupaten Demak sebagian besar masyarakatnya mengkonsumsi daging kerbau sehingga kerbau lebih banyak dipotong untuk dikonsumsi daripada sapi, sementara populasi kerbau di kabupaten ini semakin menurun. Sedangkan subsektor perikanan di Kawasan Kedungsapur didukung dari hasil perikanan laut Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan Kabupaten Demak dan hasil perikanan darat yang berasal dari kolam, perairan umum, serta tambak yang pada umumnya dihasilkan oleh semua kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur. Industri Pengolahan Industri yang berkembang di Kawasan Kedungsapur sangat beragam dari industri kecil dan rumah tangga hingga industri besar maupun sedang. Di Kabupaten Kendal industri hasil pertanian merupakan industri yang paling banyak diusahakan di Kabupaten Kendal. Berdasarkan data statistik tahun 2003 jumlah perusahaan yang termasuk kelompok industri hasil pertanian sebanyak 18 perusahaan besar dan 9 . 568 unit usaha kecil, kemudian berurutan industri aneka sebanyak dua unit usaha besar dan 3 . 302 unit usaha kecil, industri kimia sebanyak tiga unit usaha besar dan 2 . 762 unit usaha kecil, serta industri logam, mesin dan elektronika sebanyak lima unit usaha besar dan 1 . 408 unit usaha kecil. Kota Salatiga berdasarkan data statistik tahun 2003 juga didominasi oleh kelompok industri hasil pertanian yaitu sebanyak 1 . 048 unit usaha, kemudian diikuti industri aneka besar dan kecil sebanyak 585 unit usaha, industri logam dan mesin sebanyak 182 unit usaha, dan industri kimia besar sebanyak dua unit usaha. Berdasarkan Statistik Industri Besar Sedang tahun 2002, di Kota Semarang terdapat 377 unit industri besar sedang, yang sebagian besar merupakan industri makanan, minuman, dan tembakau yaitu sebanyak 79 unit usaha, kemudian industri pengolahan kimia dan barang dari kimia 72 unit, industri pengolahan barang dari kertas, industri percetakan dan penerbitan 58 unit, industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit serta industri pengolahan kayu, bambu, rotan, dan sejenisnya masing-masing 49 unit, industri pengolahan logam, mesin, dan peralatan 44 unit, industri pengolahan bahan galian bukan logam 10 unit, industri pengolahan logam dasar serta industri pengolahan lainnya masing- masing delapan unit usaha. Berdasarkan data statistik tahun 2003 dari 84 unit usaha yang ada, industri yang paling banyak terdapat di Kabupaten Semarang adalah industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki 24 unit, kemudian industri barang kayu dan hasil hutan lain 23 unit, industri makanan, minuman, dan tembakau 18 unit, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet 11 unit, industri semen dan barang bukan logam 4 unit, industri kertas dan barang cetakan serta industri lainnya masing-masing dua unit. Sebagian besar industri yang ada di Kabupaten Demak adalah industri makanan dan minuman 1 . 240 unit usaha yang pada umumnya merupakan industri skala kecil atau rumah tangga dan skala sedang, kemudian industri kerajinan rakyat 1 . 132 unit, serta industri sandang dan bahan bangunan 582 unit. Sedangkan di Kabupaten Grobogan, berdasarkan skala industri sebagian besar adalah industri rumah tangga 8 . 286 unit, industri kecil 1 . 353 unit dan industri sedang 15 unit. Dan jenis industri yang paling banyak adalah industri hasil pertanian dan kehutanan, industri aneka pertenunan, dan industri logam, mesin, dan kimia. Tabel 21 Luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Kawasan Kedungsapur Padi Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau KabupatenKota L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L.Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton 1 Kab. Kendal 36 080 191 514 13 817 48 547 2 309 37 483 492 6 279 4 357 5 260 95 126 1 812 1 692 2 Kab. Demak 91 718 505 748 17 647 63 030 846 13 128 263 3 219 252 317 5 449 8 194 22 533 23 347 3 Kab. Semarang 30 537 158 625 12 571 44 671 2 218 35 024 830 10 465 2 793 3 167 280 354 - - 4 Kota Semarang 4 394 22 062 306 960 868 13 671 61 725 258 283 26 30 81 82 5 Kota Salatiga 1 326 6 809 860 2 677 510 7 557 69 841 1 1 - - - - 6 Kab. Grobogan 100 525 566 347 110 789 413 221 2 338 36 410 252 3 150 4 078 4 953 37 978 57 796 34 812 32 703 Kawasan Kedungsapur 264 580 1 451 105 155 990 573 106 9 089 143 273 1 967 24 679 11 739 13 981 43 828 66 500 59 238 57 824 Provinsi Jawa Tengah 1 535 625 8 123 839 559 973 1 926 243 215 374 3 469 795 11 253 139 486 147 226 174 332 98 163 142 315 92 500 91 553 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, 2003 Tabel 22 Persentase luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Kawasan Kedungsapur terhadap luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Provinsi Jawa Tengah Padi Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau KabupatenKota Ls. Panen Produksi Ls. Panen Produksi Ls. Panen Produksi Ls. Panen Produksi Ls. Panen Produksi Ls. Panen ProduksiLs. Panen Produksi Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton 1 Kab. Kendal 2.35 2.36 2.47 2.52 1.07 1.08 4.37 4.50 2.96 3.02 0.10 0.09 1.96 1.85 2 Kab. Demak 5.97 6.23 3.15 3.27 0.39 0.38 2.34 2.31 0.17 0.18 5.55 5.76 24.36 25.50 3 Kab. Semarang 1.99 1.95 2.24 2.32 1.03 1.01 7.38 7.50 1.90 1.82 0.29 0.25 - - 4 Kota Semarang 0.29 0.27 0.05 0.05 0.40 0.39 0.54 0.52 0.18 0.16 0.03 0.02 0.09 0.09 5 Kota Salatiga 0.09 0.08 0.15 0.14 0.24 0.22 0.61 0.60 0.00 0.00 - - - - 6 Kab. Grobogan 6.55 6.97 19.78 21.45 1.09 1.05 2.24 2.26 2.77 2.84 38.69 40.61 37.63 35.72 Kawasan Kedungsapur 17.23 17.86 27.86 29.75 4.22 4.13 17.48 17.69 7.97 8.02 44.65 46.73 64.04 63.16 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, 2003 Tabel 23 Luas panen dan produksi tanaman perkebunan serta produksi hasil hutan di Kawasan Kedungsapur Hasil Perkebunan Hasil hutan Kabupaten Kota Tanaman Perkebunan Rakyat Perkebunan PTPPNP Perkebunan Swasta Kayu Jati Kayu rimba Kayu Bakar Luas Panen Produksi Luas Panen Produks i Luas Panen Produksi Produksi Produksi Produksi Ha Ton Ha Ton Ha Ton M3 M3 SM 1 Kab. Kendal 17 243.67 13 042.76 4 648.58 2 906.36 16 158.48 1 728.03 12 116.00 221.00 187.00 2 Kab. Demak 8 487.43 3 520.57 - - - - 103.00 43.00 32.00 4 989 250 3 Kab. Semarang 13 467.92 14 033.50 3 170.40 3 154.05 287 157.48 513 759.00 - - - 4 Kota Semarang 2 103.11 1 617.64 - - - - - - - 5 Kota Salatiga - - - - - - - - - 6 Kab. Grobogan 18 365.88 533 961.76 - - - - 4 916.24 237 667.88 1 411.00 28 791 720 Jumlah 59 668.01 566 176.23 7 818.98 6 060.41 303 315.96 515 487.03 17 135.24 237 931.88 1 630.00 33 780 970 Sumber: BPS dan Dinas Pertanian, 2003 Keterangan : Kelapa = dalam butir Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita di Kawasan Kedungsapur apabila dihitung berdasarkan total PDRB kawasan dibagi dengan jumlah penduduk, menunjukkan bahwa di Kawasan ini secara umum dapat dikatakan memiliki pendapatan PDRB per kapita yang cukup tinggi dan ada kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Bahkan apabila dibandingkan dengan PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah, PDRB per kapita di Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999-2003 di atas PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah. Namun jika dilihat pada masing-masing kabupaten dan kota yang ada di kawasan tersebut, terlihat bahwa pendapatan per kapita Kota Semarang sangat dominan dibandingkan dengan pendapatan per kapita kabupaten dan kota yang merupakan hinterland-nya. Tabel 24 PDRB per kapita kabupaten dan kota, kawasan serta provinsi tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 dalam rupiah KabupatenKota Tahun Provinsi 1999 2000 2001 2002 2003 Kabupaten Kendal 1 758 877.91 1 824 737.51 1 810 201.40 1 840 210.84 1 868 210.30 Kabupaten Demak 778 505.27 766 614.18 776 345.51 792 404.43 780 131.84 Kabupaten Semarang 1 270 863.92 1 257 018.97 1 294 194.39 1 339 458.75 1 385 213.97 Kota Salatiga 1 697 066.42 1 756 790.55 1 816 974.11 1 881 294.02 1 951 028.07 Kota Semarang 3 824 156.71 3 959 928.10 4 088 522.54 4 215 803.23 4 308 516.94 Kabupaten Grobogan 518 963.07 539 665.25 557 181.08 570 525.17 591 341.42 KS Kedungsapur 1 697 555.45 1 727 014.08 1 786 500.81 1 834 321.27 1 882 785.34 Jawa Tengah 1 283 382.74 1 323 937.72 1 356 627.15 1 392 082.57 1 436 656.99 Sumber: BPS, 2004, diolah PDRB per kapita dalam kurun waktu 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 menunjukkan bahwa Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan memiliki PDRB per kapita terendah, bahkan lebih rendah dari PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah sebagaimana disajikan pada Tabel 24. Sehingga tingginya PDRB per kapita Kawasan Kedungsapur tidak mencerminkan telah terpenuhinya tingkat kesejahteraan penduduk di kawasan tersebut, karena Kota Semarang sebagai pusat pertumbuhan masih mendominasi kontribusi perekonomian kawasan. Sementara Kabupaten Grobogan yang merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di kawasan tersebut, justru memiliki PDRB per kapita terendah dibandingkan dengan kabupaten maupun kota lainnya. Apabila laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 serta PDRB per kapita pada masing-masing kabupaten dan kota dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita Kawasan Kedungsapur, maka Kota Semarang merupakan daerah dengan laju pertumbuhan PDRB tertinggi melebihi laju pertumbuhan PDRB kawasan yaitu 4.65 dan PDRB per kapita sebesar Rp4 079 385.50. Sementara daerah yang memiliki laju pertumbuhan PDRB tinggi yaitu 4.22 namun PDRB per kapita rendah adalah Kabupaten Grobogan, hal ini mencerminkan bahwa sebenarnya daerah tersebut memiliki potensi pengembangan yang cukup tinggi namun belum terolah dengan baik sehingga pendapatan per kapitanya masih rendah. Sedangkan Kota Salatiga dan Kabupaten Kendal adalah daerah dengan PDRB per kapita yang cukup tinggi namun laju pertumbuhan PDRB-nya di bawah laju pertumbuhan PDRB kawasan, yang artinya daerah tersebut walaupun relatif maju namun agak terhambat perkembangannya. Daerah yang memiliki PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB yang tergolong rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB kawasan maupun PDRB per kapita kawasan secara keseluruhan yaitu Kabupaten Demak dan Kabupaten Semarang, menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran di daerah tersebut masih rendah. Sistem dan Prasarana Wilayah Sarana Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kawasan Kedungsapur meliputi rumah sakit umum, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah bersalin, serta balai pengobatan secara rinci ada pada Tabel 25. Namun pada umumnya keberadaan fasilitas kesehatan tersebut hanya memusat di Kota Semarang, sementara di kabupaten dan kota lainnya seperti Kabupaten Grobogan dengan jumlah penduduk pada tahun 2003 sebanyak 1 . 353 . 688 jiwa, begitu pula halnya Kabupaten Demak dengan penduduk sebanyak 1 . 017 . 075 jiwa, jumlah fasilitas kesehatan yang ada dirasakan masih belum memadai. Tabel 25 Banyaknya sarana kesehatan di Kawasan Kedungsapur RUMAH PUSKESMAS PUSKESMAS RUMAH BALAI KabupatenKota SAKIT PEMBANTU BERSALIN PENGOBATAN UMUM LAINNYA Kabupaten Kendal 3 25 51 - - Kabupaten Demak 3 24 54 4 20 Kabupaten Semarang 3 25 63 8 37 Kota Salatiga 4 6 15 3 6 Kota Semarang 17 37 34 39 61 Kabupaten Grobogan 4 30 69 - - Jumlah 34 147 286 54 124 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003 Sarana Pendidikan Ketersediaan fasilitas pendidikan di Kawasan Kedungsapur dilihat dari banyaknya SD, SMP, SMU, serta akademi atau perguruan tinggi baik sekolah negeri maupun swasta pada Tabel 26. Lokasi fasilitas tersebut menyebar di seluruh kabupaten dan kota dalam kawasan tersebut. Tabel 26 Banyaknya sarana pendidikan di Kawasan Kedungsapur KabupatenKota SD SMP SMU AKADEMI PERGURUAN TINGGI Kabupaten Kendal 676 112 33 - Kabupaten Demak 574 53 39 - Kabupaten Semarang 727 118 31 - Kota Salatiga 104 22 25 4 Kota Semarang 675 158 77 54 Kabupaten Grobogan 868 134 36 - JUMLAH 3,624 597 241 58 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003 Jumlah SD terbanyak ada di Kabupaten Grobogan yaitu 868 buah, sedangkan paling sedikit adalah Kota Salatiga 104 buah. Untuk SMP, SMU, dan akademi serta perguruan tinggi jumlah terbanyak adalah Kota Semarang yaitu SMP sebanyak 158 buah, SMU sebanyak 77 buah, dan akademi serta perguruan tinggi sebanyak 54 buah. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan menengah dan akademi serta perguruan tinggi sebagian besar ada di Kota Semarang dan Kota Salatiga. Sedangkan di Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Grobogan sebagian fasilitas pendidikan yang tersedia adalah untuk pendidikan dasar. Sehingga kesenjangan tingkat pendidikan penduduk di kawasan ini salah satunya disebabkan oleh masih terbatasnya fasilitas pendidikan pendidikan yang tersedia. Sistem Transportasi Keberadaan sistem transportasi yang memadai di Kawasan Kedungsapur sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan Kawasan Kedungsapur baik di dalam kawasan maupun keluar kawasan. Sistem transportasi yang ada meliputi transportasi darat yaitu jalan raya dan kereta api, transportasi laut, dan transportasi udara.

1. Transportasi Darat