COD Chemical Oxygen Demand

Pada perairan yang mengandung toksik, penentuan nilai BOD kurang cocok dilaksanakan, karena bahan-bahan toksik tersebut dapat menghambat atau mematikan mikroba yang menjadi pelaku dekomposisi bahan organik. Kondisi ini akan menyebabkan penilaian BOD menjadi underestimate. Pada perairan yang demikian sebaiknya dilakukan pengukuran COD. Apabila mengacu pada baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 kisaran nilai BOD adalah sebagai berikut : 1. Kelas I, BOD ≤ 2 mgL 2. Kelas II, BOD ≤ 3 mgL 3. Kelas III, BOD ≤ 6 mgL 4. Kelas IV, BOD ≤ 12 mgL

3.2 COD Chemical Oxygen Demand

COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sukar didegradasi secara biologis non biodegradable menjadi CO 2 dan H 2 O. pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sample Boyd, 1988. Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya selulosa, tannin, lignin, fenol, polisakarida, benzene, dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran nilai COD dibandingkan nilai BOD. Nilai COD biasanya lebih tinggi dari nilai BOD karena bahan yang stabil tidak terurai dalam uji BOD dapat teroksidasi dalam uji COD. Misalnya, selulosa sering tidak terukur dalam uji BOD karena sulit dioksidasidiuraikan, tetapi dapat dioksidasi melalui uji COD. Umumnya, besar nilai COD kira-kira dua kali nilai BOD karena senyawa kimia yang dapat dioksidasi secara kimiawi lebih besar dibandingkan dengan oksidasi secara biologis. Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam maupun dari aktivitas rumah tangga dan industri, misalnya pabrik bubur kertas pulp, pabrik kertas dan industri makanan. Makin besar nilai BOD atau COD, makin tinggi tingkat pencemaran suatu perairan. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mgliter, sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200 mgliter dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mgliter UNESCOWHOUNEP, 1992 dalam Effendi 2003. Apabila mengacu pada baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 kisaran nilai COD adalah sebagai berikut : 1. Kelas I, COD ≤ 10 mgL 2. Kelas II, COD ≤ 25 mgL 3. Kelas III, COD ≤ 50 mgL 4. Kelas IV, COD ≤ 100 mgL 3.3 Fecal coli Bakteri adalah tanaman mikroskopik. Tiga jenis utamanya adalah Bacilli bentuk silindris, Sprillium spiral, dan Cocci bulatsferik. Organisme yang kerap dijadikan petunjuk pencemaran tinja atau limbah ialah Bakteri Indikator polusi atau bakteri sanitasi. Bakteri indikator polusi atau bakteri sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan hewan maupun manusia. Salah satu bakteri indikator adalah Escherichia coli. Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga Koliform fekal. E.coli adalah grup koliform yang mempunyai sifat dapat memfermentasi laktose dan memproduksi asam dan gas pada suhu 37 o C maupun suhu 44.5+0.5 o C dalam waktu 48 jam. E.coli adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, bersifat gram negatif, berbentuk batang, dan tidak membentuk spora. Apabila mengacu pada baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 kisaran nilai Fecal coli adalah sebagai berikut : 1. Kelas I, Fecal coli ≤ 100 mgL 2. Kelas II, Fecal coli ≤ 1000 mgL 3. Kelas III, Fecal coli ≤ 2000 mgL 4. Kelas IV, Fecal coli ≤ 2000 mgL

E. Analisa Regresi 1. Pengertian Regresi