RANCANG BANGUN SISTEM PEMODELAN SISTEM
34
Data IdentifikasiPG
Data Empirik PG
Input Data PG
Input Data PK
Hitung Kinerja Aktivitas
Pelaporan
Kinerja PG Kinerja
Industri Gula Data Identitas PG
Data Empirik PG
Standar Ideal Kinerja
aktivitas
Hitung Kinerja Stasiun
Hitung Kinerja PG
Kinerja Stasiun
Kinerja PG Pemilahan
Data
Gambar 7. Diagram Alir Data DFD Level 1
Aliran data dan proses yang terdapat dalam DFD level 1 sudah cukup menggambarkan keseluruhan model MPG 1.0, sehingga pada tahap selanjutnya
DFD level 1 ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun desain konseptual basis data atau conceptual data mode CDM. CDM merupakan
35 model dasar yang menggambarkan struktur logika dari suatu basis data.
Diagram CDM diilustrasikan dalam gambar di bawah ini.
Tahapan Proses 0,n
0,1
Identifikasi Stasiun Kerja 0,n
0,1 Standar
0,n 0,1
Pabrik Gula 0,1
0,1 Penilaian Stasiun
0,n 0,1
Rata rata Stasiun 0,1
0,n Rata rata aktivitas
0,n
0,1 Proses
Nama Proses A30 ID Proses pi
Stasiun Nama Stasiun
TXT ID Stasiun
ID Proses pi
ai
Kriteria Nama Kriteria
Syarat Nilai
Batas Bawah Batas
A50 DC
DC DC
DC
ID Kriteria ID Stasiun
pi ai
Kinerja Aktivitas Input
Nilai Aktivitas Penilaian
Keterangan DC
DC TXT
TXT ID Kriteria
ID Stasiun ai1
ai2 Kinerja Stasiun
Nilai Stasiun Kesimpulan
DC TXT
ID Stasiun ID PG
ai1 ai2
Kinerja PG Nilai PG
Penilaian DC
TXT ID PG
pi Pabrik Gula
Nama Proses
Pemilik Lokasi
Kapasitas Giling Skala
TXT TXT
TXT TXT
N TXT
ID Pabrik Gula pi
Gambar 8. Model Konseptual Basis Data MPG 1.0
1.2. Model Data Fisik Physical Data Model Model
data fisik
merupakan penggambaran
dari implementasi
penyimpanan dan pengaksesan data dalam perangkat penyimpanan komputer. Rancangan data fisik dikembangkan berdasarkan rancangan data konseptual yang
telah dibuat. Tahap perancangan fisik data merupakan tahap akhir dari tahap
desain basis data. Rancangan fisik data digambarkan dalam bentuk hubungan relasi antar entitas data.
Dalam rancangan ini setiap kelompok data di gambarkan menjadi sebuah tabel.
Hasil akhir desain fisik adalah berupa hubungan-hubungan antar tabel.
Hubungan antar tabel digambarkan sesuai dengan sifat hubungan entitas entity relationship. Hubungan antar entitas dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu hubungan one to many digambarkan dengan simbol ”
1
_______
∞ ”
, one to one digambarkan dengan simbol ”
1
_______
1
”, many to one digambarkan dengan simbol ”
∞
_______
1
”, dan many to many digambarkan dengan simbol ”
∞
_______
∞
”. Desain relasi antar tabel selanjutnya diimplementasikan ke dalam perangkat lunak DBMS. Desain relasi antar tabel
menunjukkan struktur fisik penyimpanan dan pengaksesan query tabel-tabel data
36 dalam file basis data komputer. Rancangan fisik data MPG 1.0 dimplementasikan
dalam DBMS Access 2000. Rancangan fisik data MPG 1.0 digambarkan dalam Gambar 9.
Gambar 9. Model Fisik Basis Data MPG 1.0
2. Model Penilaian Kinerja Jenis model yang digunakan dalam sistem ini adalah berupa model
simbolik matematik. Format model yang dipakai adalah berupa persamaan
equation. Model sistem penilaian cepat kinerja industri gula tersusun atas dua kategori input penilaian, yaitu: input penilaian kinerja internal dan input penilaian
kinerja eksternal PG. Penilaian kinerja internal PG meliputi penilaian kinerja
penyediaan bahan baku, kinerja proses produksi, kinerja pembangkit dan pemanfaatan energi, kinerja
produk, kinerja SDM, dan kinerja keuangan. Penilaian kinerja eksternal meliputi penilaian kinerja ekonomi, kinerja sosial, dan
kinerja lingkungan limbah. Masing-masing kategori penilaian kinerja di atas selanjutnya diterapkan
menjadi sub model - sub model penilaian kerja. Prinsip kerja utama setiap sub- model penilaian kinerja adalah menghitung penyimpangan deviasi data empirik
setiap parameter terhadap nilai standar ideal. Nilai standar yang dijadikan sebagai parameter ideal merupakan nilai standar ideal bagi pengelolaan PG.
Nilai ini diperoleh berdasarkan studi pustaka dan berdasarkan referensi para pakar.
37 Model penilaian cepat industri gula terdiri dari empat belas sub-model
penilaian kinerja SMPK. Setiap SMPK tersusun atas beberapa parameter
penilaian kinerja. Masing-masing SMPK dijelaskan sebagai berikut: 1. SMPK Stasiun Bahan Baku
Sub-model ini digunakan untuk menilai kinerja penyediaan bahan baku produksi di stasiun penerimaan dan persiapan bahan baku. Target utama
stasiun bahan baku adalah menyediakan suplai tebu sehingga proses giling dapat berjalan dengan lancar. Bahan baku yang diharapkan adalah tebu yang
masak, segar, dan bersih. Sebelum tebu masuk dalam stasiun gilingan
biasanya akan dilakukan analisis bahan pengotor trash terlebih dahulu, jika bahan pengotor berlebihan maka tebu harus segera dibersihkan.
Selain analisis trash, untuk mengetahui kualitas tebu yang akan digiling juga
dilakukan analisis terhadap pol kandungan sukrosa tebu, nira perahan pertama NPP, dan persentase brix tebu terhadap NPP.
Parameter pengukuran kinerja stasiun penerimaan dan persiapan bahan baku adalah
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 . Parameter Penilaian Kinerja Stasiun Penerimaan dan Persiapan
Bahan Baku
.
STANDAR PAREMETER
Syarat Nilai
Satuan
Tingkat kemasakan tebu -
24 - 40 Jumlah bahan pengotor trash
= 5
Kesegaran tebu =
24 jam
Pol tebu =
12 Kadar nira tebu
= 80
Kemurnian nira perahan pertama npp =
85 Keterangan mengenai simbol “syarat” nilai yang digunakan dalam setiap
tabel parameter penilaian kinerja dapat dilihat dalam daftar pada Lampiran 1. 2. SMPK Stasiun Penggilingan
Sub-model ini digunakan untuk menilai kinerja stasiun penggilingan. Stasiun
penggilingan merupakan
unit proses
yang berfungsi
untuk mengekstrak nira dari batang tebu. Target dari stasiun penggilingan adalah
38 mendapatkan ekstraksi nira tebu semaksimal mungkin dengan ampas
seminimal mungkin yang mengandung gula. Prinsip kerja dari stasiun ini
adalah: pertama penghancuran; yaitu memperkecil ukuran bahan yang akan diekstrak sehingga semakin banyak sel yang terbuka, semakin luas permukaan
sel tebu yang terbuka maka akan semakin cepat dan banyak nira yang dapat dikeluarkan, kedua ekstraksi; yaitu memeras nira sebanyak-banyaknya dari
tebu dengan meminimalkan kehilangan nira yang terikat dalam ampas baggase, ketiga penyaringan; yaitu memisahkan nira dari kotoran, dan yang
keempat adalah imbibisi; yaitu menambahkan air ke dalam ampas setelah proses penggilingan pertama sehingga semaksimal mungkin nira lepas dari
ampasnya. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja stasiun
penggilingan adalah seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter Penilaian Kinerja Stasiun Penggilingan
STANDAR
Nilai
PAREMETER
Syarat
PG. Kecil
PG. Sedang
PG. Besar
Satuan
Kadar sabut -
14-16 Tingkat pencacahan
Prepration index 90
Fibre loading =
200 gdm2
Imbibisi persen sabut =
200 Persentase nira mentah tebu
= 100
Persentase ekstraksi nira 96
Kapasitas giling =
1500 3000
4500 TCD
Keterangan: TCD = Ton tebu per hari
3. SMPK Stasiun Pemurnian Nira Tujuan utama stasiun pemurnian nira adalah menghilangkan bahan
organik dan anorganik bukan gula yang terdapat dalam nira mentah, sehingga diperoleh nira dengan kadar sukrosa maksimum. Berdasarkan sifat fisiknya
bahan yang terdapat dalam nira hasil gilingan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: pertama adalah bahan kasar terdispersi, seperti sabut, tanah, lilin,
lemak, protein, gum, tanin, pigmen, dan pektin. Bahan-bahan ini akan
dipisahkan sebagai blotong. Kedua adalah molekul terlarut dalam nira seperti
39 sukrosa dan unsu-unsur yang terdapat dalam kadar abu.
Ketiga adalah
kotoran yang terlarut dalam nira berupa bahan organik seperti bahan-bahan koloid dan anorganik seperti silikat dan magnesium. Bahan-bahan pengotor
ini jika tidak dibersihkan akan mengganggu proses perjalanan nira menjadi kristal gula. Oleh karena itu kotoran pengganggu tersebut harus dipisahkan
dari nira. Kapur tohor CaO digunakan untuk mengendapkan kotoran,
menjernihkan dan memurnikan nira mentah. Namun kandungan kapur tohor yang tinggi dalam nira dapat menyebabkan inkrutasi pembentukan kerak
dalam pan masak. Kerak yang terbentuk dalam pan masak yang dapat
menghambat perpindahan panas sehingga konsumsi uap akan meningkat. Selain itu, kandungan kapur tohor yang tinggi akan mempersulit proses
kristalisasi, mempersulit proses pemasakan, serta meningkatkan pembentukan molase. Dengan demikian kandungan kapur tohor dalam nira hasil pemurnian
harus diusahakan seminimal mungkin. Parameter yang digunakan untuk
mengukur kinerja stasiun pemurnian adalah seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Paramer Penilaian Kinerja Stasiun Pemurnian Nira
.
STANDAR PAREMETER
Syarat Nilai
Satuan
Turbidity nira =
50 ppm
Kadar CaO dalam nira =
80 ppm
Jumlah bahan pengasingan bukan gula =
14 Persentase pol blotong
= 2
Persentase blotong terhadap tebu =
3 4. SMPK Stasiun Penguapan
Tujuan utama stasiun penguapan evaporasi adalah memekatkan nira dengan cara mengurangi kandungan air nira hingga mendekati jenuh. Untuk
menguapakan air dalam nira, nira jernih dari stasiun pemurnian dipanaskan pada suhu 105-110
o
C, sehingga diharapkan suhu minimal mencapai 100
o
C. Hasil dari stasiun penguapan berupa nira kental. Nira kental yang dihasilkan
harus memiliki kekentalan tinggi 60-65
o
brix agar tahap kristal-isasi dapat berjalan dengan lancar. Selain itu warna nira kental diupayakan tidak gelap
agar nantinya dihasilkan gula kristal berwarna jernih dan bermutu baik.
40 Parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja stasiun penguapan adalah
seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Parameter Penilaian Kinerja Stasiun Penguapan
STANDAR PAREMETER
Syarat Nilai
Satuan
Tingkat kekentalan nira =
65 brix
Warna nira kental =
Kuning kecoklatan
Suhu nira jernih =
100
o
c 5. SMPK Stasiun Kristalisasi
Tujuan stasiun kristalisasi adalah mengubah gula yang terdapat dalam larutan nira kental jenuh menjadi bentuk kristal gula. Gula yang dihasilkan
dalam proses kristalisasi harus diupayakan semaksimal mungkin, dan molase yang dihasilkan diupayakan seminimal mungkin.
Prinsip kerja stasiun kristalisasi adalah perlakuan suhu dan tekanan untuk menguapkan air dalam
nira kental. Perlakuan ini bertujuan untuk mengendalikan suhu agar kerusakan pada gula dapat dicegah. Larutan nira kental diuapkan perlahan-lahan dalam
bejana vakum sampai mencapai tingkat kejenuhan tertentu, kemudian ditambahkan bibit gula hingga kekentalan mencapai lebih dari 93
o
brix. Hal lain yang harus diperhatikan dalam proses kristalisasi adalah ukuran dan
kerataan kristal gula yang terbentuk. Parameter kinerja stasiun kristalisasi
disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Parameter Penilaian Kinerja Stasiun Kristalisasi
STANDAR PAREMETER
Syarat Nilai
Satuan
Kekentalan masakan -
93-94 Brix
Tingkat kemurnian masakan =
85 Purity drop
- 10-15
Kerataan kristal rata
Ukuran kristal -
0.8-1.1 mm
41 6. SMPK Stasiun Putaran
Stasiun putaran sentrifugasi berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari cairan induknya mother liquor. Prinsip kerja dari stasiun ini adalah
pemutaran dan penyaringan. Pemutaran bertujuan untuk memisahkan kristal gula dari cairan induknya melalui gaya sentrifugal, dan penyaringan berfungsi
untuk memisahkan kristal gula sesuai dengan butir ukuran kristal. Parameter penting kristal gula yang dihasilkan dalam stasiun putaran adalah kadar air
harus serendah mungkin, ukuran kristal harus seragam, dan warna kristal harus putih jernih. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja stasiun putaran
sentrifugasi adalah seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Parameter Penilaian Kinerja Stasiun Putaran
STANDAR PAREMETER
Syarat Nilai
Satuan
Kadar air =
1 Warna
Putih Ukuran kristal
- 0.8-1.1
mm
7. SMPK Stasiun Pengeringan dan Pengemasan Produk yang telah diturunkan dari stasiun putaran masih basah dengan
kadar air mencapai 1 sehingga perlu dikeringkan lebih lanjut. Pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung dalam kristal gula dan
mencegah gula lengket dan menggumpal. Setelah gula selesai dikeringkan, sebelum dimasukkan dalam karung kemasan, suhu gula dikondisikan terlebih
dahulu dalam silo. Pada tahap akhir gula dikemas dalam karung dengan
ukuran berat 50 kg. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan
adalah suhu gula sebelum masuk dalam karung tidak boleh terlalu tinggi untuk mencegah terjadinya pengembunan dalam kemasan, kemasan harus kuat dan
aman dari pengaruh kelembaban luar, serta berat gula perkarung harus benar. Parameter yang digunakan untuk menilai stasiun pengeringan dan pengemasan
adalah seperti pada Tabel 7.
42 Tabel 7. Parameter Penilaian Kinerja Stasiun Pengeringan dan Pengemasan
STANDAR PAREMETER
Syarat Nilai
Satuan
Kadar air gula sentrifugal =
1 Suhu gula sebelum masuk karung
= 40
o
c Berat gula per karung
= 50
Kg Kemasan
Karung plastik, inner bag
8. SMPK Stasiun Energi Energi yang diperlukan untuk menggerakkan peralatan dan proses
dalam PG dapat dipenuhi dari pembakaran sebagian ampas gilingan akhir. Pemanfaatan energi dalam PG dapat berlangsung secara efisien melalui sistem
cogeneration, yaitu energi potensial uap dari ketel pembakaran ampas digunakan sebagai penggerak generator listrik, gilingan, blower, dan pompa
ketel dalam siklus tertutup. Terdapat dua tipe ketel yang digunakan PG di Indonesia saat ini, yaitu 1 ketel tipe lama; jenis pipa api dan pipa air dengan
dapur tipe step grate, horse shoe, dutch oven, dan ward, 2 ketel tipe baru; jenis pipa air dengan dapur tipe spreader stocker. Parameter yang digunakan
untuk menilai kinerja stasiun energi adalah seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Parameter Penilaian Kinerja Stasiun Energi
STANDAR
Nilai
PAREMETER
Syarat
Ketel Tipe Lama
Ketel Tipe Baru
Satuan
Efisiensi ketel =
68 78
Produksi uap per kg ampas =
1.95 2.10
kgkg Persentase konsumsi energi dengan
mesin uap terhadap tebu =
65 65
Uap tebu
Persentase konsumsi energi dengan turbin uap terhadap tebu.
= 60
60
43 9. SMPK Produk
Agar dapat dikonsumsi secara langsung, gula harus memenuhi syarat SNI gula yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam tampilan gula adalah ukuran butir, kadar air, warna, serta kandungan bahan-bahan anorganik di dalamnya.
Ukuran butir gula harus seragam, kadar air harus rendah karena gula yang basah akan lengket dalam
kantung dan tidak tahan lama disimpan. Warna kristal yang disukai adalah warna kristal yang putih dan mengkilat. Beberapa parameter penilaian kinerja
produk ditampilkan dalam Tabel 9. Tabel 9. Parameter Penilaian Kinerja Produk
STANDAR
Nilai
PAREMETER
Syarat
GKP 1 GKP 2
GKP 3
Satuan
Warna kristal, =
70 65
60 Warna larutan ICUMSA, IU
= 250
350 450
IU Besar jenis butir, bb
- 0.8-1.2
0.8-1.2 0.8-1.2
bb Susut pengeringan, mm bb
= 0.1
0.15 0.2
mm bb Polarisasi
o
Z, 20,
o
C,
o
Z =
99.6 99.5
99.4 oZ
Gula reduksi, bb =
0.1 0.15
0.2 bb
Abu konduktiviti, bb =
0.1 0.15
0.2 bb
Zat tidak larut, derajat =
5 5
5 derajat
Belerang dioksida SO
2
, mgkg =
30 30
30 mgkg
Timbal Pb, mgkg =
2 2
2 mgkg
Tembaga Cu, mgkg =
2 2
2 mgkg
Arsen As, mgkg =
1 1
1 mgkg
10. SMPK Formasi Tenaga Kerja Standar formasi tenaga kerja SDM digunakan untuk menilai
kecukupan jumlah tenaga kerja pada setiap tingkatan fungsi dalam PG. Formasi karyawan tergantung pada besarnya kapasitas giling PG, dan
berkorelasi dengan luas tanaman tebu yang dikelola. Standar formasi tenaga kerja ditentukan berdasarkan skala kapasitas giling, yaitu standar formasi
untuk PG kecil, PG sedang, dan standar formasi untuk PG Besar. Organisasi PG umumnya terdiri dari empat bagian, yaitu: bagian
akuntansi, keuangan dan umum AKU, instalasi, pengolahan, dan tanaman.
44 Secara umum karyawan PG dapat digolongkan menjadi lima strata, yaitu
karyawan strata I, II, III, IV, dan karyawan pelaksana. Karyawan pelaksana digolongkan menjadi tenaga tetap dan musiman.
Parameter untuk menilai kinerja pada standar formasi tenaga kerja PG ditampilkan dalam Tabel 10.
Tabel 10. Parameter Kinerja Formasi Tenaga Kerja Pada Tiga Skala PG
Jumlah Standar Lingkup
Strata Golongan Jabatan
Kecil Sedang
Besar
PG I
1 1
1 II
4 4
4 III
10 11
15 IV
27 32
48 Jumlah I – IV
42 48
68 Pelaksana :
- Tetap 411
467 607
- Musiman 372
366 284
Jumlah Pelaksana 783
833 891
Total 825
881 959
Pimpinan AKU I
1 1
1 II
1 1
1 III
1 3
3 IV
9 8
10 Jumlah I – IV
12 13
15 Pelaksana :
- Tetap 99
104 153
Jumlah Pelaksana 99
104 153
Total 111
117 168
II 1
1 1
III 4
5 8
IV 12
12 24
Jumlah I – IV 17
18 33
Pelaksana : - Tetap
85 108
179 Jumlah Pelaksana
85 108
179
Total 102
126 212
II 2
2 3
III 7
8 13
IV 5
6 7
Jumlah I – IV 14
16 23
Pelaksana : - Tetap
227 255
315 - Musiman
372 366
284 Jumlah Pelaksana
559 621
599
Total 613
637 622
45 11. SMPK Keuangan
Terdapat tiga jenis ukuran keuangan perusahaan, yaitu: solvabilitas, rentabilitas, dan likuiditas. Ketiga ukuran tersebut berlaku bagi perusahaan
pada umumnya, namun ketiga ukuran tersebut tidak berlaku bagi PG. PG bukan merupakan sebuah strategic business unit BSU, PG hanya
bertugas memproduksi gula dan urusan keuangan ditangani oleh perusahaan yang melingkupinya. Ukuran kinerja yang digunakan untuk menilai kinerja
keuangan PG adalah tingkat efisiensi pemanfaatan biaya. Parameter kinerja keuangan yang digunakan adalah biaya total SDM dan biaya total non-SDM.
Biaya total SDM menunjukkan efisiensi pemanfaatan input SDM, dan biaya total
non-SDM menunjukkan
efisiensi penggunaan
input non-SDM.
Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja keuaangan PG ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 11. Parameter Penilaian Kinerja Keuangan pada Tiga Jenis Skala PG
STANDAR
Nilai
PAREMETER
Syarat
PG. Kecil PG. Sedang
PG. Besar
Satuan
Biaya produksi per kg gula =
2,546.00 1,851.00
1,598.00
Rp. Biaya SDM per ton kapasitas
=
7,454,416.00 4,042,826.00
2,806,932.00
Rp. Biaya non-SDM per kg
=
1,172.00 1,106.00
1,081.00
Rp.
12. SMPK Ekonomi Kebijakan demonopoli Bulog pada tahun 1998 telah membuat pasar
gula domestik menjadi terbuka bagi pasar gula dunia. Akibatnya daya saing industri gula Indonesia ditentukan oleh perbandingan antara biaya produksi
gula domestik dengan harga gula dunia. Apabila biaya produksi gula
domestik lebih tinggi dari pada harga paritas impor HPI, maka industri gula nasional tidak akan mampu menahan banjir masuknya gula dari luar negeri.
Hal ini berarti bahwa industri gula Indonesia memiliki daya tahan yang lemah. Sebaliknya apabila biaya produksi gula domestik lebih rendah dari harga
paritas impor, berarti industri gula nasional dapat menahan masuknya gula impor yang berarti industri gula domestik dapat bertahan.
46 Pada saat industri gula dapat bertahan, belum berarti industri gula
domestik dapat bersaing di pasar global. Untuk dapat bersaing di pasar global, industri gula domestik harus mampu mengekspor gula. Hal ini akan terjadi
apabila biaya produksi gula domestik berada di bawah harga paritas ekspor HPE.
Menurut Tim Studi P3GI 2005 pasar gula dunia masih mungkin terdistorsi seperti sekarang atau bahkan lebih kompetitif. Saat ini harga gula
internasional berkisar 240 USD per ton. Namun apabila pasar menjadi agak kompetitif maka harga gula akan cenderung mengarah pada biaya produksi
negara-negara yang efisien seperti Brazil, Thailand, Australia, dan lain-lain yaitu sebesar 275 USD per ton. Jika pasar gula menjadi sangat kompetitif
maka harga akan mendekati pada biaya produksi rata-rata dunia yaitu sebesar 360 USD per ton. Parameter kinerja ekonomi PG ditampilkan dalam tabel di
bawah ini. Harga pada Tabel 12 tersebut menggunakan asumsi kurs dollar sebesar Rp. 9000,-.
Tabel 12. Parameter Penilaian Kinerja Ekonomi
STANDAR PAREMETER
Syarat Nilai
Satuan
HPE harga berlaku =
1.607,17 Rp.
HPE biaya produksi produsen efisien =
1.908,06 Rp.
HPE biaya rata-rata dunia =
2.549,21 Rp.
HPI harga berlaku =
2.716,83 Rp.
HPI biaya produksi produsen efisien =
3.058,44 Rp.
HPI biaya rata-rata dunia =
3,935,79 Rp.
13. SMPK Sosial PG
berada pada
lingkungan sosial
kemasyarakatan sehingga
berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Eksistensi PG ditentukan oleh
transaksi ekonomi dan transaksi sosial. Transaksi ekonomi adalah transaksi yang berlangsung melalui pasar dan secara langsung berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan seperti jual beli input dan output. Disisi lain, PG juga melakukan transaksi yang bersifat tidak langsung, yaitu adanya efek
eksternalitas PG seperti pencemaran lingkungan dan perubahan sosial
47 masyarakat sekitar.
Pada umumnya eksternalitas perusahaan terhadap lingkungan sekitar bersifat negatif, dan dampak negatif ini tidak diinternalisasi
dalam biaya produksi. Kemajuan pemikiran masyarakat akan menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar dengan PG.
Konflik yang muncul akan dapat mengganggu ketrentraman kerja karyawan dan pada akhirnya akan
menurunkan efisiensi perusahaan. Untuk mencegah terjadinya efek sosial
yang negatif sebagai dampak dari eksternalitas PG, maka PG perlu
mengeluarkan biaya eksternalitas untuk kepentingan sosial masyarakat sekitar. Biaya eksternalitas biasanya sulit dikalkulasi, mengingat keinginan untuk
menerima dan keinginan untuk memberi antara masyarakat dan perusahaan sangat bervariasi.
Namun secara umum biaya eksternalitas dikatakan baik apabila PG telah mengeluarkan biaya sebesar 1.5 dari biaya produksi.
Angka tersebut merupakan angka yang masih akan diverifikasi dan divalidasi berdasarkan data empirik PG.
14. SMPK Lingkungan PG merupakan salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan dalam
pengolahan produk pertanian. Sebagai perusahaan, orientasi ideal PG adalah keuntungan profit. Namun untuk menjaga keberlanjutannya, PG juga harus
memperhatikan kondisi sosial dan menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya. Tujuan mencapai keuntungan secara ekonomis harus diupayakan seiring
dengan menjaga lingkungan ekosistem dan memberi manfaat kepada mayarakat sekitar.
Sebagian besar limbah yang dihasilkan oleh PG adalah limbah cair. Untuk menjaga agar limbah yang dihasilkan PG tetap di bawah ambang batas,
PG harus mentaati baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh pemerintah. Baku mutu limbah cair diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 03MENLH1998. Pengukuran kinerja PG terhadap pelestarian ling- kungan dilakukan berdasarkan pada baku mutu limbah cair tersebut.
Parameter pengukuran kinerja lingkungan PG disajikan dalam tabel berikut:
48 Tabel 13. Parameter Penilaian Kinerja Linkungan
STANDAR PAREMETER
Syarat Nilai
Satuan
BOD
5
= 50
mgl COD
= 100
mgl TSS
= 200
mgl pH
- 6.0-9.0
Debit limbah cair maksimum =
1 lsha
Penghitungan kinerja pada masing-masing parameter diatas dilakukan menggunakan model persamaan matematik yang sama. Persamaan umum untuk
menghitung kinerja pada level parameter, level stasiun, dan kinerja pada level PG adalah sebagai berikut:
Model persamaan untuk menghitung kinerja variasi parameter:
S S
X V
act act
Di mana: V
act
= Persentase variasi aktivitas
act
X
= Rata-rata hasil pengukuran variasi aktivitas
S =
Standar pabrikasi
Model persamaan untuk menghitung kinerja variasi pada level stasiun unit kerja:
n V
V
n i
act st
i
1
Di mana: Vst =
Persentase variasi stasiun produksi
i
act
V
= Persentase variasi aktivitas ke-i
n =
Jumlah aktivitas
49 Model persamaan untuk menghitung kinerja variasi pada level PG:
Di mana: Vpg =
Persentase variasi pada PG
i
st
V
= Persentase variasi stasiun kerja ke-i
n =
Jumlah stasiun
m V
V
m j
st pg
j
1
50