126 Gambar 4 Posisi pembangunan perikanan pantai saat ini dengan analisis SWOT
Posisi pembangunan perikanan pantai saat ini yang terletak pada kuadran I menunjukkan bahwa situasi pembangunan perikanan pantai saat ini sangat
menguntungkan. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif growth oriented strategy, yaitu strategi
Strengths-Opportunities SO. Keseluruhan strategi pembangunan perikanan pantai yang terbagi atas strategi Strengths-Opportunities SO, Weaknesses-
Opportunities WO, Strengths-Threats ST dan Weaknesses-Threats WT dapat dilihat pada Lampiran 6.
Posisi pembangunan perikanan pantai Kabupaten Subang saat ini terletak di kuadran I yang berarti strategi SO adalah yang paling tepat untuk dilaksanakan,
dengan program-program berikut 1
Pencatatan data kegiatan dan pelaku perikanan dipilah menurut jenis kelamin.
2 Pembinaan tentang perikanan pantai dan kelautan kepada masyarakat, lelaki
dan perempuan. Kegiatan pembinaan kepada masyarakat meliputi kegiatan sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan.
3 Peningkatan partisipasi dalam pengambilan keputusan di bidang perikanan
pantai bagi masyarakat lelaki dan perempuan. 4
Pengembangan teknologi perikanan pantai tepatguna berbasis lokal bagi lelaki dan perempuan.
5 Perluasan akses usaha terkait perikanan pantai bagi lelaki dan perempuan
5.4.2 Prioritas untuk pembangunan perikanan pantai yang responsif gender
Fokus dari penelitian ini adalah pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Fokus ini diletakkan di puncak hirarki atau di tingkat pertama.
X 0,600, 0,35
Threats Strengths
Weaknesses Opportunities
127 Tingkat di bawahnya atau tingkat kedua adalah pelaksana atau pelaku yang dapat
mewujudkan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Pelaku ini terdiri dari tiga unsur yaitu aparat pemerintah daerah Pemda, pengurus KUD
Mina dan nelayan. Tingkat ketiga dari hirarki ini adalah faktor penting yang diperlukan agar
program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender dapat tercapai. Dalam pelaksanaan program, faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah
kebijakan policy yang melandasi pelaksanaan program, pendanaan untuk pelaksanaan program, sarana-prasarana untuk pelaksanaan program dan
sumberdaya manusia SDM yang akan melaksanakan program tersebut. Tingkat keempat atau yang paling bawah dari hirarki ini adalah program-
program yang perlu dilakukan untuk mencapai pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Program tersebut merupakan hasil analis SWOT berupa
program-program untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender di Kabupaten Subang kemudian dianalisis dengan AHP. Program
tersebut terkait langsung dengan pemangku kepentingan pembangunan perikanan pantai yaitu pemerintah, KUD dan masyarakat perikanan laut nelayan. Program
pencatatan atau inventarisasi kegiatan perikanan laut dan pelakunya yang termasuk strategi SO, sudah dapat dilaksanakan bersamaan dengan inventarisasi
produksi perikanan laut lainnya, sehingga program tersebut tidak dimasukkan dalam hirarki AHP. Mengingat tingkat SDM masyarakat nelayan dan penduduk
pesisir lainnya pada umumnya masih rendah lihat Subbab 5.1.2, maka diperlukan tambahan satu program untuk dilaksanakan yaitu pengembangan
sumberdaya manusia SDM masyarakat, lelaki dan perempuan, melalui peningkatan pendidikan yang termasuk strategi WO. Peningkatan pendidikan ini
ditujukan untuk memberantas buta aksara bagi penduduk yang belum pernah sekolah dan tidak lulus melalui Paket Kelompok Belajar Kejar A, sedangkan
penduduk yang tidak lulus SMP dapat mengikuti Paket Kejar B dan yang tidak lulus SMA dapat mengikuti Paket Kejar C. Program peningkatan pendidikan
dimasukkan ke dalam hirarki AHP karena tinggi-rendahnya tingkat SDM dapat mempengaruhi pelaksanaan program secara keseluruhan dan berkelanjutan.
128 Bentuk hirarki AHP untuk mencapai pembanguan perikanan pantai yang responsif
gender terlukis dalam Gambar 5.
Gambar 5 Hirarki Pembangunan Perikanan Pantai Yang Responsif Gender 1 Analisis prioritas tingkat kepentingan pelaku
Hasil analisis AHP lihat Lampiran 7 menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender fokus yang terletak
pada tingkat satu, pelaku terletak pada tingkat kedua yang paling berperan penting adalah Pemerintah Daerah Pemda dengan nilai prioritas 0,4679. Temuan
dari AHP ini memperkuat isi Inpres No. 92000 tentang PUG dan Kepmendagri No 132 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan PUG Di Daerah bahwa
pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan
lembaga pemerintahan di tingkat pusat dan daerah. Nelayan merupakan pelaku kedua yang dianggap dapat berperan dalam membuat program pembangunan
perikanan pantai berbasis kesetaraan gender ini dapat terlaksana dengan nilai prioritas 0,3227, dan yang tingkat ketiga yang berperan adalah KUD Mina dengan
nilai prioritas 0,2094. Responden rata-rata berpendapat bahwa keberhasilan pembangunan
perikanan pantai yang responsif gender banyak tergantung kepada pemerintah, namun program pemerintah yang bagus pun tidak akan berhasil tanpa peranserta
masyarakat perikanan laut yang bersangkutan yaitu nelayan. KUD Mina sebagai pengelola PPP dan TPI yaitu lembaga penyedia jasa antara nelayan dan pembeli
Tingkat 1 : Fokus : Pembangunan perikanan pantai yang responsif gender
Tingkat 2 : Pelaku: Pemda
KUD Nelayan
Tingkat 3 : Faktor: Kebijakan Sarana
Pendanaan SDM
Tingkat 4 : Program: Pembinaan Peningkatan
Peningkatan Pengembangan Perluasan
masyarakat, pendidikan, partisipasi,
teknologi akses
lelaki- lelaki-
lelaki- perikanan laut
usaha, perempuan perempuan
perempuan pantai, lelaki- lelaki-
perempuan perempuan
129 dan yang memperoleh keuntungan dari uang jasa lelang penjualan ikan hasil
tangkapan Perda Propinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005, sudah seharusnya terlibat sepenuhnya dalam pembangunan perikanan pantai.
2 Analisis prioritas tingkat kepentingan faktor pelaksanaan program Tingkat ketiga hirarki adalah tentang faktor-faktor penting pelaksanaan
program. Pada tingkat ini, responden yang diwawancarai adalah aparat Pemda dan pengurus KUD Mina, karena mereka merupakan lembaga yang terkait dengan
penyelenggaraan program pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender. Menurut Pemda, faktor yang terpenting untuk melaksanakan suatu
program adalah adanya kebijakan yang melandasi pelaksanaan program 0,6042, hal ini terkait kedudukan pemerintah adalah sebagai pembuat kebijakan policy
maker. Menurut pengurus KUD Mina yang terpenting adalah ketersediaan SDM 0,3700 yang akan melaksanakan program tersebut, hal ini disebabkan oleh
pelaksanaan program perikanan banyak diselenggarakan di lingkungan kerja mereka. Hasil analisis berdasarkan kepentingan faktor untuk pembangunan
perikanan pantai menurut pelaku dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Kepentingan faktor untuk pembangunan perikanan pantai yang responsif
gender menurut pelaku Pelaku
Prioritas 1 Prioritas 2
Prioritas 3 Prioritas 4
Pemda Kebijakan
0,6042 Sarana
0,2176 Pendanaan
0,1064 SDM
0.0718 KUD Mina
SDM 0,3700
Pendanaan 0,2768
Sarana 0,2317
Kebijakan 0,1214
Menurut aparat Pemda, faktor yang paling penting untuk pelaksanaan program, adalah kebijakan. Penentuan kebijakan dilakukan sebelum
melaksanakan program untuk menentukan arah dan tujuannya program. Kebijakan yang melandasi program pembangunan perikanan pantai berkelanjutan berbasis
kesetaraan gender adalah Inpres 9 Tahun 2000 tentang PUG, diperkuat oleh Kepmendagri No. 132 Tahun 2003 tentang PUG Di Daerah yang diarahkan oleh
Perpres No. 7 Tahun 2005 tentang RPJMN 2005-2009, yaitu program perlu memperhatikan kesetaraan gender dan untuk kepentingan pembangunan
berkelanjutan. Kebijakan yang bersifat nasional ini menjadi landasan untuk program pembangunan perikanan pantai di daerah. Berdasarkan GAP lihat
Subbab 5.2.2 telah diketahui bahwa program Dislutkan Kabupaten Subang belum
130 responsif gender, oleh karena itu untuk melaksanakan PUG dalam kebijakan
pembangunan kelautan dan perikanan maka diperlukan komitmen dari pimpinan Dislutkan untuk membuat pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan
gender. Hal ini sesuai dengan pendapat Bemmelen 1995 yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan program yang responsif gender diperlukan peraturan
perundang-undangan dan komitmen dari pemerintah. Faktor kedua yang terpenting menurut aparat Pemda adalah sarana
penunjang program. Setelah kebijakan ditentukan, apakah sudah tersedia sarana penunjangnya? Jika sarana sudah tersedia, pelaksanaan pun akan lebih mudah
dilakukan. Dislutkan dapat menyediakan sarana untuk pelaksanaan program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender, tergantung kebijakan
Dislutkan sendiri. Sarana penunjang program dari segi PUG untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender, menurut Kepmendagri
No 132 Tahun 2003, adalah pembentukan Kelompok Kerja PUG dan Focal Point PUG. Kelompok Kerja PUG adalah wadah konsultasi bagi para pelaksana dan
penggerak PUG dari berbagai instansilembaga. Focal Point PUG adalah individu-individu yang telah sensitif gender yang berasal dari
instansilembagaorganisasi yang mampu melaksanakan PUG ke dalam setiap kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di
wilayah masing-masing. Dislutkan Kabupaten Subang, pada saat penelitian dilakukan, belum mempunyai Kelompok Kerja PUG, bahkan belum ada Focal
Point PUG-nya. Untuk mencapai tujuan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender, Dislutkan perlu mengadakan Kelompok Kerja PUG dan Focal
Point PUG. Faktor ketiga yang terpenting untuk pelaksanaan pembangunan perikanan
pantai berbasis kesetaraan gender menurut aparat Pemda adalah pendanaan. Jika kebijakan sudah ditentukan, sarana sudah mencukupi maka keperluan dana pun
dapat dihitung, dan jika dana memungkinkan maka program pun dilaksanakan. Menurut Kepmendagri No. 132 Tahun 2003, pembiayaan untuk keperluan PUG di
daerah dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD masing-masing Propinsi,
Kabupaten dan Kota sekurang-kurangnya minimal sebesar 5 lima persen dari
131 APBD. Dalam hal ini, komitmen pimpinan Pemda untuk menyediakan biaya
untuk keperluan PUG menjadi penting, terkait dengan kebijakan yang telah dibuat. Menurut responden dari BPMD, anggaran untuk PUG di Kabupaten
Subang belum mencapai lima persen sesuai Kepmendagri 132 Tahun 2003, pembiayaan kegiatan dari APBD II didasarkan pada skala prioritas pembangunan
daserah. Menurut responden dari Dislutkan, anggaran untuk Dislutkan tidak banyak dan tidak mencukupi untuk pelaksanaan semua program sesuai Renstra,
maka pembiayaan untuk pelaksanaan program disesuaikan dengan skala prioritas kepentingan program tersebut.
Faktor keempat yang terpenting menurut aparat Pemda adalah SDM. Mutu SDM yang telah dimiliki oleh BPMD untuk PUG sudah mencukupi, meskipun
dari segi kuantitas kurang, tetapi untuk pelaksanaan program sudah memungkinkan. Namun SDM di Dislutkan yang pernah mengikuti sosialisasi
PUG baru satu orang dan bukan pengambil keputusan sehingga belum memberikan pengaruh kepada proses perencanaan pembangunan yang responsif
gender. Oleh karena itu, Dislutkan perlu meningkatkan SDM pegawai agar sensitif gender sehingga tujuan program pembangunan perikanan pantai yang
responsif gender dapat terlaksana. Menurut pengurus KUD Mina, faktor SDM-lah yang paling penting atau
utama. Kemampuan SDM yang tinggi akan memperlancar pelaksanaan program, tanpa SDM yang mampu maka pelaksanaan dapat tidak mencapai sasaran. Pada
saat ini, SDM dari KUD Mina masih perlu ditingkatkan, karena kekhususan spesialisasi KUD Mina di bidang perikanan laut adalah pelelangan, sehingga
untuk perlu program pengembangan dari SDM KUD Mina sendiri sebelum melaksanakan program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender.
Faktor terpenting kedua adalah pendanaan. Jika dana tersedia maka pelaksanaan program pun lancar, dengan kata lain, ada dana maka ada kegiatan.
Dalam kondisi keuangan KUD Mina saat ini, penyisihan dana untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender ini perlu dibuat skala
prioritas kegiatannya dahulu sesuai sumber dana yang ada. Menurut pengurus KUD Mina, sarana pelaksanaan program merupakan
faktor ketiga terpenting karena ketersediaan sarana penunjang dapat membantu
132 terlaksananya program. Sarana yang dimiliki oleh KUD Mina untuk pelaksanaan
program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender saat ini adalah terbatas, oleh karena perlu pengadaan sarana dan berarti perlu biaya
pengadaannya. Faktor terpenting keempat adalah kebijakan. Jika faktor SDM yang
mencukupi, dana dan sarana tersedia, maka kebijakan pelaksanaan program akan dibuat atau diputuskan. Hal ini merupakan kebalikan dari pendapat aparat Pemda,
dengan demikian komitmen dari KUD Mina baru akan dibuat setelah kebutuhan fisik terpenuhi.
3 Analisis prioritas tingkat kepentingan program Tingkat keempat dari hirarki AHP adalah tingkatan kepentingan program
yang perlu dilaksanakan dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender. Hasil analisis program terpenting berdasarkan
pelaku dan faktor untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender dapat dilihat pada Tabel 38-39 hasil analisis lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 7. Hasil analisis menunjukkan bahwa aparat Pemda memprioritaskan program
yang sama untuk semua faktor yang penting bagi pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Hasil dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38 Program terpenting pembangunan perikanan pantai yang responsif gender berdasarkan faktor penting dan menurut aparat Pemda
Faktor Prioritas 1
Prioritas 2 Prioritas 3
Prioritas 4 Prioritas 5
Kebijakan Pembinaan 0,3999
Pendidikan 0,3108
Partisipasi 0,1349
Teknologi 0,0954
Akses 0,0591
Pendanaan Pembinaan 0,3747
Pendidikan 0,2388
Partisipasi 0,1923
Teknologi 0,1037
Akses 0,0906
Sarana Pembinaan 0,4233
Pendidikan 0,2502
Partisipasi 0,1628
Teknologi 0,0947
Akses 0,0689
SDM Pembinaan 0,3783
Pendidikan 0, 2599
Partisipasi 0,1783
Teknologi 0,0963
Akses 0,0873
Menurut aparat Pemda, program pembinaan kepada masyarakat baik lelaki dan perempuan dan program peningkatan pendidikan bagi pemangku kepentingan
lelaki dan perempuan perlu didahulukan karena terkait dengan pengembangan SDM baik melalui jalur pembinaan yaitu sosialisasi berbagai program pemerintah,
penyuluhan dan pelatihan yang digolongkan sebagai pendidikan non formal, juga melalui program peningkatan pendidikan yang bersifat formal, seperti jalur
133 sekolah atau paket Kelompok Belajar Kejar A untuk setara tingkat SD dan paket
Kejar B setara tingkat SMP serta paket Kejar C setara tingkat SMA. Masyarakat pesisir yang sudah berusia di atas 25 tahun pada umumnya tidak lulus SD,
sedangkan generasi yang lebih muda umumnya lulus SD tetapi tidak lanjut ke SMP atau tidak lulus SMP. Oleh karena itu, untuk dapat mengubah pola pikir
masyarakat tersebut diutamakan program pembinaan dan pendidikan agar mereka termotivasi untuk mengubah nasib mereka sendiri.
Program yang diprioritaskan pada tingkat ketiga untuk dilaksanakan adalah peningkatan partisipasi pemangku kepentingan, lelaki dan perempuan. Menurut
aparat Pemda, tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pemerintah akan membantu keberhasilan program tersebut, jadi semakin
banyak anggota masyarakat yang terlibat akan menambah tingkat partisipasi mereka.
Program keempat yang berpeluang untuk dilaksanakan adalah program pengembangan teknologi perikanan laut dan pantai tepat guna berbasis lokal bagi
pemangku kepentingan lelaki dan perempuan. Menurut aparat Pemda, adanya pengembangan teknologi baru berarti dapat membuat peluang baru yang berarti
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir sehingga tidak terlalu hanya tergantung kepada usaha menangkap ikan. Program ini berhubungan dengan
program perluasan akses usaha. Program yang kelima adalah perluasan akses usaha yang terkait dengan
usaha perikanan laut dan pantai bagi lelaki dan perempuan. Program ini terkait dengan usaha membangun kemandirian masyarakat sehingga mereka sendiri yang
termotivasi untuk memperbaiki nasibnya sendiri. Menurut pengurus KUD Mina program yang paling berpeluang untuk
dilaksanakan adalah berdasarkan faktor kepentingan dari pelaksanaan program yang bersangkutan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 39.
134 Tabel 39 Program terpenting pembangunan perikanan pantai yang responsif
gender berdasarkan faktor penting dan menurut pengurus KUD Mina Faktor
Prioritas 1 Prioritas 2
Prioritas 3 Prioritas 4
Prioritas 5 Kebijakan Teknologi
0, 3175 Akses
0,2412 Pembinaan
0,1780 Partisipasi
0,1356 Pendidikan
0,1276 Pendanaan Pembinaan
0,3322 Partisipasi
0,2815 Pendidikan
0,1830 Akses
0,1097 Teknologi
0,0935 Sarana Akses
0,3089 Partisipasi
0,2311 Teknologi
0,2167 Pendidikan
0,1224 Pembinaan
0,1210 SDM Pembinaan
0,3360 Pendidikan
0,2219 Akses
0,1784 Teknologi
0,1323 Partisipasi
0,1313 Dilihat dari faktor kebijakan, program pertama yang paling berpeluang
dilaksanakan adalah pengembangan teknologi perikanan laut dan pantai tepat guna bagi lelaki dan perempuan. Menurut pengurus KUD Mina, pengembangan
teknologi perikanan ini mungkin dapat meningkatkan jumlah produksi perikanan, sehingga dapat dilelang dengan harga yang lebih baik, selain itu dengan adanya
penjualan jenis baru olahan ikan akan meningkatkan pendapatan KUD. Dilihat dari faktor pendanaan, program yang paling berpeluang untuk
dilaksanakan pertama adalah pembinaan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan biaya pelaksanaan program pembinaan cukup rendah dibandingkan dengan
pelaksanaan program lainnya. Dilihat dari faktor sarana, program yang paling berpeluang adalah perluasan
akses usaha. Hal ini dikarenakan sarana untuk menunjang program tersebut sudah tersedia di dua KUD di lokasi penelitian, sehingga dapat mempermudah
pelaksanaan program. Dilihat dari faktor SDM, program yang paling berpeluang adalah pembinaan
kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan SDM untuk pelaksanaan program tersebut sudah ada.
Masyarakat perikanan laut yang umumnya nelayan berpendapat lain mengenai program-program tersebut. Masyarakat nelayan adalah pelaku dari
kegiatan perikanan laut dan pantai. Menurut nelayan, faktor yang terpenting bagi mereka adalah kemampuan SDM sebagai nelayan.
Program pembangunan perikanan pantai yang paling penting bagi nelayan adalah pembinaan seperti sosialisasi, pelatihan, penyuluhan kepada masyarakat
lelaki dan perempuan 0,2722. Alasan mereka adalah program tersebut tidak memerlukan waktu lama dan program tersebut sudah mempunyai tujuan yang
135 jelas untuk pengembangan SDM. Program kedua yang penting adalah
peningkatan pendidikan bagi lelaki dan perempuan 0,2291. Program ketiga adalah perluasan akses usaha 0,1973, disusul dengan program keempat adalah
pengembangan teknologi tepat guna 0,1607, dan yang terakhir adalah peningkatan partisipasi 0,1407.
Prioritas bagi nelayan yang diperlukan oleh mereka adalah pengembangan SDM, pengembangan peluang usaha yang mencakup aspek, baik dari segi
teknologi dan diversitas usaha dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Program terakhir yang nelayan anggap penting adalah peningkatan
partisipasi mereka dalam pelaksanaan program karena menurut mereka keikutsertaan mereka saat ini dalam pelaksanaan program pemerintah sudah
cukup baik. Tiga pelaku dalam pembangunan perikanan pantai memiliki kepentingan
dan alasan masing-masing untuk memilih program yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang mereka miliki. Secara umum, hasil analisis menunjukkan bahwa
program yang paling banyak dipilih oleh tiga pelaku sebagai program yang paling berpeluang dan penting untuk dilaksanakan lebih dahulu adalah program
pembinaan tentang perikanan pantai dan kelautan kepada masyarakat lelaki dan perempuan lihat Tabel 40. Saat ini program pembinaan sudah dilaksanakan
tetapi lebih banyak ditujukan kepada lelaki, sedangkan perempuan jarang dilibatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan reformulasi program-program agar
lebih responsif gender sehingga SDM perempuan pesisir dapat meningkat dan kesejahteraan keluarga pun dapat meningkat, karena potensi semua anggota
keluarga, lelaki dan perempuan, termanfaatkan dengan optimal. Tabel 40 Rekapitulasi urutan program terpenting dalam pelaksanaan
pembangunan perikanan pantai yang responsif gender menurut pelaku di Kabupaten Subang
Urutan program yang terpenting
Program terpenting menurut pelaku Pemda KUD
Mina Nelayan Prioritas 1
Pembinaan Pembinaan
Pembinaan Prioritas
2 Pendidikan Partisipasi Pendidikan Prioritas 3
Partisipasi Teknologi
Akses Prioritas
4 Teknologi Pendidikan Teknologi Prioritas 5
Akses Akses
Partisipasi
136
5.5 Pembahasan Umum