BOD Biochemical Oxygen Demand

Keterangan : pengujian BOD dan COD bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen dan dapat menurunkan oksigen terlarut di dalam air dengan cepat dapat diukur. Bahan-bahan buangan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti kotoran manusia maupun hewan, tanaman-tanaman yang mati atau sampah organik, bahan-bahan buangan dari industri, pengolahan pangan, pabrik kertas, industri penyamakan kulit, industri pemotongan daging, pembekuan udang dan ikan, dan sebagainya. Srikandi Fardiaz, 1992. Begitu pula untuk parameter Fecal coli yang dapat berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati bangkai, kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Srikandi Fardiaz, 1992. Untuk lebih jelasnya dapat melihat lampiran 10 yang termaktub di dalamnya jenis kegiatan industri dan pencemaran yang ditimbulkan.

1. BOD Biochemical Oxygen Demand

Batas Segmen Batas Kelas : Kelas I : maksimal 2 mgl Kelas II : maksimal 3 mgl Kelas III : maksimal 6 mgl Gambar 11. Pola Penyebaran BOD Terhadap Jarak dari Garis Pantai Periode I Juni, 2003 y = 3E-27x 6 - 1E-21x 5 + 1E-16x 4 - 9E-12x 3 + 3E-07x 2 - 0.0056x + 40.341 R 2 = 0.9639 1 2 3 4 5 6 7 20000 40000 60000 80000 100000 120000 Jarak m BO D m g l BOD Poly. BOD Batas Kelas : Kelas I : maksimal 2 mgl Kelas II : maksimal 3 mgl Kelas III : maksimal 6 mgl Kelas IV : maksimal 12 mgl Keterangan : Batas Segmen Gambar 12. Pola Penyebaran BOD Terhadap Jarak dari Garis Pantai Periode II Agustus, 2003 Dari model perubahan yang terdapat diatas maka dapat dilihat formulasi model untuk tahun 2003 adalah sebagai berikut : 1. Periode I, y = 3E-27x 6 - 1E-21x 5 + 1E-16x 4 - 9E-12x 3 + 3E-07x 2 - 0.0056x + 40.341 dengan R 2 = 0.9639, 2. Periode II, y = -9E-27x 6 + 3E-21x 5 - 5E-16x 4 + 3E-11x 3 - 1E-06x 2 + 0.0191x - 88.228 dengan R 2 = 0.8929. Pada periode I Juni, 2003 di bagian hulu, tengah, maupun hilir semuanya masih berada di kelas II 3 mgl atau III 6 mgl, sedangkan untuk periode II Agustus, 2003 hanya terdapat satu titik pengamatan yakni bagian hilir yang tidak masuk ke dalam kelas manapun karena melampaui 12 mgl namun untuk titik pengamatan lainnya masih berada di kisaran kelas II dan kelas III. Dengan kisaran nilai BOD untuk periode I adalah 1.18-4.89 mgL dan untuk periode II berkisar 1.78-20.7 mgL. Untuk lebih lengkapnya, pada lampiran 18 terdapat tabel nilai BOD untuk periode I dan II tahun 2003. y = -9E-27x 6 + 3E-21x 5 - 5E-16x 4 + 3E-11x 3 - 1E-06x 2 + 0.0191x - 88.228 R 2 = 0.8929 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 20000 40000 60000 80000 100000 120000 Jarak m BO D m g l BOD Poly. BOD Keterangan : Batas Segmen Batas Kelas : Kelas I : maksimal 2 mgl Kelas II : maksimal 3 mgl Kelas III : maksimal 6 mgl Kelas IV : maksimal 12 mgl Keterangan : Batas Segmen Batas Kelas : Kelas I : maksimal 2 mgl Kelas II : maksimal 3 mgl Kelas III : maksimal 6 mgl Kelas IV : maksimal 12 mgl Gambar 13. Pola Penyebaran BOD Terhadap Jarak dari Garis Pantai Periode I Juni, 2004 Gambar 14. Pola Penyebaran BOD Terhadap Jarak dari Garis Pantai Periode II Agustus, 2004 y = 3E-27x 6 - 5E-22x 5 + 2E-17x 4 + 1E-12x 3 - 9E-08x 2 + 0.0014x - 0.4875 R 2 = 0.8666 -10 -5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 20000 40000 60000 80000 100000 120000 Jarak m B O D m g l BOD Poly. BOD y = - 1E- 26x 6 + 6 E- 21x 5 - 9E- 16x 4 + 7 E- 11x 3 - 3E- 06x 2 + 0 .04 74x - 300 .27 R 2 = 0 .67 62 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 20000 4000 0 6 0000 80000 10 0000 1 20000 Jar a k m BO D m g l BOD Po ly. BOD Keterangan : Batas Segmen Batas Kelas : Kelas I : maksimal 2 mgl Kelas II : maksimal 3 mgl Kelas III : maksimal 6 mgl Kelas IV : maksimal 12 mgl Dari model perubahan yang terdapat diatas maka dapat dilihat formulasi model untuk tahun 2004 adalah sebagai berikut : 1. Peiode I, y = 3E-27x6 - 5E-22x5 + 2E-17x4 + 1E-12x3 - 9E-08x2 + 0.0014x - 0.4875 dengan R 2 = 0.8666 2. Periode II, y = -1E-26x6 + 6E-21x5 - 9E-16x4 + 7E-11x3 - 3E-06x2 + 0.0474x - 300.27 dengan R 2 = 0.6762 Pada periode I Juni, 2004 di bagian hulu terdapat satu titik pengamatan yang tidak masuk ke kelas manapun karena melampaui nilai 12 mgl, dan sisanya berada pada kelas III 12 mgl. Untuk di bagian tengah pada periode yang sama berada di kisaran kelas III dan sisanya tidak masuk ke kelas manapun karena nilainya yang terlampaui melebihi angka 12 mgl. Bagian hilir berada pada kelas III dan kelas IV. Periode II Agustus, 2004 terdapat satu titik pengamatan yang nilai BOD tinggi yakni di daerah Pasar Baru dimana nilai BOD mencapai 30.5 mgl, sedangkan untuk titik lainnya dari hulu sampai hilir berada pada kelas II, III, dan IV. Dengan kisaran nilai BOD untuk periode I adalah 3.6-19.8 mgL dan untuk periode II berkisar 2.96-30.5 mgL. Pada lampiran 18 terdapat tabel nilai BOD periode I dan II tahun 2004. Gambar 15. Pola Penyebaran BOD Terhadap Jarak dari Garis Pantai Periode I Juni, 2005 y = 1E-26x 6 - 6E-21x 5 + 8E-16x 4 - 6E- 11x 3 + 2E- 06x 2 - 0.0392x + 258.4 R 2 = 0.9692 - 20 - 15 - 10 - 5 5 10 15 20 20000 40000 60000 80000 100000 120000 Jar ak m BO D m g l BOD Po ly. BOD 80000 Keterangan : Batas Segmen Batas Kelas : Kelas I : maksimal 2 mgl Kelas II : maksimal 3 mgl Gambar 16. Pola Penyebaran BOD Terhadap Jarak dari Garis Pantai Periode II Agustus, 2005 Dari model perubahan yang terdapat diatas maka dapat dilihat formulasi model untuk tahun 2005 adalah sebagai berikut : 1. Periode I, y = 1E-26x 6 - 6E-21x 5 + 8E-16x 4 - 6E-11x 3 + 2E-06x 2 - 0.0392x + 258.4 dengan R 2 = 0.9692 2. Periode II, y = 9E-28x 6 - 3E-22x 5 + 4E-17x 4 - 3E-12x 3 + 1E-07x 2 - 0.0017x + 11.742 dengan R 2 = 0.6189 Pada periode I Juni, 2005 di segmen hulu berada pada kisaran kelas II dan kelas III, sedangkan untuk segmen tengah terdapat satu titik pengamatan yang melampaui angka 12 mgl sehingga tidak masuk ke kelas manapun dan dua titik lainnya berada pada kelas II. Untuk bagian hilir juga terdapat satu titik pengamatan yang melampaui nilai 12 mgl dan yang lainnya berada pada kelas III. Periode II Agustus, 2005 kondisi pencemar BOD rata-rata berada pada kelas II dan III, hanya satu titik yang berada pada kelas I. Dengan kisaran nilai BOD untuk periode I adalah 2.38-14.9 mgL dan untuk periode II berkisar 1.69-3.28 mgL. Untuk lebih lengkapnya, pada lampiran 18 lanjutan 2 terdapat tabel nilai BOD untuk periode I dan II tahun 2005. y = 9E-28x 6 - 3E-22x 5 + 4E-17x 4 - 3E-12x 3 + 1E-07x 2 - 0.0017x + 11.742 R 2 = 0.6189 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 20000 40000 60000 80000 100000 120000 Jar ak m BO D m g l BOD Poly. BOD Keterangan : Batas Segmen Batas Kelas : Kelas I : maksimal 2 mgl Kelas II : maksimal 3 mgl Kelas III : maksimal 6 mgl Keterangan : Batas Segmen Batas Kelas : Kelas I : maksimal 2 mgl Kelas II : maksimal 3 mgl Untuk Formulasi pada periode I Juni, 2005 berlaku syarat sebagai berikut : 1. y = 1E-26x 6 - 6E-21x 5 + 8E-16x 4 - 6E-11x 3 + 2E-06x 2 - 0.0392x + 258.4, berlaku untuk 13800 ≤ x ≤50000 m dan 86000≤ x ≤ 107460 m, atau 2. y = 0, berlaku untuk 50000 x 86000 m. Gambar 17. Pola Penyebaran BOD Terhadap Jarak dari Garis Pantai Periode I Juni, 2006 Gambar 18. Pola Penyebaran BOD Terhadap Jarak dari Garis Pantai Periode II Agustus, 2006 y = -3E-28x 6 + 1E-22x 5 - 2E-17x 4 + 2E-12x 3 - 6E-08x 2 + 0.0011x - 4.2595 R 2 = 0.9768 1 2 3 4 5 6 20000 40000 60000 80000 100000 120000 Jarak m BO D m g l BOD Poly. BOD y = -3E-28x 6 + 8E-23x 5 - 7E-18x 4 + 3E-13x 3 - 6E-09x 2 + 0.0001x + 2.6797 R 2 = 0.8876 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 20000 40000 60000 80000 100000 120000 Jarak m BO D m g l BOD Poly. BOD Dari model perubahan yang terdapat diatas maka dapat dilihat formulasi model untuk tahun 2006 adalah sebagai berikut : 1. Periode I, y = -3E-28x 6 + 1E-22x 5 - 2E-17x 4 + 2E-12x 3 - 6E-08x 2 + 0.0011x - 4.2595 dengan R 2 = 0.9768 2. Periode II, y = -3E-28x 6 + 8E-23x 5 - 7E-18x 4 + 3E-13x 3 - 6E-09x 2 + 0.0001x + 2.6797 dengan R 2 = 0.8876. Pada periode I Juni, 2006 kondisi pencemar BOD semuanya berada pada kelas II dan kelas III. Sedangkan untuk periode II Agustus, 2006 juga tidak terlalu significant perbedaannya dengan periode I di tahun yang sama. Dengan kisaran nilai BOD untuk periode I adalah 2.44-3.71 mgL dan untuk periode II berkisar 2.62-4.05 mgL. Untuk lebih lengkapnya, pada lampiran 18 lanjutan ketiga terdapat tabel nilai BOD periode I dan periode II tahun 2006. BOD Biochemical Oxygen Demand menunjukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecahkan atau mengoksidasi bahan organik di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 20 o C selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi. Pengukuran selama 5 hari pada suhu 20 o C ini hanya mengandung 68 persen bahan organik yang teroksidasi, tetapi suhu dan waktu yang digunakan tersebut merupakan standar uji karena untuk mengoksidasi bahan organic seluruhnya diperlukan waktu yang lama, yaitu mungkin sampai 20 hari, sehingga dianggap tidak efisien Srikandi Fardiaz, 1992. Nilai BOD sepanjang periode 2002-2006 di DAS Cisadane diukur pada 9 stasiun yang merupakan representatif dari segmen hulu, tengah, dan hilir. Untuk segmen hulu, stasiun yang menjadi titik pengamatan diantaranya adalah stasiun Muara Jaya, stasiun Pancasan, dan Stasiun Karya Bakti. Sedangkan untuk segmen tengah, stasiun Kranggan, Stasiun Cilenggang, dan stasiun Cihuni menjadi titik-titik pengamatannya. Dan terakhir untuk bagian hilir, terdapat pula 3 stasiun yakni stasiun Robinson, Stasiun Pasar Baru, serta Stasiun Bayur. Dari segi frekuensi, pengukuran masing-masing dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun yakni pada bulan kering di bulan Juni dan bulan basah yaitu bulan Agustus. Dari permodelan-permodelan yang ada maka dapat dianalisa bahwa terdapat beberapa titik pengamatan yakni titik 1 sampai dengan titik 6 yang menjauhi garis permodelan dan lebih fluktuatif daripada ketiga titik terakhir. Keenam titik tersebut merupakan titik pengamatan bagian tengah dan hilir, yakni stasiun Kranggan sampai pada stasiun Bayur. Hal ini terjadi hampir diseluruh model yang ada selama 4 tahun. Kondisi diatas terjadi karena ketidakseimbangan penggunaan lahan untuk perindustrian sekitar DAS Cisadane yakni berupa jumlah industri menengah dan industri berat yang menumpuk jumlahnya di Wilayah Kabupaten dan Kota Tangerang. Untuk lebih jelasnya mengenai daftar industri kelas menengah dan berat yang terdapat pada wilayah Tangerang dapat dilihat pada lampiran 11, lampiran 12, dan lampiran 13. Sedangkan pada Wilayah Bogor berdasarkan data yang diperoleh, industri kelas menengah dan kelas berat tidak significant jumlahnya. Bahkan dari sejumlah daftar nama perusahaan industri tahu, tapioka, penyamakan kulit, tekstil, electropating, dan pengolahan ikan yang menyebar di sejumlah wilayah Bogor tak satupun berada di sekitar DAS Cisadane. Untuk daftar sejumlah perusahaan industri tahu, tapioka, penyamakan kulit, tekstil, electropating, dan pengolahan ikan yang berada di wilayah Bogor sampai Tangerang dapat dilihat pada lampiran 14 dan untuk industri Electroplating pada lampiran 15. Sedangkan untuk denah sebaran kegiatan atau usaha yang melalui DAS Cisadane Wilayah Bogor dapat dilihat pada lampiran 16. Tentunya dengan perbandingan jenis kegiatan perindustrian yang tidak merata antara hulu, hilir, dan tengah maka sudah sewajarnya jika 6 titik pengamatan yang mewakili wilayah tengah dan hilir menjauhi garis permodelan sehingga hanya menyisakan 3 titik lainnya yang berada tepat pada Keterangan : Batas Segmen Batas Kelas : Kelas I : maksimal 10 mgl Kelas II : maksimal 25 mgl garis model. Ketiga titik tersebut merupakan titik-titik pengamatan wilayah hulu. Jenis kegiatan tentunya juga akan berpengaruh pada jenis pencemaran yang dihasilkan. Apabila dilihat dari daftar industri di Tangerang dan dibandingkan pula dengan pencemaran yang dihasilkan maka dari 36 buah industri di Kota Tangerang yang melalui DAS Cisadane, 30 diantaranya berada di sepanjang titik 1 sampai titik 6 pada model perubahan kualitas air. 30 industri tersebut didomininasi oleh jenis industri penghasil pencemar BOD yakni seperti industri tekstil, sabun, makanan, penyamakan kulit hewan, kertas dan pulp, serta industri tahu. Sedangkan untuk industri di Wilayah Kabupaten, rata-rata berjenis industri kertas, beton, sepatu, tisu, pencucian karung, dan tentunya kesemuanya merupakan jenis industri penyumbang pencemar BOD pula. Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air DAS Cisadane selama 4 tahun dapat dibandingkan nilai kualitas air yang telah dianalisa dengan Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 lampiran 9

2. COD Chemical Oxygen Demand