VERFIKASI MODEL HASIL DAN PEMBAHASAN A. MODEL PENILAIAN CEPAT INDUSTRI GULA 1.0 MPG 1.0
60 penilaian kinerja stasiun bahan baku dari ketiga PG ditampilkan dalam
Tabel 14, 15, dan 16.
Tabel 14. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Bahan Baku PG. Candi baru.
KRITERIA IDEAL
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Tingkat Kemasakan Tebu 25-40
26.50 Baik
Trash = 5
6.00 20
Kurang Baik Kesegaran Tebu, tebang giling, jam
= 24 19.00
Baik Pol tebu
= 12 8.62
28.17 Kurang Baik
Kadar nira tebu = 80
90.00 Baik
Kemurnian nira npp = 85
78.00 8.24
Baik Rendemen
10.50 6.42
38.86 Kurang Baik
KESIMPULAN 13.61
Kurang Baik
Tabel 15. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Bahan Baku PG. Lestari.
KRITERIA IDEAL
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Tingkat Kemasakan Tebu 25-40
26.00 Baik
Trash = 5
7.00 40
Kurang Baik Kesegaran Tebu, tebang giling, jam
= 24 16.00
Baik Pol tebu
= 12 9.09
24.25 Kurang Baik
Kadar nira tebu = 80
82.00 Baik
Kemurnian nira npp = 85
89.00 Baik
Rendemen 10.50
6.93 34
Kurang Baik KESIMPULAN
14.04 Kurang Baik
Tabel 16. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Bahan Baku PG. Ngadirejo.
KRITERIA IDEAL
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Tingkat Kemasakan Tebu 25-40
30.00 Baik
Trash = 5
5.20 4
Baik Kesegaran Tebu, tebang giling, jam
= 24 14.00
Baik Pol tebu
= 12 9.52
20.67 Kurang Baik
Kadar nira tebu = 80
78.00 2.5
Baik Kemurnian nira npp
= 85 78.50
7.65 Baik
Rendemen 10.50
7.23 31.14
Kurang Baik KESIMPULAN
9.42 Baik
Pada tabel 16 ditunjukkan bahwa pencapaian kinerja bahan baku pada PG. Ngadirejo sudah mencapai lebih dari 90, yaitu sebesar 90.58
dari standar ideal. Pencapaian ini sudah termasuk dalam kategori ”baik”. Sebaliknya pada Tabel 14 dan Tabel 15 didapatkan bahwa kinerja
PG. Lestari dan PG. Candi Baru tergolong rendah. Pencapaian kinerja
bahan baku kedua PG tersebut di bawah nilai 90 terhadap standar. Sehingga pencapaian kinerja stasiun bahan baku kedua PG tersebut
61 tergolong kurang baik.
Berdasarkan verifikasi pada ketiga PG tersebut dapat diketahui penyebab utama rendahnya kinerja stasiun bahan baku
setiap PG adalah karena faktor kecilnya pol kandungan sukrosa tebu, rendemen tebu rendah, serta tingginya pengotor trash dalam tebu yang
diangkut ke dalam PG.
2. SMPK Stasiun Penggilingan Tebu Sub-model ini berfungsi untuk mengukur kinerja ekstraksi nira
mentah dari tebu pada unit operasi penggilingan. Sasaran yang ingin
dicapai dalam stasiun penggilingan adalah mendapatkan jumlah nira sebagai hasil kestraksi tebu yang maksimal dari tebu yang digiling, dengan
ampas yang mengandung kadar gula seminimal mungkin. Data empirik parameter penilaian
kinerja stasiun penggilingan pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 17, 18 dan 19.
Tabel 17. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penggilingan PG. Candi baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Kadar sabut 14 - 16
13 6.67
Baik Preparation Index
= 90 83
7.78 Baik
Fibre loading gdm2: untuk semua unit gilingan
+- 200 180
10 Baik
Imbibisi sabut = 200
195 2.5
Baik Nira mentah tebu
= 100 200
Baik Ekstraksi gula
96 82
14.58 Kurang Baik
Kapasistas Giling TCD =1500
1660 Baik
KESIMPULAN 5.93
Baik
Tabel 18. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penggilingan PG. Lestari.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Kadar sabut 14 - 16
15 Baik
Preparation Index = 90
81.69 9.22
Baik Fibre loading gdm2: untuk
semua unit gilingan +- 200
180 10
Baik Imbibisi sabut
= 200 225
Baik Nira mentah tebu
= 100 100.20
Baik Ekstraksi gula
96 85
11.46 Kurang Baik
Kapasistas Giling TCD =3000
3612 Baik
KESIMPULAN 4.38
Baik
62
Tabel 19. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penggilingan PG. Ngadirejo.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Kadar sabut 14 - 16
15 Baik
Preparation Index = 90
83.29 7.46
Baik Fibre loading gdm2: untuk
semua unit gilingan +- 200
190 5
Baik Imbibisi sabut
= 200 224
Baik Nira mentah tebu
= 100 99.52
0.47 Baik
Ekstraksi gula 96
85 11.46
Kurang Baik Kapasistas Giling TCD
= 4000 5117
Baik KESIMPULAN
3.48 Baik
Dari hasil penilaian diperoleh bahwa kinerja unit operasi penggilingan pada setiap PG adalah baik, yaitu pencapaian kinerja mencapai rata-rata di atas
95 . Namun dari ketiga tabel di atas didapatkan bahwa kinerja pada
parameter ekstraksi gula pada ketiga PG berada di bawah standar. Hal ini terjadi dimungkinkan karena pengaruh dari rendahnya pol dan rendemen
dari bahan baku yang menjadi input PG.
3. SMPK Stasiun Pemurnian Nira Sub-model ini digunakan untuk mengukur kinerja unit operasi
pemurnian nira.
Tujuan utama
stasiun pemurnian
nira adalah
menghilangkan bahan organik dan anorganik bukan gula yang terdapat dalam nira mentah, sehingga diperoleh nira dengan kadar sukrosa
maksimum. Hasil pengukuran kinerja unit operasi pemurnian nira pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 20, 21, dan 22.
Tabel 20. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pemurnian di PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Turbidity ppm = 50
53.5 7
Baik Kadar CaO ppm
= 80 60
Baik Pengasingan bukan gula
= 14 15
7.14 Baik
Pol blotong = 2
2.25 12.5
Kurang Baik Blotongtebu
= 3 3.2
6.67 Baik
KESIMPULAN 6.66
Baik
63
Tabel 21. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pemurnian di PG. Lestari.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Turbidity ppm = 50
53 6
Baik Kadar CaO ppm
= 80 75.2
Baik Pengasingan bukan gula
= 14 15
7.14 Baik
Pol blotong = 2
2.3 15
Kurang Baik Blotongtebu
= 3 3.8
26.67 Kurang Baik
KESIMPULAN 10.96
Kurang Baik
Tabel 22. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pemurnian PG. Ngadirejo.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Turbidity ppm = 50
53.5 7
Baik Kadar CaO ppm
= 80 78
Baik Pengasingan bukan gula
= 14 17.5
25 Kurang Baik
Pol blotong = 2
2.1 5
Baik Blotongtebu
= 3 2.8
Baik KESIMPULAN
7.40 Baik
Rata-rata pencapaian kinerja stasiun pemurnian dari ketiga PG tersebut adalah baik, yaitu sebesar 91.66 . Kecuali pada PG. Lestari, hasil
penilaian menunjukkan bahwa kinerja stasiun pemurnian kurang baik. Nilai pencapaian PG. Lestari sebesar 89.04 , dengan sedikit lagi
memperbaiki kinerja pada parameter limbah blotong, maka pencapaian di PG. Lestari akan dapat dinaikkan sampai pada status ”baik”. Dari ketiga
penilaian tersebut diketahui bahwa tingginya limbah yang terbentuk diperkirakan karena jumlah bahan pengotor trash dalam bahan baku yang
masuk ke PG cukup tinggi, terutama di PG. Candi Baru dan PG. Lestari.
4. SMPK Stasiun Penguapan Sub-model ini digunakan untuk menilai kinerja unit operasi
penguapan. Tujuan utama unit operasi penguapan adalah memekatkan nira dengan mengurangi kandungan air sampai mendekati jenuh.
Hasil penilaian stasiun penguapan ketiga PG disajikan dalam Tabel 23, 24,
dan 25.
Tabel 23. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penguapan PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Nira kental, brix = 65
66 Baik
Nira kental, warna kuning kecoklatan
95 5
Baik Nira jernih, suhu oC
= 100 103
Baik KESIMPULAN
1.67 Baik
64
Tabel 24. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penguapan PG. Lestari.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Nira kental, brix = 65
69 Baik
Nira kental, warna kuning kecoklatan
90 10
Baik Nira jernih, suhu oC
= 100 102
Baik KESIMPULAN
3.33 Baik
Tabel 25. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penguapan PG. Ngadirejo.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Nira kental, brix = 65
65 Baik
Nira kental, warna kuning kecoklatan
90 10
Baik Nira jernih, suhu oC
= 100 103
Baik KESIMPULAN
3.33 Baik
Dari ketiga tabel di atas diketahui bahwa rata-rata pencapian kinerja unit operasi penguapan pada masing-masing PG ”baik”. Tiga parameter
penilaian dapat dipenuhi dengan baik. Sehingga kedepan pencapaian pada stasiun ini harus pertahankan.
5. SMPK Stasiun Kristalisasi Sub-model ini digunakan untuk mengukur kinerja stasiun kristalisasi.
Penilaian yang dilakukan dalam sub-model ini terdiri dari penilaian operasi pada masakan A, masakan C, masakan D, dan tetes. Tujuan unit operasi
kristalisasi adalah mengubah nira kental jenuh menjadi bentuk kristal gula. Hasil penilaian stasiun kristalisasi pada PG. Candi Baru ditampilkan dalam
Tabel 26, dan hasil penilaian pada PG. Lestari dan PG. Ngadirejo ditampilkan dalam Lampiran 5 dan 6.
Tabel 26. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Kristalisasi PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
MASAKAN A
Brix, 93-94
93 Baik
Kemurnian, = 85
87 Baik
Purity drop, 10-15
11 Baik
Kerataan kristal rata
90 10
Baik Ukuran kristal, mm
0,8-1,1 1
Baik KESIMPULAN
2.00 Baik
MASAKAN C
Brix, 94-95
96 1.06
Baik Kemurnian,
= 70 68
2.86 Baik
Purity drop, 15-20
14 5.71
Baik Kerataan kristal
rata 90
10 Baik
Ukuran kristal, mm = 0,4
0.36 10
Kurang Baik KESIMPULAN
5.93 Baik
65
Tabel 26. Lanjutan KRITERIA
STANDAR INPUT
DEVIASI KESIMPULAN
MASAKAN D
Brix, 96
97 Baik
Kemurnian, = 60
63 Baik
Purity drop, 30-35
32 Baik
Kerataan kristal rata
95 5
Baik Ukuran kristal, mm
= 0,2 0.23
Baik KESIMPULAN
1.00 Baik
TETES
Kemurnian, = 30
28 Baik
Brix, = 80
78.9 1.39
Baik Tetestebu.
= 2.5 2.1
Baik KESIMPULAN
0.46 Baik
KESIMPULAN 2.35
Baik
Dari hasil penilaian di atas diperoleh bahwa kinerja unit operasi kristalisasi PG. Candi Baru adalah ”baik”.
Pencapaian kinerja stasiun kristalisasi PG. Candi baru mencapai 97.56 dari nilai ideal. Demikian
juga dengan kinerja dua PG yang lain juga diperoleh hasil penilaian yang ”baik”.
Dari hasil penilaian diperoleh kinerja stasiun kristalisasi PG. Lestari sebesar 94.33 dan pencapaian kinerja stasiun kristalisasi PG.
Ngadirejo sebesar 92.18 .
6. SMPK Stasiun Sentrifugasi Sub-model
ini digunakan
untuk mengukur
kinerja stasiun
sentrifugasi putaran. Tujuan stasiun sentrifugasi adalah memisahkan
kristal gula dari cairan induknya. Hasil pengukuran kinerja stasiun
sentrifugasi PG. Candi baru ditampilkan dalam Tabel 27, dan hasil penilaian PG. Lestari dan Pg. Ngadirejo ditampilkan dalam Lampiran 7 dan
Lampiran 8.
Tabel 27. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Sentrifugasi PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
MASAKAN A Kadar air maksimal
= 1,0 0.08
Baik Warna
Putih 95
5 Baik
Ukuran kristal mm 0,8 - 1,1
0.9 Baik
KESIMPULAN 1.67
Baik
66
Tabel 27. Lanjutan KRITERIA
STANDAR INPUT
DEVIASI KESIMPULAN
MASAKAN A Kadar air maksimal
= 1,0 0.08
Baik Warna
Putih 95
5 Baik
Ukuran kristal mm 0,8 - 1,1
0.9 Baik
KESIMPULAN 1.67
Baik MASAKAN C
Kadar air maksimal = 1,0
0.9 Baik
Warna Putih kekuningan
95 5
Baik Ukuran kristal mm
0,4 0.35
12.5 Kurang Baik
KESIMPULAN 5.83
Baik MASAKAN D
Kadar air maksimal = 1,0
0.9 Baik
Warna Kuning
95 5
Baik Ukuran kristal mm
0,2 0.16
20 Kurang Baik
KESIMPULAN 8.33
Baik
KESIMPULAN 5.28
Baik
Dari hasil penilaian pada tabel di atas diperoleh bahwa kinerja stasiun sentrifugasi di PG. Candi Baru telah mencapai 94.72 .
Hasil penilaian kriteria pada masakan A menunjukkan hasil yang baik.
Pada masakan C dan masakan D hasil penilaian juga menunjukkan hasil baik,
hanya pada parameter ukuran kristal masih perlu diperbaiki karena masih berada di bawah standar.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja stasiun sentrifugasi pada PG. Lestari dan PG. Ngadirejo juga didapatkan hasil yang
baik. Pencapaian kinerja PG. Lestari mencapai 92.78 dan pencapaian PG. Ngadirejo mencapai 94.72 .
7. SMPK Stasiun Pengeringan dan Pengemasan. Sub-model
ini digunakan
untuk mengukur
kinerja stasiun
pengeringan dan pengemasan. Stasiun pengeringan dan pengemasan
merupakan unit operasi terakhir dalam aliran produksi gula. Dalam stasiun ini gula kristal yang dihasilkan dari proses sentrifugasi akan dikeringkan
lebih lanjut dan dikemas dalam karung dengan berat tertentu. Hasil
penilaian kinerja stasiun pengeringan dan pengemasan pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 28, 29, dan 30.
67
Tabel 28. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pengeringan dan Pengemasan PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Kadar air gula sentrifugal = 1
0.9 Baik
Suhu gula sebelum masuk karung
o
C = 40
38 Baik
Berat gula per karung kg 50
50 Baik
Kemasan Karung plastik, inner
bag 100
Baik KESIMPULAN
Baik
Tabel 29. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pengeringan dan Pengemasan PG. Lestari.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Kadar air gula sentrifugal = 1
0.96 Baik
Suhu gula sebelum masuk karung
o
C = 40
42 5
Baik Berat gula per karung kg
50 50
Baik Kemasan
Karung plastik, inner
bag 100
Baik KESIMPULAN
1.25 Baik
Tabel 30. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pengeringan dan Pengemasan PG. Ngadirejo.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Kadar air gula sentrifugal = 1
0.98 Baik
Suhu gula sebelum masuk karung
o
C = 40
38 Baik
Berat gula per karung kg 50
50 Baik
Kemasan Karung
plastik, inner bag
100 Baik
KESIMPULAN Baik
Dari ketiga tabel di atas diperoleh bahwa kinerja stasiun pengeringan dan pengemasan pada ketiga PG tersebut baik.
Rata-rata pencapaian kinerja ketiga PG tersebut telah sesuai dengan standar. Kondisi ini harus
dipertahankan oleh masing-masing PG.
8. SMPK Stasiun Energi Model ini digunakan untuk menilai kinerja efisiensi pembangkitan
dan konsumsi energi uap yang dihasilkan oleh bagian instalasi energi PG. Tugas stasiun energi adalah memproduksi energi dari ampas gilingan akhir
untuk menggerakkan peralatan dan proses. Ketel yang digunakan sebagai
68 pembangkit energi PG di Indonesia dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu
ketel tipe lama dan ketel tipe baru. Contoh PG yang menggunakan ketel tipe lama adalah PG. Ngdirejo, dan PG yang menggunakan ketel tipe baru
adalah PG. Lestari dan PG. Candi Baru. Efisiensi produksi energi ketel tipe baru lebih tinggi dari pada efiesiensi ketel tipe lama.
Hasil penilaian kinerja stasiun energi dari ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 31, 32,
dan 33.
Tabel 31. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Energi PG. Candi Baru Ketel Tipe Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Efisiensi Ketel = 78
75 3.85
Baik Produksi uap per kg ampas kgkg
= 2,10 2.3
Baik Konsumsi Energi uap tebu
dengan mesin uap = 65
70 7.69
Baik Konsumsi Energi uap tebu
dengan turbin uap = 60
70 16.67
Kurang Baik KESIMPULAN
7.05
Baik
Tabel 32. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Energi PG. Lestari Ketel Tipe Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Efisiensi Ketel = 78
60 23.08
Kurang Baik Produksi uap per kg ampas kgkg
= 2,10 1.8
14.29 Kurang Baik
Konsumsi Energi uap tebu dengan mesin uap
= 65 60
Baik Konsumsi Energi uap tebu
dengan turbin uap = 60
60 Baik
KESIMPULAN
9.34
Baik
Tabel 33. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Energi PG. Ngadirejo Ketel Tipe Lama.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Efisiensi Ketel = 68
55 19.12
Kurang Baik Produksi uap per kg ampas kgkg
= 1,95 1.83
6.15 Baik
Konsumsi Energi uap tebu dengan mesin uap
= 65 58
Baik Konsumsi Energi uap tebu
dengan turbin uap = 60
14.4 Baik
KESIMPULAN
6.3175
Baik
Hasil penilaian kinerja stasiun energi pada ketiga PG menunjukkan hasil yang baik. Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah efisiensi
ketel, baik pada ketel tipe lama atau pun ketel tipe baru. Pada ketiga PG tersebut terlihat bahwa efisiensi ketel bekerja rata-rata berada di bawah
69 standar. Hal ini perlu diperbaiki agar ketel dapat beroperasi dengan lebih
optimal.
9. SMPK Produk Sub-model ini digunakan untuk menilai apakah kualitas gula yang
dihasilkan oleh PG telah sesuai dengan SNI yang berlaku. SNI ini harus dipenuhi oleh setiap PG, karena gula kristal yang dihasilkan adalah gula
kristal yang akan dikonsumsi langsung oleh rumah tangga. Dalam
verifikasi sub-model ini digunakan data GKP 1. Hasil penilaian kinerja produk dari ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 34, 35, dan 36.
Tabel 34. Hasil Penilaian Kinerja Produk PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Warna kristal Min 70
72.00 Baik
Warna larutan ICUMSA IU Maks. 250
234.00 Baik
Besar jenis butir bb 0,8-1,2
0.82 Baik
Susut pengeringan mm bb Maks.0,10
0.04 Baik
Polarisasi oZ, 20, oC oZ Min 99,6
99.40 0.2
Baik Gula reduksi bb
Maks.0,10 0.06
Baik Abu konduktiviti bb
Maks.0,10 0.07
Baik Zat tidak larut derajat
Maks. 5 6.00
20 Kurang Baik
Belerang dioksida SO2 mgkg Maks. 30
24.00 Baik
Timbal Pb mgkg Maks 2,0
1.20 Baik
Tembaga Cu mgkg Maks 2,0
1.40 Baik
Arsen As mgkg maks 1,0
0.23 Baik
KESIMPULAN
1.68
Baik
Tabel 35. Hasil Penilaian Kinerja Produk PG. Lestari.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Warna kristal Min 70
72.00 Baik
Warna larutan ICUMSA IU Maks. 250
245.00 Baik
Besar jenis butir bb 0,8-1,2
0.85 Baik
Susut pengeringan mm bb Maks.0,10
0.08 Baik
Polarisasi oZ, 20, oC oZ Min 99,6
98.00 1.61
Baik Gula reduksi bb
Maks.0,10 0.08
Baik Abu konduktiviti bb
Maks.0,10 0.06
Baik Zat tidak larut derajat
Maks. 5 5.20
4 Baik
Belerang dioksida SO2 mgkg Maks. 30
27.80 Baik
Timbal Pb mgkg Maks 2,0
1.20 Baik
Tembaga Cu mgkg Maks 2,0
0.80 Baik
Arsen As mgkg maks 1,0
0.30 Baik
KESIMPULAN
0.47
Baik
70
Tabel 36. Hasil Penilaian Kinerja Produk PG. Ngadirejo.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Warna kristal Min 70
72.30 Baik
Warna larutan ICUMSA IU Maks. 250
235.00 Baik
Besar jenis butir bb 0,8-1,2
0.90 Baik
Susut pengeringan mm bb Maks.0,10
0.09 Baik
Polarisasi oZ, 20, oC oZ Min 99,6
99.30 0.3
Baik Gula reduksi bb
Maks.0,10 0.05
Baik Abu konduktiviti bb
Maks.0,10 0.07
Baik Zat tidak larut derajat
Maks. 5 3.70
Baik Belerang dioksida SO2 mgkg
Maks. 30 18.45
Baik Timbal Pb mgkg
Maks 2,0 1.25
Baik Tembaga Cu mgkg
Maks 2,0 1.30
Baik Arsen As mgkg
maks 1,0 0.02
Baik KESIMPULAN
0.03
Baik
Hasil penilaian produk pada ketiga PG menunjukkan hasil baik. Setiap parameter SNI gula tersebut merupakan kriteria standar konsumsi
yang sangat penting, sehingga jika salah satu standar parameter tidak terpenuhi maka produk tersebut dapat dikatakan tidak layak untuk di
konsumsi.
10. SMPK Keuangan Sub-model ini digunakan untuk menilai kinerja PG dalam efisiensi
pemanfaatan sumber daya keuangan untuk keperluan SDM dan dan non- SDM. Standar penilaian keuangan dibedakan menjadi tiga sesuai dengan
kategori skala PG, yaitu standar untuk PG kecil, PG sedang, dan PG besar. Hasil penilaian kinerja keuangan pada ketiga PG ditampilkan dalam
Tabel 37, 38, dan 39.
Tabel 37. Hasil Penilaian Keuangan PG. Candi Baru PG. skala kecil.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Biaya produksi per kg gula Rp
1.589 2,355.57
48.24 Kurang Baik
Biaya SDM tiap ton kapasitas Rp
2.806.932 3,357,663.50
19.62 Kurang Baik
Biaya non SDM tiap kg gula RP
1.081 1,394.68
29.02 Kurang Baik
KESIMPULAN
32.29
Kurang Baik
71
Tabel 38. Hasil Penilaian Keuangan PG. Lestari PG. skala sedang.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Biaya produksi per kg gula Rp
1,851 3,545.89
91.57 Kurang Baik
Biaya SDM tiap ton kapasitas Rp
4,042,826 3,005,352.75
Baik Biaya non SDM tiap
kg gula RP 1,106
2,469.69 123.3
Kurang Baik KESIMPULAN
71.62
Kurang Baik
Tabel 39. Hasil Penilaian Keuangan PG. Ngadirejo PG. skala besar.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
Biaya produksi per kg gula Rp
2,546 3,830.39
50.45 Kurang Baik
Biaya SDM tiap ton kapasitas Rp
7,454,416 5,585,723.00
Baik Biaya non SDM tiap
kg gula RP 1,172
2,258.47 92.7
Kurang Baik KESIMPULAN
47.72
Baik
Hasil penilaian kinerja keuangan pada ketiga PG menunjukkan bahwa kinerja keuangan masing-masing PG rendah, bahkan masih jauh
berada di bawah standar. Rata-rata pencapaian kinerja keuangan ketiga PG tersebut hanya mencapai 50.54 .
Pencapaian terendah terjadi di PG. Lestari, yaitu hanya mencapai 28.38 . Selanjutnya PG. Ngadirejo
52.28 , dan PG. Candi Baru 67.71 . Pencapaian kinerja keuangan dari ketiga PG tersebut perlu mendapat
perhatian serius dan harus segera diperbaiki, karena baik buruknya pengelolaan keuangan akan sangat berpengaruh bagi kinerja perusahaan.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik diharapkan berbagai input yang berkualitas dapat dibeli secara tepat sehingga kelancaran produksi akan
terjamin.
11. SMPK Formasi Tenaga Kerja SDM Sub-model ini digunakan untuk menilai kecukupan jumlah tenaga
kerja pada setiap tingkatan fungsi dalam PG. Standar formasi tenaga kerja dalam sub-model ini disusun sesuai dengan golongan skala PG, yaitu
standar formasi tenaga kerja untuk PG kecil, PG sedang, dan standar formasi untuk PG besar.
Hasil penilaian kinerja formasi SDM pada
72 PG. Candi Baru ditampilkan dalam Tabel 40, dan hasil penilaian pada PG.
Lestari dan PG. Ngadirejo di tampilkan dalam Lampiran 9 dan 10.
Tabel 40. Hasil Penilaian Kinerja Formasi Tenaga Kerja PG. Candi Baru
PG. skala kecil. KRITERIA
STANDAR INPUT
DEVIASI KESIMPULAN
LINGKUP PG Strata I
1 1
Baik Strata II
4 3
25 Kurang Baik
Strata III 10
9 10
Baik Strata IV
27 27
Baik Pelaksana Tetap
411 418
1.7 Baik
Pelaksana Musiman 372
380 2.15
Baik KESIMPULAN
6.48
Baik LINGKUP Pimpinan dan AKU
Strata I 1
1 Baik
Strata II 1
1 Baik
Strata III 1
1 Baik
Strata IV 9
8 11.11
Kurang Baik Pelaksana Tetap
99 94
5.05 Baik
Pelaksana Musiman -
- KESIMPULAN
3.23
Baik LINGKUP Tanaman
Strata I -
- Strata II
1 1
Baik Strata III
4 3
25 Kurang Baik
Strata IV 12
10 16.67
Kurang Baik Pelaksana Tetap
85 86
1.18 Baik
Pelaksana Musiman -
- KESIMPULAN
10.71
Baik LINGKUP Instalasi dan Pengolahan
Strata I -
- Strata II
2 2
Baik Strata III
7 6
14.29 Kurang Baik
Strata IV 5
5 Baik
Pelaksana Tetap 227
225 0.88
Baik Pelaksana Musiman
372 367
1.34 Baik
KESIMPULAN
3.30
Baik KESIMPULAN
5.93
Baik
Dari hasil penilaian formasi tenaga kerja diperoleh bahwa kinerja formasi tenaga kerja pada ketiga PG adalah baik.
Pencapaian terhadap standar pada PG. Candi Baru sebesar 94.07 , PG. Lestari sebesar 91.8 ,
dan pencapaian pada PG. Nadirejo sebesar 93.11 . Rata-rata pencapaian kinerja formasi pada setiap lingkup PG dalam
ketiga PG tersebut adalah baik. Kecuali pada PG. Lestari perlu
diperhatikan pada lingkup pimpinan dan AKU, pencapaian pada lingkup ini masih kurang baik. Nilai pencapaian masih di bawah 90 , yaitu sebesar
73 89.68 . Penyebabnya karena terdapat kelebihan jumlah karyawan pada
strata III. Hal ini perlu diperhatikan lagi oleh manajemen PG. Lestari
sehingga kedepan pencapaian terhadap standar formasi dapat ditingkatkan.
12. SMPK Ekonomi Sub-model ini digunakan untuk menilai daya saing PG dipasaran
gula internasional. Dalam sub model ini efisiensi biaya produksi PG akan dibandingkan dengan harga pararitas ekspor HPE dan harga paritas impor
HPI harga gula internasional yang berlaku saat ini, biaya produksi produsen gula efisien, dan biaya rata-rata produksi gula dunia. Apabila
biaya produksi gula PG lebih tinggi dari pada nilai HPI, maka PG tersebut dinilai tidak akan mampu bersaing dipasaran gula domestik dengan gula
luar negeri yang masuh ke Indonesia. Selanjutnya bila PG telah mampu bersaing di dalam negeri, dengan parameter HPE akan dilihat apakah PG
dapat bersaing di pasaran ekspor internasional. PG dapat bersaing di
pasaran internasonal jika biaya produksi lebih kecil dari HPE. Hasil
penilaian sub-model ini akan menunjukkan sejauh mana PG dapat bersaing dipasaran internasional. Hasil penilaian kinerja ekonomi pada ketiga PG
ditampilkan dalam Tabel 41, 42, dan 43.
Tabel 41. Hasil Penilaian Kinerja Ekonomi PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
HPE Harga berlaku Rp = 1.607,17
3,830.39 138.33
Kurang Baik HPE Biaya produksi
produsen efisien Rp = 1.908,06
3,830.39 100.75
Kurang Baik HPE Biaya produksi rata-
rata dunia Rp = 2.549,21
3,830.39 50.26
Kurang Baik HPI Harga berlaku Rp
= 2.716,83 3,830.39
75.96 Kurang Baik
HPI Biaya produksi produsen efisien Rp
= 3.058,44 3,830.39
25.24 Kurang Baik
HPI Biaya produksi rata- rata dunia Rp
= 3.935,79 3,830.39
Baik KESIMPULAN
65.09
Kurang Baik
74
Tabel 42. Hasil Penilaian Kinerja Ekonomi PG. Lestari.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
HPE Harga berlaku Rp = 1.607,17
3,545.89 120.63
Kurang Baik HPE Biaya produksi
produsen efisien Rp = 1.908,06
3,545.89 85.84
Kurang Baik HPE Biaya produksi rata-
rata dunia Rp = 2.549,21
3,545.89 39.1
Kurang Baik HPI Harga berlaku Rp
= 2.716,83 3,545.89
62.89 Kurang Baik
HPI Biaya produksi produsen efisien Rp
= 3.058,44 3,545.89
15.94 Kurang Baik
HPI Biaya produksi rata- rata dunia Rp
= 3.935,79 3,545.89
Baik KESIMPULAN
54.07
Kurang Baik
Tabel 43. Hasil Penilaian Kinerja Ekonomi PG. Ngadirejo.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
HPE Harga berlaku Rp = 1.607,17
2,355.57 46.57
Kurang Baik HPE Biaya produksi
produsen efisien Rp = 1.908,06
2,355.57 23.45
Kurang Baik HPE Biaya produksi rata-
rata dunia Rp = 2.549,21
2,355.57 Baik
HPI Harga berlaku Rp = 2.716,83
2,355.57 8.21
Baik HPI Biaya produksi
produsen efisien Rp = 3.058,44
2,355.57 Baik
HPI Biaya produksi rata- rata dunia Rp
= 3.935,79 2,355.57
Baik KESIMPULAN
13.04
Kurang Baik
Hasil penilaian pada aspek ekonomi pada ketiga PG diperoleh bahwa rata-rata kinerja ekonomi ketiga PG tersebut masih berada jauh di bawah
standar. Pencapaian terendah terdapat pada PG. Candi Baru yaitu sebesar 34.91 , selanjutnya PG. Lestari sebesar 45.93 , dan yang tertinggi
adalah PG. Ngadirejo dengan pencapaian kinerja ekonomi sebesar 86.96 . Nilai-nilai pencapaian ini mengindikasikan bahwa daya saing PG Indonesia
di pasaran internasional masih rendah. Hasil penilaian di atas menunjukkan bahwa daya saing PG. Candi Baru adalah yang paling rendah. PG. Candi
Baru merupakan PG skala kecil. Daya saing tertinggi di capai oleh PG. Ngadirejo. PG. Ngadirejo merupakan PG skala besar. Rendahnya nilai
daya saing ini perlu mendapat perhatian yang serius baik dari pengelola PG atau pun pemerintah, karena sebagian besar PG di Indonesia merupakan PG
skala kecil dan menengah.
75 13. SMPK Sosial
Sub-model ini digunakan untuk menilai kontribusi PG terhadap pengembangan lingkungan sosial di sekitar PG. Nilai kinerja sosial PG
dinilai berdasarkan besarnya kontribusi materi yang dikeluarkan oleh PG. Hasil penilaian kinerja sosial pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 44.
Tabel 44. Hasil Penilaian Kinerja Sosial pada PG. Candi Baru, PG. Lestari, dan PG.
Ngadirejo. KRITERIA
STANDAR INPUT
DEVIASI KESIMPULAN
PG. Candi Baru
Biaya untuk kepentingan sosial
1.5 0.19
87.33 Kurang Baik
PG. Lestari
Biaya untuk kepentingan sosial
1.5 0.32
78.67 Kurang Baik
PG. Ngadirejo
Biaya untuk kepentingan sosial
1.5 1.5
Baik
Biaya sosial merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh PG sebagai
kompensasi terhadap
ekses-ekses negatif
eksternal yang
ditimbulkan oleh PG terhadap masyarakat sekitar. Besarnya biaya sosial sulit untuk dinilai, karena menyangkut besar-kecilnya toleransi dari
masyarakat dan
keinginan dari
perusahaan untuk
mengeluarkan kompensasi. Secara umum nilai kisaran biaya sosial yang dikeluarkan PG
dikatakan baik apabila telah mengeluarkan biaya sosial sebesar 1.5 dari biaya produksi.
Hasil penilaian kinerja sosial pada ketiga PG diketahui hanya PG. Ngadirejo yang menunjukkan pencapaian kinerja sosial yang baik.
Sedangkan di PG. Candi Baru dan PG. Lestari pencapaian kinerja sosial masih berada di bawah standar, sehingga ke depan manajemen kedua PG
ini dapat meninjau kembali apakah kontribusi sosial yang diberikan kepada masyarakat telah sesuai dengan ekses-ekses negatif yang dikeluarkan oleh
PG.
76 14. SMPK Lingkungan
Sub-model ini digunakan untuk menilai kinerja instalasi penangan limbah cair PG. Parameter penilaian sub-model ini dibatasi hanya dalam
lingkup limbah cair, karena limbah cair merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh PG.
Pencapaian kinerja instalasi limbah dinilai berdasarkan pemenuhan terhadap standar bakuk mutu efluen limbah cair
yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penilaian kinerja lingkungan dari ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 45, 46, dan 47.
Tabel 45. Hasil Penilaian Kinerja Lingkungan PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
BOD5: Kadar maksimum mgl
50 10.00
Baik COD: Kadar maksimum
mgl 100
19.00 Baik
TSS: Kadar maksimum mgl
200 20.00
Baik PH: Kadar maksimum mgl
6.0 - 9.0 7.00
Baik Debit limbah cair maksimum
lsha 1 l detik ha
lahan kawasan yang terpakai
0.90 Baik
KESIMPULAN Baik
Tabel 46. Hasil Penilaian Kinerja Lingkungan PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
BOD5: Kadar maksimum mgl
50 18.00
Baik COD: Kadar maksimum
mgl 100
38.00 Baik
TSS: Kadar maksimum mgl
200 36.00
Baik PH: Kadar maksimum mgl
6.0 - 9.0 6.90
Baik Debit limbah cair maksimum
lsha 1 l detik ha
lahan kawasan yang terpakai
0.80 Baik
KESIMPULAN Baik
Tabel 47. Hasil Penilaian Kinerja Lingkungan PG. Candi Baru.
KRITERIA STANDAR
INPUT DEVIASI
KESIMPULAN
BOD5: Kadar maksimum mgl
50 21.5
Baik COD: Kadar maksimum
mgl 100
41.70 Baik
TSS: Kadar maksimum mgl
200 30.80
Baik PH: Kadar maksimum mgl
6.0 - 9.0 7.20
Baik Debit limbah cair maksimum
lsha 1 l s ha lahan
kawasan yang terpakai
1.12 12
Kurang Baik KESIMPULAN
2.40
Baik
77 Sebagai sebuah perusahaan, orientasi ideal bagi PG adalah mencapai
keuntungan profit yang maksimal. Namun tujuan tersebut harus
diupayakan seiring
dengan menjaga
kelestarian lingkungan
dan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Hasil penilaian kinerja lingkungan pada ketiga PG di atas menunjukkan bahwa ketiga PG tersebut
sudah memperhatikan standar baku mutu limbah dengan baik. Rata-rata pencapaian penanganan limbah sudah memenuhi standar yang ada.
Kondisi ini perlu dipertahankan oleh masing-masing PG, sehingga ke depan kelestarian lingkungan di sekitar PG akan tetap dapat dijaga.
Hasil akhir verifikasi pada ketiga PG dirangkum dalam Tabel 48. Dari tabel tersebut diketahui terdapat beberapa masalah utama yang ditemukan pada
ketiga PG, yaitu: kinerja kuangan dan kinerja faktor eksternal. Masalah pada kinerja keuangan merupakan masalah dominan dan terjadi pada ketiga PG.
Pengelolaan keuangan berpengaruh bagi kinerja suatu perusahaan. Pengelolaan keuangan yang baik dapat mendukung kelancaran investasi dan
perbaikan mesin, sehingga tidak terjadi jam henti yang tidak perlu. Selain itu pengelolaan keuangan yang baik akan dapat menjamin bahwa gaji dapat dibayar
tepat waktu sehingga memberikan kenyamanan kerja bagi karyawan. Besarnya deviasi kinerja keuangan pada ketiga PG terutama disebabkan oleh besarnya biaya
produksi dan biaya non-SDM. Rata-rata besar deviasi biaya produksi pada ketiga PG mencapai 63.42 di atas standar. Rata-rata besar deviasi biaya non-SDM
adalah 81.67 di atas standar. Salah satu penyebab besarnya biaya produksi adalah karena terjadinya
kelebihan jumlah karyawan pada PG, seperti yang terjadi di PG. Ngadirejo. Pada PG. Ngadirejo jumlah total karyawan mencapai 35.53 lebih banyak dari
pada kebutuhan, sedangkan pada kedua PG yang lain besarnya biaya produksi yang terjadi perlu diteliti lebih lanjut pada masing-masing PG, karena dari data
yang ada
tidak dapat
disimpulkan apa
penyebabnya sehingga
terjadi pembengkakan biaya produksi. Demikian juga dengan besarnya biaya non-SDM
78 yang terjadi pada ketiga PG belum dapat disimpulkan penyebabnya, sehingga
perlu diverifikasi lebih lanjut ke masing-masing PG.
Tabel 48. Hasil Penilaian Kinerja Pada Verifikasi Model di Tiga PG.
PG. CANDI BARU PG. LESTARI
PG. NGADIREJO PROSES STASIUN
RATA- RATA
PENYIM- PANGAN
KESIMPULAN KINERJA
RATA- RATA
PENYIM- PANGAN
KESIMPULAN KINERJA
RATA- RATA
PENYIM- PANGAN
KESIMPULAN KINERJA
BAHAN BAKU 13.61
KURANG BAIK 14.04
KURANG BAIK 9.42
BAIK
Bahan Baku 13.61
Kurang Baik 14.04
Kurang Baik 9.42
Baik
PROSES PRODUKSI 3.59
BAIK 5.84
BAIK 5.38
BAIK
Penggilingan 5.93
Baik 4.38
Baik 3.48
Baik Pemurnian Nira
6.66 Baik
10.96 Kurang Baik
7.4 Baik
Penguapan Nira 1.67
Baik 3.33
Baik 3.33
Baik Kristalisasi Masakan A
2 Baik
6.88 Baik
7.24 Baik
Kristalisasi Masakan C 5.93
Baik 4.43
Baik 8
Baik Kristalisasi Masakan D
1 Baik
6.49 Baik
4.42 Baik
Kristalisasi Tetes 0.46
Baik 4.89
Baik 11.64
Kurang Ba ik Sentrifugasi Masakan A
1.67 Baik
3.33 Baik
1.67 Baik
Sentrifugasi Masakan C 5.83
Baik 3.33
Baik 9.17
Baik Sentrifugasi Masakan D
8.33 Baik
15 Kurang Baik
5 Baik
Pengeringan dan Pengemasan Baik
1.25 Baik
Baik
ENERGI 7.05
BAIK 9.34
BAIK 6.37
BAIK
Ketel Baru 7.05
Baik 9.34
Baik 6.32
Baik
PRODUK 1.68
BAIK 0.47
BAIK 0.03
BAIK
Gula Kristal Putih 1 1.68
Baik 0.47
Baik 0.03
Baik
KEUANGAN 47.72
KURANG BAIK 71.62
KURANG BAIK 32.29
KURANG BAIK
Biaya Produksi 47.72
Kurang Baik 71.62
Kurang Baik 32.29
Kurang Baik
ORGANISASI 5.93
BAIK 8.2
BAIK 35.53
KURANG BAIK
Formasi pada lingkup PG 6.48
Baik 3.21
Baik 46.12
Kurang Baik Formasi pada lingkup Pimpinan dan AKU
3.23 Baik
10.32 Kurang Baik
25.05 Kurang Baik
Formasi pada lingkup Tanama n 10.71
Kurang Baik 9.26
Baik 24.95
Kurang Baik Formasi pada lingkup Pabrik
3.3 Baik
10 Baik
46 Kurang Baik
FAKTOR EKSTERNAL 50.81
KURANG BAIK 44.25
KURANG BAIK 5.15
BAIK
Ekonomi 65.09
Kurang Baik 54.07
Kurang Baik 13.04
Kurang Baik Sosial
87.33 Kurang Baik
78.67 Kurang Baik
Baik Lingkungan
Baik Baik
2.4 Baik
KESIMPULAN 12.99
KURANG BAIK 14.79
KURANG BAIK 12.14
KURANG BAIK
Masalah lain yang ditemukan pada Tabel 48 di atas adalah masalah rendahnya pencapaian kinerja PG pada lingkungan eksternal. Rendahnya kinerja
PG pada faktor eksternal terutama disebabkan oleh rendahnya daya saing PG secara konomi dan rendahnya kontribusi sosial PG terhadap masyarakat sekitar.
79 Pada kriteria ekonomi ditunjukkan bahwa besar biaya produksi PG di
Indonesia rata-rata lebih tinggi sebesar 44.01 dari pada biaya produksi rata-rata PG di dunia. Tingginya biaya produksi tersebut menunjukkan bahwa saat ini
harga gula yang dihasilkan oleh PG di Indonesia sulit bersaing dengan gula luar negeri.
Murahnya harga gula impor yang masuk ke dalam negeri merupakan saingan yang berat bagi PG di Indonesia. Maraknya gula impor akan memicu
terjadinya penurunan harga, sehingga kondisi ini menimbulkan tantangan yang berat bagi sistem dan usaha agribisnis gula di Indonesia Deptan, 2004. Jika daya
saing ekonomi PG di Indonesia tetap rendah, dalam jangka panjang keadaan ini dikhawatirkan akan dapat mengancam kelangsungan industri gula nasional
Bakrie, 2003. Pada kriteria sosial ditunjukkan bahwa rata-rata deviasi kinerja sosial
ketiga PG adalah sebesar 55.33 di bawah standar. Kontribusi sosial PG
terhadap masyarakat sekitar diperlukan dalam upaya meningkatkan tanggung jawab sosial dan mengurangi terjadinya konflik antara PG dengan masyarakat
Tim P3GI, 2005. PG berada pada lingkungan sosial kemasyarakatan sehingga berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Eksistensi PG ditentukan oleh transaksi
ekonomi dan transaksi sosial. Transaksi sosial dalam hal ini terjadi karena selain memberikan manfaat bagi masyarakat, PG juga mengeluarkan dampak eksternal
negatif terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Dengan kemajuan pemikiran
masyarakat, dampak-dampak negatif tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan PG.
Terjadinya konflik antara perusahaan dengan masyarakat biasanya akan mengganggu ketentraman bekerja para
karyawan sehingga dapat menurunkan efisiensi kinerja perusahaan. Penanganan konflik yang berasal karena dampak negatif perusahaan tersebut dapat dilakukan
dengan menekan dampak negatif dan memberikan kontribusi sosial yang sesuai kepada masyarakat.
80