Latar Belakang Masalah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VII

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK mempengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pelajaran saja tetapi lebih menekankan bagaimana mengajak siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup life skill dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Dari hasil observasi dan wawancara awal di SMPN 1 Jatinegara diperoleh data ulangan harian siswa pada pokok bahasan kalor dan perpindahan dengan persentase ketuntasan belajar 31 . Dalam pembelajaran fisika di SMPN 1 Jatinegara dijumpai fakta-fakta sebagai berikut: 1. Metode pengajaran yang dominan adalah metode diskusi kelompok biasa kooperatif reguler dimana pembelajaran masih didominasi oleh guru serta siswa yang lebih mampu didalam masing-masing kelompok sehingga interaksi antar subyek belajar kurang intensif. 2. Guru lebih aktif dalam pembelajaran dan dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa serta kurangnya alam sekitar yang dijadikan sumber belajar, walaupun sering berinteraksi dan ditemui dalam kehidupan, akibatnya siswa cenderung pasif, bosan sehingga kurang mengasah cara berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. 3. Banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran fisika sulit, rumit, banyak rumus, bersifat abstrak dan teoritis serta penerapan dan manfaatnya sangat sedikit dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran fisika. Berdasarkan hal itu semua, maka sudah seharusnya bahwa fisika harus dipelajari secara menyenangkan. Karena mempelajari fisika berkaitan dengan kehidupan manusia yang menggantungkan hidupnya kepada alam. Fisika ditemukan dan dikembangkan berdasarkan masalah- masalah yang dihadapi manusia terkait dengan kehidupannya. Dari sini, tampak bahwa sebetulnya fisika dianjurkan untuk dipelajari oleh setiap orang . Proses pembelajaran selama ini masih didominasi oleh guru sehingga belum memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Cara guru mengajar yang hanya satu arah teacher centered menyebabkan penumpukan informasi atau konsep saja yang kurang bermanfaat bagi siswa tanpa mengetahui maknanya. Berlakunya KTSP menuntut perubahan paradigma pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran berpusat pada guru beralih pada siswa Student Centered. Pada kenyataanya masih terdapat beberapa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sains pada satuan pendidikan tertentu. Secara umum guru sains fisika cenderung menggunakan model ceramah dan diskusi kelompok biasa. Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif menyebabkan kurang seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Sebagian besar dari peserta didik juga tidak mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau dipergunakan. Tentu saja hal tersebut cenderung membuat siswa terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau kemampuan pikirnya dan menjadikan siswa malas untuk berpikir serta terbiasa malas berpikir mandiri. Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata, hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu belajar merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk kedalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah. Menurut Nurhadi 2004:109 Problem Based Learning PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan dalam pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Berdasarkan Penelitian Orhan Akinoglu 2007, Problem Based Learning lebih mempengaruhi prestasi belajar siswa dibandingjan dengan model pembelajaran tradisional yang mana telah diterapkan di sekolah. Selain itu, penelitian lain menyebutkan bahwa Problem Based Actived Learning lebih efektif dibandingkan dengan model klasik yang berbasis penemuan. Berdasarkan Penelitian Hyo-Jeong and Bosung Kim 2009, PBL berbasis teknologi bagi para guru dapat memperoleh pengalaman yang lebih dapat memperluas dasar pengetahuan para guru dan dapat memperkuat hubungan ilmu pendidikan dengan teknologi.Konstruktivisme merupakan salah satu jalan untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran. Menurut paham konstruktivisme, manusia hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri. PBL memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VII .

1.2 Rumusan Masalah