commit to user pertanggungan jawab oleh Allah SWT di akhirat kelak. Membiasakan
anak sejak usia dini untuk mengetahui dan melaksanakan berbagai aktivitas keagamaan tidak dapat dilakukan tanpa memperhatikan
kenyamanan emosi, fisik dan spiritual anak, jika orang tua dapat memfasilitasi ketiganya, maka proses pembelajaran agama akan berjalan
dengan baik.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:
“ Bagaimana fungsi sosial keluarga terutama orang tua dalam meningkatkan pemahaman keagamaan didalam realitas kehidupan sehari-
hari kepada anak di wilayah Kelurahan Sumber ? “
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan antara lain: Menjelaskan fungsi sosial keluarga terutama orang tua dalam
meningkatkan pemahaman keagaman dalam realitas kehidupan sehari-hari kepada anak di Kelurahan Sumber.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap : · Bagi Keluarga khususnya orang tua, diharapakan dapat menjadi contoh
commit to user teladan bagi anak khususnya dalam memberikan pemahaman religiusitas
secara mendalam agar terbentuk perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama.
· Bagi Pembaca, Dapat memberikan pengetahuan dan wacana yang baru mengenai
pemahaman religiusitas pada anak, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyikapi dan mengatasinya.
· Bagi Penulis, Karya ini semakin melatih kepekaan penulis dalam menemukan
permasalahan sosial dalam masyarakat khususnya dalam suatu keluarga terutama fungsi sosial orang tua dalam meningkatkan religiusitas anak
agar tercermin baik dalam realitas kehidupan sehari-hari baik di lingkungan formal maupun informal.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Lembaga dalam arti sosiologi adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang
penting, atau secara formal dapat disebut sebagai sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan pada suatu kegiatan pokok manusia. Horton Hunt,
1999:244 Lembaga tidak mempunyai anggota tetapi mempunyai pengikut,
dimana pengikut ini bergabung menjadi satu yang disebut asosiasi. Asosiasi adalah kelompok orang yang terorganisir yang mengejar
commit to user beberapa tujuan bersama. Horton Hurt, 1999:263
Setiap lembaga mempunyai asosiasinya dan melalui asosiasi itulah norma-norma lembaga dilaksanakan. Dalam kaitannya dengan Fungsi
Sosial keluarga terhadap Tingkat Religiusitas Anak, keluarga sebagai lembaganya dan Orang Tua serta Anak sebagai asosiasinya yang
terorganisir dan menjalankan tugasnya masing-masing. Dalam
Jurnal Internasional,
penelitian mengenai
tingkat pendidikan agama anak yang pernah dilakukan oleh Allison James,
Thomas Nigel dan Woodhead Martin 2005. Dengan judul Method of Teaching Religion in Children Metode Pengajaran Agama untuk Anak.
Penelitian ini membahas mengenai metode mengajarkan agama pada anak. Penelitian tersebut dilakukan oleh tiga komunitas di Negara Inggris yang
menganalisis penelitian Pendidikan agama sebenarnya telah dimulai sejak anak lahir bahkan sejak anak dalam kandungan. Anak usia balita atau 0-5
tahun belum termasuk usia sekolah. Dengan demikian ia lebih banyak bersama dan berinteraksi di lingkungan keluarga terutama orang tuanya.
Maka orang tua adalah segala-galanya bagi anak. Oleh karena itu, setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama bukanlah
sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih ketrampilan anak dalam melaksanakan ibadah. pendidikan agama menyangkut manusia
seutuhnya. Agar agama itu dalam tumbuh dalam jiwa anak dan dapat dipahami nantinya, maka harus ditanamkan semenjak kelahiran bayi.
Dengan demikian, ada metode-metode tertentu yang harus diterapkan
commit to user dalam mengajarkan agama pada anak. Adapun metode yang dimaksud
adalah semua cara yang dilakukan dalam upaya mendidik. Mengajar adalah termasuk upaya mendidik metode mengajarkan agama pada anak
balita. Selanjutnya adalah metode percakapan dalam hal ini perlu dipahami bahwa objeknya adalah anak balita. Anak pada umumnya mulai
pandai berbicara pada umur dua tahun. Meskipun pada dasarnya bayi yang berumur satu tahun pun sudah dapat diajak berinteraksi dengan bahasa
isyarat. Oleh karena itu, dianjurkan ketika anak mulai pandai bercakap, diajarkan kata-kata yang baik dan benar. Allison James, Thomas Nigel
dan Woodhead Martin Volume 20, Issue 2, April 2005 Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga
lainnya berkembang karena kebudayaan yang makin kompleks menjadikan lembaga-lembaga itu penting. Keluarga mempunyai suatu sistem norma
dan tata cara yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting. Selain itu Keluarga juga merupakan salah satu tempat untuk proses
sosialisasi atau menyebarkan fungsi-fungsi sosial bagi anggotanya. Sosialisasi merupakan suatu proses yang dianggap penting dalam
perkembangan kepribadian seseorang. Melalui sosialisai seseorang akan dapat memahami pola kehidupan kelompoknya. Dan dengan sosialisasi
seseorang dapat diterima dalam kelompoknya. Keluarga merupakan kelompok primer primary group yang
pertama dari seseorang anak dan dari situlah perkembangan kepribadian bermula. Ketika anak sudah cukup umur untuk memasuki kelompok
commit to user primer lain di luar keluarga, pondasi dasar kepribadiannya sudah
ditanamkan secara kuat. Jenis kepribadiannya sudah diarahkan dan terbentuk. Dengan demikian hal tersebut telah menegaskan bahwa
keluarga adalah faktor penentu utama bagi sosialisasi anak. Definisi agama dalam sosiologi adalah definisi yang empiris yaitu
definisi menurut pengalaman yang kongkret sekitar agama yang dikumpulkan dari masa lampau maupun kejadian sekarang.
Religi atau agama merupakan sebuah sistem keyakinan dan praktek sebagai sarana bagi sekelompok orang untuk menafsirkan dan menanggapi
apa yang mereka rasakan sebagai pengada adikodrati supranatural dan kudus Johnstone 1975:20
Lain halnya dengan Joachim Wach yang melihat agama dari tiga unsure pengertian, yaitu : pertama unsur teoritis-nya, bahwa agama adalah
suatu sistem kepercayaan, kedua unsur praktis-nya, yang berupa sistem kaidah yang mengikat penganutnya, ketiga unsur sosiologis-nya, bahwa
agama mempuyai sistem perhubungan dan interaksi sosial. Apabila salah satu unsur tidak terdapat maka orang tidak dapat bicara tentang agama,
tetapi hanya kecenderungan religius. Hendropuspito, 2000:34-35 Kehadiran anak di dunia ini merupakan amanah ilahi.
Kehadirannya bisa menjadi penoreh bahagia bagi keluarga, pun sebaliknya anak bisa menjadi bebean keluarganya di dunia maupun di akherat.
Memenuhi hak-haknya merupakan perintah Allah SWT. Agar bisa memenuhi hak-hak anak dengan baik, salah satu cara efektif adalah
commit to user memperdalam ilmu agama bagi orang tua.
Untuk bisa memenuhi hak-hak anak secara optimal, hal itu dibutuhkan kesadaran tinggi meluruskan niat dan menyempurnakan
ikhtiar. Tanpa kesadaran tinggi, orang tua bisa tergelincir melanggar hak- hak anak. Selain itu, dibutuhkan akhlak mulia dalam mengiringi kewajiban
pemenuhan hak-hak anak seperti sikap sabar, penyayang, bijaksana, pantang menyerah, optimis, selalu berdoa kepada Allah SWT dn lainnya.
Pasalanya, banyak ujian dan godaan selama pemenuhan hak-hak anak tersebut. Selama anak masih belum bisa mandiri, selama itu pula masih
ada tanggung jawab orang tua untuk memenuhi hak anaknya khususnya hak atas kebutuhan hidup.
Disamping itu, ilmu agama tidak hanya didalami para orang tua, namun juga anak-anak mereka. Anak perlu dididik soal hak dan
kewajibannya sebagai anak sehingga ada keseimbangan di pemenuhannya.
F. LANDASAN TEORI Pendekatan Weber