VERFIKASI MODEL HASIL DAN PEMBAHASAN A. MODEL PENILAIAN CEPAT INDUSTRI GULA 1.0 MPG 1.0

60 penilaian kinerja stasiun bahan baku dari ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 14, 15, dan 16. Tabel 14. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Bahan Baku PG. Candi baru. KRITERIA IDEAL INPUT DEVIASI KESIMPULAN Tingkat Kemasakan Tebu 25-40 26.50 Baik Trash = 5 6.00 20 Kurang Baik Kesegaran Tebu, tebang giling, jam = 24 19.00 Baik Pol tebu = 12 8.62 28.17 Kurang Baik Kadar nira tebu = 80 90.00 Baik Kemurnian nira npp = 85 78.00 8.24 Baik Rendemen 10.50 6.42 38.86 Kurang Baik KESIMPULAN 13.61 Kurang Baik Tabel 15. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Bahan Baku PG. Lestari. KRITERIA IDEAL INPUT DEVIASI KESIMPULAN Tingkat Kemasakan Tebu 25-40 26.00 Baik Trash = 5 7.00 40 Kurang Baik Kesegaran Tebu, tebang giling, jam = 24 16.00 Baik Pol tebu = 12 9.09 24.25 Kurang Baik Kadar nira tebu = 80 82.00 Baik Kemurnian nira npp = 85 89.00 Baik Rendemen 10.50 6.93 34 Kurang Baik KESIMPULAN 14.04 Kurang Baik Tabel 16. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Bahan Baku PG. Ngadirejo. KRITERIA IDEAL INPUT DEVIASI KESIMPULAN Tingkat Kemasakan Tebu 25-40 30.00 Baik Trash = 5 5.20 4 Baik Kesegaran Tebu, tebang giling, jam = 24 14.00 Baik Pol tebu = 12 9.52 20.67 Kurang Baik Kadar nira tebu = 80 78.00 2.5 Baik Kemurnian nira npp = 85 78.50 7.65 Baik Rendemen 10.50 7.23 31.14 Kurang Baik KESIMPULAN 9.42 Baik Pada tabel 16 ditunjukkan bahwa pencapaian kinerja bahan baku pada PG. Ngadirejo sudah mencapai lebih dari 90, yaitu sebesar 90.58 dari standar ideal. Pencapaian ini sudah termasuk dalam kategori ”baik”. Sebaliknya pada Tabel 14 dan Tabel 15 didapatkan bahwa kinerja PG. Lestari dan PG. Candi Baru tergolong rendah. Pencapaian kinerja bahan baku kedua PG tersebut di bawah nilai 90 terhadap standar. Sehingga pencapaian kinerja stasiun bahan baku kedua PG tersebut 61 tergolong kurang baik. Berdasarkan verifikasi pada ketiga PG tersebut dapat diketahui penyebab utama rendahnya kinerja stasiun bahan baku setiap PG adalah karena faktor kecilnya pol kandungan sukrosa tebu, rendemen tebu rendah, serta tingginya pengotor trash dalam tebu yang diangkut ke dalam PG. 2. SMPK Stasiun Penggilingan Tebu Sub-model ini berfungsi untuk mengukur kinerja ekstraksi nira mentah dari tebu pada unit operasi penggilingan. Sasaran yang ingin dicapai dalam stasiun penggilingan adalah mendapatkan jumlah nira sebagai hasil kestraksi tebu yang maksimal dari tebu yang digiling, dengan ampas yang mengandung kadar gula seminimal mungkin. Data empirik parameter penilaian kinerja stasiun penggilingan pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 17, 18 dan 19. Tabel 17. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penggilingan PG. Candi baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Kadar sabut 14 - 16 13 6.67 Baik Preparation Index = 90 83 7.78 Baik Fibre loading gdm2: untuk semua unit gilingan +- 200 180 10 Baik Imbibisi sabut = 200 195 2.5 Baik Nira mentah tebu = 100 200 Baik Ekstraksi gula 96 82 14.58 Kurang Baik Kapasistas Giling TCD =1500 1660 Baik KESIMPULAN 5.93 Baik Tabel 18. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penggilingan PG. Lestari. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Kadar sabut 14 - 16 15 Baik Preparation Index = 90 81.69 9.22 Baik Fibre loading gdm2: untuk semua unit gilingan +- 200 180 10 Baik Imbibisi sabut = 200 225 Baik Nira mentah tebu = 100 100.20 Baik Ekstraksi gula 96 85 11.46 Kurang Baik Kapasistas Giling TCD =3000 3612 Baik KESIMPULAN 4.38 Baik 62 Tabel 19. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penggilingan PG. Ngadirejo. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Kadar sabut 14 - 16 15 Baik Preparation Index = 90 83.29 7.46 Baik Fibre loading gdm2: untuk semua unit gilingan +- 200 190 5 Baik Imbibisi sabut = 200 224 Baik Nira mentah tebu = 100 99.52 0.47 Baik Ekstraksi gula 96 85 11.46 Kurang Baik Kapasistas Giling TCD = 4000 5117 Baik KESIMPULAN 3.48 Baik Dari hasil penilaian diperoleh bahwa kinerja unit operasi penggilingan pada setiap PG adalah baik, yaitu pencapaian kinerja mencapai rata-rata di atas 95 . Namun dari ketiga tabel di atas didapatkan bahwa kinerja pada parameter ekstraksi gula pada ketiga PG berada di bawah standar. Hal ini terjadi dimungkinkan karena pengaruh dari rendahnya pol dan rendemen dari bahan baku yang menjadi input PG. 3. SMPK Stasiun Pemurnian Nira Sub-model ini digunakan untuk mengukur kinerja unit operasi pemurnian nira. Tujuan utama stasiun pemurnian nira adalah menghilangkan bahan organik dan anorganik bukan gula yang terdapat dalam nira mentah, sehingga diperoleh nira dengan kadar sukrosa maksimum. Hasil pengukuran kinerja unit operasi pemurnian nira pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 20, 21, dan 22. Tabel 20. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pemurnian di PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Turbidity ppm = 50 53.5 7 Baik Kadar CaO ppm = 80 60 Baik Pengasingan bukan gula = 14 15 7.14 Baik Pol blotong = 2 2.25 12.5 Kurang Baik Blotongtebu = 3 3.2 6.67 Baik KESIMPULAN 6.66 Baik 63 Tabel 21. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pemurnian di PG. Lestari. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Turbidity ppm = 50 53 6 Baik Kadar CaO ppm = 80 75.2 Baik Pengasingan bukan gula = 14 15 7.14 Baik Pol blotong = 2 2.3 15 Kurang Baik Blotongtebu = 3 3.8 26.67 Kurang Baik KESIMPULAN 10.96 Kurang Baik Tabel 22. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pemurnian PG. Ngadirejo. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Turbidity ppm = 50 53.5 7 Baik Kadar CaO ppm = 80 78 Baik Pengasingan bukan gula = 14 17.5 25 Kurang Baik Pol blotong = 2 2.1 5 Baik Blotongtebu = 3 2.8 Baik KESIMPULAN 7.40 Baik Rata-rata pencapaian kinerja stasiun pemurnian dari ketiga PG tersebut adalah baik, yaitu sebesar 91.66 . Kecuali pada PG. Lestari, hasil penilaian menunjukkan bahwa kinerja stasiun pemurnian kurang baik. Nilai pencapaian PG. Lestari sebesar 89.04 , dengan sedikit lagi memperbaiki kinerja pada parameter limbah blotong, maka pencapaian di PG. Lestari akan dapat dinaikkan sampai pada status ”baik”. Dari ketiga penilaian tersebut diketahui bahwa tingginya limbah yang terbentuk diperkirakan karena jumlah bahan pengotor trash dalam bahan baku yang masuk ke PG cukup tinggi, terutama di PG. Candi Baru dan PG. Lestari. 4. SMPK Stasiun Penguapan Sub-model ini digunakan untuk menilai kinerja unit operasi penguapan. Tujuan utama unit operasi penguapan adalah memekatkan nira dengan mengurangi kandungan air sampai mendekati jenuh. Hasil penilaian stasiun penguapan ketiga PG disajikan dalam Tabel 23, 24, dan 25. Tabel 23. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penguapan PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Nira kental, brix = 65 66 Baik Nira kental, warna kuning kecoklatan 95 5 Baik Nira jernih, suhu oC = 100 103 Baik KESIMPULAN 1.67 Baik 64 Tabel 24. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penguapan PG. Lestari. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Nira kental, brix = 65 69 Baik Nira kental, warna kuning kecoklatan 90 10 Baik Nira jernih, suhu oC = 100 102 Baik KESIMPULAN 3.33 Baik Tabel 25. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penguapan PG. Ngadirejo. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Nira kental, brix = 65 65 Baik Nira kental, warna kuning kecoklatan 90 10 Baik Nira jernih, suhu oC = 100 103 Baik KESIMPULAN 3.33 Baik Dari ketiga tabel di atas diketahui bahwa rata-rata pencapian kinerja unit operasi penguapan pada masing-masing PG ”baik”. Tiga parameter penilaian dapat dipenuhi dengan baik. Sehingga kedepan pencapaian pada stasiun ini harus pertahankan. 5. SMPK Stasiun Kristalisasi Sub-model ini digunakan untuk mengukur kinerja stasiun kristalisasi. Penilaian yang dilakukan dalam sub-model ini terdiri dari penilaian operasi pada masakan A, masakan C, masakan D, dan tetes. Tujuan unit operasi kristalisasi adalah mengubah nira kental jenuh menjadi bentuk kristal gula. Hasil penilaian stasiun kristalisasi pada PG. Candi Baru ditampilkan dalam Tabel 26, dan hasil penilaian pada PG. Lestari dan PG. Ngadirejo ditampilkan dalam Lampiran 5 dan 6. Tabel 26. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Kristalisasi PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN MASAKAN A Brix, 93-94 93 Baik Kemurnian, = 85 87 Baik Purity drop, 10-15 11 Baik Kerataan kristal rata 90 10 Baik Ukuran kristal, mm 0,8-1,1 1 Baik KESIMPULAN 2.00 Baik MASAKAN C Brix, 94-95 96 1.06 Baik Kemurnian, = 70 68 2.86 Baik Purity drop, 15-20 14 5.71 Baik Kerataan kristal rata 90 10 Baik Ukuran kristal, mm = 0,4 0.36 10 Kurang Baik KESIMPULAN 5.93 Baik 65 Tabel 26. Lanjutan KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN MASAKAN D Brix, 96 97 Baik Kemurnian, = 60 63 Baik Purity drop, 30-35 32 Baik Kerataan kristal rata 95 5 Baik Ukuran kristal, mm = 0,2 0.23 Baik KESIMPULAN 1.00 Baik TETES Kemurnian, = 30 28 Baik Brix, = 80 78.9 1.39 Baik Tetestebu. = 2.5 2.1 Baik KESIMPULAN 0.46 Baik KESIMPULAN 2.35 Baik Dari hasil penilaian di atas diperoleh bahwa kinerja unit operasi kristalisasi PG. Candi Baru adalah ”baik”. Pencapaian kinerja stasiun kristalisasi PG. Candi baru mencapai 97.56 dari nilai ideal. Demikian juga dengan kinerja dua PG yang lain juga diperoleh hasil penilaian yang ”baik”. Dari hasil penilaian diperoleh kinerja stasiun kristalisasi PG. Lestari sebesar 94.33 dan pencapaian kinerja stasiun kristalisasi PG. Ngadirejo sebesar 92.18 . 6. SMPK Stasiun Sentrifugasi Sub-model ini digunakan untuk mengukur kinerja stasiun sentrifugasi putaran. Tujuan stasiun sentrifugasi adalah memisahkan kristal gula dari cairan induknya. Hasil pengukuran kinerja stasiun sentrifugasi PG. Candi baru ditampilkan dalam Tabel 27, dan hasil penilaian PG. Lestari dan Pg. Ngadirejo ditampilkan dalam Lampiran 7 dan Lampiran 8. Tabel 27. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Sentrifugasi PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN MASAKAN A Kadar air maksimal = 1,0 0.08 Baik Warna Putih 95 5 Baik Ukuran kristal mm 0,8 - 1,1 0.9 Baik KESIMPULAN 1.67 Baik 66 Tabel 27. Lanjutan KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN MASAKAN A Kadar air maksimal = 1,0 0.08 Baik Warna Putih 95 5 Baik Ukuran kristal mm 0,8 - 1,1 0.9 Baik KESIMPULAN 1.67 Baik MASAKAN C Kadar air maksimal = 1,0 0.9 Baik Warna Putih kekuningan 95 5 Baik Ukuran kristal mm 0,4 0.35 12.5 Kurang Baik KESIMPULAN 5.83 Baik MASAKAN D Kadar air maksimal = 1,0 0.9 Baik Warna Kuning 95 5 Baik Ukuran kristal mm 0,2 0.16 20 Kurang Baik KESIMPULAN 8.33 Baik KESIMPULAN 5.28 Baik Dari hasil penilaian pada tabel di atas diperoleh bahwa kinerja stasiun sentrifugasi di PG. Candi Baru telah mencapai 94.72 . Hasil penilaian kriteria pada masakan A menunjukkan hasil yang baik. Pada masakan C dan masakan D hasil penilaian juga menunjukkan hasil baik, hanya pada parameter ukuran kristal masih perlu diperbaiki karena masih berada di bawah standar. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja stasiun sentrifugasi pada PG. Lestari dan PG. Ngadirejo juga didapatkan hasil yang baik. Pencapaian kinerja PG. Lestari mencapai 92.78 dan pencapaian PG. Ngadirejo mencapai 94.72 . 7. SMPK Stasiun Pengeringan dan Pengemasan. Sub-model ini digunakan untuk mengukur kinerja stasiun pengeringan dan pengemasan. Stasiun pengeringan dan pengemasan merupakan unit operasi terakhir dalam aliran produksi gula. Dalam stasiun ini gula kristal yang dihasilkan dari proses sentrifugasi akan dikeringkan lebih lanjut dan dikemas dalam karung dengan berat tertentu. Hasil penilaian kinerja stasiun pengeringan dan pengemasan pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 28, 29, dan 30. 67 Tabel 28. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pengeringan dan Pengemasan PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Kadar air gula sentrifugal = 1 0.9 Baik Suhu gula sebelum masuk karung o C = 40 38 Baik Berat gula per karung kg 50 50 Baik Kemasan Karung plastik, inner bag 100 Baik KESIMPULAN Baik Tabel 29. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pengeringan dan Pengemasan PG. Lestari. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Kadar air gula sentrifugal = 1 0.96 Baik Suhu gula sebelum masuk karung o C = 40 42 5 Baik Berat gula per karung kg 50 50 Baik Kemasan Karung plastik, inner bag 100 Baik KESIMPULAN 1.25 Baik Tabel 30. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pengeringan dan Pengemasan PG. Ngadirejo. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Kadar air gula sentrifugal = 1 0.98 Baik Suhu gula sebelum masuk karung o C = 40 38 Baik Berat gula per karung kg 50 50 Baik Kemasan Karung plastik, inner bag 100 Baik KESIMPULAN Baik Dari ketiga tabel di atas diperoleh bahwa kinerja stasiun pengeringan dan pengemasan pada ketiga PG tersebut baik. Rata-rata pencapaian kinerja ketiga PG tersebut telah sesuai dengan standar. Kondisi ini harus dipertahankan oleh masing-masing PG. 8. SMPK Stasiun Energi Model ini digunakan untuk menilai kinerja efisiensi pembangkitan dan konsumsi energi uap yang dihasilkan oleh bagian instalasi energi PG. Tugas stasiun energi adalah memproduksi energi dari ampas gilingan akhir untuk menggerakkan peralatan dan proses. Ketel yang digunakan sebagai 68 pembangkit energi PG di Indonesia dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu ketel tipe lama dan ketel tipe baru. Contoh PG yang menggunakan ketel tipe lama adalah PG. Ngdirejo, dan PG yang menggunakan ketel tipe baru adalah PG. Lestari dan PG. Candi Baru. Efisiensi produksi energi ketel tipe baru lebih tinggi dari pada efiesiensi ketel tipe lama. Hasil penilaian kinerja stasiun energi dari ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 31, 32, dan 33. Tabel 31. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Energi PG. Candi Baru Ketel Tipe Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Efisiensi Ketel = 78 75 3.85 Baik Produksi uap per kg ampas kgkg = 2,10 2.3 Baik Konsumsi Energi uap tebu dengan mesin uap = 65 70 7.69 Baik Konsumsi Energi uap tebu dengan turbin uap = 60 70 16.67 Kurang Baik KESIMPULAN 7.05 Baik Tabel 32. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Energi PG. Lestari Ketel Tipe Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Efisiensi Ketel = 78 60 23.08 Kurang Baik Produksi uap per kg ampas kgkg = 2,10 1.8 14.29 Kurang Baik Konsumsi Energi uap tebu dengan mesin uap = 65 60 Baik Konsumsi Energi uap tebu dengan turbin uap = 60 60 Baik KESIMPULAN 9.34 Baik Tabel 33. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Energi PG. Ngadirejo Ketel Tipe Lama. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Efisiensi Ketel = 68 55 19.12 Kurang Baik Produksi uap per kg ampas kgkg = 1,95 1.83 6.15 Baik Konsumsi Energi uap tebu dengan mesin uap = 65 58 Baik Konsumsi Energi uap tebu dengan turbin uap = 60 14.4 Baik KESIMPULAN 6.3175 Baik Hasil penilaian kinerja stasiun energi pada ketiga PG menunjukkan hasil yang baik. Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah efisiensi ketel, baik pada ketel tipe lama atau pun ketel tipe baru. Pada ketiga PG tersebut terlihat bahwa efisiensi ketel bekerja rata-rata berada di bawah 69 standar. Hal ini perlu diperbaiki agar ketel dapat beroperasi dengan lebih optimal. 9. SMPK Produk Sub-model ini digunakan untuk menilai apakah kualitas gula yang dihasilkan oleh PG telah sesuai dengan SNI yang berlaku. SNI ini harus dipenuhi oleh setiap PG, karena gula kristal yang dihasilkan adalah gula kristal yang akan dikonsumsi langsung oleh rumah tangga. Dalam verifikasi sub-model ini digunakan data GKP 1. Hasil penilaian kinerja produk dari ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 34, 35, dan 36. Tabel 34. Hasil Penilaian Kinerja Produk PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Warna kristal Min 70 72.00 Baik Warna larutan ICUMSA IU Maks. 250 234.00 Baik Besar jenis butir bb 0,8-1,2 0.82 Baik Susut pengeringan mm bb Maks.0,10 0.04 Baik Polarisasi oZ, 20, oC oZ Min 99,6 99.40 0.2 Baik Gula reduksi bb Maks.0,10 0.06 Baik Abu konduktiviti bb Maks.0,10 0.07 Baik Zat tidak larut derajat Maks. 5 6.00 20 Kurang Baik Belerang dioksida SO2 mgkg Maks. 30 24.00 Baik Timbal Pb mgkg Maks 2,0 1.20 Baik Tembaga Cu mgkg Maks 2,0 1.40 Baik Arsen As mgkg maks 1,0 0.23 Baik KESIMPULAN 1.68 Baik Tabel 35. Hasil Penilaian Kinerja Produk PG. Lestari. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Warna kristal Min 70 72.00 Baik Warna larutan ICUMSA IU Maks. 250 245.00 Baik Besar jenis butir bb 0,8-1,2 0.85 Baik Susut pengeringan mm bb Maks.0,10 0.08 Baik Polarisasi oZ, 20, oC oZ Min 99,6 98.00 1.61 Baik Gula reduksi bb Maks.0,10 0.08 Baik Abu konduktiviti bb Maks.0,10 0.06 Baik Zat tidak larut derajat Maks. 5 5.20 4 Baik Belerang dioksida SO2 mgkg Maks. 30 27.80 Baik Timbal Pb mgkg Maks 2,0 1.20 Baik Tembaga Cu mgkg Maks 2,0 0.80 Baik Arsen As mgkg maks 1,0 0.30 Baik KESIMPULAN 0.47 Baik 70 Tabel 36. Hasil Penilaian Kinerja Produk PG. Ngadirejo. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Warna kristal Min 70 72.30 Baik Warna larutan ICUMSA IU Maks. 250 235.00 Baik Besar jenis butir bb 0,8-1,2 0.90 Baik Susut pengeringan mm bb Maks.0,10 0.09 Baik Polarisasi oZ, 20, oC oZ Min 99,6 99.30 0.3 Baik Gula reduksi bb Maks.0,10 0.05 Baik Abu konduktiviti bb Maks.0,10 0.07 Baik Zat tidak larut derajat Maks. 5 3.70 Baik Belerang dioksida SO2 mgkg Maks. 30 18.45 Baik Timbal Pb mgkg Maks 2,0 1.25 Baik Tembaga Cu mgkg Maks 2,0 1.30 Baik Arsen As mgkg maks 1,0 0.02 Baik KESIMPULAN 0.03 Baik Hasil penilaian produk pada ketiga PG menunjukkan hasil baik. Setiap parameter SNI gula tersebut merupakan kriteria standar konsumsi yang sangat penting, sehingga jika salah satu standar parameter tidak terpenuhi maka produk tersebut dapat dikatakan tidak layak untuk di konsumsi. 10. SMPK Keuangan Sub-model ini digunakan untuk menilai kinerja PG dalam efisiensi pemanfaatan sumber daya keuangan untuk keperluan SDM dan dan non- SDM. Standar penilaian keuangan dibedakan menjadi tiga sesuai dengan kategori skala PG, yaitu standar untuk PG kecil, PG sedang, dan PG besar. Hasil penilaian kinerja keuangan pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 37, 38, dan 39. Tabel 37. Hasil Penilaian Keuangan PG. Candi Baru PG. skala kecil. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Biaya produksi per kg gula Rp 1.589 2,355.57 48.24 Kurang Baik Biaya SDM tiap ton kapasitas Rp 2.806.932 3,357,663.50 19.62 Kurang Baik Biaya non SDM tiap kg gula RP 1.081 1,394.68 29.02 Kurang Baik KESIMPULAN 32.29 Kurang Baik 71 Tabel 38. Hasil Penilaian Keuangan PG. Lestari PG. skala sedang. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Biaya produksi per kg gula Rp 1,851 3,545.89 91.57 Kurang Baik Biaya SDM tiap ton kapasitas Rp 4,042,826 3,005,352.75 Baik Biaya non SDM tiap kg gula RP 1,106 2,469.69 123.3 Kurang Baik KESIMPULAN 71.62 Kurang Baik Tabel 39. Hasil Penilaian Keuangan PG. Ngadirejo PG. skala besar. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN Biaya produksi per kg gula Rp 2,546 3,830.39 50.45 Kurang Baik Biaya SDM tiap ton kapasitas Rp 7,454,416 5,585,723.00 Baik Biaya non SDM tiap kg gula RP 1,172 2,258.47 92.7 Kurang Baik KESIMPULAN 47.72 Baik Hasil penilaian kinerja keuangan pada ketiga PG menunjukkan bahwa kinerja keuangan masing-masing PG rendah, bahkan masih jauh berada di bawah standar. Rata-rata pencapaian kinerja keuangan ketiga PG tersebut hanya mencapai 50.54 . Pencapaian terendah terjadi di PG. Lestari, yaitu hanya mencapai 28.38 . Selanjutnya PG. Ngadirejo 52.28 , dan PG. Candi Baru 67.71 . Pencapaian kinerja keuangan dari ketiga PG tersebut perlu mendapat perhatian serius dan harus segera diperbaiki, karena baik buruknya pengelolaan keuangan akan sangat berpengaruh bagi kinerja perusahaan. Dengan pengelolaan keuangan yang baik diharapkan berbagai input yang berkualitas dapat dibeli secara tepat sehingga kelancaran produksi akan terjamin. 11. SMPK Formasi Tenaga Kerja SDM Sub-model ini digunakan untuk menilai kecukupan jumlah tenaga kerja pada setiap tingkatan fungsi dalam PG. Standar formasi tenaga kerja dalam sub-model ini disusun sesuai dengan golongan skala PG, yaitu standar formasi tenaga kerja untuk PG kecil, PG sedang, dan standar formasi untuk PG besar. Hasil penilaian kinerja formasi SDM pada 72 PG. Candi Baru ditampilkan dalam Tabel 40, dan hasil penilaian pada PG. Lestari dan PG. Ngadirejo di tampilkan dalam Lampiran 9 dan 10. Tabel 40. Hasil Penilaian Kinerja Formasi Tenaga Kerja PG. Candi Baru PG. skala kecil. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN LINGKUP PG Strata I 1 1 Baik Strata II 4 3 25 Kurang Baik Strata III 10 9 10 Baik Strata IV 27 27 Baik Pelaksana Tetap 411 418 1.7 Baik Pelaksana Musiman 372 380 2.15 Baik KESIMPULAN 6.48 Baik LINGKUP Pimpinan dan AKU Strata I 1 1 Baik Strata II 1 1 Baik Strata III 1 1 Baik Strata IV 9 8 11.11 Kurang Baik Pelaksana Tetap 99 94 5.05 Baik Pelaksana Musiman - - KESIMPULAN 3.23 Baik LINGKUP Tanaman Strata I - - Strata II 1 1 Baik Strata III 4 3 25 Kurang Baik Strata IV 12 10 16.67 Kurang Baik Pelaksana Tetap 85 86 1.18 Baik Pelaksana Musiman - - KESIMPULAN 10.71 Baik LINGKUP Instalasi dan Pengolahan Strata I - - Strata II 2 2 Baik Strata III 7 6 14.29 Kurang Baik Strata IV 5 5 Baik Pelaksana Tetap 227 225 0.88 Baik Pelaksana Musiman 372 367 1.34 Baik KESIMPULAN 3.30 Baik KESIMPULAN 5.93 Baik Dari hasil penilaian formasi tenaga kerja diperoleh bahwa kinerja formasi tenaga kerja pada ketiga PG adalah baik. Pencapaian terhadap standar pada PG. Candi Baru sebesar 94.07 , PG. Lestari sebesar 91.8 , dan pencapaian pada PG. Nadirejo sebesar 93.11 . Rata-rata pencapaian kinerja formasi pada setiap lingkup PG dalam ketiga PG tersebut adalah baik. Kecuali pada PG. Lestari perlu diperhatikan pada lingkup pimpinan dan AKU, pencapaian pada lingkup ini masih kurang baik. Nilai pencapaian masih di bawah 90 , yaitu sebesar 73 89.68 . Penyebabnya karena terdapat kelebihan jumlah karyawan pada strata III. Hal ini perlu diperhatikan lagi oleh manajemen PG. Lestari sehingga kedepan pencapaian terhadap standar formasi dapat ditingkatkan. 12. SMPK Ekonomi Sub-model ini digunakan untuk menilai daya saing PG dipasaran gula internasional. Dalam sub model ini efisiensi biaya produksi PG akan dibandingkan dengan harga pararitas ekspor HPE dan harga paritas impor HPI harga gula internasional yang berlaku saat ini, biaya produksi produsen gula efisien, dan biaya rata-rata produksi gula dunia. Apabila biaya produksi gula PG lebih tinggi dari pada nilai HPI, maka PG tersebut dinilai tidak akan mampu bersaing dipasaran gula domestik dengan gula luar negeri yang masuh ke Indonesia. Selanjutnya bila PG telah mampu bersaing di dalam negeri, dengan parameter HPE akan dilihat apakah PG dapat bersaing di pasaran ekspor internasional. PG dapat bersaing di pasaran internasonal jika biaya produksi lebih kecil dari HPE. Hasil penilaian sub-model ini akan menunjukkan sejauh mana PG dapat bersaing dipasaran internasional. Hasil penilaian kinerja ekonomi pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 41, 42, dan 43. Tabel 41. Hasil Penilaian Kinerja Ekonomi PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN HPE Harga berlaku Rp = 1.607,17 3,830.39 138.33 Kurang Baik HPE Biaya produksi produsen efisien Rp = 1.908,06 3,830.39 100.75 Kurang Baik HPE Biaya produksi rata- rata dunia Rp = 2.549,21 3,830.39 50.26 Kurang Baik HPI Harga berlaku Rp = 2.716,83 3,830.39 75.96 Kurang Baik HPI Biaya produksi produsen efisien Rp = 3.058,44 3,830.39 25.24 Kurang Baik HPI Biaya produksi rata- rata dunia Rp = 3.935,79 3,830.39 Baik KESIMPULAN 65.09 Kurang Baik 74 Tabel 42. Hasil Penilaian Kinerja Ekonomi PG. Lestari. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN HPE Harga berlaku Rp = 1.607,17 3,545.89 120.63 Kurang Baik HPE Biaya produksi produsen efisien Rp = 1.908,06 3,545.89 85.84 Kurang Baik HPE Biaya produksi rata- rata dunia Rp = 2.549,21 3,545.89 39.1 Kurang Baik HPI Harga berlaku Rp = 2.716,83 3,545.89 62.89 Kurang Baik HPI Biaya produksi produsen efisien Rp = 3.058,44 3,545.89 15.94 Kurang Baik HPI Biaya produksi rata- rata dunia Rp = 3.935,79 3,545.89 Baik KESIMPULAN 54.07 Kurang Baik Tabel 43. Hasil Penilaian Kinerja Ekonomi PG. Ngadirejo. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN HPE Harga berlaku Rp = 1.607,17 2,355.57 46.57 Kurang Baik HPE Biaya produksi produsen efisien Rp = 1.908,06 2,355.57 23.45 Kurang Baik HPE Biaya produksi rata- rata dunia Rp = 2.549,21 2,355.57 Baik HPI Harga berlaku Rp = 2.716,83 2,355.57 8.21 Baik HPI Biaya produksi produsen efisien Rp = 3.058,44 2,355.57 Baik HPI Biaya produksi rata- rata dunia Rp = 3.935,79 2,355.57 Baik KESIMPULAN 13.04 Kurang Baik Hasil penilaian pada aspek ekonomi pada ketiga PG diperoleh bahwa rata-rata kinerja ekonomi ketiga PG tersebut masih berada jauh di bawah standar. Pencapaian terendah terdapat pada PG. Candi Baru yaitu sebesar 34.91 , selanjutnya PG. Lestari sebesar 45.93 , dan yang tertinggi adalah PG. Ngadirejo dengan pencapaian kinerja ekonomi sebesar 86.96 . Nilai-nilai pencapaian ini mengindikasikan bahwa daya saing PG Indonesia di pasaran internasional masih rendah. Hasil penilaian di atas menunjukkan bahwa daya saing PG. Candi Baru adalah yang paling rendah. PG. Candi Baru merupakan PG skala kecil. Daya saing tertinggi di capai oleh PG. Ngadirejo. PG. Ngadirejo merupakan PG skala besar. Rendahnya nilai daya saing ini perlu mendapat perhatian yang serius baik dari pengelola PG atau pun pemerintah, karena sebagian besar PG di Indonesia merupakan PG skala kecil dan menengah. 75 13. SMPK Sosial Sub-model ini digunakan untuk menilai kontribusi PG terhadap pengembangan lingkungan sosial di sekitar PG. Nilai kinerja sosial PG dinilai berdasarkan besarnya kontribusi materi yang dikeluarkan oleh PG. Hasil penilaian kinerja sosial pada ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 44. Tabel 44. Hasil Penilaian Kinerja Sosial pada PG. Candi Baru, PG. Lestari, dan PG. Ngadirejo. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN PG. Candi Baru Biaya untuk kepentingan sosial 1.5 0.19 87.33 Kurang Baik PG. Lestari Biaya untuk kepentingan sosial 1.5 0.32 78.67 Kurang Baik PG. Ngadirejo Biaya untuk kepentingan sosial 1.5 1.5 Baik Biaya sosial merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh PG sebagai kompensasi terhadap ekses-ekses negatif eksternal yang ditimbulkan oleh PG terhadap masyarakat sekitar. Besarnya biaya sosial sulit untuk dinilai, karena menyangkut besar-kecilnya toleransi dari masyarakat dan keinginan dari perusahaan untuk mengeluarkan kompensasi. Secara umum nilai kisaran biaya sosial yang dikeluarkan PG dikatakan baik apabila telah mengeluarkan biaya sosial sebesar 1.5 dari biaya produksi. Hasil penilaian kinerja sosial pada ketiga PG diketahui hanya PG. Ngadirejo yang menunjukkan pencapaian kinerja sosial yang baik. Sedangkan di PG. Candi Baru dan PG. Lestari pencapaian kinerja sosial masih berada di bawah standar, sehingga ke depan manajemen kedua PG ini dapat meninjau kembali apakah kontribusi sosial yang diberikan kepada masyarakat telah sesuai dengan ekses-ekses negatif yang dikeluarkan oleh PG. 76 14. SMPK Lingkungan Sub-model ini digunakan untuk menilai kinerja instalasi penangan limbah cair PG. Parameter penilaian sub-model ini dibatasi hanya dalam lingkup limbah cair, karena limbah cair merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh PG. Pencapaian kinerja instalasi limbah dinilai berdasarkan pemenuhan terhadap standar bakuk mutu efluen limbah cair yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penilaian kinerja lingkungan dari ketiga PG ditampilkan dalam Tabel 45, 46, dan 47. Tabel 45. Hasil Penilaian Kinerja Lingkungan PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN BOD5: Kadar maksimum mgl 50 10.00 Baik COD: Kadar maksimum mgl 100 19.00 Baik TSS: Kadar maksimum mgl 200 20.00 Baik PH: Kadar maksimum mgl 6.0 - 9.0 7.00 Baik Debit limbah cair maksimum lsha 1 l detik ha lahan kawasan yang terpakai 0.90 Baik KESIMPULAN Baik Tabel 46. Hasil Penilaian Kinerja Lingkungan PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN BOD5: Kadar maksimum mgl 50 18.00 Baik COD: Kadar maksimum mgl 100 38.00 Baik TSS: Kadar maksimum mgl 200 36.00 Baik PH: Kadar maksimum mgl 6.0 - 9.0 6.90 Baik Debit limbah cair maksimum lsha 1 l detik ha lahan kawasan yang terpakai 0.80 Baik KESIMPULAN Baik Tabel 47. Hasil Penilaian Kinerja Lingkungan PG. Candi Baru. KRITERIA STANDAR INPUT DEVIASI KESIMPULAN BOD5: Kadar maksimum mgl 50 21.5 Baik COD: Kadar maksimum mgl 100 41.70 Baik TSS: Kadar maksimum mgl 200 30.80 Baik PH: Kadar maksimum mgl 6.0 - 9.0 7.20 Baik Debit limbah cair maksimum lsha 1 l s ha lahan kawasan yang terpakai 1.12 12 Kurang Baik KESIMPULAN 2.40 Baik 77 Sebagai sebuah perusahaan, orientasi ideal bagi PG adalah mencapai keuntungan profit yang maksimal. Namun tujuan tersebut harus diupayakan seiring dengan menjaga kelestarian lingkungan dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Hasil penilaian kinerja lingkungan pada ketiga PG di atas menunjukkan bahwa ketiga PG tersebut sudah memperhatikan standar baku mutu limbah dengan baik. Rata-rata pencapaian penanganan limbah sudah memenuhi standar yang ada. Kondisi ini perlu dipertahankan oleh masing-masing PG, sehingga ke depan kelestarian lingkungan di sekitar PG akan tetap dapat dijaga. Hasil akhir verifikasi pada ketiga PG dirangkum dalam Tabel 48. Dari tabel tersebut diketahui terdapat beberapa masalah utama yang ditemukan pada ketiga PG, yaitu: kinerja kuangan dan kinerja faktor eksternal. Masalah pada kinerja keuangan merupakan masalah dominan dan terjadi pada ketiga PG. Pengelolaan keuangan berpengaruh bagi kinerja suatu perusahaan. Pengelolaan keuangan yang baik dapat mendukung kelancaran investasi dan perbaikan mesin, sehingga tidak terjadi jam henti yang tidak perlu. Selain itu pengelolaan keuangan yang baik akan dapat menjamin bahwa gaji dapat dibayar tepat waktu sehingga memberikan kenyamanan kerja bagi karyawan. Besarnya deviasi kinerja keuangan pada ketiga PG terutama disebabkan oleh besarnya biaya produksi dan biaya non-SDM. Rata-rata besar deviasi biaya produksi pada ketiga PG mencapai 63.42 di atas standar. Rata-rata besar deviasi biaya non-SDM adalah 81.67 di atas standar. Salah satu penyebab besarnya biaya produksi adalah karena terjadinya kelebihan jumlah karyawan pada PG, seperti yang terjadi di PG. Ngadirejo. Pada PG. Ngadirejo jumlah total karyawan mencapai 35.53 lebih banyak dari pada kebutuhan, sedangkan pada kedua PG yang lain besarnya biaya produksi yang terjadi perlu diteliti lebih lanjut pada masing-masing PG, karena dari data yang ada tidak dapat disimpulkan apa penyebabnya sehingga terjadi pembengkakan biaya produksi. Demikian juga dengan besarnya biaya non-SDM 78 yang terjadi pada ketiga PG belum dapat disimpulkan penyebabnya, sehingga perlu diverifikasi lebih lanjut ke masing-masing PG. Tabel 48. Hasil Penilaian Kinerja Pada Verifikasi Model di Tiga PG. PG. CANDI BARU PG. LESTARI PG. NGADIREJO PROSES STASIUN RATA- RATA PENYIM- PANGAN KESIMPULAN KINERJA RATA- RATA PENYIM- PANGAN KESIMPULAN KINERJA RATA- RATA PENYIM- PANGAN KESIMPULAN KINERJA BAHAN BAKU 13.61 KURANG BAIK 14.04 KURANG BAIK 9.42 BAIK Bahan Baku 13.61 Kurang Baik 14.04 Kurang Baik 9.42 Baik PROSES PRODUKSI 3.59 BAIK 5.84 BAIK 5.38 BAIK Penggilingan 5.93 Baik 4.38 Baik 3.48 Baik Pemurnian Nira 6.66 Baik 10.96 Kurang Baik 7.4 Baik Penguapan Nira 1.67 Baik 3.33 Baik 3.33 Baik Kristalisasi Masakan A 2 Baik 6.88 Baik 7.24 Baik Kristalisasi Masakan C 5.93 Baik 4.43 Baik 8 Baik Kristalisasi Masakan D 1 Baik 6.49 Baik 4.42 Baik Kristalisasi Tetes 0.46 Baik 4.89 Baik 11.64 Kurang Ba ik Sentrifugasi Masakan A 1.67 Baik 3.33 Baik 1.67 Baik Sentrifugasi Masakan C 5.83 Baik 3.33 Baik 9.17 Baik Sentrifugasi Masakan D 8.33 Baik 15 Kurang Baik 5 Baik Pengeringan dan Pengemasan Baik 1.25 Baik Baik ENERGI 7.05 BAIK 9.34 BAIK 6.37 BAIK Ketel Baru 7.05 Baik 9.34 Baik 6.32 Baik PRODUK 1.68 BAIK 0.47 BAIK 0.03 BAIK Gula Kristal Putih 1 1.68 Baik 0.47 Baik 0.03 Baik KEUANGAN 47.72 KURANG BAIK 71.62 KURANG BAIK 32.29 KURANG BAIK Biaya Produksi 47.72 Kurang Baik 71.62 Kurang Baik 32.29 Kurang Baik ORGANISASI 5.93 BAIK 8.2 BAIK 35.53 KURANG BAIK Formasi pada lingkup PG 6.48 Baik 3.21 Baik 46.12 Kurang Baik Formasi pada lingkup Pimpinan dan AKU 3.23 Baik 10.32 Kurang Baik 25.05 Kurang Baik Formasi pada lingkup Tanama n 10.71 Kurang Baik 9.26 Baik 24.95 Kurang Baik Formasi pada lingkup Pabrik 3.3 Baik 10 Baik 46 Kurang Baik FAKTOR EKSTERNAL 50.81 KURANG BAIK 44.25 KURANG BAIK 5.15 BAIK Ekonomi 65.09 Kurang Baik 54.07 Kurang Baik 13.04 Kurang Baik Sosial 87.33 Kurang Baik 78.67 Kurang Baik Baik Lingkungan Baik Baik 2.4 Baik KESIMPULAN 12.99 KURANG BAIK 14.79 KURANG BAIK 12.14 KURANG BAIK Masalah lain yang ditemukan pada Tabel 48 di atas adalah masalah rendahnya pencapaian kinerja PG pada lingkungan eksternal. Rendahnya kinerja PG pada faktor eksternal terutama disebabkan oleh rendahnya daya saing PG secara konomi dan rendahnya kontribusi sosial PG terhadap masyarakat sekitar. 79 Pada kriteria ekonomi ditunjukkan bahwa besar biaya produksi PG di Indonesia rata-rata lebih tinggi sebesar 44.01 dari pada biaya produksi rata-rata PG di dunia. Tingginya biaya produksi tersebut menunjukkan bahwa saat ini harga gula yang dihasilkan oleh PG di Indonesia sulit bersaing dengan gula luar negeri. Murahnya harga gula impor yang masuk ke dalam negeri merupakan saingan yang berat bagi PG di Indonesia. Maraknya gula impor akan memicu terjadinya penurunan harga, sehingga kondisi ini menimbulkan tantangan yang berat bagi sistem dan usaha agribisnis gula di Indonesia Deptan, 2004. Jika daya saing ekonomi PG di Indonesia tetap rendah, dalam jangka panjang keadaan ini dikhawatirkan akan dapat mengancam kelangsungan industri gula nasional Bakrie, 2003. Pada kriteria sosial ditunjukkan bahwa rata-rata deviasi kinerja sosial ketiga PG adalah sebesar 55.33 di bawah standar. Kontribusi sosial PG terhadap masyarakat sekitar diperlukan dalam upaya meningkatkan tanggung jawab sosial dan mengurangi terjadinya konflik antara PG dengan masyarakat Tim P3GI, 2005. PG berada pada lingkungan sosial kemasyarakatan sehingga berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Eksistensi PG ditentukan oleh transaksi ekonomi dan transaksi sosial. Transaksi sosial dalam hal ini terjadi karena selain memberikan manfaat bagi masyarakat, PG juga mengeluarkan dampak eksternal negatif terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Dengan kemajuan pemikiran masyarakat, dampak-dampak negatif tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan PG. Terjadinya konflik antara perusahaan dengan masyarakat biasanya akan mengganggu ketentraman bekerja para karyawan sehingga dapat menurunkan efisiensi kinerja perusahaan. Penanganan konflik yang berasal karena dampak negatif perusahaan tersebut dapat dilakukan dengan menekan dampak negatif dan memberikan kontribusi sosial yang sesuai kepada masyarakat. 80

C. REKOMENDASI

Rekomendasi yang dimaksudkan adalah rekomendasi untuk meningkatkan kinerja PG. Rekomendasi dikemukakan berdasarkan penelusuran kinerja setiap parameter. Penyusunan rekomendasi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu rekomendasi khusus dan rekomendasi umum. Rekomendasi khusus adalah rekomendasi spesifik yang ditujukan pada satu PG. Rekomendasi umum adalah rekomendasi yang disusun berdasarkan kesimpulan dari penilaian kinerja PG-PG yang ada di Indonesia. Rekomendasi umum terutama bermanfaat bagi para pengambil kebijakan yaitu pemerintah. Rekomendasi umum juga bermanfaat bagi lembaga penelitian gula dan asosiasi pergulaan. 1. Rekomendasi Khusus 1.1. PG. Ngadirejo Secara umum kinerja PG. Ngadirejo masih kurang baik. Nilai penyimpangan PG. Ngadirejo adalah sebesar 11.42 terhadap standar. Laporan hasil penilaian kinerja PG. Ngadirejo dapat dilihat pada Lampiran 3. Rendahnya kinerja PG. Ngadirejo terutama disebabkan oleh tingginya nilai simpangan pada strata organisasi formasi tenaga kerja yaitu sebesar 35.53 , dan tingginya nilai simpangan pada segi ekonomi yaitu sebesar 32.29 . Dari sisi bahan baku, PG. Ngadirejo telah mencapai kinerja baik. Namun nilai yang dicapai sangat tipis Penyimpangan yang terjadi pada stasiun ini hampir mencapai ambang batas toleransi, yaitu sebesar 9.42 . Rendahnya kinerja pada stasiun bahan baku disebabkan karena pencapaian pol tebu dan rendemen masih berada di bawah standar. Oleh karena itu PG. Ngadirejo perlu melakukan perbaikan pengelolaan kebun sehingga nantinya dapat diperoleh bahan baku yang lebih berkualitas. Dari segi pengelolaan keuangan, nilai simpangan deviasi PG. Ngadirejo mencapai 32.29 . Besarnya nilai simpangan ini karena terjadi pembengkakan pada semua parameter biaya. Peningkatan efisiensi biaya perlu dilakukan dengan melakukan penghematan terutama pada biaya SDM. Total karyawan PG. Ngadirejo berjumlah 1.375 orang atau 43.4 lebih banyak dibandingan dengan standar 959 orang. 81 Besarnya jumlah SDM tersebut karena terjadi kelebihan jumlah karyawan pada level pelaksana sebanyak 49 . Lingkup yang perlu diperhatikan adalah lingkup tanaman serta lingkup instalasi dan pengolahan. Pada kedua lingkup tersebut terjadi kelebihan jumlah karyawan pelaksana yang cukup besar. Dari sisi pembangkit energi, efisiensi ketel dan produksi uap PG. Ngadirejo masih berada di bawah standar. Efisiensi ketel hanya mencapai 55 standar 68 dan produksi uap hanya mencapai 1.83 kg standar 2.1 kg. Rendahnya kinerja ketel dapat disebabkan oleh kondisi instalasi yang kurang baik, karena pemeliharaan yang kurang memadai, atau karena pengoperasian yang kurang terkendali. Dari sisi ekonomi, nilai penyimpangan terhadap standar di PG. Ngadirejo adalah sebesar 13.04 . Dari segi HPI, PG. Ngadirejo sudah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Biaya produksi yang dicapai sudah dapat bersaing dengan HPE biaya produsen efisien dan biaya rata-rata produksi dunia, sehingga dapat dikatakan bahwa daya saing PG. Ngadirejo dalam menghadapi serbuan gula impor adalah baik. Dari segi HPE menunjukkan bahwa PG. Ngadirejo belum dapat bersaing dipasaran gula internasional. Namun efisiensi PG. Ngadirejo telah berada di atas HPE rata-rata dunia. Dengan segera menanggulangi beberapa masalah kesenjangan kinerja terhadap standar di atas, diharapkan PG. Ngadirejo dapat meningkatkan nilai efisiensi sehingga daya saing dapat meningkat sampai pada taraf HPE produsen efisien dan HPE harga berlaku dunia. Jika kondisi ini tercapai maka posisi daya saing ekonomi PG. Ngadirejo akan sangat kuat untuk menghadapi persaingan gula internasional yang sangat tinggi. 1.2. PG. Lestari Secara umum kinerja PG. Lestari masih rendah. Nilai penyimpangan terhadap standar PG. Lestari mencapai 14.79 . Hasil penilaian kinerja PG. Lestari dapat dilihat pada Lampiran 11. Rendahnya kinerja PG. Lestari terutama disebabkan oleh terjadinya rendahnya 82 kinerja dalam stasiun bahan baku, stasiun penguapan nira, stasiun sentrifugasi, keuangan, faktor ekonomi, dan faktor sosial. Dari segi bahan baku kinerja PG. Lestari kurang baik. Nilai simpangan kinerja stasiun bahan baku mencapai 14.04 . Jumlah bahan pengotor dalam tebu trash relatif tinggi yaitu 7 , nilai standar adalah maksimal 5 . Pol tebu hanya mencapai 9.1 , nilai standar adalah minimal 12 . Dan nilai rendemen tebu hanya sebesar 6.93 masih jauh di bawah standar, nilai standar adalah minimal 10.5 . Oleh karena itu PG. Lestari perlu segera mengidentifikasi permasalahan- permasalahan yang terjadi di kebun dan meningkatkan kinerja kebun sehingga dapat diperoleh tebu dengan kualitas yang lebih baik. Kinerja stasiun pemurnian PG. Lestari masih di bawah standar, nilai simpangan yang terjadi sebesar 10.96 . Rendahnya kinerja stasiun pemurnian disebabkan oleh tingginya sukrosa yang terbuang dalam blotong dan tingginya persen blotong terhadap tebu. Nilai pol blotong mencapai 2.3 , nilai standar adalah maksimal 2 . Nilai blotongtebu mencapai 3.8 , nilai standar adalah 3 . Tingginya jumlah bahan pengotor dan jumlah sukrosa yang hilang dalam blotong dapat menurunkan produktivitas gula PG. Lestari. Tingginya blotong dimungkinkan karena kualitas bahan baku yang masuk ke dalam PG rendah, oleh karena itu peningkatan pengelolaan kebun dan kualitas bahan baku merupakan prioritas bagi PG. Lestari. Kinerja stasiun sentrifugasi PG. Lestari sudah cukup baik, nilai penyimpangan hanya sebesar 7.22 . Namun terdapat dua parameter yang perlu diperhatikan dalam sentrifugasi masakan D, yaitu kandungan air dalam gula dan ukuran kristal. Kadar air gula masih tinggi, yaitu 10 diatas standar maksimal. Ukuran kristal sentrifugasi masakan D hanya mencapai 0.15 mm, nilai standar adalah 0.2 mm. Masakan D merupakan masakan yang akan dijadikan umpan dalam masakan C, dan masakan C merupakan masakan yang diumpankan pada masakan A untuk menghasilkan kristal gula sebagai produk gula dari PG. Oleh