Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan dan lulusan S-2 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Pada tahun 1972 diangkat sebagai CPNS di Pengadilan Negeri Wates
Yogyakarta, dan tahun 1997 diangkat menjadi Hakim berdasarkan Surat Keputusan Presiden di Pengadilan Negeri Rantau Kalimantan Selatan. Tahun 2004-2007 beliau
bertugas di Pengadilan Negeri Kendal dan menjabat sebagai Ketua Pengadilan. Beliau juga merupakan ketua majelis hakim yang menangani perkara No. 15 Pdt. G 2006 PN.
Kdl. Pada tahun 2007-2011 mutasi ke Pengadilan Negeri Semarang, dan tahun 2011 sampai sekarang bertugas sebagai Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta.
Bapak Joni Kondolele, S.H, M.M adalah salah satu hakim yang bertugas di Pengadilan Negeri Kendal sampai tahun 2012. Dan pada pertengahan bulan September
2012 beliau mutasi ke Pengadilan Negeri Nabire sebagai Wakil Ketua Pengadilan. Berdasarkan pengumpulan data tersebut, dapat diketahui dasar-dasar yang
digunakan hakim dalam memutuskan sengketa hibah dalam perkara No. 15 Pdt. G 2006 PN. Kdl antara lain:
1. Berdasarkan Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah Putusan hakim terdahulu mengenai perkara tertentu berdasarkan pertimbangan kebijaksanaan hakim sendiri yang diikuti sebagai pedoman
oleh hakim lain dalam memutus perkara yang sama atau yang hampir sama. Yurisprudensi yang digunakan hakim sebagai pertimbangan hakim dalam
memutus perkara No. 15 Pdt. G 2006 PN. Kdl, yaitu:
a. Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 1029KPdt1992 yang menyatakan:
“Oleh karena harta sengketa merupakan barang asal yang belum dibagi waris maka sesuai Hukum Adat dan Undang-Undang Perkawinan, harta asal jatuh
pada garis keturunannya dan janda yang tidak mempunyai anak tidak berhak atas harta asal almarhum suaminya”
Dalam yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 1029KPdt1992 disebutkan bahwa harta sengketa merupakan barang asal yang belum dibagi waris maka sesuai
Hukum Adat dan Undang-Undang Perkawinan, harta asal jatuh pada garis
keturunannya ahli waris dari pewaris pemilik barang asal tersebut, sedangkan janda
yang tidak mempunyai anak tidak berhak atas harta asal almarhum suaminya, tetapi berhak atas harta bersama dengan almarhum suaminya.
Menurut pasal 36 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa “Harta Bawaan adalah harta yang dikuasai oleh
masing-masing pemiliknya yaitu suami atau istri. Masing-masing suami atau istri berhak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya
”. Dalam perkara ini harta yang dihibahkan Kasmadi merupakan harta asal dari
Nawawi, Kasmadi tidak bisa menghibahkan harta asal tersebut secara sepihak karena harta tersebut harus dibagikan kepada ahli waris Nawawi. Sedangkan pembagian
harta asal itu kepada ahli waris termasuk Kasmadi, tidak dapat diganggu gugat oleh istri Kasmadi yang tidak mempunyai anak, karena janda yang tidak mempunyai anak
bukan merupakan ahli waris suaminya.
b. Para penggugat merupakan ahli waris pengganti sesuai Yurisprudensi
Mahkamah Agung Nomor 853KSIP1978 yang menyatakan: “Menurut Hukum Adat dalam hal kewarisan dimungkinkan pergantian tempat”
Menurut ketentuan pasal 841 KUHPerdata penggantian adalah hak yang memberikan kepada seseorang untuk menggantikan seorang ahli waris yang telah
meninggal lebih dahulu dari pada pewarisnya untuk bertindak sebagai pengganti dalam derajat dan dalam hak orang yang digantikannya. Penggantian ini menurut
pasal 842 KUHPerdata hanya terjadi dalam garis lurus ke bawah tanpa batas, sedangkan pasal 843 KUHPerdata menyatakan dalam garis lurus ke atas tidak
terdapat penggantian. Penggantian ini terjadi dalam garis ke bawah dan terjadi tanpa batas. Tiap ahli
waris yang meninggal lebih dahulu digantikan oleh anak-anaknya. Jika lebih dari satu anak sebagai penggantinya, maka penggantian itu dihitung sebagai satu cabang,
artinya semua anak yang menggantikan itu mendapatkan bagian yang sama. Penggantian dapat juga terjadi pada keluarga dalam garis samping. Tiap saudara
pewaris baik saudara kandung maupun saudara tiri, jika meninggal lebih dahulu, digantikan oleh anaknya. Penggantian ini juga dapat tanpa batas. Tiap penggantian
dihitung sebagai satu cabang bij staken. Karena ahli waris utama Nawawi yaitu anak-anaknya telah meningal, maka
kedudukan anak Nawawi tersebut digantikan oleh para penggugat yang merupakan keturunan dari anak Nawawi. Penggugat merupakan ahli waris Nawawi yang sah
menurut hukum, maka yang berhak atas obyek sengketa adalah penggugat bukan tergugat.
2. Berdasarkan Pemeriksaan Pembuktian
Dasar pertimbangan hakim dalam putusan perkara perdata gugatan Nomor: 15 Pdt. G 2006 PN. Kdl yang diperoleh hakim dari pemeriksaan pembuktian dalam acara
persidangan, yaitu:
a. Hibah batal demi hukum karena alat bukti surat hibah bukan merupakan akta