Kerangka Konsep Penelitian PENDAHULUAN PARADIGMA PROFETIK DALAM ILMU HUKUM: Kritik Terhadap Asumsi-Asumsi Dasar Ilmu Hukum Non-Sistematik.

21

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis dan Manfaat praktis 1. Dengan tereksplorasinya unsur-unsur asumsi-asumsi dasar dari paradigma ilmu hukum non-sistematik, maka diharapkan dapat ditemukan kerangka berpikir yang utuh, yang dapat digunakan untuk mempelajari serta mengkritisi berbagai paradigma lainnya. 2. Asumsi-asumsi epistemologis yang terejawantahkan melalui pen- elitian ini, diharapkan dapat menjadi sebuah acuan bagi institusi pendidikan hukum di Indonesia untuk melihat hukum dari sudut pandang yang berbeda dengan sebelumnya.

1.6. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini diawali dari upaya untuk mengkontruksi paradigma profetik dalam ilmu hukum, dengan mendasarkan berbagai bahan kajian yang berhubungan dengan paradigma hukum posmodernis. Untuk menjelaskan dan menginterpretasi paradigma dirasa perlu untuk menggunakan perspektif basis epistemologi yang dikembangkan oleh Heddy Shri Ahimsa Putera. Disamping karena beliau juga menginkubasi paradigma profetik juga karena tidak ditemukan unsur-unsur paradigma pada ilmuwan lain dan paradigmanya tentang profetik melengkapi pandangan Kuntowijoyo yang telah lebih dahulu memunculkannya. Berdasarkan identifikasi awal, diketahui bahwa paradigma profetik berhubungan erat dengan diskusi teoritik perkembangan filsafat ilmu yang kemudian mulai melirik kembali spiritualisme atau domain transendental 22 sebagai salah satu kajiannya. Dalam bidang filsafat hukum, belum banyak ilmuwan yang membuat penelitian tentang posmodernisme hukum meskipun dalam bentuk jurnal dapat ditemukan, sementara dalam bentuk karya ilmiah disertasi atau buku di Indonesia Anthon F. Susanto melalui Ilmu Hukum Nonsistematik telah mencoba mengawali. Penelitan ini akan memfokuskan pada paradigma nonsistematik tersebut sebagai obyek kajiannya. Secara skematis kerangka pemikiran dalam skripsi ini terlihat pada gambar di bawah ini: Ragaan 1 Kerangka Pemikiran Skripsi Sebagai penelitian yang benar-benar baru dalam filsafat posmodernisme hukum, Ilmu Hukum Nonsistematik mengadopsi pandangan-pandangan Teori Hukum Chaos Charles Sampford, 23 Dekonstruksi Jacques Derrida, Consilience Edward. O Wilson, Huston Smith, Ian G. Barbour, Paul Feyerabend dan Mulla Shadra. Secara umum klaim nonsistematik adalah pembalikan dari paradigma positivisme hukum yang dinilai memiliki persoalan teoritis dan tidak mampu lagi menjawab persoalan. Untuk itulah paradigma nonsistematik mengajukan tawaran yang berbeda dari positivisme hukum baik dilihat dari asumsi ontologis, asumsi epistemologis dan asumsi aksiologis. Berdasarkan temuan yang demikian, maka penelitian ini hendak memfokuskan kajiannya untuk melakukan refleksi kritis terhadap paradigma nonsistematik yang didukung mazhab posmodernisme hukum, guna memahami pelbagai kelebihan-kelebihan dan kelemahan- kelemahannya yang terdapat dalam teori-teori dan asumsi-asumsi dasar yang digunakan. Dan pada saat yang sama juga berusaha menemukan paradigma profetik dalam ilmu hukum. Berdasarkan fokus studi yang demikian, maka yang menjadi pokok masalah dalam disertasi ini adalah: 1 Bagaimanakah asumsi-asumsi dasar dari basis epistemologis Ilmu Hukum Non-Sistematik yang dikemukanan oleh Anthon F. Susanto? 2 Bagaimanakah asumsi-asumsi dasar Paradigma Profetik dalam Ilmu hukum? 3 Kritik terhadap ilmu hukum non-sistematik yang dikemukakan oleh Anthon F. Susanto, bila dilihat dari asumsi-asumsi dasar basis epistemologis yang digunakan? Keseluruhan rumusan masalah ini akan difokuskan pada kajian tentang 24 elemen-elemen paradigma yang menjadi basis epistemologinya, yaitu: 1 asumsi-asumsi dasar; 2 nilai-nilai etos, dan; 3 model. 21 Dengan mendasarkan kajian pada paradigma baru dalam ilmu hukum tersebut, peneliti menentukan fokus penelitannya yaitu: asumsi ontologi, asumsi tentang manusia, asumsi dasar epistemologi dan asumsi dasar aksiologi dari ilmu hukum nonsistematik. Peneliti juga menentukan teori dan metode yang akan dipergunakan untuk mengkritisi asumsi-asumsi dasar yang akan ditemukan. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah mengeksplorasi teori-teori yang akan digunakan. Teori-teori tersebut direkat dengan menggunakan konsep paradigma dan basis epistemologi profetik Heddy Shri Ahimsa Putera, dan berbagai diskusi teoritik mazhab-mazhab filsafat Hukum mulai dari Mazhab hukum Kodrat, Mazhab Hukum Positivisme, Mazhab Hukum Utilitarianisme, Mazhab Hukum Historis, Mazhab Hukum Pragmatis dan Mazhab Posmodernisme Hukum. Setelah terhimpun dalam satu bangunan teoritis dan diketahui ikhtisar alur sejarah bangunan filsafatnya, maka tahapan berikutnya adalah dilakukan pencarian data sesuai dengan rumusan-rumusan masalah yang telah ditetapkan. Pencarian dan pengolahan data ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu: Tahap Pertama, akan dilakukan pencarian, pengolahan dan analisis 21 Heddy Shri Ahimsa Putra, 2011, Paradigma, Epistemologi dan Etnografi dalam Antropologi, Op. Cit, Hal. 19. 25 Pencarian, pengolahan dan analisis data ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu: tahap pertama, akan dilakukan pencarian, pengolahan dan analisis data untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, yaitu tentang asumsi dasar dari basis epistemologi ilmu hukum nonsistematik. Untuk menjawab rumusan masalah ini akan dikumpulkan dan diolah data yang bersumber dari konsep-konsep dan pendapat-pendapat filosof yang menjadi pendukung ilmu hukum nonsistematik seperti Consilience Edward O. Wilson, Dekonstruksi Jacques Derrida, teori Legal Disorder Charles Sampford, Gerak Transsubstansial Mulla Shadra dan Terowongan Posmodernis Huston Smith. Keseluruhan data yang kemudian menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam ilmu hukum nonsistematik tersebut untuk selanjutkan akan dikonstruksi dengan konsep basis epistemologi dari Heddy Shri Ahimsa Putra, sehingga pada tahap akhirnya akan ditemukan asumsi-asumsi dasar dari basis epistemologi paradigma nonsistematik yang didukung oleh madzhab posmodernisme hukum, termasuk perkembangan-perkembangan yang terjadi didalamnya. Tahap kedua, akan dilakukan pencarian, pengolahan dan analisis data tentang asumsi-asumsi dasar dari basis epistemologi paradigma profetik yang didasarkan pada pandangan Heddy Shri Ahimsa Putera. Untuk menjawab persoalan ini, juga akan dikumpulkan dan diolah data yang bersumber dari a Al- Qur’an dan Hadits, dan penafsiran-penafsiran yang relevan untuk menjawab persoalan seperti tafsir Sayyid Quthb dan Quraish Shihab; b Paradigma profetik Kuntowijoyo yang juga dilengkapi oleh 26 Heddy Shri Ahimsa Putera, dibantu dengan pandangan Muhammad Iqbal, Armahedi Mahzar dan Toshihiko Izutsu yang juga dirujuk oleh Kuntowijoyo dalam paradigma ilmu sosial profetik, juga konsep-konsep yang memungkinkan penjelasan lebih mendalam seperti konsepsi integrasi filsafat dan sains Syed Naquib Al-Attas, Mehdi Golshani, Muhammad Taqi Hairi Yazdi dan Quraish Shihab. Dengan menganalisis berbagai data yang diperoleh tersebut, maka pada tahap akhirnya akan ditemukan basis epistemologi paradigma profetik yang orisinil, sebagai hasil konstruksi dari konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya. Tahap ketiga , akan dilakukan refleski kritis terhadap basis epistemologi paradigma nonsistematik hasil analisis tahap pertama , dengan mendasarkan pada basis epistemologi paradigma profetik hasil analisis tahap kedua . Melalui proses ini diharapkan selain akan diketahui kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antara basis epistemologi dari paradigma nonsistematik dengan paradigma profetik, juga akan dapat diketahui kelemahan-kelamahan dan keunggulan-keunggulan basis epistemologi dari paradigma nonsistematik yang didukung oleh madzhab filsafat hukum posmodern. Berdasarkan keseluruhan tahapan diatas, maka pada tahap akhirnya akan ditemukan kelemahan dan keunggulan dalam asumsi dasar basis epistemologi hukum nonsistematik, dan pada saat yang bersamaan juga ditemukan paradigma profetik dalam ilmu hukum sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penelitian ini. 27 1.7. Metode Penelitian 1.7.1.