commit to user 25
rangkaian  factor-faktor  yang  adanya  tidak  perlu  untuk terjadinya  akibat,  tidak  diberi  nilai.  Sebaliknya  tiap-tiap  factor
yang  umpamanya  tidak  dapat  dihilangkan  dari  rangkaian factor-faktor  tersebut  yaitu  yang  adanya  perlu  untuk
terwujudnya  akibat,  harus  diberi  nilai  yang  sama.  Semua faktor-faktor  tersebut  adalah  sama  dan  sederajat  kalau  saja
factor tersebut dihilangkan maka akibatnya mungkin tidak ada atau lain dari apa yang terjadi.
Menurut  Van  Hamel,  salah  seorang  penganut  teori  Van Buri,  bahwa  secara  ilmiah  teori  Van  Buri  adalah  satu-satunya
teori  yang  secara  logis  dapat  dipertahankan  .Andi  Abidin, 301-302.
3. Tinjauan tentang error in persona
Pengertian mengenai istilah error  in persona tidak terdapat dalam KUHAP  maupun  peraturan  perundang-undangan  yang  lain.  Namun
secara  teori  pengertian  error  in  persona  ini  bisa  ditemukan  dalam doktrin  pendapat  ahli-ahli  hukum.  Secara  harfiah  arti  dari  error  in
persona adalah keliru mengenai orang yang dimaksud atau kekeliruan mengenai  orangnya.  Kekeliruan  itu  bisa  terjadi  pada  saat  dilakukan
penangkapan,  atau  penahanan,  atau  penuntutan,  atau  pada  saat pemeriksaan oleh hakim di pengadilan sampai perkaranya diputus serta
kesalahan  dalam  mengidentifikasikan  korbannya.  Pengertian  ini tersirat  dalam  pasal  95  KUHAP  yang  membahas  tentang  ganti  rugi
terhadap  orang  yang  ditangkap,  ditahan,  dituntut  dan  diadili  tanpa alasan  yang  berdasarkan  undang-undang  atau  kekeliruan  mengenai
commit to user 26
orangnya.  Selain  dalam  KUHAP  pengertian  tersebut  juga  tersirat dalam pasal 9 UU No. 14 Tahun 1970 yang mengatur hal yang sama.
Menurut  M.Yahya  Harahap  kekeliruan  dalam  penangkapan mengenai  orangnya  diistilahkan  dengan  disqualification  in  person
yang  berarti  orang  yang  ditangkap  atau  ditahan  terdapat  kekeliruan, sedangkan  orang  yang  ditangkap  tersebut  telah  menjelaskan  bahwa
bukan  dirinya  yang  dimaksud  hendak  ditangkapditahan  Yahya Harahap  :  45.Sedangkan  menurut  yurisprudensi  dari  Mahkamah
Agung  berdasarkan  Putusan  Nomor.  89  KPPID2008  terdapat  istilah lain tentang menangkap orang dan salah mendakwa orang yang disebut
sebagai error in subjectif Putusan MA No. 89 PKPID2008, tanggal 3 Desember tahun 2008
Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  terdapat  berbagai macam istilah atau penyebutan terhadap kondisi atau keadaan dimana
penegak  hukum  melakukan  kesalahan  atau  kekeliruan  pada  saat melakukan  penangkapan,  penahanan,  penuntutan  dan  pemeriksaan  di
pengadilan.
4. Tinjauan tentang upaya hukum
a.  Pengertian Upaya Hukum. Menurut  Pasal  1  butir  12  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Acara
Pidana  KUHAP  pengertian  upaya  hukum  adalah  hak  terdakwa atau  penuntut  umum  untuk  tidak  menerima  putusan  pengadilan
yang  berupa  perlawanan  atau  Banding  atau  hak  terpidana  untuk mengajukan  permohonan  Peninjauan  Kembali  dalam  hal  serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
commit to user 27
b.  Macam-macam Upaya Hukum. Kitab
Undang-Undang Hukum
Acara Pidana
KUHAP membedakan upaya hukum menjadi dua  yaitu upaya hukum biasa
dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum biasa diatur dalam Bab XVII  sedangkan  upaya  hukum  luar  biasa  diatur  didalam  Bab
XVIII.
1  Upaya Hukum Biasa. Upaya  hukum  biasa  adalah  upaya  hukum  terhadap  keputusan
yamg  belum  dilaksanakan  dan  penggunaan  dari  upaya  hukum ini  dapat  menangguhkan  eksekusi  hukuman.  Upaya  hukum
biasa terdiri dari dua bagian yaitu tentang pemeriksaan Banding dan pemeriksaan Kasasi.
a  Pemeriksaan Tingkat Banding. Banding  adalah  hak  terdakwa  atau  penuntut  umum
untuk  diperiksa  ulang    pada  pengadilan  yang  lebih  tinggi karena tidak puas atas putusan  Pengadilan Negeri Pasal 67
jo  233  KUHAP  .  Jika  Pasal  233  ayat  1  Kitab  Undang- Undang  Hukum  Acara  Pidana  KUHAP  ditelaah  dan
dihubungkan  dengan  Pasal  67  Kitab  Undang-Undang Hukum  Acara  Pidana  KUHAP,  maka  dapat  disimpulkan
bahwa  semua  putusan  pengadilan  tingkat  pertama Pengadilan  Negeri    dapat  dimintakan  Banding  ke
Pengadilan  Tinggi  oleh  terdakwa  atau  yang  khusus dikuasakan untuk itu atau penuntut umum dengan beberapa
perkecualiaan.  Pasal  21  ayat  2  Undang-Undang  nomor  4 Tahun  2004  mengatakan  bahwa  terhadap  putusan
pengadilan  tingkat  pertama,  yang  tidak  merupakan pembebasan  dari  dakwaan  atau  putusan  lepas  dari  segala
tuntutan  hukum  dapat  dimintakan  Banding  kepada
commit to user 28
Pengadilan  Tinggi  oleh  pihak-pihak  yang  bersangkutan, kecuali apabila undang-undang menentukan lain.
Perkecualian  untuk  mengajukan  Banding  menurut Pasal  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana
KUHAP adalah : 1 Putusan bebas.
2 Lepas  dari  segala  tuntutan  hukum  yang  menyangkut kurang    tepatnya  penerapan hukum.
3 Putusan  pengadilan  dalam  acara  cepat,  kecuali  dalam hal  perampasan  kemerdekaan    pasal  205  ayat  3
KUHAP .
Pasal 67 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAPterlihat sangat memperhatikan hak asasi terdakwa
karena  lebih  membatasi  permintaan  Banding  yaitu  apabila putusan  dan  lepas  dari  tuntutan  hukum  yang  menyangkut
kurang tepatnya penerapan hukum. Tujuan Banding ada dua yaitu untuk menguji putusan
pengadilan  tingkat  pertama  tentang  ketepatannya  dan pemeriksaan baru untuk keseluruhan perkara itu, oleh
sebab  itu  maka  Banding  sering  disebut  juga  Revisi. Pemeriksaan  tingkat  Banding  merupakan  suatu
penilaian  baru  judicial  novum,  jadi  dapat  diajukan saksi-saksi  baru,  ahli-ahli  dan  surat-surat  baru.  Kitab
Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana  KUHAP tidak  melarang  hal  demikian,  khususnya  jika  melihat
dalam  Pasal  238  ayat  4  Kitab  Undang-Undang Hukum  Acara  Pidana  KUHAP    Andi  Hamzah,
1996:301 .
Acara  pemeriksaan  Banding  diatur  dalam  Pasal  233 Kitab  Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana  KUHAP
sampai  Pasal  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana KUHAP. Acara Banding ini awalnya diatur dalam Pasal 7
commit to user 29
sampai  dengan  Pasal  20  Undang-Undang  Nomor  1  Drt Tahun  1951.  Menurut  Moch.  Faisal  Salam    2001:353-354
,  ketentuan  yang  tercantum  dalam  Pasal  233  sampai  Pasal 243 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP
ada  beberapa  hal  yang  sama  seperti  yang  tercantum  dalam Undang-Undang No.1 Drt Tahun 1951, misalnya :
1 Tenggang  waktu  mengajukan  Banding  yaitu  7  hari sesudah  putusan  dijatuhkan  atau  diberitahukan  kepada
terdakwa  Pasal 233 KUHAP . 2 Pencabutan Banding selama perkara belum diputus dan
dalam  hal  demikian  tidak  boleh  mengajukan permohonan lagi  Pasal 235 KUHAP .
3 Pemeriksaan  dalam  tingkat  Banding  dilakukan  oleh sekurang-kurangnya  3  orang  hakim  atas  dasar  perkara
yang diterima dari Pengadilan Negeri yang terdiri dari berita  acara  pemeriksaan  penyidik,  berita  acara
pemeriksaan disidang Pengadilan Negeri, beserta surat yang  timbul  disidang  yang  berhubungan  dengan
perkara itu dan putusan Pengadilan Negeri  Pasal 238 KUHAP .
4 Jika  Pengadilan  Tinggi  berpendapat  bahwa  pada pemeriksaan  tingkat  pertama  ternyata  ada  kelalaian
dalam penerapan hukum acara atau kekeliruan atau ada yang  kurang  lengkap,  Pengadilan  Tinggi  dengan
keputusan  dapat  memerintahkan  Pengadilan  Negeri untuk  memperbaiki.  Jika  perlu  Pengadilan  dapat
membatalkan  penetapan  dari  Pengadilan  Negeri sebelum  putusan  pengadilan  dijatuhkan    Pasal  240
KUHAP .
commit to user 30
b  Pemeriksaan Tingkat Kasasi. Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  mamuat  pengertian
Kasasi  adalah  pembatalan  atau  pernyataaan  tidak  sah  oleh Mahkamah Agung  terhadap putusan hakim karena putusan
itu  menyalahi  atau  tidak  sesuai  benar  dengan  undang- undang,  hak  Kasasi  hanyalah  hak  Mahkamah  Agung
Leden Marpaung, 2000:3 . Pada  kenyataaannya,  tidak  ada  putusan  Mahkamah
Agung    dalam  perkara  pidana    yang  menyatakan bahwa  putusan  hakim  tidak  sah  kata  ”pembatalan”
telah  tepat,  tetapi  yang  dibatalkan  bukan  putusan hakim  tetapi  putusan  pengadilan  baik  Pengadilan
Negeri
maupun Pengadilan
Tinggi. Dengan
demikian,  yang  mungkin  dibatalkan  bukan  putusan saja tetapi dapat juga terhadap penetapan. Selain itu,
pemuatan  hak  Kasasi  yang  dicantumkan  pada Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut merupakan
kekeliruan  karena  Kasasi  bukan  hak  melainkan kewenangan Mahkamah Agung
Dalam  BAB  XVII  tentang  Upaya  Hukum  Biasa, Kasasi  dapat  diartikan  sebagai  hak  terdakwa  atau  penuntut
umum  untuk  meminta  pembatalan  putusan  Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi karena tidak berwenang atau
melampaui batas kewenangan, misalnya : 1 Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
2 Lalai  memenuhi  syarat-syarat  yang  diwajibkan  oleh peraturan
perundang-undangan yang
mengancam kelalaian
itu dengan
batalnya putusan
yang bersangkutan.
Peraturan perundang-undangan
yang mengatur
mengenai Kasasi, antara lain diatur dalam : 1 Pasal  244  sampai  dengan  Pasal  258  Kitab  Undang-
Undang Hukum Pidana KUHAP.
commit to user 31
Pasal 244 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAPberbunyi  bahwa  terhadap  putusan  bebas
pidana  yang  diberikan  pada  tingkat  terakhir  oleh pengadilan  lain  selain  dari  pada  Mahkamah  Agung,
terdakwa  atau  penuntut  umum  dapat  mengajukan permintaan  pemeriksaan  Kasasi  kepada  Mahkamah
Agung kecuali terhadap putusan bebas. 2 Pasal 22 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi terhadap putusan pengadilan  dalam  tingkat  Banding  dapat  dimintakan
Kasasi  kepada  Mahkamah  Agung  oleh  pihak  yang berkepentingan  kecuali  undang-undang  menentukan
lain.
Para  pihak  yang  akan  mengajukan  Kasasi  harus memiliki  alasan  yang  kuat,  karena  jika  tidak  memiliki
alasan  yang  kuat  maka  dapat  dipastikan  akan  kalah dipersidangan.  Alasan  untuk  permohonan  Kasasi  dalam
Kitab  Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana  KUHAP diatur  dalam  Pasal  253.  Adapun  alasan  Kasasi  adalah
sebagai berikut : 1 Apakah  benar  suatu  putusan  hakim  tidak  diterapkan
atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya. 2 Apakah  benar  cara  mengadili  tidak  dilaksanakan
menurut ketentuan undang-undang. 3 Apakah  benar  pengadilan  telah  melampaui  batasan
wewenangnya.
Berdasarkan  alasan  tersebut,  menurut  Pasal  255  Kitab Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana  KUHAP  maka
commit to user 32
putusan  pengadilan  yang  dimintakan  Kasasi  dapat dibatalkan karena :
1 Peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana  mestinya,  maka  Mahkamah  Agung
mengadili sendiri perkara tersebut. 2 Cara  mengadili  tidak  dilaksanakan  menurut  ketentuan
undang-undang, Mahkamah Agung menetapkan disertai petunjuk  agar  pengadilan  yang  memutus  perkara  yang
bersangkutan memeriksanya lagi mengenai bagian yang dibatalkan, atau berdasarkan alasan tertentu Mahkamah
Agung  dapat  menetapkan  perkara  tersebut  diperiksa oleh pengadilan setingkat yang lain.
3 Pengadilan  atau  hakim  yang  besangkutan  tidak berwenang  mengadili  perkara  tersebut.  Mahkamah
Agung  menetapkan  pengadilan  atau  hakim  lain mengadili perkara tersebut.
2  Upaya Hukum Luar Biasa. Upaya  hukum  luar  biasa  diatur  dalam  Bab  XVIII  Kitab
Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana  KUHAP.Upaya hukum  luar  biasa  merupakan  pengecualian  dan  penyimpangan
dari  upaya  hukum  biasa  yang  terdiri  dari  Kasasi  Demi Kepentingan  Hukum  dan  Peninjauan  Kembali.  Baik  Kasasi
Demi  Kepentingan  Hukum  maupun  Peninjauan  Kembali, kedua-duanya
tidak boleh
merugikan pihak
yang berkepentingan atau terdakwa atau terpidana. Dengan demikian
Kitab  Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana  KUHAP menjamin  kepastian  hukum  bagi  pihak  yang  berkepentingan
atau terdakwa atau terpidana. a  Pemeriksaan Kasasi Demi Kepentingan Hukum.
commit to user 33
Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum  pada  umumnya sama saja dengan Kasasi biasa, kecuali dalam Kasasi Demi
Kepentingan  Hukum  ini  penasehat  hukum  tidak  lagi dilibatkan    Andi  Hamzah,  2001:297  .  Kasasi  Demi
Kepentingan  Hukum  diatur  dalam  Pasal  259-262  Kitab Undang-Undang  Hukum  Aacra  Pidana  KUHAP,  yang
antara lain berisi sebagai berikut : 1  Pasal 259 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
KUHAP ayat : 1 Demi  kepentingan  hukum  tehadap  semua  putusan
yang  telah  mempunyai  kekuatan  hukum  tetap  dari pengadilan lain selain dari pada Mahkamah Agung,
dapat  diajukan  satu  kali  permohonan  Kasasi  oleh Jaksa Agung.
2 Putusan  Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum  tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan  Pasal  259  Kitab  Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP tersebut menurut Hari
Sasangka dan Lily Rosita  2003:294-295 , maka dapat diperoleh perbedaan antara pemeriksaan tingkat Kasasi
dan Kasasi Demi Kepentingan Hukum, yaitu : a  Yang Mengajukan.
i. Untuk  Kasasi  adalah  para  pihak  baik
terdakwa  atau  penuntut  umum  atau  dapat juga kedua-duanya dalam waktu yang sama.
ii. Untuk  Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum
adalah Jaksa Agung. b Waktunya.
i. Kasasi
waktunya sebelum
putusan mempunyai kekuatan hukum tetap.
commit to user 34
ii. Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum  setelah
putusan mempunyai kekuatan hukum tetap. c  Akibat.
i. Kasasi  bisa  meringankan  atau  memberatkan
atau membebaskan
atau melepaskan
terdakwa dari segala tuntutan hukum. ii.
Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum  tidak boleh
merugikan pihak
yang berkepentingan.
2  Pasal 260 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, ayat :
1 Permohonan  Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum disampaikan  secara  tertulis  oleh  Jaksa  Agung
kepada Mahkamah
Agung melalui
panitera pengadilan  yang  telah  memutus  perkara  dalam
tingkat pertama, disertai risalah yang memuat alasan permintaan itu.
2 Selain  risalah  sebagaimana  dimaksud  dalam    ayat 1  oleh  panitera  disampaikan  kepada  pihak  yang
berkepentingan. 3 Ketua  pengadilan  yang  bersangkutan  segera
meneruskan  permintaan  itu  kepada  Mahkamah Agung.
3  Pasal 261 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, ayat :
1 Salinan  putusan  Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum disampaikan  kepada  Jaksa  Agung  dan  kepada
pengadilan  yang  bersangkutan  dengan  disertai berkas perkara.
commit to user 35
4  Pasal 262 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, berbunyi :
”Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259, Pasal  260  dan  Pasal  261  Kitab  Undang-Undang
Hukum  Acara  Pidana  KUHAP  berlaku  bagi  cara Permohonan  Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum
terhadap putusan
pengadilan dalam
lingkup Peradilan Militer”.
Demi  tegaknya  hukum  dan  kepastian  hukum, maka  pengajuan  Kasasi  Demi  Kepentingan  Hukum
hanya  boleh  diajukan  satu  kali  saja.  Seandainya  boleh diajukan tanpa batas, jaksa dapat mengajukan berulang
kali,  hal  ini  merupakan  anarki  sekaligus  merobek prinsip  kepastian  hukum  dan  dapat  menyebabkan
siksaan  bagi  terdakwa.  Jadi  dalam  hal  ini  berlaku prinsip  bahwa  kesalahan  hanya  dapat  diperbaiki  satu
kali saja  M.Yahya Harahap, 2002:611 .
b  Peninjauan Kembali Putusan. Disamping  pemeriksaan  Kasasi  Demi  Kepentingan
Hukum, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP  juga  diatur  tentang  Peninjauan  Kembali  putusan
yang  telah  memperoleh  kekuatan  hukum  tetap.  Peninjauan Kembali  pertama  kali  diatur  dalam  Peraturan  Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1969 tanggal 19 Juli  1969  baik  dalam  perkara  perdata  maupun  perkara
pidana  tetapi  belum  dapat  dijalankan  karena  masih diperlukan  peraturan  lebih  lanjut  mengenai  beberapa
persoalan. Peninjauan  Kembali  adalah  upaya  hukum  luar  biasa
untuk memperbaiki putusan yang berkekuatan hukum tetap. Tujuannya  agar  pengadilan  benar-benar  menjalankan
keadilan, agar sendi-sendi hukum yang asasi di masyarakat terlindungi Usman Hamid, http:www.hukumonline.com.
commit to user 36
Peninjauan    kembali  dapat  diajukan  atas  dasar  alasan sebagaimana  ditentukan  dalam  Pasal  263  ayat  2  Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP yaitu : 1 Apabila  terdapat  keadaan  baru  yang  menimbulkan
dugaan  kuat,  bahwa  jika  keadaan  itu  sudah  diketahui pada  waktu  sidang  masih  berlangsung,  hasilnya  akan
berupa  putusan  bebas  atau  putusan  lepas  dari  segala tuntutan  hukum  atau  tuntutan  penuntut  umum  tidak
dapat  diterima  atau  terhadap  perkara  itu  diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.
2 Apabila  dalam  pelbagai  putusan  terdapat  pernyataan bahwa  sesuatu  telah  terbukti  akan  tetapi  hal  atau
keadaan  sebagai  dasar  dan  alasan  putusan  yang dinyatakan telah terbukti itu ternyata telah bertentangan
satu sama lain. 3 Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu
kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata. Atas dasar alasan yang sama sebagaimana dalam Pasal
263  ayat  2  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana KUHAP tersebut maka terhadap suatu putusan pengadilan
yang  telah  mempunyai  kekuatan  hukum  tetap  dapat diajukan  permohonan  Peninjauan  Kembali  apabila  dalam
putusan  itu  suatu  perbuatan  yang  didakwakan  telah dinyatakan  terbukti  akan  tetapi  tidak  diikuti  oleh  suatu
pemidanaan. Pengajuan  Peninjauan  Kembali  terhadap  putusan
pengadilan  yang  telah  memperoleh  kekuatan  hukum  tetap kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum
dapat  diajukan  oleh  terdakwa  atau  ahli  warisnya  sesuai dengan  Pasal  263  ayat  1  Kitab  Undang-Undang  Hukum
Acara Pidana KUHAP.
commit to user 37
Dalam  hal  Mahkamah  Agung  berpendapat  bahwa permohonan  Peninjauan  Kembali  dapat  diterima  untuk
diperiksa,  berlaku  ketentuan  seperti  dalam  Pasal  266  Kitab Undang-Undang  Hukum  Acara  Pidana  KUHAP,  sebagai
berikut : 1  Apabila  Mahkamah  Agung  tidak  membenarkan  alasan
bahwa  permintaan  Peninjauan  Kembali  dengan menetapkan
bahwa putusan
yang dimintakan
Peninjauan  Kembali  itu  tetap  berlaku  disertai  dasar pertimbangannya.
2  Apabila  Mahkamah  Agung  mambenarkan  alasan pemohon,  Mahkamah  Agung  membatalkan  putusan
yang  dinyatakan  Peninjuauan  Kembali  itu  dan menyatakan putusan yang dapat berupa :
a  Putusan bebas. b  Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.
c  Putusan  tidak  dapat  menerima  tuntutan  penuntut umum.
d  Putusan  dengan  menerapkan  ketentuan  pidana yang lebih ringan.
5. Tinjauan tentang rehabilitasi