Transportasi Darat Transportasi Laut Transportasi Udara

Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Grobogan sebagian fasilitas pendidikan yang tersedia adalah untuk pendidikan dasar. Sehingga kesenjangan tingkat pendidikan penduduk di kawasan ini salah satunya disebabkan oleh masih terbatasnya fasilitas pendidikan pendidikan yang tersedia. Sistem Transportasi Keberadaan sistem transportasi yang memadai di Kawasan Kedungsapur sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan Kawasan Kedungsapur baik di dalam kawasan maupun keluar kawasan. Sistem transportasi yang ada meliputi transportasi darat yaitu jalan raya dan kereta api, transportasi laut, dan transportasi udara.

1. Transportasi Darat

Untuk mendukung kelancaran arus penumpang antardaerah di wilayah Kedungsapur terdapat beberapa terminal angkutan yang masih dimungkinkan adanya penambahan terminal untuk beberapa daerah yang selama ini belum memiliki terminal angkutan yang memadai untuk mendukung secara optimal aktivitas wilayah baik aliran orang maupun aliran barang. Selain menggunakan jalan raya sebagai salah satu sarana transportasi darat, di Kawasan Kedungsapur juga terdapat lintasan jalur kereta api yang menghubungkan antara aliran barang dari arah barat yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat ke Jawa Timur maupun sebaliknya. Dalam kawasan ini terdapat juga stasiun kelas II di Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan, serta stasiun kelas III di Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan Kabupaten Grobogan Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2001.

2. Transportasi Laut

Kawasan Kedungsapur didukung dengan jalur transportasi laut, yaitu melalui Pelabuhan Tanjung Emas yang ada di Kota Semarang sehingga mempermudah arus aliran barang maupun penumpang yang keluar dan masuk Kota Semarang. Keberadaan Pelabuhan Tanjung Emas di Kota Semarang sebagai sarana pendukung aktivitas arus perdagangan dan arus penumpang, diharapkan juga dapat dimanfaatkan secara optimal oleh kabupaten dan kota lain yang ada di Kawasan Kedungsapur dalam upaya mendukung kegiatan pendistribusian serta pemasaran barang-barang hasil produksi daerahnya ke daerah lain di luar kawasan.

3. Transportasi Udara

Selain transportasi laut, Kawasan Kedungsapur juga didukung dengan adanya Bandar Udara Ahmad Yani yang mempermudah kelancaran arus barang maupun arus penumpang yang keluar dan masuk melalui Kota Semarang. Keberadaan sarana transportasi udara ini perlu dioptimalkan pemanfaatannya bagi pengembangan Kawasan Kedungsapur. Kelembagaan Kawasan Strategis Kedungsapur yang mencakup enam daerah yaitu Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan dalam pengelolaannya melibatkan kantor-kantor dinas maupun instansi di wilayah tersebut, antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah masing-masing kabupaten maupun kota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas atau Kantor Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas atau Kantor Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas atau Kantor Pertanahan, Dinas atau Kantor Koperasi dan UKM, Dinas atau Kantor Tenaga Kerja dan Kependudukan, serta instansi lain yang terkait. Untuk mengkoordinasikan program-program pembangunan yang terkait dengan pengembangan kawasan telah dibentuk Sekretariat Bersama Kerjasama Antardaerah Kedungsapur, yang berlokasi di Kantor Pemerintah Kota Semarang serta berfungsi mengatur kesepakatan bersama mengenai ruang lingkup kerjasama antardaerah pada bidang-bidang tertentu. Kesepakatan Bersama antarpemerintah kabupaten maupun kota di Kawasan Kedungsapur yang pernah dirintis pada tahun 1998, ditetapkan pada tanggal 21 Desember 1998 dengan Nomor: 13007272, Nomor: 16Perj-XII1998, Nomor: 2611998, Nomor: 762A1998, Nomor: 16941998, dan Nomor: 1801998, serta ditandatangani oleh masing-masing kepala daerah yang terkait dan kesepakatan tersebut berlaku selama lima tahun untuk selanjutnya dapat ditinjau dan diperpanjang kembali. Dengan berakhirnya kesepakatan bersama pada tahun 2003, maka pada tanggal 15 Juni 2005 dengan Nomor: 30 Tahun 2005, Nomor: 130.10975.A, Nomor: 13002646, Nomor: 63 Tahun 2005, Nomor: 130.1A.00016, dan Nomor: 130.14382 telah diperbaharui kembali keputusan bersama tentang Kerjasama Program Pembangunan di Wilayah Kedungsapur dan ditetapkan kembali bidang-bidang yang menjadi program pembangunan bersama dalam kawasan tersebut. Bidang-bidang yang menjadi program pembangunan bersama antardaerah di Kawasan Kedungsapur berdasarkan keputusan bersama tahun 1998 dan yang telah diperbaharui pada tahun 2005 disajikan dalam Tabel 27. Tabel 27 Program pembangunan bersama antardaerah di Kawasan Kedungsapur tahun 1998 dan tahun 2005 No. Tahun 1998 No. Tahun 2005 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pembangunan perkotaan dan pengembangan teknologi Pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup Industri dan perdagangan Perumahan dan pemukiman Transportasi Pertanian dan pengairan Pariwisata Pendidikan dan Kebudayaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tata ruang, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup Industri dan perdagangan Pembangunan sarana dan prasarana Perhubungan dan pariwisata Kebersihan dan kesehatan Pertanian dan pengairan Pendidikan dan kebudayaan Kependudukan, ketenagakerjaan, dan masalah sosial Keamanan dan ketertiban Bidang lain yang dianggap perlu Sumber: Keputusan Bersama Pemerintah Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan tahun 1998 dan tahun 2005 Berdasarkan laporan review Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kedungsapur tahun 2002, pelaksanaan program pembangunan bersama tahun 1998 di wilayah Kedungsapur dinilai belum optimal karena peranan pemerintah kabupaten maupun pemerintah kota masih sangat dominan dalam menentukan program-program pembangunan di masing-masing daerahnya, sehingga belum menunjukkan adanya keterpaduan dalam pelaksanaan program-program pembangunan yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah pada tahun 2005 kembali disusun program-program pembangunan yang akan dilaksanakan secara terpadu berdasarkan skala prioritas, yaitu dengan meletakkan program pembangunan tata ruang, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya alam sebagai prioritas utama yang melandasi program-program pembangunan di bidang lain, dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan program-program pembangunan tersebut harus tetap mengacu pada konsep penataan ruang kawasan Kedungsapur yang telah disepakati bersama. Dengan demikian tidak terjadi friksi-friksi akibat adanya konflik kepentingan antarpemerintah kabupaten maupun kota terutama pada wilayah perbatasan kabupaten atau kota, dan pembangunan dilaksanakan berdasarkan tujuan penataan ruang Kawasan Kedungsapur, yaitu: 1 Mengembangkan sistem interaksi antarruang wilayah terutama untuk meningkatkan intensitas kegiatan perekonomian wilayah, 2 Memeratakan pembangunan dengan membuka wilayah yang secara geografis terisolir dibandingkan dengan wilayah lain, 3 Mengarahkan pembangunan dan perkembangan daerah maju agar dapat menyebarkan perkembangan ke wilayah di sekitarnya, 4 Mengkoordinasikan pembangunan baik antarsektor maupun antarwilayah dalam Kedungsapur agar terjadi efisiensi dan efektifitas dalam pembangunan, 5 Menjaga kelestarian lingkungan, pemantapan kawasan fungsi lindung, dan pengarahan pemanfaatan kawasan budidaya, 6 Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian dan pembangunan berkelanjutan, 7 Memantapkan struktur perkotaan berupa pengarahan hirarki kota dan sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan, 8 Mengarahkan pembangunan ke pusat-pusat perdesaan, kota-kota kecamatan dan keterkaitan kota utama dan wilayah belakang, 9 Mengembangkan sistem prasarana terpadu sehingga tercipta interrelasi dan interkoneksi jaringan sarana dan prasarana wilayah, 10 Pengembangan kawasan yang diprioritaskan baik dalam skala lokal maupun regional Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2002. Gambar 12 Peta wilayah penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor Unggulan dan Pemusatan Aktivitas Sektor Perekonomian di Kawasan Kedungsapur secara umum didominasi oleh aktivitas industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, pertanian serta jasa-jasa. Hal tersebut dilihat berdasarkan besarnya kontribusi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB gabungan kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur. Untuk mengetahui lebih mendalam sektor-sektor ekonomi yang merupakan sektor unggulan maka dilakukan analisis input-output. Tabel input-output Kawasan Kedungsapur disusun berdasarkan asumsi bahwa aktivitas-aktivitas ekonomi yang dikategorikan ke dalam suatu sektor tertentu memiliki karakteristik sistem produksi yang homogen, yakni struktur input dan output yang homogen dan tidak ada substitusi input antara aktivitas satu dengan aktivitas lainnya, proporsi input-input suatu sektor bersifat tetap, tidak bergantung pada skala produksi atau output, kinerja sistem produksi suatu sektor ditentukan oleh kinerja sistem produksi sektor-sektor lainnya, namun pengaruh dari masing- masing sektor tersebut bersifat sendiri-sendiri tidak bersifat interaktif. Sehingga dalam analisis ini rasio input diasumsikan konstan selama periode analisis, serta perubahan susunan input atau perubahan teknologi dalam kegiatan produksi tidak diperhitungkan. Sektor Unggulan Kawasan Kedungsapur Analisis input-output dilakukan berdasarkan PDRB Kawasan Kedungsapur yang merupakan penjumlahan PDRB kabupaten dan kota di kawasan tersebut sehingga dapat diidentifikasi dan dianalisis lebih lanjut mengenai sektor-sektor perekonomian yang merupakan sektor unggulan leading sector. Struktur perekonomian Kawasan Kedungsapur yang mencakup PDRB enam daerah yaitu Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan, terdiri dari 30 sektor ekonomi yang merupakan penjabaran dari sembilan lapangan usaha.

1. Struktur Output