commit to user 19
3 Permintaan Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan satu kali.
Pasal 283 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP membenarkan atau memperkenankan
Peninjauan Kembali atas suatu perkara hanya satu kali saja. Asas ini disebut sebagai asas Nebis In Idem yang
dikemukakan dalam Pasal 76 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, sedang dalam perkara perdata diatur dalam
Pasal 1918 BW M.Yahya Harahap, 2002:640 . Asas ini juga berlaku terhadap permintaan Kasasi dan
Kasasi Demi Kepentingan Hukum. Dalam Peninjauan Kembali, asas ini lebih menyentuh rasa keadilan karena
asas ini merupakan suatu tantangan antara kepastian hukum dengan rasa keadilan dan dengan berani mengorbankan
keadilan dan kebenaran demi tegaknya kepastian hukum.
e. Tata Cara Peninjauan Kembali.
Tata cara pengajuan Peninjauan Kembali diatur dalam Pasal 264 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP yang
dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Permintaan Peninjauan Kembali diajukan kepada panitera
Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat pertama.
2 Permintaan Peninjauan Kembali disertai alasan-alasannya. Alasan-alasan tersebut dapat diutarakan secara lisan yang
dicatat oleh panitera yang menerima Peninjauan Kembali tersebut.
3 Permintaan Peninjauan Kembali oleh panitera ditulis dalam surat keterangan yang ditandatangani panitera serta pemohon,
dicatat dalam daftar dan dilampirkan pada berkas perkara. 4 Ketua Pengadilan Negari menunjuk hakim yang tidak
memeriksa perkara semula yang dimintakan Peninjauan
commit to user 20
Kembali, untuk memeriksa apakah permintaan peninjauan kembali itu memenuhi alasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 263 ayat 2 KUHAP. 5 Dalam pemeriksaan itu pemohon dan penuntut umum ikut
hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya. 6 Atas pemeriksaan tersebut dibuat berita acara pemeriksaan
yang ditandatangani oleh hakim, penuntut umum, pemohon dan panitera dan berdasarkan berita acara tersebut dibuat
berita acara pendapat yang ditandatangani hakim dan panitera. 7 Ketua pengadilan melanjutkan permintaan Peninjauan
Kembali yang dilampiri berkas perkara semula, berita acara pemeriksaan dan berita acara pendapat kepada Mahkamah
Agung yang tembusan kata pengantarnya sampai kepada pemohon dan penuntut umum.
f. Tata cara pemeriksaan peninjauan kembali 1 Setelah perkara PK diterima Direktorat Perdata MA, maka
berkas PK tersebut diteliti dan ditelaah oleh Hakim Tinggi Raportir pada MA untuk mengetahui kelengkapan formalnya.
2 Apabila kelengkapan formal ini tidak terpenuhi, seperti terlambat mengajukan, atau tanpa surat kuasasurat kuasa
tidak khusus, maka akan menyebabkan permohonan PK tersebut tidak dapat diterima.
3 Kemudian setelah Hakim Tinggi Raportir menerima berkas perkara perdata PK lalu dikembalikan kepada Direktorat
Perdata dengan model B.B. kemudian dicatat dalam buku penerima berkas Hakim Tinggi Raportir. Setelah itu dibuat
resume perkara, usul pendapat Hakim Tinggi Raportir dan Net konsep putusan.
4 Kemudian berkas perkara PK tersebut diteruskan oleh Direktur Perdata kepada Ketua MA atau Ketua Muda MA
commit to user 21
yang mendapat wewenang, untuk ditetapkan team yang akan memeriksa dan mengadili perkara tersebut, dan dalam waktu 1
bulan Direktur Perdata sudah mengirim kembali berkas perkara PK kepada Hakim Tinggi Raportoir.
5 Kemudian Hakim Tinggi Raportoir segera menyerahkan berkas perkara PK kepada Ketua Tim, yang dilengkapi dengan
resume dan Pendapat Hakim Tinggi Raportir serta penetapan Majelis Hakim untuk mengadili perkara itu, dan setelah ketua
Tim menunjuk Majelis Hakim maka Hakim Tinggi Raportir menghubungi ketua Majelis untuk menetapkan hari sidang
perkara tersebut. 6 Apabila diperlukan, maka MA berwenang memerintahkan
Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara dalam tingkat pertama atau tingkat banding mengadakan pemeriksaan
tambahan atau meminta segala keterangan serta pertimbangan dari Pengadilan tersebut dan kemudian setelah melaksanakan
perintah MA maka PNPT segera mengirimkan berita acara pemeriksaan tambahan serta pertimbangan kepada MA.
g. Putusan peradilan peninjauan kembali 1 Putusan yang menyatakan bahwa permohonan PK tidak dapat
diterima. 2 Dapat Terjadi karena Pengajuan PK tidak memenuhi syarat
formal seperti: a Pemohon terlambat mengajukan PK;
b permohonan PK tanpa adanya surat kuasasurat kuasa tidak khusus dibuat untuk PK;
c Dikarenakan PK diajukan untuk kedua kalinya; serta d PK dimohonkan terhadap putusan pengadilan yang belum
mempunyai kekuatan kekuatan hukum tetap.
commit to user 22
3 Putusan yang menyatakan bahwa permohonan PK ditolak. Terjadi apabila MA berpendapat bahwa permohonan PK yang
diajukan tidak beralasan. Alasan ini dapat dikarenakan permohonan PK tidak didukung oleh fakta atau keadaan yang
merupakan alasan dan menjadi dasar permohonan PK, atau dapat pula dikarenakan alasan-alasan permohonan PK tidak
sesuai dengan alasan-alasan yang ditetapkan secara limitatif oleh UU.
4 Putusan yang menyatakan bahwa permohonan PK dikabulkan. Terjadi apabila Mahkamah Agung membenarkan alasan-
alasan permohonan PK karena sesuai dengan ketentuan Pasal 67 UU MA. Dalam hal MA mengabulkan permohonan PK
maka MA akan membatalkan putusan yang dimohonkan PK tersebut dan selanjutnya memeriksa dan memutus sendiri
perkaranya. h. Proses penyelesaian perkara.
1 Permohonan PK di teliti kelengkapan berkasnya oleh Mahkamah Agung, kemudian dicatat dan di beri nomor
register PK 2 Mahkamah Agung memberitahukan kepada Pemohon dan
Termohon PK bahwa perkaranya telah di registerasi 3 Ketua Mahkamah Agung menetapkan tim dan selanjutnya
Ketua tim menetapkan Majelis Hakim Agung yang akan memeriksa perkara PK
4 Menyerahkan berkas perkara oleh asisten koordinator Askor kepada Penitera Pengganti yang membantu menangani perkara
tersebut 5 Panitera Pengganti mendistribusikan berkas perkara ke
Majelis Hakim Agung masingmasing Pembaca 1,2 dan 3 untuk di beri pendapat.
commit to user 23
6 Majelis Hakim Agung memutus perkara 7 Mahkamah Agung mengirimkan salinan putusan kepada para
pihak melalui Pengadilan tingkat pertama yang menerima permohonan PK.
2. Tinjauan tentang novum