a. Hibah batal demi hukum karena alat bukti surat hibah bukan merupakan akta
otentik.
Akta hibah tahun 1980 yang dilakukan oleh Kasmadi terhadap anak angkatnya bukan merupakan suatu akta otentik, melainkan akta dibawah tangan yang
dibuat antara pihak-pihak yang berkepentingan saja. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan hakim yaitu Bapak Sindhu Sutrisno, S.H. M.Hum, dan Bapak Joni
Kondolele, S.H. M.M. Menurut Bapak Sindhu Sutrisno, S.H. M.Hum, akta hibah dalam perkara No.
15 Pdt. G 2006 PN. Kdl bukan merupakan akta otentik melainkan akta di bawah tangan. Beliau berpendapat sebagai berikut:
Surat pernyataan hibah dari Alm. Kasmadi dan Samirah kepada Edy Subaedi adalah akta di bawah tangan yaitu akta yang
sengaja dibuat oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat yang berwenang untuk itu pejabat yang dimaksud antara lain
Notaris, Panitera, Jurusita, Pegawai Pencatatan Sipil, Hakim, dll. Jadi semata-mata dibuat antara pihak-pihak yang berkepentingan
saja. Dari uraian tersebut Pengadilan Negeri berpendapat bahwa akta hibah dalam perkara No. 15 Pdt. G 2006 PN. Kdl bukan
merupakan akta otentik, melainkan akta di bawah tangan. hasil wawancara dengan Bapak Sindhu Sutrisno, S.H. M.Hum, sebagai
ketua majelis hakim dalam perkara No. 15 Pdt. G 2006 PN. Kdl, yang sekarang adalah salah seorang Hakim di Pengadilan Negeri
Surakarta, tanggal 3 Desember 2012.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bapak Joni Kondolele, S.H. M.M yang menyatakan:
Surat hibah yang dibuat Kasmadi pada tahun 1980 memang disaksikan oleh Kepala Desa dan dua orang saksi, tetapi surat hibah
tersebut bukan merupakan bukti otentik karena tidak di daftarkan kepada notaris. Hal ini tercantum dalam pasal 1682 KUHPerdata
yaitu hibah harus dilakukan dengan akta notaris yang aslinya disimpan oleh notaris itu. Sehingga surat hibah tahun 1980 tidak
mempunyai kekuatan pembuktian sempurna sebagai akta otentik dan hibah dinyatakan batal demi hukum. hasil wawancara dengan Bapak
Joni Kondolele, S.H. M.M, salah seorang Hakim di Pengadilan Negeri Kendal, tanggal 3 September 2012.
Sesuai dengan pendapat hakim tersebut dapat diketahui bahwa hibah dibuat di depan Kepala Desa bukan pejabat yang berwenang dan akta hibah yang telah
dilakukan tidak didaftarkan kepada notaris. Sesuai dengan pasal 1682 KUHPerdata yang berbunyi “Tiada suatu hibah, kecuali yang disebutkan dalam pasal 1867, dapat,
atas ancaman batal, dilakukan selainnya dengan suatu akta notaris, yang aslinya disimpan oleh notaris itu”. Maka hibah yang dilakukan Kasmadi adalah tidak sah atau
batal demi hukum, dan akta hibah tidak mempunyai kekuatan pembuktian sempurna sebagai akta otentik.
Di dalam pasal 1868 BW, disebutkan bahwa akta otentik adalah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di
hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.
Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat, maka akta tersebut tidak lagi memerlukan bukti tambahan, dan hakim wajib mempercayai
kebenaran apa yang tertulis dalam akta tersebut selama tidak dibuktikan sebaliknya. Dan untuk membuktikan sebaliknya itu haruslah dengan bukti yang sama
kekuatannya. Dengan kata lain, jika ada yang menyangkal suatu akta otentik maka harus dibuktikan dengan akta lain. Siapa yang membantah adanya suatu akta otentik,
maka dialah yang harus membuktikan kebenarannya, hal ini sesuai dengan pasal 1865 KUHPerdata yang berbunyi “setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai
sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak
orang lain, menunjuk suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”.
b. Anak angkat tidak berhak menjadi ahli waris pengganti dari keluarga orangtua