Akibat Hukum Pengangkatan Anak

2.4.4 Akibat Hukum Pengangkatan Anak

Mengangkat anak merupakan suatu perbuatan hukum, oleh kerena itu perbuatan tersebut mempunyai akibat hukum. Dalam pasal 171 KHI pada huruf h, menyebutkan bahwa anak angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan. Sedangkan dalam pasal 209 KHI menjelaskan orangtua angkat maupun anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 13 dari harta peninggalan. Dalam hukum Islam, pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan waris-mewaris dan hubungan wali-mewali dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandungnya. Budiarto M, 1991: 18 Dalam hal kewarisan, menurut ulama fikih dalam Islam ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang saling mewarisi, yaitu karena hubungan kekerabatan atau keturunan al-qarabah, karena hasil perkawinan yang sah al-mushaharah, dan karena faktor hubungan perwalian antara hamba sahaya budak dan wali yang memerdekakannya atau karena faktor saling tolong menolong antara seseorang dengan orang yang diwarisinya semasa hidupnya. Anak angkat tidak termasuk dalam tiga kategori tersebut. Oleh karena itu, antara dirinya dan orang tua angkatnya tidak berhak saling mewarisi satu sama lain. Jika ia akan mewarisi, maka hak waris mewarisi hanya berlaku antara dirinya dan orang tua kandungnya secara timbal balik. Alam A S, 2008: 25 Status hukum dengan adanya pengangkatan anak yaitu: 1. Orang tua angkat tidak boleh mengganti nasab anak angkat dengan dirinya sendiri orangtua angkat. 2. Anak angkat tidak berhak mendapatkan waris jika orang tua angkatnya meninggal. Karena tidak ada hubungan darah, tidak terjadi hubungan pernikahan dan tidak ada hubungan saudara. Namun orang tua angkat dapat memberikannya hibah atau wasiat sebagia hartanya untuk kesejahteraan anak angkatnya. 3. Hubungan anak angkat dengan orang tua angkat dan keluarga orangtua angkat tidak menghilangkan kemahraman. Shidik S, 2004: 121-122 Sejalan dengan pengangkatan anak menurut KHI dan pakar-pakar hukum tersebut, peneliti menyimpulkan akibat hukum dari pengangkatan anak, yaitu: 1. Beralih tanggungjawab pemeliharaan hidup sehari-hari dari orang tua asal kepada orang tua angkat. 2. Pengangkatan anak tidak menimbulkan hubungan darah nasab antara anak angkat dengan orang tua angkatnya. 3. Hubungan anak angkat dengan orang tua angkat dan keluarga orangtua angkat tidak menghilangkan kemahraman. 4. Anak angkat dengan orangtua angkatnya tidak saling mewarisi. Namun orangtua angkat maupun anak angkat yang tidak menerima wasiat, berhak untuk diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 13 dari harta peninggalan. 33

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut L. J. Moleong Penelitian “merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran” Moleong 2009: 49. Dalam mengejar suatu kebenaran atau membenarkan kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model-model tertentu. Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Marzuki, 2008:35 Metodologi penelitian merupakan panduan peneliti mengenai urut-urutan bagaimana penelitian dilakukan. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah “penelitian yang menghasilkan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya”. Moleong 2009: 6

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah penelitian hukum yuridis normatif atau penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Ibrahim, 2006:57