Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya Usahatani

sebanyak satu hingga dua kali. Setelah tanaman berusia ± 4 bulan, padi siap dipanen.

4.6. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah nilai yang diperoleh dari selisih antara penerimaan total yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Menurut Soeharjo dan Patong, analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Tujuan analisis pendapatan yaitu; a menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan, b menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Perhitungan analisis pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut: TC TR − = Π dimana, = Π pendapatan total = TR total revenue penerimaan total = TC total cost biaya total Sumber: Soeharjo dan Patong, 1998 Analisis pendapatan memerlukan dua komponen pokok yaitu penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani dapat berupa hasil penjualan produk usahatani, produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarga selama melakukan kegiatan dan kenaikan nilai inventaris. Pengeluaran usahatani meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai, seperti biaya pembelian benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja, sedangkan biaya yang diperhitungkan meliputi sewa lahan, penyusutan dan tenaga kerja keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk memperhitungkan berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Pengeluaran mencakup penurunan nilai inventaris usahatani. Nilai inventaris berkurang karena hilang, rusak atau karena penyusutan. Penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus atau sistem rata-rata. Dengan cara ini, penyusutan dianggap sama besarnya untuk setiap saat. Biaya penyusutan sama dengan harga pembelian dikurangi harga tidak terpakai dibagi dengan lamanya pemakaian.

4.7. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya Usahatani

Salah satu ukuran efisiensi pendapatan dan penerimaan untuk setiap yang dikeluarkan Revenue-Cost ratio. Rasio penerimaan atas biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani Soeharjo dan Patong, 1998. Dengan analisis ini dapat diketahui apakah suatu usahatani efisien atau tidak. Jika nilai RC rasio lebih dari 1 maka usahatani tersebut efisien. Nilai RC rasio lebih dari 1 menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah akan mendapatkan penerimaan yang lebih dari 1 rupiah dan usahatani tersebut dikatakan efisien. Sebaliknya jika nilai rasio kurang dari 1 menunjukkan bahwa setiap 1 rupiah akan mendapatkan penerimaan yang kurang dari 1 rupiah dan usahatani tersebut dikatakan belum efisien.

4.8. Analisis Fungsi Produksi