57
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru
Dari hasil analisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru, berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,038 0,05 dengan
koefisien kontingensi 0,330. Karena p valuelebih kecil dari 0,05yang berartiada
hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru pada karyawan perusahaan genteng HST Sokka Kebumen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Joko Suyono 2001:218, yang menyatakan bahwa inhalasi asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat
menyebabkan penyakit saluran pernafasan pada orang dewasa. Asap rokok mengiritasi paru dan masuk kedalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan
kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Hubungan antara merokok dan kanker paru telah diteliti dalam 4-5 dekade
terakhir ini.Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok terutama sigaret dengan timbulnya kanker paru. Partikel asap rokok seperti onpyrene,
dibenzapyrene dan urethane dikenal sebagai bahan karsinogen. Bahan tersebut berhubungan dengan risiko terjadinya kanker paru.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh David Eko Rikmiarif 2011, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan
merokok dengan kapasitas vital paru pada pekerja pembuat genteng di desa Singorojo Kabupaten Jepara.
58 Berdasarkan hasil penelitian, dari 20 orang yang mempunyai kebiasaan
merokok terdapat 8 orang yang mengalami kapasitas vital paru sedang+berat. Serta 12 orang mengalami kapasitas vital paru normal+ringan.Hal ini
menunjukkan bahwa kebiasaan merokok dapat mempengaruhi penurunan kapasitas vital paru pada karyawan.
5.2 Hubungan Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru
Dari hasil analisis hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru, berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,029 0,05 dengan koefisien
kontingensi 0,347. Karena p valuelebih kecil dari 0,05yang berartiada hubungan
antara status gizi dengan kapasitas vital paru pada karyawan perusahaan genteng HST Sokka Kebumen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Audia Candra Meita 2012:656 yang menyatakan bahwa status gizi juga berperan terhadap kapasitas paru.Orang
dengan postur kurus tinggi biasanya kapasitas vital paksanya lebih besar dari orang dengan postur gemuk pendek.Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan zat gizi.Salah satu akibat dari kekurangan gizi dapat menurunkan sistem imunitas dan antibodi sehingga orang mudah terserang
infeksi seperti pilek, batuk, diare dan juga berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifokasi terhadap benda asing seperti debu yang masuk dalam
tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, dari 14 orang yang masuk kategori status gizi
kurus terdapat 11 orang yang mengalami kapasitas vital paru sedang+berat.Hal ini
59 menunjukkan bahwa status gizi dapat mempengaruhi penurunan kapasitas vital
paru pada karyawan.
5.3 Hubungan Penggunaan APD dengan Kapasitas Vital Paru