Sebagian besar komponen penyusun IgY adalah molekul protein. Protein merupakan makromolekul protein amfoter yaitu tiap molekulnya memiliki muatan
listrik positif dan negatif. Adanya perbedaan ukuran dan muatan listrik pada setiap kelompok protein memungkinkan setiap jenis protein dapat dipisahkan. Protein
dapat berionisiasi pada perbedaan pH atau dalam larutan sebagai kation muatan listrik positif dan anion muatan listrik negatif. Pada pengaruh medan listrik,
partikel bermuatan ini akan bermigrasi balik ke katoda maupun anoda tergantung muatan total alaminya. Pemisahan partikel bermuatan medan listrik disebabkan
karena adanya gradien potensial dan muatan totalnya, namun adanya gaya gesek akibat perbedaan ukuran molekul, bentuk molekul, ukuran pori medium dan
viskositas buffer, maka dapat menghambat partikel tersebut. Semakin besar ukuran partikel semakin kecil mobilitasnya, sedangkan dua partikel dengan
ukuran sama tetapi bentuknya berbeda akan berbeda pula mobilitasnya Wilson dan Walker 2000.
2.7 Reaksi antigen – antibodi
Sel peka antigen akan menanggapi antigen dengan memproduksi antibodi atau sel efektor khusus hanya jika antigen itu disajikan kepada sel dengan dosis
dan dengan cara yang tepat Tizard 1988. Imunoglobulin bukanlah molekul yang sederhana berikatan bersama antigen dengan sistem kunci dan gembok Bellanti
1978, Roit et al. 2007 menyatakan bahwa tempat berikatan dari suatu antibodi terletak pada bagian Fab dari molekul ini dan terdiri dari wilayah hipervariabel
dari rantai berat dan ringan. Studi kristalografi sinar x dari interaksi antara antigen-antibodi menunjukan bahwa faktor determinan antigen berikatan dalam
bentuk saling mengikat dengan tempat berikatan dari antibodi, yang satu berperan sebagai kunci antigen yang mana cocok dengan gemboknya antibodi, selain itu
reaksi antigen-antibodi secara alami dapat berikatan secara non-kovalen termasuk ikatan hidrogen, ikatan hidrostatik, gaya Van Der Walls, dan ikatan hidrofobik.
Menurut Tizard 1988, sifat antibodi yang mengadakan komplek dengan antigen akan sangat berbeda dengan antibodi bebas, antibodi terikat antigen
memiliki kemampuan berikatan dengan sel fagositik sehingga berfungsi sebagai opsonin, munculnya determinan baru sebagai aktivitas dari bagian Fc yang
terbuka dianggap asing oleh sistem kebal sehingga merangsang pembentukan auto antibodi yang dikenal sebagai faktor rematoid.
2.8 Uji Agar Gel Presipitasi
Uji pengikatan sekunder adalah proses dua tahap. Tahap pertama adalah interaksi antara antigen dengan antibodi, tahap kedua ditentukan oleh keadaan
fisik antigen tersebut. Jadi bila antibodi dirangkaikan dengan antigen yang terlarut antigen soluble dalam larutan yang tepat kondisinya, komplek itu mengadakan
presipitasi Tizard 1988, apabila jumlah yang cocok dari larutan yang jernih suatu antigen yang terlarut dicampur dengan antibodinya yang homolog dan
diinkubasi pada 37 C, campuran tersebut akan menjadi keruh dalam waktu kurang
lebih satu jam dan akhirnya presipitat akan terbentuk. Pada metode agar gel presipitasi digunakan agarose sebagai media, secara
prinsip merupakan teknik imunodifusi, pada selapis agar diatas gelas objek yang diberi lubang, lubang yang satu ditempatkan antigen dan yang lainnya
ditempatkan antibodi akan berdifusi radial sehingga terbentuk konsentrasi sirkuler dan saling bertemu Tizard 1988, dan kisi-kisi akan terbentuk sebelum agregat
terlihat berbentuk garis buram putih yang biasa disebut presipitat Bellanti 1978.
BAB III METODOLOGI