Kandungan Zat pada Kuning Telur Imunoglobulin Y IgY

dari sel tali pusat. Limfa merupakan pusat proliferasi plasma sel dan sel B memori. unggas tanpa limpa akan mengalami penurunan produksi antibodi. Timus adalah pusat maturasi sel tali pusat yang berdiferensiasi menjadi limfosit T. Aktivitas limfosit T pada unggas sama dengan aktivitas limfosit T pada mamalia Larsson 1998. Mekanisme pembentukan antibodi pada ayam berbeda dengan mamalia sejak masa embrional yang dipengaruhi terutama oleh hiperkonversi somatik. Penyusunan kembali akan mempengaruhi rantai berat maupun rantai ringan pada lokus yang mengandung satu fungsi dari gen variabel V. Hiperkonversi gen dimulai sekitar hari ke 15 sampai 17 masa inkubasi setelah sel B imature berpindah ke bursa fabricius. Selama proses ini berlangsung balok DNA ditransfer dari pseudo-variabel gen ke region variabel rekombinan dari gen imunoglobulin, untuk memproduksi sel B mature yang memiliki kemampuan membentuk sistem imun humoral Larsson 1998.

2.5 Kandungan Zat pada Kuning Telur

Komponen utama kuning telur adalah protein dan lipid yang mempengaruhi sifat biokimia dan fungsi kuning telur. Kuning telur adalah sumber lemak yang mudah terdispersi dalam air, yang akan mengemulsi substansi lain. Sifat ini karena kandungan fosfolipid yang tinggi dan semua lemak termasuk trigliserida kuning telur selalu berdampingan dengan dua protein yaitu vitellin dan vitelenin. Kuning telur terdiri dari campuran lipid, lipoprotein, dan protein yang terlarut dalam air diantaranya α, β dan γ livetin Ig Y. Komponen kuning telur terdiri dari tiga fraksi yang dipisahkan melalui sentrifugasi yaitu : Fraksi Pertama adalah LDL Low Density Lipoprotein atau lipovitellenin mengandung 90 lemak yang sebagian besar adalah trigliserida. Fraksi ini merupakan penyusun 2 sampai 3 bagian berat kering dari kuning telur. Kedua Fraksi HDL High Density Lipoprotein. Merupakan penyusun 23 total berat kering kuning telur. Kandungan phosvitin sama dengan lipovitellin lipoprotein. HDL terdiri atas 18 lemak yaitu trigliserida dan fosfolipid dengan jumlah yang hampir sama. Ketiga fraksi protein terlarut, mengandung livetin dan beberapa protein lainnya.

2.6 Imunoglobulin Y IgY

Imunoglobulin Y Gambar 3 merupakan salah satu kelas imunoglobulin yang khas pada kelompok vertebrata tingkat rendah seperti reptil, amfibi dan aves. Pada awalnya diduga Ig unggas menyerupai IgG mamalia, tetapi ternyata Ig unggas sangat berbeda dengan imunoglobulin G mamalia Szabo et al. 1998. Imunoglobulin Y dipindahkan dari serum darah ke kuning telur agar keturunannya mendapatkan kekebalan Sunwoo et al. 2002, Hatta et al. 1993. Imunoglobulin Y memiliki kemiripan dengan imunoglobulin G mamalia dalam hal mekanisme pembentukan dan fungsinya tetapi berbeda pada regio konstannya sehingga menyebabkan imunoglobulin Y dibedakan dari imunoglobulin G Carlander 2002. Imunoglobulin Y dapat digunakan dalam bidang pengobatan, pencegahan penyakit imunoterapi dan imunodiagnostik. Penggunaan IgY juga memperhatikan aspek animal welfare sehingga tidak menyebabkan masalah stres pada hewan dibandingkan perlakuan pengambilan darah pada produksi antibodi dari serum mamalia Carlander 2002. Penggunaan imunoglobulin Y memiliki keuntungan lain yaitu dari segi biokimia, kemudahan dalam melakukan ekstraksi dan purifikasi, konsentrasi Ig Y pada kuning telur lebih tinggi dibandingkan dengan serum, yaitu 15 sampai 25 mgml Akita dan Nakai 1992. Berat molekul IgY adalah 180 kDa yang terdiri atas dua rantai ringan dengan berat molekul 22 sampai 30 kDa dan dua rantai berat H dengan berat molekul 67 sampai 70 kDa. Rantai ringan terbagi atas satu daerah variabel V L dan satu daerah konstan C L . Sedangkan rantai berat terdiri dari satu daerah variabel V H yang tidak memiliki lengan dan empat daerah konstan C ү1 , C ү2 , C ү3 dan C ү4 dengan koefisien sedimentasi 7.8 S dan titik isoelektrik 5.7 sampai 7.6 Chiou 2002, Patoja 2000. Struktur secara keseluruhan dari Ig Y adalah sama dengan Ig G mamalia dimana terdapat dua rantai light L dan rantai heavy H. Berat molekul BM dari Ig Y sebesar 167.250 Da yang sedikit lebih besar dengan Ig G sekitar 160.000 Da. Hal yang paling menarik pada kajian struktur ini adalah rantai L lebih ringan berat molekulnya dibandingkan dengan yang dimiliki mamalia. Rantai H BM 65.105 Da disebut v memiliki satu region variabel V dan empat region constan C. Rantai L BM 18.660 Da tersusun atas satu domain variabel dan satu domain constan konstan. Cv3 dan Cv4 dari Ig Y hampir mirip dengan C γ2 dan Cγ3 Ig G dimana domain Cv2 tidak memiliki rantai γ. Region Fc Fragmen crystallizable dari Ig Y memediasi fungsi faktor pada unggas, misalnya fiksasi pada complement komplemen dan opsonisasi. Imunoglobulin Y merupakan antibodi yang sensitif untuk memediasi reaksi anafilaktik, yaitu sebuah fungsi yang dimiliki oleh Ig E pada mamalia. Pada beberapa hal, Ig Y memerankan fungsi kombinasi dari Ig G mamalia dan Ig E unggas Carlander 2002. Imunoglobulin Y memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan IgG, lebih resisten terhadap suhu dan pH dibandingkan IgG Szabo et al. 1998. Imunglobulin Y dapat mengenali lebih banyak epitop antigenik dibandingkan dengan antibodi yang diproduksi mamalia. IgY lebih bersifat asam dan memiliki kerapatan molekul yang lebih rendah Higgins 1995 daripada IgG mamalia. IgY tidak berikatan dengan faktor komplemen, protein A, protein G dan reseptor F C bakteri Jensenius et al. 1981. Sebagai bahan tambahan makanan, IgY adalah molekul yang cocok untuk mengatasi alergi, untuk terapi dan diagnosa penyakit Loesche et al. 1986. Pemurnian IgY dapat diaplikasikan untuk imunisasi pasif peroral untuk mencegah infeksi terhadap karies gigi Otake et al. 1991, enteric collibacillosis Yokoyama et al. 1992 dan salmonellosis Sunwoo et al. 1996. IgY terdapat dalam serum dan kuning telur ayam dalam bentuk molekul imunoglobulin yang konsentrasinya sekitar 10-20 mgml. Gambar 3 Struktur umum Ig Y Sebagian besar komponen penyusun IgY adalah molekul protein. Protein merupakan makromolekul protein amfoter yaitu tiap molekulnya memiliki muatan listrik positif dan negatif. Adanya perbedaan ukuran dan muatan listrik pada setiap kelompok protein memungkinkan setiap jenis protein dapat dipisahkan. Protein dapat berionisiasi pada perbedaan pH atau dalam larutan sebagai kation muatan listrik positif dan anion muatan listrik negatif. Pada pengaruh medan listrik, partikel bermuatan ini akan bermigrasi balik ke katoda maupun anoda tergantung muatan total alaminya. Pemisahan partikel bermuatan medan listrik disebabkan karena adanya gradien potensial dan muatan totalnya, namun adanya gaya gesek akibat perbedaan ukuran molekul, bentuk molekul, ukuran pori medium dan viskositas buffer, maka dapat menghambat partikel tersebut. Semakin besar ukuran partikel semakin kecil mobilitasnya, sedangkan dua partikel dengan ukuran sama tetapi bentuknya berbeda akan berbeda pula mobilitasnya Wilson dan Walker 2000.

2.7 Reaksi antigen – antibodi